359-Article Text-2327-1-10-20190629
359-Article Text-2327-1-10-20190629
359-Article Text-2327-1-10-20190629
Abstract
A. Pendahuluan
Entitas pembangunan ekonomi dewasa kini dapat diamati
berjalan dengan konsep-konsep yang kapitalis. Perkembangan ini
tidak terlepas dari adanya gagasan untuk dihadirkannya pedoman
yang bersesuaian dengan zaman yang kian hari semakin terus
berkembang oleh pelaku-pelaku ekonomi secara global. Padahal bila
menilik kepada sejarah perkembangan Islam, tidak sedikit juga
kajian-kajian yang dilakukan hingga kemudian menghadirkan
pemikiran-pemikiran yang memiliki tingkat relevansi yang tinggi
untuk berjalan dan mengejar keberadaan zaman yang begitu
abstrak perubahannya. Purwaragamnya masyarakat global,
hadirnya berbagai pemikiran baru, rendahnya kepercayaan
128 JURISPRUDENSI IAIN LANGSA, Vol. IX, No. 2, Tahun 2017
Juli – Desember 2017 Jurnal Syari'ah
1. Kharaj
Kharaj ialah tanah taklukan milik kaum kafir yang kalah
dalam peperangan dan tanah tersebut jatuh kepada umat
Islam. Tanah tersebut dimanfaatkan untuk lahan pertanian,
siapapun yang ingin menggaraap maka ia harus membayar
sewa. Pendapatan dari sewa inilah yang termasuk kedalam
ruang lingkup kharaj. Jika terjadi konfrontasi antara kaum
kafir dan muslim yang berakhir dengan perdamaian, maka
mereka membuat perjanjian untuk menentukan apakah lahan
yang diolah tetap menjadi milik non-muslim atau diserahkan
kepada umat Islam. Jika non-muslim yang mengolahnya, maka
3Abu Ubaid,Al-Amwal,…h. 24
134 JURISPRUDENSI IAIN LANGSA, Vol. IX, No. 2, Tahun 2017
Juli – Desember 2017 Jurnal Syari'ah
5) Fungsi Uang16
Abu Ubaid mengakui adanya dua fungsi uang yaitu sebagai
standar dari nilai pertukaran (standard of exchange value) dan
sebagai media pertukaran (medium of exchange). Dalam
memaparkan teori tentang uang ia memaparkan bahwa emas dan
peraklah yang dapat diakui sebagai alat tukar karena keduanya
memiliki nilai intrinsik dan nilai nominal yang sama sehingga
keduanya sangat layak bila dikonversikan dengan objek yang lain.
Ia merujuk pada kegunaan umum dan relatif konstannya nilai emas
dan perak dibanding dengan komoditas yang lain. Jika kedua benda
tersebut digunakan sebagian komoditas maka nilainya akan dapat
berubah-ubah pula karena dalam hal tersebut keduanya akan
memainkan peran yang berbeda sebagai barang yang harus dinilai
atau sebagai standar penilaian dari barang lainnya. Walaupun Abu
Ubaid tidak menyebutkan fungsi penyimpanan nilai (store of 'value)
dari emas dan perak, ia secara implisit mengakui adanya fungsi
tersebut ketika membahas tentang jumlah tabungan minimum
tahunan yang wajib terkena zakat.
Abu Ubaid mengungkap sebuah bab khusus yang membedakan
kitab al-Amwal dengan kitab-kitab lainnya, yaitu pada
C. Penutup
Pemikiran-pemikiran ekonomi Abu Ubaid merefleksikan
perlunya memelihara dan mempertahankan hak dan kewajiban
masyarakat, menjadikan keadilan sebagai prinsip utama dalam
menjalankan roda kebijakan pemerintah serta menekankan rasa
persatuan dan tanggung jawab bersama. Disamping itu, Abu Ubaid
juga secara tegas menyatakan bahwa pemerintah wajib
memberikan jaminan standar kehidupan yang layak bagi setiap
individu dalam sebuah masyarakat muslim. Abu Ubaid mengatakan
bahwa penerimaan negara (fai', khumus, shadaqah dan zakat) wajib
dikelola negara dan mengalokasikannya kepada masyarakat.
Menuriut Abu Ubaid uang harus memiliki nilai intrinsic sebagai
standar dari nilai pertukaran (standard of exchange value) dan
sebagai media pertukaran (medium of exchange). Ia berpandangan
bahwa hanya dinar dan dirham yang layak digunakan sebagai alat
tukar karena memiliki nilai yang stabil sehingga bisa menghindari
arus inflasi yang berakibat buruk bagi perekonomian negara.
DAFTAR PUSTAKA