2207-Article Text-6535-1-10-20140321

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Online Jurnal of Natural Science, Vol.

3(1):31-39 ISSN: 2338-0950


March 2014

FITOAKUMULASI MERKURI OLEH AKAR TANAMAN BAYAM DURI


(AMARANTUS SPINOSUS LINN) PADA TANAH TERCEMAR

Sopyan1) Rismawati Sikanna2) Ni Ketut Sumarni3*)


1
Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Tadulako
2
Lab. Kimia Analitik Fakultas MIPA, Universitas Tadulako
3
Lab. Kimia Fisik dan Anorganik Fakultas MIPA, Universitas Tadulako

ABSTRACT
The studies entitled Fitoakumulasi Mercury By Root Crops Spinach Thorns ( Amarantus
spinosus Linn ) In Contaminated Soil has been done with the purpose of remediation
time know effect on the ability of plant roots to absorb mercury thorn spinach and
determine the maximum concentration of mercury that accumulates in the roots of
spinach plants thorns in the remediation time . The method used in this study is defined
as phytoremediation technology recovery , cleanup , removal or reduction of
contaminants in soil or water by using the help of plants . Time remediation consists of 4
stages 7 , 14 , 21 and 42 days . While planting media concentration is 25 ppm , 50 ppm ,
75 ppm and 100 ppm . The maximum concentration of adsorbed on the roots of spinach
plants thorns is 0 , the dry weight of roots harvested at a institusen empire with a
concentration of 100 ppm , the remediation time is day 14 ( P2 ) . And the ability of the
roots to absorb mercury remediation significantly different with respect to time .

Keywords : Phytoremediation, Mercury Metal, Plant spinach, remediation time, and Mercury
concentration in growing media .

ABSTRAK
Penilitian yang berjudul Fitoakumulasi Merkuri Oleh Akar Tanaman Bayam Duri (Amarantus
Spinosus Linn) Pada Tanah Tercemar telah dilakukan dengan tujuan mengetehui pengaruh
waktu remediasi terhadap kemampuan akar tanaman bayam duri dalam menyerap merkuri dan
mengetahui konsentrasi merkuri yang terakumulasi maksimum pada akar tanaman bayam duri
pada waktu remediasi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah fitoremediasi yang
didefinisikan sebagai teknologi pemulihan, pembersihan, penghilangan atau pengurangan zat
pencemar dalam tanah atau air dengan mengunakan bantuan tanaman. Waktu remediasi terdiri
atas 4 tahap yaitu 7, 14, 21 dan 42 hari. Sedangkan konsentrasi media penanaman yaitu 25
ppm, 50 ppm, 75 ppm dan 100 ppm. Konsentrasi maksimum yang terserap pada akar tanaman
bayam duri adalah 0,4625 g/mg berat kering akar yang dipanen pada media tanan dengan
konsentrasi 100 ppm, pada waktu remediasi yaitu hari ke 14 (P2). Serta kemampuan akar
dalam menyerap merkuri berbeda nyata terhadap waktu remediasi.
Kata kunci: Fitoremediasi, Logam Merkuri, Tanaman bayam duri, Waktu remediasi, dan
Konsentrasi media tanam.

Corresponding author : [email protected]


31
Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(1): 31-39 ISSN: 2338-0950
March 2014

I. LATAR BELAKANG konsentrasi merkuri pada media


Pembuangan limbah ke tanah juga penanaman. Variabel penelitian meliputi:
tidak dapat dihindarkan bahkan sampai 1. Variabel bebas (independent
melebihi kemampuan tanah dalam variable). Pada penelitian ada 2, yaitu
menetralisir logam yang dapat waktu remediasi tanaman bayam duri
mengakibatkan pencemaran tanah, karena dan konsentrasi merkuri dalam media
tanah merupakan bagian dari siklus logam penanaman.
berat. Secara umum logam-logam tersebut
2. Sedangkan variabel terikat (dependent
berada di lingkungan karena adanya proses
variable) adalah konsentrasi
alam atau akibat aktivitas manusia. Jenis
merkuri (Hg) pada akar tanaman
logam berat yang berpotensi merusak
bayam duri.
lingkungan hidup yaitu limbah logam berat
yang termasuk dalam Bahan Beracun Masing-masing perlakuan 2 kali
Berbahaya (B3) seperti timbal (Pb), pengulangan sehingga jumlah unit
kadmium (Cd), merkuri (Hg) atau arsen perlakuan untuk variasi waktu remediasi
(As) (Miskiyah dkk, 2007). adalah 2 x 4 = 8 unit. Faktor ini
Oleh karena itu, perlu dilakukan disimbolkan (P) yang terdiri dari 4 waktu
tindakan penanganan limbah logam berat remediasi, P1(7 hari), P2 (14 hari), P3 (21
pada lahan tercemar secara fisik atau kimia. hari) dan P4 (42 hari). Sedangkan variasi
Salah satunya adalah tindakan remediasi konsentrasi juga terdiri dari 8 unit
karena mudah, murah dan efisien. Metode perlakuan dan diberi simbol (C). Variasi
remediasi yang dapat digunakan adalah konsentrasi merkuri pada media
fitoremediasi (Ludang dkk, 2008). penanaman diantaranya: 25 ppm (C1), 50
II. METODOLOGI PENELITIAN ppm (C2), 75 ppm (C3) dan 100 ppm (C4)
Tanah sebagai media penanaman, merkuri.
Bibit Tanaman bayam duri (A. spinosus
Penyiapan Media Tanam, Penanaman,
Linn), HgCl2, Pupuk (TSP, KCl dan urea). Pemanenan dan Pengeringan Tanaman
Metode yang digunakan: bayam duri (Hanafiah, 2010)

Penelitian dilakukan dengan a. Pembuatan media tanam


rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri
Seyawa yang digunakan untuk
dari 2 faktor, waktu remediasi dan
mencemari media tanam adalah HgCl2,
konsentrasi yang digunakan berturut-turut

Fitoakumulasi Merkuri Oleh Akar Tanaman Bayam (Sopyan et al.)


32
Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(1): 31-39 ISSN: 2338-0950
March 2014

25 ppm, 50 ppm, 75 ppm, dan 100 ppm. c. Pemanenan


Konsentrasi larutan tersebut dibuat Tanaman dipanen setiap 7 hari,14
berturut-turut dengan menimbang, hari, 21 hari dan 42 hari tanam (waktu
sebanyak 0,0678 ; 0,1354 ; 0,2031 dan remediasi).
0,2708 gram HgCl2, untuk pembuatan
media tanam dengan konsentrasi 25 ppm, d. Pengeringan

50 ppm, 75 ppm dan 100 ppm. Setelah dipanen, akar dipisahkan,


Garam-garam tersebut dilarutkan dalam diangin-anginkan, ditimbang, dan
100 ml air dan dikocok hingga larut. dikeringkan dalam oven selama 24 jam
Selanjutnya masing- masing pot perlakuan pada suhu 60oC. Kemudian didinginkan
yang sudah terisi tanah disiram larutan dalam desikator sebelum ditimbang
merkuri pada permukaan tanah tersebut. kembali.
Tanah tampak kering (± 24 jam), tanah
Dekstruksi, Pembuatan Deret Larutan
sebanyak 2 Kg tersebut diaduk secara
Standar, Pengukuran dengan
merata dan dibiarkan selama 2 minggu Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA)(Darmono, 1995)
hingga menghasilkan tanah yang tercemar
merkuri. Setelah penghomogenan selesai, a. Dekstruksi
tanah-tanah tersebut ditaburi Pupuk (urea 1 Sampel (akar tanaman bayam duri)
g,TSP 0,5 g dan KCl 0,5 g) dan dibiarkan terlebih dahulu didekstruksi dengan cara
selama 2 hari sebelum penanaman. akar yang telah kering ditimbang dan
dihaluskan. Dimasukkan ke dalam botol
b. Penanaman dan pemeliharaan tanaman
BOD kemudian disimpan di freezer selama
bayam duri
60 menit. Selanjutnya di tambahkan 15 ml
Biji bayam duri (Amarantus
asam Nitrat 65%, 5 ml H2SO4 95% (proses
spinosus linn) direndam terlebih dahulu
ini berlangsung dalam lemari asam) dan 15
dengan air selama 4 jam kemudian
ml KmnO4 5% (menunggu 15 menit
ditanam di tempat semain, selanjutnya
disiram setiap hari agar tumbuh. Setelah sampai warna KmnO4 stabil). Di masukkan

bibit tanaman bayam duri mencapai tinggi ke oven dengan suhu 60oC selama 2 jam,
kira-kira 3 – 4 cm (dengan daun 3 – 4 helai) dinginkan pada suhu ruang. Selanjutnya di
kurang lebih 10 hari. Bibit tanaman bayam tambahkan 5 ml K2S2O8 5% dan diamkan
duri siap dipindah ke media penelitian selama satu malam. Setelah itu tambahkan
(pot). 6 ml NH2OH.HCl 10 % (diamkan selama 5
menit dan sekali –kali dihomogenkan).

Fitoakumulasi Merkuri Oleh Akar Tanaman Bayam (Sopyan et al.)


33
Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(1): 31-39 ISSN: 2338-0950
March 2014

Disaring dengan kertas saring whatman No serapan atom pada panjang gelombang
42, fitral hasil penyaringan dimasukan 253,7 nm tanpa nyala (flameless)
kedalam labu takar 100 ml dan dicukupkan menggunakan hybrid vapour generator, hal
volumenya hingga tanda batas. ini dikarenakan merkuri mudah menguap.
Sebanyak 50 ml larutan sampel
b. Pembuatan Deret larutan standar
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan
Sebanyak 5 ml larutan baku
dicukupkan volumenya hingga tanda batas
(merkuri 1000 ppm) dimasukkan dalam
dengan akuades.
labu ukur 50 ml dan diimpitkan dengan
Sampel yang telah siap diuji
akuades. Selanjutnya 5 ml dari larutan
diperlakukan serupa dengan perlakuan
merkuri 100 ppm tersebut, diimpitkn
larutan standar yakni ditambahkan 10 ml
kembali dengan akuades dalam labu 50 ml.
asam sulfat 10 N dan 5 ml larutan SnCl2
Kemudian dengan perlakuan sama larutan
kemudian diukur dengan alat AAS. Kadar
merkuri 10 ppm dibuat menjadi 1 ppm
Hg dalam sampel ditentukan menggunakan
(1000 ppb).
kurva kalibrasi yang telah dibuat
Pembuatan larutan standar 0; 10 ; 20; 30;
sebelumnya.
40; 50; 75; dan 100 ppb dan sebagai blanko
digunakan larutan 0 ppb. Larutan baku Perhitungan dan Analisa Data
1000 ppb dipipet ke dalam labu ukur 100
Analisis sampel dilakukan dengan cara:
ml masing-masing 0; 1; 2; 3; 4; 5; 7,5 dan
10 ml yang kemudian ditambahkan 1. Penentuan kadar air sampel
akuades hingga tanda batas. (BPT-BPPP DEPTAN, 2005)
Rumus:
c. Pengukuran dengan Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA) w2 − w3
Kadar Air = x 100%
w2 − w1
Penentuan merkuri dalam sampel
Dimana:
dilakukan dengan SSA menggunakan
W1 = Berat cawan kosong
metode Cold Vapor secara kurva kalibrasi
W2 = Berat cawan + sampel
dengan mengukur absorban dari larutan
sebelum pemanasan
standar dan larutan sampel hasil dekstruksi.
W3 = Berat cawan + sampel setelah
Sebanyak 100 ml dari masing-masing
pemanasan
larutan standar ditambahkan 10 ml asam
2. Penentuan konsentrasi dan berat
sulfat 10 N dan 5 ml larutan SnCl2
logam merkuri (Darmono, 1995)
kemudian diukur dengan spektrofotometer

Fitoakumulasi Merkuri Oleh Akar Tanaman Bayam (Sopyan et al.)


34
Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(1): 31-39 ISSN: 2338-0950
March 2014

penyerapan dari tanaman bayam duri, di


a. Rumus: Konsetrasi merkuri terbaca mana pada konsentrasi 25 ppm merkuri
untuk 100 ml larutan yaitu:
yang terakumulasi oleh akar tanaman
kons .terbaca ppb x FP
Kons Hg(ppm) = bayam duri sebesar 0,0749 mg/g,
1000
sedangkan pada konsentrasi 50 ppm yang
Jadi kempauan penyerapan dengan berat terakumulasi 0,2095 mg/g, pada
sampel (g) adalah: konsentrasi 75 ppm tanaman bayam duri
kons . Hg ppm x V (L )
Kons Hg(mg/g) = dapat mengakumulasi sebesar 0,2341
W 1 (gram )
mg/g; dan konsentrasi 100 ppm merkuri
Dimana: yang terakumulasi 0,3351 mg/g.
Kons, terbaca = Konsentrasi hasil Berdasarkan perlakuan yang diterapkan,
pembacaan SSA (ppb) hasil yang diperoleh menunjukkan keadaan
Kons. Hg = Kons Hasil perhitungan yang berbeda.
(µg/gram)
3.1. Penentuan Konsentrasi Merkuri
V = Volume sampel (Liter) Yang Terakumulasi Pada Akar
Tanaman Bayam Duri Pada
w1 = Berat sampel terukur Berbagai Waktu Remediasi.
(gram)
Tanah berperan sebagai media
FP = faktor pengenceran
tanam atau pertumbuhan dan sekaligus
sebagai tempat berlangsungnya siklus
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
logam berat oleh karena itu perlu diketahui
Konsentrasi rata-rata logam
jenis dan karakter suatu tanah. Di mana
merkuri pada akar tanaman bayam duri
akumulasi logam dalam tanaman tidak
berdasarkan umur panen dengan
hanya tergantung pada kandungannya
konsentrasi 100 ppm pada media tanam
dalam tanah, akan tetapi juga tergantung
dalam setiap berat keringnya, berturut-turut
pada unsur kimia tanah, jenis logam dan
dengan waktu remediasi 7 hari (P1) sebesar
spesies tanaman (Darmono, 1995).
0,3351 mg/g; 14 hari (P2) sebesar 0,4625
Sehingga perlu dilakukan penentuan sifat
mg/g; 21 hari (P3) sebesar 0,1345 mg/g;
fisik dan kimia tanah sebelum digunakan.
dan 42 hari (P4) sebesar 0,0199 mg/g
Beberapa parameter tersebut antara lain
konsentrasi merkuri yang diserap oleh akar
tekstur tanah, kadar N, P, K, serta
tanaman. Hasil penelitian menunjukan
konsentrasi Hg dalam tanah. Tanah yang
bahwa konsentrasi media tanam
digunakan dalam penelitian ini adalah
berpengaruh terhadap akumulasi/
lempung berdebu (Balai Penelitian Tanah,

Fitoakumulasi Merkuri Oleh Akar Tanaman Bayam (Sopyan et al.)


35
Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(1): 31-39 ISSN: 2338-0950
March 2014

2005). Dari hasil yang diperoleh, panen tanaman bayam duri mengalami
kedua (P2) memiliki nilai konsentrasi yang keracunan.
tinggi jika dibandingkan dengan panen
3.2. Pengaruh Waktu Remediasi
pertama (P1), ketiga (P3) dan keempat terhadap Kemampuan Akar
(P4). Hal ini menunjukkan bahwa bahwa Tanaman Bayam Duri Dalam
Menyerap Merkuri (Hg)
Fitoakumulasi logam merkuri oleh akar
tanaman bayam duri mencapai maksimum Konsentrasi logam merkuri pada

pada umur 14 hari tanam. Grafik akar tanaman bayam duri (ppm berat kering

hubungan umur (waktu) panen terhadap sampel) terhadap pengaruh konsentrasi

besarnya konsentrasi rata-rata logam media penanaman terlihat pada gambar 2.

merkuri pada akar tanaman bayam duri Konsentrasi tersebut tampak berbeda, baik

ditunjukkan pada Gambar 1. secara statistik maupun secara


instrumentasi. Hal ini menunjukkan
tingginya konsentrasi media penanaman
berpengaruh sangat nyata dalam
meningkatkan serapan logam merkuri pada
akar tanaman bayam duri (F hitung > F
tabel 0,01). Melalui uji BNT pada taraf 5%
dan 1%, juga menunjukkan bahwa
konsentrasi media tanam berpengaruh
Gambar 1: Hubungan waktu remediasi terhadap sangat nyata dalam meningkatkan
konsentrasi rata-rata merkuri (Hg)
pada akar tanaman bayam duri konsentrasi logam merkuri pada akar tanam
bayam duri. Konsentrasi tertinggi dari salah
Gambar di atas menunjukkan
satu perlakuan yang sangat menonjol
penurunan konsentrasi pada umur 21 dan
diperoleh dari media tanam 100 ppm
42 hari tanam, hal tersebut disebabkan akar
dengan konsentrasi rata-rata logam
tanaman mengalami stress atau jenuh
merkuri yaitu 33,5051 ppm berat kering
sehingga penyerapan merkuri berkurang,
sampel. Hasil ini belum menunjukkan
yang akibatnya penyerapan pada minggu
konsentrasi maksimum, sehingga batas
tersebut sangat menurun (Munawar dkk,
kemampuan tanaman dalam mentoleransi
2010), bukan berarti bahwa proses
logam merkuri masih perlu dikaji.
penyerapan logam merkuri akan terhenti,
tetapi penyerapan terus berlangsung sampai

Fitoakumulasi Merkuri Oleh Akar Tanaman Bayam (Sopyan et al.)


36
Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(1): 31-39 ISSN: 2338-0950
March 2014

perbandingan antara konsentrasi logam


dalam akar terhadap konsentrasinya dalam
tanah, sedangkan faktor translokasi (TF)
merupakan rasio konsentrasi logam dalam
pucuk (daun) terhadap konsentrasi pada
akar. Pada dasarnya faktor BCF dan TF
merupakan indikator yang dapat
membedakan mekanisme akumulasi antara
fitostabilisasi dan fitoektraksi. Jika nilai
BCF > 1 dan TF < 1, disebut mekanisme
Gambar 2: Hubungan konsentrasi merkuri yang
terserap oleh akar tanaman bayam fitostabilisasi dan sebaliknya, jika nilai
duri dan besarnya konsentrasi pada BCF < 1 dan TF > 1 maka disebut
media penanaman. fitoektraksi (Liong, 2010).
Meningkatnya konsentrasi logam Hasil perhitungan nilai BCF untuk
merkuri yang terserap pada akar tanaman pengaruh waktu remediasi terlihat pada
bayam duri seiring dengan bertambahnya Gambar 3 berikut.
konsentrasi merkuri pada media
penanaman.

3.3. Nilai Faktor Biokonsentrasi


(BCF) terhadap Pengaruh
Waktu Remediasi dan
Konsentrasi Media Penanaman

Sejumlah tumbuhan dari banyak


famili terbukti memiliki sifat hipertoleran,
yakni mampu mengakumulasi logam Gambar 3 : Hubungan nilai BCF terhadap
perlakuan waktu remediasi.
dengan konsentrasi tinggi pada jaringan
akar dan daunnya sehingga bersifat Gambar di atas menunjukan bahwa
hiperakumulator (Hardiani, 2009). Jenis nilai BCF < 1 yang berarti bahwa
mekanisme yang digunakan oleh tanaman akumulasi logam merkuri dalam tanaman
bayam duri dapat diketahui melalui nilai bayam duri terjadi melalui mekanisme
faktor biokonsentrasi (BCF) dan faktor fitostabilisasi. Menyebabkan polutan
translokasi (TF) yang berkaitan. Faktor distabilkan dalam tanah, dimana logam
Biokonsetrasi (BCF) merupakan rasio terdistribusi paling besar pada bagian akar

Fitoakumulasi Merkuri Oleh Akar Tanaman Bayam (Sopyan et al.)


37
Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(1): 31-39 ISSN: 2338-0950
March 2014

dibanding pada bagian daun. Proses 100 ppm, pada waktu remediasi yaitu
akumulasi sangat tergantung pada hari ke 14 (P2),
kemampuan akar dalam memobilisasi 2. Kemampuan akar dalam menyerap
bahan pencemar. Sedangkan pengaruh merkuri berbeda terhadap waktu
konsentrasi media penanaman terhadap remediasi .
nilai faktor biokonsentrasi, juga
V. DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan nilai yang lebih kecil dari
satu (BCF < 1) dan terlihat pada Gambar 4 Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian
berikut ini. dan Pengembangan Pertanian.
2005. Petunjuk Teknis Analisis
Kimia Tanah, Tanaman, Air
dan Pupuk. DEPTAN. Agro
Inovasi, Bogor.

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem


Biologi. Penerbit Universitas
Indonesia (UII-Press). Jakarta.

Hanafiah, K. A. 2010. Rancangan


Percobaan. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Gambar 5 : Hubungan nilai BCF terhadap Hardiani, H. 2009. Potensi tanaman
konsentrasi media tanam.
dalam mengakumulasi logam
Cu Pada media tanah
Besarnya nilai BCF, baik pengaruh terkontaminasi limbah padat
waktu remediasi dan pengaruh konsentrasi Industri kertas.Balai Besar
Pulp dan Kertas, Bandung 44
media penanaman menunjukkan bahwa (1) : 27 - 40
proses penyerapan logam merkuri pada
Liong, S. 2010. Mekanisme
tanaman bayam duri terjadi melalui Fitoakumulatif Ion Cd(II),
mekanisme fitostabilisasi. Selain itu, terjadi Cr(VI) dan Pb(II) pada
Kangkung Darat (Ipomoea
proses distribusi logam ke bagian organ reptans Poir). Disertasi
tanaman lain. Program Pasca Sarjana
Universitas Hasanuddin,
IV. KESIMPULAN Makassar.
1. Konsentrasi merkuri maksimum Ludang, Mangkoedihardjo, Margareth,
yang terserap pada akar adalah 0,4625 dan Surahmaida. 2008. Sistem
Loop Pemulihan Tanah
mg/g berat kering akar yang dipanen Tercemar Timbal
pada media tanam dengan konsentrasi Menggunakan Proses
Bioaugmentasi Kompos dan
Fitoremediasi Tanaman Jarak
Pagar.

Fitoakumulasi Merkuri Oleh Akar Tanaman Bayam (Sopyan et al.)


38
Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(1): 31-39 ISSN: 2338-0950
March 2014

(http//its.ac.id/personal/files
, diakses 01 Mei 2010)

Miskiyah, Suismono dan Widaningrum.


2007. Bahaya Kontaminasi
Logam Berat dalam Sayuran
dan Alternatif Pencegahan
Cemarannya. Buletin
Teknologi Pascapanen
Pertanian 3

Munawar, Ali dan Rina. 2010.


Kemampuan Tanaman
Mangrop Untuk Menyerap
Logam Berat Merkuri (Hg) dan
Timbal (Pb). J. Ilmu Teknik
Lingkungan (2)

Fitoakumulasi Merkuri Oleh Akar Tanaman Bayam (Sopyan et al.)


39

Anda mungkin juga menyukai