Islam Dan Pancasila

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Islam dan Pancasila

Oleh:
Huzaini Ramadan
[email protected]

PENDAHULUAN
Bagi masyarakat Indonesia, Pancasila bisa disebut sebagai hal yang sakral.
Pancasila menjadi pijakan utama dalam kehidupan bermasyarakat di berbagai
aspeknya. Persatuan dan kesatuan bangsa pun membutuhkan Pancasila sebagai
pengikat yang erat. Tanpa Pancasila, barangkali ada begitu banyak tantangan yang
sulit dilewati untuk menjadi negara yang dikenal memiliki pluralitas serta
toleransi tinggi, sekalipun dengan berbagai perbedaan nyata yang dimiliki.
Di dalam Pancasila, kita bisa melihat nilai-nilai filosofis yang mendalam.
Nilai inilah yang menjadi ideologi bangsa dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila adalah ideologi yang bertitik tolak dari teori-teori filsafat,
yang dikembangkan oleh para tokoh nasionalisme seperti Soekarno, Notonagoro,
Soerjanto Poespowardoyo, Sastrapratedja, dan para pemikir lain. Dengan
pancasila juga, Indonesia memiliki identitas bangsa yang khas.
Kehadiran negara bagi warganya merupakan hal penting. Negara hadir
sebagai wujud wadah politik bagi seluruh warganya, yang berkeinginan untuk
mendapatkan kehidupan terbaik. Indonesia merupakan negara yang dikenal
sebagai negara “adil dan makmur” yaitu negara yang diharap mampu
mengantarkan seluruh rakyatnya menikmati keadilan dan kemakmuran bersama.1
Tujuan pembentukan negara sebagai alat politik bagi seluruh warganya
adalah untuk menciptakan keadaan agar rakyat bisa memperoleh berbagai
keinginannya semaksimal mungkin, yang pada akhirnya muara akhir dari tujuan
negara adalah mampu menghadirkan kebahagiaan bagi rakyatnya atau bonum
publicum, common good, common wealth.2 Sebagai negara Indonesia juga
memiliki tujuan yang sama, yaitu menginginkan terciptanya negara yang adil dan
makmur.
Maka, salah satu upaya yang digunakan untuk mencapai tujuan terciptanya
negara yang adil dan makmur ialah dengan membuat Pancasila sebagai ideologi
bangsa.

1
Wartoyo.(2020). Filsafat Dan Ideologi Pancasila: Teori, Kajian dan Isu Kontemporer, Solo:
Percetakan Kurnia Solo, hal. 2
2
Miriam Budiardjo. (1989). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, hal. 39
PANCASILA DALAM PANDANGAN ISLAM
Islam adalah sebuah agama, sementara Pancasila adalah merupakan
falsafah hidup dalam berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu dalam negara
berideologi Pancasila, Islam bisa hidup dan berkembang.3
M. Natsir menurut pandangannya bahwa Pancasila tidaklah bertentangan
dengan ajaran Islam. Menurutnya Pancasila bukanlah sesuatu yang asing bagi
Islam sejauh ia ditafsirkan sesuai dengan asa-asa keyakinan agama itu.
Sebaliknya, ia akan menjadi asing jika ditafsirkan dengan cara-cara yang tidak
cocok. M. Natsir dalam bukunya yang berjudul Tindjauan Hidup menegaskan:
“pantjasila itu tidak lebih daripada satu perumusan. Perumusan itu
membayangkan adjaran Islam, kalau ketuhanan jang maha Esa diudjudkan untuk
Tauhid, kalau keadilan Sosial membajangkan ihsan baina al-nas maka pantjasila
itu paling banjak adalah merupajan bajangan.......adjaran Islam.”4
Natsir juga mengingatkan jika walaupun banyak kesamaan antara
Pancasila dengan Islam, tidak berarti bahwa Islam adalah Pancasila atau
sebaliknya Pancasila adalah Islam karena pada dasarnya keduanya tetap berbeda,
kata Natsir “lebih luas daripada lima dalam pancasila itu. Lima sila itu hanyalah
menggambarkan sebagian dari ajaran Islam.” (Abadi, 22 Mei 1954)5
Maka dari itu, menurut Natsir pihak-pihak di luar Islam tidak perlu
khawatir bila Islam menjadi dasar negara, seolah-oleh Pancasila akan lenyap
ditelan oleh Islam. Kelima sila itu telah tercakup dalam Islam. Dengan demikian,
melaksanakan Islam berarti melaksanakan juga sila-sila dalam Pancasila. Melalui
Islam, Pancasila akan hidup subur. Sebaliknya, Pancasila akan lenyap dan tinggal
kerangka saja apabila ia berada di bawah pangkuan orang-orang atheis atau yang
jiwanya penuh dengan phobia dan sinisme terhadap agama. Oleh karena itu,
Pancasila tidak sepatutnya dijadikan alat untuk menghalangi pihak-pihak lain
termasuk golongan Islam untuk memperjuangkan dasar negara yang dianggapnya
lebih baik, selama golongan itu memperjuangkannya dengan cara-cara yang sah
dan demokratis.6
Sebagaimana yang telah kita pahami bahwa Pancasila adalah falsafah
hidup dalam bernegara dan Islam adalah agama. Dan semangat dari nilai-nilai
Pancasila sesuai dengan nilai-nilai Islam, tapi keduanya memiliki hak otonomi
sendiri. Maksudnya Islam adalah agama dan Pancasila adalah falsafah hidup
dalam bernegara. Maka dapat dipahami bahwa hubungan antara Islam dan
Pancasila saling berkaitan, walaupun Pancasila tidak menggambarkan keseluruhan
ajaran Islam melainkan hanya sebagian saja.

3
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, Islam Dan Pancasila, https://uin-malang.ac.id/r/150601/islam-
dan-pancasila.html. 1 Juni 2015.
4
M. Natsir. (1957). Tindjauan Hidup. Jakarta: Widjaja, hal. 48
5
Tiar Anwar Bachtiar dan Pepen Irpan Fauzan. (2019). Sejarah Pemikiran dan Gerakan Politik
Persis. Bandung: Persis Pers, hal. 232
6
Ibid. hal, 232
PENERAPAN ISLAM DALAM PANCASILA
Pancasila sebagai falsafah hidup bernegara memiliki arti tersendiri yang
sejalan dengan nilai-nilai Islam, atau dengan kata lain Pancasila seperti yang telah
dipahami di atas bahwa Pancasila merupakan manifestasi dari nilai-nilai Islam itu
sendiri. Maka berikut adalah contoh penerapan Islam dalam Pancasila:
1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama ini merupakan pokok dari Tauhid, yaitu meng-Esa kan Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Sudah jelas bahwa sila pertama ini selaras dengan ajaran
yang ada dalam Islam, seperti dalam al-Qur’an Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman:
‫ۡل ٱلَّل َأ ٱلَّل ٱلَّص َل ِلۡد َل وَلۡد َل ُك ن َّل ۥ ا َأ ُۢد‬
‫ُق ُه َو ُه َح ٌد ُه َم ُد َی َو ُی َو َی ُه ُك ُف ًو َح‬
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
kepada-Nya segala sesuatu bergantung. Dia tidak beranak dan tidak pula
diperanakan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Q.S al-Ikhlas:
1-4)
Keselarasan ayat ini dengan sila pertama merupakan inti dari makna fitrah
dalam Islam itu sendiri, maka sila pertama “ke-Tuhanan Yang Maha Esa” dinilai
sudah menggambarkan apa yang diinginkan oleh Tauhid Islam.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Sila ini sangat mencerminkan ajaran Islam yang mengajarkan ummatnya
untuk menjaga hubungan dengan sesamanya. Sila kedua ini selaras dengan firman
Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Q.S al-Hujurat: 13

‫َیٰۤـَأُّیَه ا ٱلَّناُس ِإَّن ا َخ َلۡقَنٰـ ُك م ِّم ن َذَك ࣲر َوُأنَثٰى َوَجَع ۡلَنٰـ ُك ۡم ُش ُعوࣰبا َو َقَبۤإِى َل ِلَتَع اَرُفۤو ۟ا ۚ ِإَّن‬
‫َأۡك َرَم ُكۡم ِعنَد ٱلَّلِه َأ ۡت َق ٰى ُكۚۡم ِإَّن ٱلَّلَه َعِلیٌم َخ ِبی‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.” (Q.S al-
Hujurat: 13)
Ayat di atas memiliki makna yang selaras dengan Sila kedua yang
berbunyi; “kemanusian yang adil dan beradab”, karena dengan mematuhi
perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk saling mengenal maka akan muncul
pula rasa atau sikap saling menghormati, disinilah letak dari manusia yang adil
dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
Sila ketiga ini sangat mencerminkan citra dari Islam, yaitu rasa ukhuwah
(persatuan). Seperti halnya firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

‫َوٱ ۡعَتِص ُم و ۟ا َحِبۡبِل ٱلَّل ِه ِمَج ی ࣰعا َواَل َتَفَّرُق و۟ا ۚ َوٱ ۡذُك ُرو ۟ا ِن ۡعَم َت ٱلَّل ِه َعَل ۡیُك ۡم ِإ ۡذ ُك نُت ۡم‬
‫ِبِن ِتِه ِإ‬ ‫َّل‬
‫َأ ۡعَد ۤا ࣰء َفَأ َف َب ۡیَن ُقُلوِبُك ۡم َفَأ ۡصَب ۡحُتم ۡعَم ۤۦ ۡخَو ٰ ࣰنا َوُك نُت ۡم َعَلٰى َشَف ا ُح ۡفَر ࣲة ِّم َن‬
‫ٱلَّناِر َفَأنَق َذُك م ِّم ۡنَه ۗا َك َذ ِٰلَك ُیَبُنِّی ٱلَّلُه َلُك ۡم َءاَیٰـِتِهۦ َلَعَّلُك ۡم َتَتُد وَن‬
“Berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.” (Q.S ali-Imran: 103)
Dapat dipahami dengan jelas bahwa Allah memerintahkan untuk menjaga
ukhuwah, maka hal ini selaras dengan sila ketiga yaitu; “Persatuan Indonesia”.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Sila keempat ini sejalan dengan prinsip Islam yaitu Mudzakarah
(perbedaan pendapat) dan Syura (musyawarah). Hal ini seperti halnya firman
Allah:

‫ۡو ِلَۖك‬ ‫۟ا ِم‬ ‫ِل ۡل ۡل‬ ‫ِه ِل ۖۡم‬


‫َفِبَم ا َرۡح ࣲةَم ࣲة ِّم َن ٱلَّل نَت ُهَل َو َلۡو ُك نَت َفًّظ ا َغ ی َظ ٱ َق ِب َلٱنَف ُّض و ۡن َح‬
‫َف ٱۡع ُف َعۡن ُه ۡم َوٱۡس َتۡغ ِف ۡر ُهَلۡم َو َش اِوۡر ُه ۡم ِفی ٱۡل َأۡم ِۖر َف ِإَذا َع َزۡم َت َفَتَّك ۡل َعَلى ٱلَّلِۚه‬
‫َو‬
‫ِحُی ۡل ِل‬
‫ِإَّن ٱلَّلَه ُّب ٱ ُم َتَوِّك َنی‬
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu.” (Q.S ali-Imran : 159)
Maka, sejalan dengan sila keempat yang berbunyi: “Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan” ayat
tersebut memiliki kesamaan makna.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila kelima ini sejalan dengan konsep keadilan (al-‘adalah) dalam Islam.
Lebih jelasnya, bahwa keadilan yang dimaksud adalah pemerataan rizki berupa
zakat, infaq dan shadaqah. Dan hal ini sejalan dengan firman Allah:
‫ࣲة ُّلَم َزٍة ٱَّلِذ ی َمَجَع َم ا ࣰلا َو َع َّد َد ۥُه َیَس ُب َأَّن َم اَل ۤۥُه َأۡخ َل َد ۥُه َك َّل َلُیۢن َب َذ َّن‬
‫ۡی ࣱلࣲةَوࣰل ࣱل ِّلُك ِّل َمُهَز‬
‫ِفی ٱۡل َط ِة‬
‫ُح َم‬
“Kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan
harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat
mengkekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan
dilemparkan ke dalam Huthamah (neraka).” (Q.S al-Humazah: 1-4)
Ayat ini sejalan dengan sila kelima yang berbunyi: “Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia”. Dalam ayat tersebut Allah mengingatkan untuk tidak
mengumpul harta dan menghitung-hitungnya, hal ini sejalan dengan sila kelima
karena dengan kita tidak mengumpulkan harta untuk diri sendiri maka sila kelima
akan terwujud.

KESIMPULAN
Dapat dipahami bahwa kedudukan Pancasila itu adalah sebagai falsafah
bernegara atau dengan kata lain tuntunan hidup kita sebagai rakyat untuk
menjalankan kehidupan bernegara, sementara Islam merupakan agama yang
dimana itu adalah tuntunan hidup di dunia untuk mencapai kebahagian di akhirat
kelak.
Islam dan Pancasila memiliki keterikatan satu sama lain, seperti yang telah
dijelaskan dalam pembahasan di atas bahwa Pancasila mencerminkan ajaran-
ajaran pokok dalam Islam.
Maka, dengan kita menjadikan Pancasila sebagai falsafah bernegara kita
juga secara tidak langsung sudah mengamalkan beberapa ajaran-ajaran Islam
diantaranya: bertauhid, bersosialisasi, menjaga ukhuwah islamiyyah,
bermusyawarah, dan terakhir peduli kesesama. Wallahu’alam....

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Bachtiar, Tiar Anwar dan Pepen Irfan Fauzan. (2019), Sejarah Pemikiran dan Gerakan
Politik Persis. Bandung: Persis Pers
Budiardjo, Miriam. (1989), Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia
Natsir, M. (1957), Tindjauan Hidup. Jakarta: Widjaja
Wartoyo. (2020), Filsafat Dan Ideologi Pancasila: Teori, kajian dan Isu Kontemporer.
Solo: Percetakan Kurnia Solo
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, Islam Dan Pancasila,
https://uin-malang.ac.id/r/150601/islam-dan-pancasila.html. 1 Juni 2015.

Anda mungkin juga menyukai