Handayanto,+13,+291 297,+Nina+Dwi+Lestari+ (Ub) N+new

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 2 : 291-297, 2020

e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.2.13

POTENSI TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea) UNTUK


FITOREMEDIASI TANAH TERCEMAR TEMBAGA
The Potential of Rami (Boehmeria nivea) for Phytoremediation of
Copper Contaminated Soil

Nina Dwi Lestari*, Naufal Rizka Pratama


Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran no 1, Malang 65145
*Penulis korespondensi: [email protected]

Abstract
One of the heavy metals that most contaminates the environment and soil is copper (Cu) that mostly
comes from the activities of electroplating industries. This study aimed to identify the ability of
Boehmeria nivea in absorbing Cu absorption from planting medium containing Cu. The Boehmeria nivea
plant was grown on soil contaminated with six CuSO4 concentration levels, i.e. 0 ppm Cu (P0), 10
ppm Cu (P1), 20 ppm Cu (P2), 30 ppm Cu (P3), 40 ppm Cu (P4), and 50 ppm Cu (P5). The results
showed that Boehmeria nivea plant could absorb Cu and survive in the Cu levels of 25 – 125 ppm in
the soil. The Bioremediation Index indicated that Boehmeria nivea could reduce copper in the soil up
to more than 50%. The mechanism of phytoremediation was categorized into phytostabilization,
since the result of all treatments showed the value of translocation factor (TF) of less than 1. The
presence of Cu in the soil affected plant height and leaf number of the plant Boehmeria nivea. However,
on the actual condition, Boehmeria nivea did not show any symptom of Cu toxicity.
Keywords: absorption, copper, heavy metal, phytoremediation

Pendahuluan perhatian serius karena menimbulkan


kontaminasi pada tanah melalui pembuangan
Aktivitas manusia dalam bidang industri secara langsung baik, limbah padat maupun
semakin berkembang seiring berjalannya waktu. limbah cair.
Industri semakin maju dan semakin banyak alih Tanah merupakan salah satu komponen
fungsi lahan yang digunakan untuk yang menjadi sasaran pencemaran, bila tanah
pengembangan sektor industri seperti industri yang digunakan sebagai kegiatan pertanian
tekstil, elektroplanting, pupuk kimia dan tercemar logam berat maka logam berat akan
pestisida kimia. Luaran dari kegiatan industri masuk ke dalam rantai makanan yang akhirnya
yang dihasilkan berupa limbah yang menuju kepada manusia sebagai konsumen
menyebabkan lingkungan menjadi tercemar sehingga menimbulkan berbagai macam
limbah yang dihasilkan, limbah ini dapat dengan penyakit pada manusia khususnya ganguan pada
mudah masuk kedalam strata lingkungan salah system syaraf (Sudarmaji, 2006). Salah satu
satunya masuk ke dalam tanah yang digunakan logam berat yang banyak mencemari lingkungan
untuk area pertanian sehingga menyebabkan khusunya di tanah adalah tembaga (Cu), logam
pencemaran menjadi suatu permasalahan yang berat tembaga dapat masuk ke dalam strata
serius yang mencemari lingkungan terutama lingkungan yang diduga paling banyak adalah
tanah (Palar, 2008). dari kegiatan perindustrian, kegiatan rumah
Salah satu bahan pencemar lingkungan tangga dan dari pembakaran serta mobilitas
yang banyak menarik perhatian adalah bahan bakar serta limbah dari industri
pencemaran oleh kontaminasi logam berat. elektroplating yang merupakan salah satu
Kontaminasi oleh logam berat menjadi industri yang menghasilkan limbah cair (Palar,
http://jtsl.ub.ac.id 291
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 2 : 291-297, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.2.13

2008). Salah satu upaya mengurangi konsentrasi bahan-bahan yang digunakan adalah bahan
pencemaran logam berat tembaga (Cu) untuk pencemar berupa logam tembaga (Cu) dalam
membenahi tanah adalah fitoremediasi. bentuk padatan kristal CuSO4 rhizome tanaman
Fitoremediasi adalah suatu sistem tanaman rami sebagai tanaman fitoremediator, tanah
tertentu yang dapat melakukan kerja sama untuk media tanam, aquades sebagai pelarut
dengan mikroorganisme dalam media (tanah, bahan pencemar serta pupuk kandang dan
koral, dan air), dapat mengubah zat kontaminan cocopeat sebagai pupuk starter pada awal
(pencemar/polutan) menjadi kurang atau tidak penanaman. Alat dan bahan di laboratorim
berbahaya (Greipsson, 2011). adalah timbangan digital, spatula, botol
Tanaman fitoremediator yang dapat timbangan, kertas saring, corong, labu Erlenmeyer
digunakan adalah tanaman rami (Boehmeria nivea) 25 ml, gelas ukur, pipet skala, wadah plastik, alat
yang merupakan tanaman tahunan dan memiliki Spektrofotometer Serapan Atom, sampel
potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan, tanaman rami dan aquades.
tanaman rami dapat tumbuh secara liar serta
Rancangan penelitian
dikenal mampu menyerap toksik tertentu seperti
tembaga (Cu). Tanaman rami berpotensi untuk Penelitian ini dilaksanakan pada percobaan
dikembangkan menjadi tanaman fitoremediator dalam pot yang dilakukan di greenhouse dengan
untuk mengurangi atau menetralisir pencemaran metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
logam-logam berat khususnya logam tembaga Perlakuan terdiri dari 6 perlakuan (Tabel 1)
(Cu), serta perlunya diketahui besar penyerapan dengan 4 kali ulangan sehingga didapat 24 unit
logam yang terakumulasi sehingga mengetahui sampel penelitian.
baik atau tidaknya tanaman rami dapat dijadikan
sebagai tanaman hiperakumulator. Tabel 1. Perlakuan penelitian.
Penelitian fitoremediasi menggunakan
No Kode Perlakuan
tanaman rami ini bertujuan untuk mengetahui
1 P0 Tanpa perlakuan tembaga
kemampuan tanaman dalam penyerapan logam
2 P1 Tembaga dengan konsentrasi
berat tembaga (Cu) pada konsentrasi tertentu,
10 ppm
mengetahui mekanisme tanaman rami dalam
3 P2 Tembaga dengan konsentrasi
penyerapan logam berat tembaga (Cu) dan
20 ppm
mengetahui pengaruh pencemaran logam berat
4 P3 Tembaga dengan konsentrasi
tembaga (Cu) terhadap pertumbuhan tanaman
30 ppm
rami.
5 P4 Tembaga dengan konsentrasi
40 ppm
Bahan dan Metode 6 P5 Tembaga dengan konsentrasi
50 ppm
Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 11 Maret hingga
1 Juni 2019 di Greenhouse Kebun Percobaan Pelaksaan penelitian
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP)
Persiapan media tanam yang digunakan dalam
Malang. Analisis logam tembaga (Cu) yang
penelitian ini adalah tanah dan pupuk kandang
dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas
yang dicampur cocopeat dengan dosis tanah 10
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
kg dan pupuk kandang 50 g. Tanah yang
Universitas Negeri Malang.
digunakan sebagai media tanam diambil di
Alat dan bahan Kebun Percobaan Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian (STPP). Tanah yang digunakan di
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
ambil pada bagia Sebelum dilakukan penanaman
terbagi menjadi 2 bagian yaitu alat di lapang dan
tanaman rami terlebih dahulu dilakukan
di laboratorium. Alat dan bahan yang digunakan
persiapan media tanam dengan mencampurkan
pada saat di lapangan yaitu cangkul, pot,
tanah dan pupuk kandang yang sudah tercampur
timbangan digital, gelas ukur, gelas plastik,
dengan cocopeat. Kemudian penanaman
ember, pipa plastik, papan alfaboard. Sedangkan
tanaman rami dalam bentuk rhizome yang
http://jtsl.ub.ac.id 292
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 2 : 291-297, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.2.13

diperoleh dari BALITTAS. Penanaman rhizome Aplikasi bahan pencemar logam berat tembaga
dilakukan sebanyak 1 rhizome per 1 pot tanam (Cu) memiliki pengaruh dengan hasil semakin
berukuran 20 cm x 20 cm yang terisi 10 kg tanah tinggi kadar logam berat Cu di dalam tanah
dengan jarak tanam 50 cm x 80 cm. Top Soil maka semakin kecil juga nilai pH yang terdapat
(yakni pada ke dalaman 0 – 20 cm). di dalam tanah. Menurut Abror et al. (2013)
Pemeliharaan dilakukan setiap hari dengan bahwa nilai pH dan keberadaan logam berat
tujuan untuk memberikan kondisi yang yang ada di dalam tanah tidak berbanding lurus,
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. dimana peningkatan pH diikuti oleh penurunan
Aplikasi bahan pencemar berupa CuSO4 sesuai kandungan logam berat yang ada di dalam tanah
dosis yang diberikan yakni, 0 ppm, 25 ppm, 50 dan berarti bahwa kandungan logam tembaga
ppm, 75 ppm, 100 ppm dan 125 ppm. (Cu) di dalam tanah mempengaruhi nilai pH.
Kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak
Pertumbuhan tanaman rami
1 liter dan dikocok. Setelah larutan tercampur
kemudian langsung di aplikasikan ke tanaman Tanaman rami yang diberikan perlakuan berupa
rami pada masing–masing perlakuan dan cemaran logam berat tembaga (Cu)
ulangan. Parameter yang diamati berupa tinggi mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman rami
tanaman dan jumlah daun yang dilakukan setiap yang berpengaruh pada parameter yang diamati
14 HST hingga panen. Setelah masuk kedalam yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun. Tanaman
81 hst dilakukan analisis berupa sampel tanah rami ini menyerap cemaran logam berat
dan tanaman yaitu akar dan tajuk. tembaga (Cu) melalui akar tanaman dan di
translokasikan kebagian batang dan daun
Analisis data
sehingga akan mempengaruhi dari tinggi
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium, akan tanaman dan jumlah daun. Hasil dari
didapatkan data primer berupa besarnya kadar pertumbuhan tinggi tanaman dan jumah daun
Cu pada tanah dan tanaman. Dari hasil disajikan dalam Tabel 2 dan Tabel 3.
pengujian tersebut akan dilakukan analisis ragam Berdasarkan hasil dari analisis ragam yang
(ANOVA). Data diolah dengan menggunakan didapat untuk parameter pengamatan tinggi
aplikasi GENSTAT. Apabila hasil analisis tanaman dan jumlah daun tanaman rami akibat
menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan pengaplikasian logam berat tembaga (Cu)
maka dilanjutkan dengan dengan uji Duncan menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata,
Multiple Ring Test pada taraf signifikan 5%. kedua parameter ini menunjukan bahwa adanya
cemaran logam dapat mempengaruhi
pertumbuhan dari tanaman. Menurut Hardiani
Hasil dan Pembahasan (2009), kadar Cu yang berlebihan pada media
pH tanah tanam dapat menghambat pertumbuhan
tanaman sehingga tanaman tidak mampu
Berdasarkan hasil pengukuran pH yang
tumbuh besar. Tanaman rami dapat tumbuh
dilakukan didapatkan hasil yang disajikan di
dengan baik namun kurang optimal karena
dalam grafik pada Gambar 1.
adanya logam berat tembaga (Cu) pada tanah
8 yang mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman
6.5 6,3 rami. Tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman
6 5.9 5.6 5.4
pH tanahe

6 rami pada kontrol P0 memiliki persentase yang


4 lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang
diberikan cemaran logam tembaga (Cu) lainnya.
2 Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan
0 logam berat termasuk tembaga (Cu) yang
P0 P1 P2 P3 P4 P5 membuat aktivitas enzim menjadi terhambat
dan menggangu ketersediaan berbagai unsur
Perlakuan
hara sehingga menyebabkan pertumbuhan
tanaman rami dengan cemaran logam tembaga
Gambar 1. Pengaruh konsentrasi Cu terhadap menjadi terganggu (Handayanto et al., 2017).
pH tanah. Kation Cu yang terserap oleh akar masuk ke
http://jtsl.ub.ac.id 293
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 2 : 291-297, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.2.13

dalam tanaman akan menjadi inhibitor sehingga diduga tanaman rami ini mampu
pembentukan enzim kemudian akan mentolerir logam berat tembaga (Cu) dalam
menghambat proses metabolime tanaman, yang jumlah yang besar, bahkan dalam jumlah yang
meliputi proses respirasi yang nantinya akan mendekati batas kritis pada tanah dan tanaman
menghasilkan ATP yang digunakan untuk yaitu 100 ppm dan 125 ppm.
fotosintesis, kemudian hasil fotosintesis akan Menurut Priyanto dan Prayitno (2007)
digunakan dan diedarkan untuk pembelahan sel logam berat yang masuk ke dalam tanaman akan
(tinggi tanaman, jumlah daun dan biomassa berikatan dengan unsur hara lain dan mengalami
tanaman) dan reproduksi akan terganggu. imbobilisasi ke bagian tanaman tertentu dan
Apabila ini dilakukan terus menerus dalam tidak dapat diedarkan ke seluruh tanaman
jangka waktu panjang akan menyebabkan karena telah mengalami proses detoksifikasi
menurunnya kualitas pertumbuhan tanaman (penimbunan pada organ tertentu) sehingga
rami dan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tanaman masih dapat tumbuh dan unsur hara
terganggu (Amelia et al., 2008). Pada kondisi di yang diperlukan tanaman masih mampu untuk
lapang tanaman rami tidak mengalami gejala mensuplai pertumbuhan tanaman meskipun
keracunan atau kerusakan pada organ tanaman, tercemar logam berat Cu.

Tabel 2. Tinggi tanaman rami.


Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
14 HST 28 HST 42 HST 56 HST 70 HST 81 HST
P0 9,8 ab 25,8 b 53,30 b 104,5 e 117,0 d 125,8 e
P1 7,0 a 23,3 b 56,00 b 97,8 d 106,5 c 110,3 d
P2 13,0 b 26,0 b 63,50 c 97,3 cd 106,8 c 108,3 cd
P3 9,9 ab 24,0 b 53,75 b 90,3 b 102,8 bc 103,3 bc
P4 12,3 b 17,8 a 33,25 a 79,0 a 94,8 a 96,0 a
P5 5,8 a 35,8 c 68,00 c 93,0 bc 98,0 ab 99,5 ab
Keterangan : Hari Setelah Tanam (HST) P0 adalah aplikasi Cu dengan dosis 0 ppm, P1 aplikasi Cu dosis 25
ppm, P2 aplikasi Cu dosis 50 ppm, P3 aplikasi Cu dosis 75 ppm, P4 aplikasi Cu dosis 100 ppm dan P5 aplikasi
Cu dosis 125 ppm

Tabel 3. Jumlah daun rami.


Perlakuan Jumlah Daun (helai)
14 HST 28 HST 42 HST 56 HST 70 HST 81 HST
P0 11 24 c 32 ab 44 ab 70 bc 87 b
P1 12 20 b 29 a 49 b 74 c 75 a
P2 14 16 a 36 bc 57 c 64 a 76 a
P3 12 20 b 37 c 46 ab 62 a 72 a
P4 9 14 a 34 bc 45 ab 63 a 74 a
P5 7 17 ab 36 bc 41 a 65 ab 70 a
Keterangan : Hari Setelah Tanam (HST) P0 adalah aplikasi Cu dengan dosis 0 ppm, P1 aplikasi Cu dosis 25
ppm, P2 aplikasi Cu dosis 50 ppm, P3 aplikasi Cu dosis 75 ppm, P4 aplikasi Cu dosis 100 ppm dan P5 aplikasi
Cu dosis 125 ppm

di dalam tanaman sehingga akan berpengaruh


Serapan Cu oleh tajuk dan akar tanaman
pada kandungan tembaga (Cu) yang terdapat di
rami
dalam akar dan tajuk tanaman rami. Sesuai
Kandungan logam tembaga (Cu) yang terdapat dengan hasil laboratorium yang didapatkan hasil
di dalam tanah akan diserap oleh akar dan dari kandungan logam tembaga (Cu) di dalam
ditranslokasikan kebagian-bagian yang terdapat akar dan tajuk pada tanaman rami serta nilai

http://jtsl.ub.ac.id 294
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 2 : 291-297, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.2.13

faktor translokasi yang disajikan pada Tabel 4. yang mempunyai massa yang besar sehingga
Serapan logam tembaga (Cu) yang ada di dalam sulit untuk di translokasikan ke jaringan
tanah akan terakumulasi ke dalam bagian akar tanaman bagian atas kecuali bila ada energi yang
dan tajuk dari tanaman rami. Organ yang paling tersedia untuk memindahkan logam dari akar ke
banyak terakumulasi logam berat tembaga (Cu) daun (Palar, 2008). Penyerapan dan translokasi
adalah akar tanaman rami hal ini sesuai dengan tembaga (Cu) pada tanaman rami tergantung
pernyataan dari Yoon et al. (2006) bahwa pada tingkat ketersediaan Cu dalam tanah dan
umumnya, logam berat yang diserap oleh kondisi pertumbuhan dari tanaman itu sendiri.
tanaman lebih banyak terakumulasi dalam Hasil ini menunjukan bahwa akumulasi tembaga
jaringan akar tanaman dibandingkan bagian (Cu) paling banyak terdapat pada akar.
lainnya. Hal tersebut mengindikasikan logam- Penyerapan logam oleh tanaman ini melibatkan
logam berada dalam bentuk yang tersedia bagi sel akar, jaringan xylem, translokasi,
tanaman, namun memiliki mobilitas yang detoksifikasi (menimbun logam di dalam organ
terbatas untuk di translokasikan menuju bagian tertentu seperti buah, daun, dan akar tanaman)
atas tanaman. Tingginya kandungan logam berat dan sekuestrasi pada keseluruhan tanaman
dalam akar diduga karena sifat logam itu sendiri (Yang et al., 2005).

Tabel 4. Serapan Cu oleh tanaman rami dan nilai faktor translokasi.


Perlakuan Serapan Tajuk Serapan Akar Translocation Factor
(µg tanaman-1) (µg tanaman-1) (TF)
P0 0,120 a 0,302 a 0,397
P1 0,639 b 5,906 b 0,108
P2 0,888 bc 4,849 b 0,183
P3 1,778 d 5,465 b 0,325
P4 1,214 c 6,849 bc 0,177
P5 0,748 bc 9,920 c 0,075
Keterangan: Bilangan pada kolom yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada
uji DMRT dengan taraf 5%. Hari Setelah Tanam (HST) pada P0 adalah aplikasi Cu dengan dosis 0 ppm, P1
adalah dosis Cu 25 ppm, P2 adalah dosis Cu 50 ppm, P3 adalah dosis Cu 75 ppm, P 4 adalah dosis Cu 100 ppm,
dan P5 adalah dosis Cu 125 ppm.

Pada penelitian ini serapan Cu pada akar paling laboratorium menunjukan kadar akhir tanah
besar terdapat pada P5 dengan aplikasi dosis Cu yang disajikan pada Tabel 5. Kandungan logam
125 ppm dengan akumulasi pada akar 9,920 µg berat tembaga (Cu) di dalam tanah yang tersisa
tanaman-1 yang lebih besar dibandingkan pada paling banyak terdapat pada perlakuan P4
daun. Hal ini sesuai dengan pendapat Liu dan dengan nilai 6,59 ppm pada cemaran tembaga
Xiong (2005) yang menjelaskan bahwa semakin dosis 100 ppm. Semakin tinggi konsentrasi
tinggi akumulasi Cu dalam akar tanaman maka logam berat pada tanah maka penyerapan logam
akan berkorelasi dengan translokasi yang buruk. berat oleh tanaman akan semakin tinggi.
Kemampuan tanaman untuk mengekstrak Cu Menurut Indrasti et al. (2006), salah satu faktor
bergantung pada perolehan serapan Cu yang yang mempengaruhi penyerapan logam berat
diperoleh akar dari tanah. ialah konsentrasi logam berat di dalam tanah,
semakin tinggi konsentrasi logam maka akan
Kandungan Cu dalam tanah
semakin banyak logam yang dapat diserap
Berdasarkan dosis dari masing-masing cemaran tanaman. Hal ini mungkin dapat disebabkan
logam tembaga (Cu) yang diberikan ke dalam oleh kemampuan tanaman rami dalam
tanah membuat kandungan logam berat di mengakumulasikan Cu yang berbeda-beda pada
dalam tanah semakin besar, dengan analisis setiap tanaman. Menurut Palar (2008) ion-ion
tanah pada media awal adalah 0,13 ppm Ca2+, K+ dan NH4+ apabila terdapat dalam
(pembulatan bilangan dari 0,129) hasil jumlah besar dapat mengurangi penyerapan Cu.

http://jtsl.ub.ac.id 295
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 2 : 291-297, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.2.13

Tabel 5. Kandungan Cu dalam tanah.


Perlakuan Kadar Cu pada Tanah Awal Kadar Cu pada Tanah Akhir IBR
(mg kg-1) (mg kg-1) (%)
P0 0,13 0,19 a 0,0
P1 10,13 3,80 b 62,0
P2 20,13 4,41 bc 78,0
P3 30,13 5,76 de 80,7
P4 40,13 6,59 e 83,5
P5 50,13 5,41 cd 89,2
Keterangan: Bilangan pada kolom yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada
uji DMRT dengan taraf 5%. Hari Setelah Tanam (HST) pada P0 adalah aplikasi Cu dengan dosis 0 ppm, P1
adalah dosis Cu 25 ppm, P2 adalah dosis Cu 50 ppm, P3 adalah dosis Cu 75 ppm, P4 adalah dosis Cu 100 ppm,
dan P5 adalah dosis Cu 125 ppm.

Apabila salah satu ion tersebut berada dalam menjelaskan bahwa selain sebagai media
jumlah besar di tanah akan menghambat tumbuh tanaman, tanah juga memiliki peranan
serapan unsur hara mikro lainnya. Diduga pada yang penting dalam proses pengangkutan
P4 terdapat ion-ion tersebut yang dapat bahan-bahan pencemar yang ada di dalam tanah,
menghambat penyerapan Cu dari dalam tanah proses pengangkutan itu sendiri dibagi menjadi
ke tanaman. Hal ini juga menyebabkan tinggi tiga yakni pengaliran (flow on), peresapan
tanaman dan jumlah daun pada P4 normal sama (absorption) dan pelumeran (leaching). Analisis lain
dengan pertumbuhan tanaman rami pada yang mungkin terjadi adalah adanya ikatan
perlakuan kontrol. Berdasarkan hasil sisa antara senyawa organik dengan ion logam yang
kandungan logam tembaga (Cu) di dalam tanah terkoordinasi. Ikatan antara senyawa organik
ini didapatkan nilai Indeks Bioremediasi (IBR) khususnya berupa asam-asam humat dan fulvat
dengan semakin besar dosis logam tembaga Cu dengan logam yang disebut sebagai kelasi atau
yang diaplikasikan maka semakin besar nilai IBR khelat. Menurut Suci (2003) menyatakan bahwa
yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan adanya senyawa organik yang cukup
pernyataan dari Putri (2012) yang menyebutkan memungkinkan terjadinya khelat yang berikatan
bahwa akan terjadi penurunan konsentrasi dengan kation logam seperti tembaga (Cu),
logam berat pada tanah setelah fitoremediasi unsur Cu2+ terikat lebih kuat pada senyawa
dibandingkan sebelum fitoremediasi. organik dibandingkan unsur mikro lainnya
Penurunan kandungan Cu dalam tanah seperti Zn, Mn dan logam-logam lainnya, ikatan
mengindikasikan bahwa telah terjadi ini dapat mengurangi ketersediaan tembaga (Cu)
pemindahan logam dari tanah ke tumbuhan. di dalam tanah, khususnya ketersediaan bagi
Media tanam diuji untuk mengetahui efektivitas tanaman. Kedua pernyataan tersebut
tanaman dalam menyerap Cu. Nilai tertinggi memungkinkan dugaan yang terjadi akibat
efektivitas tanaman rami dalam menyerap logam kandungan logam akhir yang tidak sesuai
berat tembaga (Cu) adalah sebesar 89,2% dengan dosis yang sudah diaplikasikan. Apabila
dengan konsentrasi 125 ppm. Berdasarkan kedua dugaan benar-benar terjadi maka hasil
persentase IBR tersebut, tanaman rami mampu dari perhitungan Indeks Bioremediasi (IBR)
dan efektif menurunkan kadar Cu > 50%. Hasil tidak menunjukan hasil yang riil serapan logam
ini menunjukkan bahwa tanaman rami memiliki tembaga oleh tanaman rami, namun dipengaruhi
kemampuan menyerap logam berat tembaga oleh beberapa faktor lain.
(Cu). Kandungan logam berat tembaga (Cu)
pada tanah, akar dan tajuk tanaman terdapat
perbedaan jumlah Cu yang tidak sesuai dengan
Kesimpulan
dosis yang sudah di aplikasikan. Hal ini dapat Tanaman rami dapat menurunkan akumulasi
memungkinkan terjadinya aktivitas pencucian logam tembaga pada tanah sampai > 50%
(leaching) atau lepasnya logam berat dari tanah dengan nilai IBR paling besar 89,2%, dengan
yang terbawa oleh air. Menurut Palar (2008) serapan akar paling besar pada P5 sebesar 9,920

http://jtsl.ub.ac.id 296
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 2 : 291-297, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.2.13

µg tanaman-1 dan serapan pada tajuk paling Indrasti, N.S., Suprihatin, B. dan Novita, A. 2006.
besar pada P3 sebesar 1,778 µg tanaman-1. Penyerapan logam Pb dan Cd oleh eceng gondok:
Mekanisme fitoremediasi dikategorikan dalam pengaruh konsentrasi logam dan lama waktu
mekanisme fitostabilisasi karena hasil dari kontak. Jurnal Teknologi Industri Pertanian
16(1): 44-50.
semua perlakuan menunjukan nilai Faktor
Liu, J. and Xiong, Z. 2005. Differences in
Translokasi TF < 1. Pada aplikasi bahan accumulation and physiological response to
pencemar logam berat Cu dengan dosis 10 - 50 copper stress in three populations of Elsholtzia
ppm untuk tanaman rami memberikan haichowensis S. Water, Air and Soil Polluttion 168:
pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan 5–16.
jumlah daun. Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam
Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
Priyanto, B. dan Prayitno, J. 2007. Fitoremediasi
Ucapan Terima Kasih Sebagai Sebuah Teknologi Pemulihan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Pencemaran Khususnya Logam Berat,
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) http://ltl.bppt.tripod.com/sublab/lflora1.htm.
Malang atas perkenan penggunaan rumah kaca milik Putri, S. 2012. Pengolahan Air Asam Tambang Di
STPP untuk pelaksanaan penelitian ini. PT. Berau Coal Lati Mine Operation. Tanjung
Redeb.
Suci, H. 2003. Sifat kimia Entisol pada sistem
Daftar Pustaka pertanian organik. Jurnal Ilmu Pertanian 10(2):
63-69.
Abror, M., Sabrina, T. dan Hidayat, B. 2013. Sudarmaji, J., Mukono. dan Corie, 2006. Toksikologi
Pengaruh biomassa Azolla terhadap status logam logam berat B3 dan dampaknya terhadap
berat timbal (Pb) pada tanah. Jurnal Online
kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Agroekoteknologi 1(3): 5 – 7. 2(2):129 -142.
Amelia, R.A., Rachmadiarti, F. and Yuliani. 2008. Yang, X.E., Long, X.X., Ni, W.Z. and C.U. Fu, C.U.
Analysis of lead level and the growth of rice
2005. Sedum alfredii H: a new Zn
plants in rice fields in Betas Village, Kapulungan, hyperaccumulating plant first found in China.
Gempol Pasuruan. LenteraBio 4(3): 187-191. Chinese Science Bulletin 47: 1634–1637.
Greipsson, S. 2011. Phytoremediation. Nature Yoon, J., Cao, X. and Zhou, O. 2006. Accumulation
Education Knowledge 3(10) : 7. of Pb, Cu, and Zn in native plants growing on a
Handayanto, E., Nuraini, Y., Muddarisna, N., Syam,
contamined Florida site. Science of the Total
N. dan Fiqri, A. 2017. Fitoremediasi dan Environment 368 : 456-464.
Phytomining Logam Berat Pencemar Tanah.
Malang : UB Press. 203 halaman, ISBN 978-602-
432-013-3.
Hardiani. 2009. Potensi tanaman dalam
mengakumulasi logam CuSO4 pada media tanah
terkontaminasi limbah padat industri kertas.
Jurnal BS Balai Besar Pulp dan Kertas Bandung
44(1): 27 – 40.

http://jtsl.ub.ac.id 297
halaman ini sengaja dikosongkan

http://jtsl.ub.ac.id 298

Anda mungkin juga menyukai