Refrensi 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Volume 4 Nomor 1, Juli Tahun 2023

JURNAL KIMIA DAN REKAYASA

ECO-ENZYME DARI FERMENTASI SAMPAH ORGANIK


(SAMPAH BUAH DAN RIMPANG)
Eco-enzyme from Organic Waste (Fruit and Rhizome Waste) Fermentation
Piyantina Rukmini 1, Dewi Astuti Herawati2
1,
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, STKIP NU INDRAMAYU, Indramayu
Jln. Raya Kaplongan no 28, Karangampel, Indramayu Jawa Barat
2
Program studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Setia Budi Surakarta
JL Let Jend Sutoyo, Mojosongo Surakarta
*Coressponding Author : [email protected]

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik eco-enzyme yang


berbahan organik kulit buah jeruk manis (Citrus sinensis) dan beberapa jenis rimpang seperti
jahe (Zingiber ofcinale Rosc), Kunyit (Curcuma Longa), kencur (Kaempferia galangal), Laos
(Alpinia galanga), molase, dan air. Bahan organik dengan komposisi tertentu dicampur
dengan molase dan air dengan perbandingan 3 : 1 : 10 di dalam 7 buah bioreaktor.
Fermentasi dilakukan selama 90 hari (3 bulan) dan diamatii perubahan pH, warna, dan bau.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH dari ketujuh bioreaktor menunjukkan angka 4.
Warna cairan eco-enzyme dari ketujuh buah reaktor menunjukkan ada perubahan
kenampakan warna cairan menjadi lebih coklat daripada awal fermentasi dan keruh. Cairan
eco-enzyme dari rimpang berwarna coklat muda terang. Perubahan bau dari ketujuh cairan
eco-enyzme dalam bioreaktor juga menunjukkan perubahan, yaitu semakin asam padai
bulan kedua dan khas bahan organik asalnya.Selama fermentasi eco-enzyme disertai
dengan tumbuhnya mikroba atau jamur.

Kata kunci : ecoenzyme; fermentasi; rimpang

ABSTRACT: This research aims to determine characteristics of ecoenzyme made from


organic matters sweet orange peels, ginger (Zingiber ofcinale Rosc), turmeric (Curcuma
Longa), fart ((Kaempferia galangal), galangal (Alpinia galanga), molasses, and water.
Organic materials with a certain composition are mixed with molasses and water in a ratio of
3 : 1 : 10 in 7 bioreactors. Fermentation was carried out for 90 days (3 months) and observed
changes in pH, color and odor. The results showed that the pH of the seven bioreactors
showed the number 4. The color of the eco-enzyme liquid from the seven reactors showed a
change in the appearance of the color of the liquid to become more brown than the initial
fermentation and cloudy. The eco-enzyme liquid from the rhizome is light brown in color.
Changes in the smell of the seven eco-enzyme liquids in the bioreactor also show changes,
which are increasingly acidic in the second month and are typical of the organic matter they
come from. During the eco-enzyme fermentation accompanied by the growth of microbes or
fungi.

Keywords: eco-enzyme, fementation, Rhizoma waste

http://kireka.setiabudi,ac.id
e-ISSN 2746-0886 (online) & p-ISSN 2747-2841 (printed)
Rukmini P, dkk./Jurnal Kimia dan Rekayasa (2023),halaman 23-29

1. PENDAHULUAN penyebab pemanasan global.


Indonesia mendominasi hampir Penumpukan sampah organik juga
50% penduduk di Asia Tenggara, bahkan menghasilkan lindi yang dapat mencemari
menduduki peringkat keempat dengan tanah dan air tanah. TPA juga menjadi
jumlah 275,77 juta jiwa pada tahun 2022 tempat kerja yang tidak sehat bagi pekerja
(BPS, 2022). Laju pertumbuhan penduduk pemulung sampah. Pembakaran sampah
Indonesia pada tahun 2022 sebesar 1,17% akan mencemari udara, pembuangan
lebih kecil dibanding tahun sebelumnya. sampah ke sungai akan mencemari air,
Besarnya jumlah penduduk ini tentu saja tersumbatnya saluran air dan banjir
dibarengi dengan segala aktifitas harian Perlu usaha besar dan dilakukan
manusia dalam segala bidang kehidupan. secara bersama – sama untuk mengatasi
Seiring dengan pertambahan jumlah masalah sampah. Usaha tersebut dapat
penduduk Indonesia dengan segala dimulai dari rumah tangga, lingkungan
aktifitasnya, menyebabkan meningkatmya rumah, desa, instansi pemerintah, swasta,
jumlah konsumsi masyarakat yang diikuti hingga lingkungan pendidikan.
produksi sampah rumah tangga, Biokonversi sampah organik
perkantoran, industri kecil maupun besar. menjadi produk baru dapat memberikan
Kementerian Lingkungan Hidup dan kontribusi peningkatan kualitas lingkungan
Kehutanan (KLHK) bahwa total produksi hidup dan mempunyai nilai ekonomis.
sampah nasional telah mencapai 67,8 juta Bioteknologi merupakan salah satu cara
ton pada tahun 2020. Artinya, ada sekitar penyelesaian penumpukan sampah
185.753 ton sampah setiap harinya organik dengan tidak menghasilkan
dihasilkan oleh 270 juta penduduk, atau sampah kembali. Salah satu proses
sekitar 0,68 kilogram sampah per bioteknologi yang sedang digiatkan adalah
hari/penduduk. Terjadi peningkatan jumlah produksi eco-enzyme. Eco-enzyme adalah
sampah dibandingkan beberapa tahun cairan hasil fermentasi bahan organik non
sebelumnya. Produksi sampah nasional lemak mempunyai manfaat yang sangat
pada tahun 2018 mencapai 64 juta ton dari besar, dalam bidang kesehatan manusia
267 juta penduduk. maupun terhadap pengelolaan lingkungan.
Sampah pada akhirnya Arifin dkk (2009) menyatakan bahwa eco
berkontribusi besar menambah kapasitas enzyme mendukung pertanian organik
timbunan di Tempat Pembuangan Akhir sebagai biopestisida maupun pupuk
(TPA). Peningkatan produksi sampah organic. Eco-enzyme selama ini dihasilkan
apabila tidak dikelola dengan baik akan dari limbah sayur dan limbah buah
menimbulkan tumpukan sampah, dan menggunakan larutan gula merah maupun
secara alami akan menghasilkan kompos molase. Berdasarkan penelitian Rokhyani
dibarengi produksi gas metana dan CO2 dkk, (2020) fermentasi buah nenas dan

24
Rukmini P, dkk./Jurnal Kimia dan Rekayasa (2023),halaman 23-29

papaya selama 3 bulan menghasilkan yang diproduksi selama proses


ecoenzyme dengan pH 3,15 dan 3,29 fermentasi
cenderung asam dan TDS keduanya 2) Melubangi botol kecil sebagai gas
1132mg/L dan 1188mg/L. capture dan mengisinya dengan air
Mempertimbangkan latar belakang 3) Memasang selang dan
di atas maka tujuan penelitian ini adalah menghubngkan antara tutup botol
mengetahui karakeristik eco-enzyme dari bioreaktor dengan botol penangkap
hasil fermentasi bahan organik berupa gas (gas capture)
rimpang dan sampah buah dengan variasi b. Persiapan Bahan
komposisi bahan organik. 1) Memilih bahan Organik yang segar
2. METODE PENELITIAN : dan tidak busuk
Pada penelitian ini, menggunakan 2) Mencuci bahan organik
alat dan bahan sebagai berikut : 3) Memotong bahan organik dengan
2.1 Alat dan Bahan ukuran 2 cm
1. Alat 4) Menimbang bahan organik
Alat yang digunakan sebagai berikut : 5) Menimbang molase
a. Toples ukuran 1,5 L 6) Menimbang air
b. Botol air 300 mL c. Cara kerja
c. Selang 20 cm 1. Memasukkan sejumlah air dan
d. pH Universal bahan organik ke dalam toples
2. Bahan (bioreactor), kemudian ditambah molase,
Bahan yang digunakan sebagai berikut : diaduk hingga rata, kemudian ditutup rapat
a. Jahe (Zingiber ofcinale Rosc) agar proses fermentasi anaerobic dapat
b. Kunyit (Curcuma Longa) berlangsung. Produksi eco-enzyme
c. Kencur (Kaempferia galangal) berlangsung selama 90 hari. Komposisi
d. Laos (Alpinia galanga) antara ketiga bahan yaitu bahan organik,
e. Kulit jeruk manis (Citrus sinensis) molase dan air harus memenuhi
f. Molase perbandingan yang sudah ditentukan
g. Air sebagai syarat pembuatan eco-enzyme.
2.3. Rancangan penelitian Perbandingan komposisi dalam berat
Prosedur penelitian dimulai dari antara bahan organik : molase : air adalah
persiapan untuk merangkai alat bioreaktor 3 : 1 : 10. Komposisi bahan organik pada
dan persiapan bahan organik untuk setiap bioreaktor diatur sedemikian rupa,
membuat eco-enzyme. sehingga tetap memenuhi tiga bagian
a. Persiapan alat dalam aturan tersebut. Pembuatan
1) Toples dibersihkan dan dilubangi ecoenzyme dilakukan pada 7 bioreactor
bagian atas untuk melewatkan gas dengan kode T1, T2, T3, T4,T5, T6 dan T1

25
Rukmini P, dkk./Jurnal Kimia dan Rekayasa (2023),halaman 23-29

yang memiliki komposisi bahan organik cara pengukuran pH, mengamati


yang tetera pada Tabel 1. perubahan kenampakan cairan dan bau
Tabel 1. Komposisi bahan organik ( aroma) pada setiap bioreaktor, Hal lain
Kode Berat bahan ( gram ) yang didapatkan dari penelitian ini adalah
Laos Jahe Kencur Kunyit Kulit
terbentuknya jamur pada setiap bioreaktor.
jeruk
T1 45 45 45 45 0 Hasil perubahan pH pada setiap
T2 23 23 23 23 90 reaktor selama proses fermentasi dapat
T3 0 0 0 0 180
T4 0 90 0 0 90
dilihat pada Tabel 2.
T5 90 0 0 0 90 Tabel 2 .Perubahan pH Selama
T6 0 0 90 0 90
Fermentasi Setiap Minggu
T7 0 0 0 90 90

2. Mengukur pH campuran bahan


sebelum dilakukan fermentasi.
3. Mengamati kondisi fisis campuran
meliputi bau dan warna sebelum
fermentasi.
4. Selama proses fermentasi Pengukuran pH dilakukan pada
dilakukan pengukur pH cairan, saat awal fermentasi, dimana pada setiap
pengamatan bau dan warna setiap bioraektor menunjukkan pH yang sama
minggu sampai hari ke- 90 dengan cara yaitu 6 . Pada hari pertama sampai dengan
mengambil sampel menggunakan pipa hari ketiga produksi gas tidak terlalu besar,
suntikan yang sudah disiapkan pada hal ini dapat diamati dari botol gas capture,
tutup reaktor sebanyak 5mL untuk ditunjukkan dengan terbentuknya
pengujian parameter tersebut di atas. gelembung – gelembung gas hasil
fermentasi tidak terlalu banyak. Pada hari
2.4. Parameter yang diamati keempat, gelembung gas mulai terlihat
Parameter yang diamati pada lebih banyak. Pembentukan gelembung
penelitian ini adalah perubahan pH, kondisi gas semakin banyak terjadi pada dua
fisis campuran hasil fermentasi berupa minggu pertama fermentasi. Ini
perubahan warna dan bau, dan tumbuhnya menunjukkan aktifitas mikrobia dalam
jamur. mencerna bahan organik masih sangat
3. HASIL DAN PEMBAHASAN tinggi dimungkinkan pertumbuhan mikrobia
Penelitian ini dilakukan untuk pada kondisi tersebut berada pada fase log
mengetahui karakteristik eco-enzyme dari .Larasati, 2020 menyatakan bahwa
bahan organik yang berasal dari kulit jeruk fermentasi bahan organik melalui
dan beberapa macam rimpang dengan mikroorganisme menghasilkan aktivitas

26
Rukmini P, dkk./Jurnal Kimia dan Rekayasa (2023),halaman 23-29

enzim menghasilkan gas CO2 dan alkohol. bulan. Bulan pertama terbentuklah alkohol
Proses tersebut menyebabkan terjadinya sehingga bau alkohol keluar dari larutan
perubahan sifat pada bahan organik. eco-enzyme. Bulan kedua, mengeluarkan
Proses fermentasi limbah sayur dan buah bau asam, dari cairan eco-enzyme yang
oleh metabolisme bakteri pada kondisi merupakan bau asam asetat. Banyaknya
anaerob secara alami menghasilkan eco- senyawa mineral dan vitamin, akan terus
enzyme. Reaksi kimia - reaksi kimia yang rusak dan secara alami membentuk enzim.
terjadi selama proses fermentasi eco- Hasil penelitian menunjukkan waktu
enzyme adalah sebagai berikut : fermentasi minimum adalah 3 bulan.
Produk fermentasi eco-enzyme memiliki
C6H12O6 → 2CH3CH2OH + CO2 (1)
CH3CH2OH + ½ O2 CH3CHO + H2O (2) aktivitas mikroba yang tinggi, sehingga
Alkohol → asetaldehid dapat digunakan untuk menghambat
CH3CHO + ½ O2 CH3COOH (3)
pertumbuhan mikroba.
Asetaldehid → Asam Asetat
Perubahan pH yang terjadi pada setiap
Proses fermentasi dimulai dengan
bioreactor menunjukkan hasil yang sama
peruraian karbohidrat menjadi asam
dari penelitian sebelumnya dinyatakan
volatil, asam organik - asam organik dalam
bahwa karakteristik eco-enzyme yang
bahan limbah larut ke dalam larutan
diperoleh menunjukkan pengukuran pH
fermentasi karena di alam pH enzim limbah
yang rendah cenderung asam. Proses
bersifat asam. Enzim di dalam limbah
pembentukan asam asetat yang
mampu mengurangi atau menghambat
ditunjukkan dengan bau asam dengan
patogen karena sifat asam dalam enzim
wangi khas rempah pada setiap
limbah membantu mengekstraksi enzim
bioreaktornya. T4 aroma jahe, T5 aroma
ekstraseluler dari limbah organik ke dalam
laos, T6 aroma kencur dan T7 aroma
larutan selama fermentasi. Selama
kunyit, pada pengambilan sampel setiap
fermentasi, glukosa diuraikan sehingga
minggunya.
menghasilkan asam piruvat. Asam piruvat
Pada bulan pertama, kenampakan
mengalami penguraian pada kondisi
cairan pada setiap bioreaktor belum terlihat
anaerob dalam oleh piruvat dekarbosilase
perubahannya secara signifikan.
menjadi asetaldehid. Asetaldehid diubah
Perubahan kenampakan cairan terjadi
menjadi etanol dan karbondioksida oleh
pada saat memasuki bulan kedua, dimana
alkohol dehydrogenase. Bakteri
cairan di dalam masing-masing bioreaktor
Acetobacter merubah alkohol menjadi
semakin keruh, hal ini dikarenakan bahan
asetaldehid dan air, yang selanjutnya
organik telah mengalami degradasi dan
asetaldehid diubah menjadi asam asetat
menjadi butiran – butiran halus. Pada T3
(Supriyani, Astuti et al., 2020). Proses
kenampakan cairan berwarna coklat gelap
fermentasi eco-enzyme terjadi selama 3
pekat. Bahan organik hanya berasal dari

27
Rukmini P, dkk./Jurnal Kimia dan Rekayasa (2023),halaman 23-29

kulit jeruk tidak dikombinasi dengan karbohidrat, dan juga dapat ditemukan di
rempah-rempah, berbeda dengan reaktor berbagai jenis fermentasi buah-buahan
lainnya warna cairan coklat muda terang ,sayuran dan makanan (Ismail, 2007).
terjadi pada T1,T2, T4, T5, T6 dan T7. Pada penelitian Aulia dan Handayani 2022
Pertumbuhan jamur atau mikroba eco-enzyme dari subrat bermacam-macam
disetiap bioreaktor selama proses kulit jeruk ditemukan satu jenis isolat
fermentasi diperlihatkan pada Gambar 1 cendawan (jamur) dengan berbagai
berikut morfologi karakteritik yang berbeda.
Umumnya cendawan yang diperoleh dari
fermentasi eco-enzyme dari substrat
bahan organik kulit jeruk termasuk
kelompok khamir. Khamir adalah
mikroorganisme dari golongan fungi
termasuk uniseluler, biasanya hidup
sebagai parasit maupun saprofit.
(Widiastutik, 2014).
Gambar 1. Penampakan Jamur atau
mikroba pada T1,T2, T3,T4,T5, T6 dan T7 KESIMPULAN
Hampir di setiap bioreaktor ditumbuhi Hasil penelitian menunjukkan
jamur atau mikroba, macam dan jumlah bahwa eco-enzyme yang dibuat dari kulit
jamur sangat dipengaruhi oleh kondisi buah jeruk dan rimpang menghasilkan eco-
lingkungan, macam bahan organik, kondisi enzyme dengan karakteristik pH rendah (4)
tertutup rapat anaerob atau tidak, apabila dengan bau asam, aroma bahan organik
kondisi tidak anaerob maka kemungkinan asalnya dan segar khas eco-enzyme.
terjadinya kontaminasi dan menimbulkan Selama proses fermentasi dihasilkan jamur
bau busuk, menandakan eco-enzym tidak atau mikroba.
terbentuk maksimal. Gambar 1
memperlihatkan bahwa T7 banyak UCAPAN TERIMA KASIH
ditumbuhi mikroba. Eco-enzyme yang Peniliti mengucapkan terima kasih
terbuat dari bahan organik memiliki jenis kepada Ketua STKIP NU INDRAMAYU
mikroba yang berbeda. Pada umumnya yang sudah memfasilitasi alat penelitian,
mikroba tesebut berupa bakteri dan Dinas Lingkungan Hidup Kab. Indramayu
cendawan. Terdapat beberapa literatur Propinsi Jawa Barat sebagai instansi yang
menyatakan bahwa Bakteri Asam Laktat telah memberikan ijin kepada peneliti untuk
( BAL) ada dalam eco-enzyme. Bakteri melakukan penelitian di UPTD
Asam Laktat banyak ditemukan pada laboratorium DLH, UPTD laboratorium
bahan organik yang mengandung tinggi Indramayu yang sudah memberikan

28
Rukmini P, dkk./Jurnal Kimia dan Rekayasa (2023),halaman 23-29

kesempatan unutk melakukan penelitian di Vector Machine, K-Nearest


Neighbor Dan Decision Tree, Jurnal
laboratoriumnya, teman – tema
Teknik Informatika Kaputama
laboratorium UPTD laboratorium DLH (JTIK) Vol.6, No. 2
Nurdin, Iing, N., Nina, H., Toto, S., Dede,
Indramayu yang sudah menemani dan
K., Ai, N., 2021., Pemanfaatan
membantu penelitian ini. Sampah Organik Sebagai
Biohandsanitizer Dan
DAFTAR PUSTAKA
Biodesinfektan Berbasis Eco-
Alqamari. M., Tarigan, D.M., Alridiwarsah, Community Untuk Mencegah
2017, Budidaya Tanaman Obat dan Penyebaran Virus Corona
Rempah, Medan, UMSU Press Rida, J., 2022, Produksi Eco Enzyme
Arifin LW, Syambarkah A,Purbasari HS, dengan Pemanfaatan Limbah
Ria R, Puspita VA.,2009, Rumah Tangga untuk Menjaga
Introduction of Eco-Enzyme to Kesehatan Masyarakat di Era New
Support Organic Farming in Normal, Jurnal Maitreyawira,
Indonesia, As.J. Food Ag-Ind, Volume 3, Nomor 1
Aulia IAN., Handayani, D, 2022, Rijal, M., 2021, Eco-Enzyme Dari Tanaman
Keanekaragaman Cendawan dari Maluku, Ambon: LP2M IAIN Ambon
Cairan Eco-Enzyme dengan Rokhyani N, Utpalasari RL, Dahliana I,
Sumber Bahan Organik berbagai 2020, Analisis hasil Konversi Eco
Jenis Kulit Jeruk,Serambi Biologi, Enzyme Nenas (Ananas Comosus
Vol 7, No 1. sp) dan Pepaya (Carica Papaya L ),
Hakim, L., 2015, Rempah Dan Herba Fakultas Teknik Universitas PGRI
Kebun – Pekarangan Rumah Palembang, Vol 5 No 2 Juli -
Masyarakat:Keragaman, Sumber Desember 2020
Fitofarmaka dan Wisata Kesehatan Widiastutik N & Alami NH. 2014. Isolasi
– Kebugaran, Yogyakarta, Deandra Dan Identifikasi Yeast Dari
Kreatif Rhizosfer Rhizophora Mucronata
I Ketut, B.A., Made, A.W., I Wayan, A., I Wonorejo. Jurnal Sains dan Seni
Kadek, H.,Kardiawan., 2021, ITS. 3(1): E11-E16
Pengolahan Sampah Organik
Berbasis Eco-Enzyme Sebagai
Upaya Pembentukan Karakter
Peduli Lingkungan Pemuda Di
Kabupaten Buleleng, Proceeding
Senadimas Undiksha
I Putu, P., Ni Putu, S. A., Gede, A.B.W., I
Gusti, N.S., 2021, Pelatihan
Pengolahan Sampah Organik
Menjadi Eco-Enzyme Bagi
Pedagang Buah Dan Sayur Di
Pasar Desa Panji, Proceeding
Senadimas Undiksha
Ismail YS, Yulvizar C & Putriani P. 2017.
Isolasi, Karakterisasi Dan Uji
Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam
Laktat dari Fermentasi Biji Kakao
(Theobroma cacao L.). Jurnal
Bioleuser. 1(2).
Mainia, M., Dadang, I.M., , Mesra
Betty,Y.,2022, Komparasi
Klasifikasi Jenis Tanaman
Rimpang Menggunakan Principal
Component Analysis Support

29

Anda mungkin juga menyukai