Kelompok 2 Resume Jurnal Fitoremediasi Logam Berat Pada Tanah
Kelompok 2 Resume Jurnal Fitoremediasi Logam Berat Pada Tanah
Kelompok 2 Resume Jurnal Fitoremediasi Logam Berat Pada Tanah
I. PENDAHULUAN
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengatasi pencemaran logam berat
yang mengkhawatirkan di lingkungan tanah dengan penggunaan metode fisik,
kimia, dan biologi. Metode biologi yang dikembangkan saat ini adalah
penggunaan beberapa tanaman bioakumulasi logam berat untuk menurunkan
konsentrasi logam berat tanah dengan mengakumulasi logam berat pada akar
tanaman (fitostabilisasi) atau pucuk tanaman (fitoekstraksi) atau bagian tanaman
lain yang dipanen, yang disebut sebagai fitoremediasi. Efektivitas fitoremediasi
dilaporkan lebih tinggi bila dikombinasikan dengan metode kimia dan juga
menggunakan bahan pembenah tanah seperti kapur, bahan organik, bahan
pengkhelat atau biochar.
harus mampu bersaing dengan jenis yang kurang diminati, harus mampu
beradaptasi pada berbagai kondisi tanah dan iklim, serta harus mampu tumbuh di
lahan tanah yang tidak subur.
Sampel tanah dikumpulkan dari petak percobaan yang dilakukan pada tahun 1998
di Sidosari, Natar, Lampung Selatan. Sampel tanah diambil secara komposit dari 5
titik pada petak percobaan yang diberikan perlakuan hanya limbah indsutri pada
dosis kontrol (0 Mg ha-1), dosis rendah (15 Mg ha-1), dan dosis tinggi (60 Mg ha-
1
). Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan auger Belgia
dengan ukuran 0-15 cm. Sampel tanah dikeringkudara, digiling hingga lolos
saringan 2 mm, dan diaduk rata sebelum digunakan dalam percobaan. Kadar air
sampel tanah ditentukan berdasarkan berat kering oven (1050C selama 24 jam).
Sifat awal tanah dan limbah industri yang digunakan ditunjukkan oleh (Tabel 1).
3
Tabel 1. Sifat-sifat awal tanah dan limbah industri terpilij yang digunakan dalam
penelitian.
Tunas dan akar tanaman dipanen secara terpisah dan ditimbang berat basah dan
berat kering oven (600C, 3 x 24 jam) dan dianalisis Zn tanaman pada akhir masa
pertumbuhan 4 minggu. Sampel tanah juga diambil untuk dianalisis Zn
menggunakan HNO3 1 N yang melibatkan penggunaan Atomic Absorption
Spectrophotometer (AAS). Selain Zn tanah, ditentukan juga N total tanah
(menggunakan metode Kjeldahl), C-organik (menggunakan metode Walkey and
Black), dan pH tanah (menggunakan elektroda pH). Analisis tanah dilakukan
sebelum dan sesudah penenaman.
dalam tungku, dipanaskan pada suhu 3000C selama 2 jam dan kemudian pada
suhu 5000C selama 4 jam. Setelah itu sampel tanaman diambil dan dibiarkan
mencapai suhu kamar. Sampel tanah dibasahi dengan beberapa tetes air suling dan
diberi perlakuan dengan 10 ml HCl 1 N dan diletakkan di atas hot plate dan
dibiarkan mendidih perlahan. Setelah dingin, abu tanaman yang larut disaring ke
dalam labu ukur 100 ml. Wadah kemudian dibilas dengan 10 ml HCl 1 N dan
sekitar 50 ml air suling pada kertas saring ke dalam labu ukur. Air suling
ditambahkan untuk mengencerkan filtrat hingga 100 ml. Sebelum analisis Zn,
filtrat dikocok dahulu lalu masukkan ke dalam flame AAS.
Gambar 2. Serapan Zn oleh beberapa tanaman dari tanah yang tercemar logam
berat (selada mati pada kadar Zn tinggi)
ekstraktor logam berat yang paling efektif di antara ketiga tanaman tersebut. Tidak
ada data untuk selada dengan tingkat limbah tertinggi. Selada mati pada tingkat
limbah yang tinggi (Gambar 2).
Semua data di atas menunjukkan bahwa kangkung mampu tumbuh dengan baik di
tanah tropis yang tercemar Zn (Tabel 2, Gambar 2). Tanaman ini mempunyai daya
adaptasi yang tinggi terhadap tekanan lingkungan seperti logam berat, terbukti
dari daya adaptasinya terhadap tanah tropis yang terkontaminasi dan tidak
menunjukkan gejala toksisitas. Menurut Mukhopadhyay dkk (2010), tanaman
dengan biomassa yang tinggi dan pertumbuhan yang cepat seperti kangkung
cenderung mempunyai daya serap dan translokasi logam yang lebih baik.
Sebaliknya, hasil pengamatan menunjukkan bahwa selada menunjukkan gejala
toksisitas logam berat berupa klorosis pada hari ke 4 setelah tanam dan mati pada
minggu ke 2 setelah tanam pada tanah yang diberi limbah 60 Mg ha-1. Hal ini
7
menunjukkan bahwa selada tidak cocok untuk agen fitoremediasi pada tanah
dengan logam berat tinggi.
Seperti halnya biomassa semua tanaman, C organik tanah dan N total juga
dipengaruhi oleh Zn tanah; meningkat pada konsentrasi yang lebih rendah tetapi
diturunkan pada konsentrasi Zn yang tinggi (Tabel 3). Kehadiran lebih banyak
logam berat seperti Zn di dalam tanah mungkin telah menekan kemampuan akar
tanaman untuk menghasilkan eksudat organik seperti asam organik. Zn tanah yang
tinggi dan logam berat lainnya juga dapat menurunkan populasi dan aktivitas
mikroba tanah, serta sifat enzimatik tanah, yang dapat menurunkan C organik.
IV. KESIMPULAN