Jurnal 4
Jurnal 4
Jurnal 4
ABSTRACT
Coffee is an important plantation commodity for Indonesian economy. Market demand is an opportunity
to improve the performance of coffee farming, especially organic coffee. Success in farming is driven by
individual and environmental factors such as farmer competency, cultivation techniques, facilities and
infrastructure, and post-harvest handling. Farmer’s' success is influenced by internal factors, That is
entrepreneurial behavior. This research aims to identify individual characteristics, analyze individual and
environmental factors on entrepreneurial behavior, as well as the influence of entrepreneurial behavior on
the performance of organic coffee farming. The number of respondents taken using the census method was
180 farmers. Data analysis using SmartPLS 3.0. The research results show that the age characteristics of
farmers are 45–56 years with quite a long experience. Most of the farmers are elementary school graduates,
and the owning of land area is 0-1 hectare. Individual and environmental factors have a positive and
significant influence on entrepreneurial behavior, the most dominant indicators are farming scale and
perception. The most dominant indicators of environmental factors are the availability of input materials
and solidarity between farmers. Entrepreneurial behavior also has a positive and significant effect on
farming performance with the most dominant indicators being diligent farming and the courage to take
risks. This shows that entrepreneurial behavior can improve the performance of organic coffee farming.
Optimizing the entrepreneurial behavior of organic coffee farmers can be done by increasing farmer
capacity, as well as government support in cilities and infrastructure for farmers to support farming
activities.
Keywords: entrepreneurial behavior, farm performance, organic coffee
ABSTRAK
Kopi merupakan komoditas perkebunan yang penting bagi perekonomian Indonesia.
Permintaan pasar menjadi peluang untuk meningkatkan kinerja usahatani kopi, khususnya kopi
organik. Keberhasilan dalam berusahatani didorong oleh faktor individu dan lingkungan seperti
kompetensi petani, teknik budidaya, sarana dan prasarana, serta penanganan pasca panen.
Keberhasilan petani diantara nya dipengaruhi oleh faktor internal yaitu perilaku kewirausahaan.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik individu, menganalisis faktor individu
dan lingkungan terhadap perilaku kewirausahaan, serta pengaruh perilaku kewirausahaan
terhadap kinerja usahatani kopi organik. Pengambilan responden menggunakan metode sensus
sebanya 180 petani. Analisis data menggunakan SmartPLS 3.0. Hasil penelitian menunjukan
bahwa karakteristik usia petani yaitu 45–56 tahun dengan pengalaman yang cukup lama.
Mayoritas petani merupakan lulusan SD, dan kepemilikan luas lahan pada rentan 0-1 hektar.
Faktor individu dan lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku
kewirausahaan, indikator yang paling dominan adalah skala usahatani dan persepsi. Indikator
yang paling dominan pada faktor lingkungan adalah ketersediaan bahan input dan kekompakan
antar petani. Perilaku kewirausahaan juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
usahatani dengan indikator yang paling dominan adalah tekun berusahatani dan berani
mengambil risiko. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku kewirausahaan dapat meningkatkan
kinerja usahatani kopi organik. Dalam mengoptimalkan perilaku kewirausaan petani kopi
organik dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas petani, serta dukungan pemerintah
berupa sarana dan prasarana kepada petani dalam mendukung kegiatan usahatani.
Kata kunci: kinerja usahatani, kopi organik, perilaku kewirausahaan
kan dorongan yang datang dari luar seperti gaimana pengaruh perilaku kewirausahaan
lingkungan pendukung maupun lingkungan terhadap kinerja usahatani kopi organik di
bisnis. Berdasarkan penelitian (Arnis et al., Kabupaten Sumbawa.
2018; Siahaan & Martauli, 2019; Zainura et al.,
2016) bahwa faktor individu meliputi pendi- METODE
dikan formal, pengalaman berusahatani, mo-
tivasi dan persepsi petani, serta keinginan Penelitian ini berlokasi di desa Tepal,
berusahatani. Kemudian faktor lingkungan Kecamatan Batulanteh, Kabupaten Sumbawa
seperti ketersediaan bahan input, kegiatan NTB. Pemilihan lokasi dilakukan dengan me-
penyuluhan dan pelatihan, bantuan modal, tode purposive atau secara sengaja karena Ke-
promosi dan pemasaran, regulasi usaha, ke- camatan Batulanteh merupakan sentra kopi
kompakan antar petani, dan akses terhadap organik di Kabupaten Sumbawa dan sudah
informasi pasar. Pentingnya faktor kewira- bersertifikat organik. Data pada penelitian ini
usahaan bagi petani kopi organik dalam mencakup data primer dan sekunder. Penen-
menjalankan usahataninya dapat tercermin tuan responden menggunakan metode pur-
melalui tindakan dan perilaku yang dimiliki posive sampling dengan teknik pengambilan
petani. secara sensus, yaitu mengambil semua popu-
Dengan adanya kondisi seperti ini, maka lasi untuk dijadikan responden sebanya 180
yang menjadi perumusan masalah yaitu (1) petani yang tergabung dalam kelompok tani.
bagaimana karakteristik petani kopi organik Data dianalisis menggunakan alat analisis
di Kabupaten Sumbawa? (2) bagaimana pe- SEM (Structural Equation Modelling) dengan
ngaruh faktor individu dan lingkungan terha- pendekatan Partial Least Square (PLS) versi 3.0.
dap perilaku kewirausahaan petani kopi orga- Adapun variabel manifest penelitian ini dapat
nik di Kabupaten Sumbawa? serta, (3) ba- dilihat pada Tabel 1.
Rata-rata luas lahan seluas 1,6 hektar. gunakan dan sudah cukup baik, sehingga
Hasil temuan di lapangan menunjukkan, se- pemilihan model sudah tepat untuk menjelas-
bagian besar petani memiliki lahan di bebe- kan hubungan diantara faktor individu dan
rapa tempat yang berbeda dengan luas yang lingkungan terhadap perilaku kewirausaha-
berbeda. Hal tersebut juga mempengaruhi an, serta hubungan perilaku kewirausahaan
efisiensi dan jumlah produksi pada kegiatan terhadap kinerja usahatani kopi organik di
usahatani yang dilakukan. Bagi petani, usaha- Kabupaten Sumbawa. Evaluasi inner model
tani kopi organik merupakan mata pencaha- dilakukan untuk melihat apakah model sudah
rian utama yang berorientasi pada peme- mampu menjelaskan fenomena yang dikaji
nuhan kebutuhan sehari-hari. Hasil output atau predictive relevance atau masih kurang da-
PLS diperoleh indikator yang memiliki nilai lam menjelaskan fenomena tersebut dengan
loading factor > 0.6. melihat nilai 𝑄𝑄2.
berarti hubungan yang terjadi pada faktor berusahatani dapat meningkatkan perilaku
individu terhadap perilaku kewirausahaan kewirausahaan petani kopi organik di Kabu-
berpengaruh nyata (signifikan, p value < 0,5). paten Sumbawa. Indikator yang paling do-
Selanjutnya, nilai faktor lingkungan terhadap minan adalah persepsi petani terhadap usaha-
perilaku kewirausahaan sebesar 0,488 men- tani karena adat dengan nilai loading factor
jelaskan bahwa faktor lingkungan memberi- sebesar 0,922, dan skala usaha dengan nilai
kan pengaruh positif terh adap perilaku ke- loading factor sebesar 0,920.
wirausahaan. Semakin tinggi faktor ling- Hasil di lapangan menunjukkan bahwa
kungan maka menyebabkan semakin tinggi persepsi petani ini berkaitan dengan pan-
perilaku kewirausahaan dengan nilai t statis- dangan petani terhadap usahataninya, dima-
tik sebesar (4,039), yang berarti hubungan na petani beranggapan bahwa usahatani kopi
yang terjadi pada faktor lingkungan terhadap sudah menjadi bagian dari adat yang turun-
perilaku kewirausahaan berpengaruh nyata temurun di budidayakan sehingga harus te-
(signifikan, p value < 0,5). Variabel faktor ling- rus dipertahankan. Usahatani kopi dianggap
kungan memiliki pengaruh positif (0,190) sebagai cara mempertahankan identitas buda-
terhadap kinerja usahatani. Semakin tinggi ya dalam masyarakat. Persepsi petani terha-
faktor lingkungan maka semakin tinggi ki- dap usahatani ini berdampak pada keinginan
nerja usahatani dengan nilai t statistik sebesar petani dalam menjalankan usahatani dan
(2,406), yang berarti hubungan yang terjadi membentuk perilaku kewirausahaan.
pada variabel faktor lingkungan terhadap Indikator skala usaha atau luas lahan
kinerja usahatani berpengaruh nyata (signi- perkebunan kopi, yakni keputusan petani
fikan, p value < 0,5). Hubungan terakhir yakni untuk menjalankan usahatani baik skala kecil,
perilaku kewirausahaan memiliki pengaruh menengah, atau besar akan mempengaruhi
positif (0.698) terhadap kinerja usahatani, ser- sumber daya, strategi, dan cara pengelolaan
ta nilai t statistik yang dihasilkan menunjuk- yang digunakan petani. Salah satu faktor yang
kan adanya pengaruh signifikan dengan nilai dapat mempengaruhi perilaku kewirausaha-
p value < 0,5 antara perilaku kewirausahaan an dan kinerja usahatani adalah luas lahan.
terhadap kinerja usahatani (9,180). Hasil dilapangan menunjukkan skala usaha
atau luas lahan yang dimiliki petani kopi
PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN organik di Kabupaten Sumbawa rata-rata 1,6
LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU hektar. Hasil wawancara menunjukkan bah-
KEWIRAUSAHAAN wa petani memiliki lahan di beberapa tempat
Faktor individu berpengaruh positif dan dengan luas yang berbeda-beda. Rata-rata
signifikan terhadap perilaku kewirausahaan, luas lahan kopi umumnya diusahakan pada
artinya setiap peningkatan satu persen faktor skala kecil, yang pada akhirnya berimbas pa-
individu akan meningkatkan perilaku kewira- da jumlah produksi. Hal tersebut disebabkan
usahaan sebesar 23,4 persen. Nilai t statistik karena kesulitan petani dalam mengelola la-
menunjukkan bahwa, indikator pada faktor han dengan efisien. Sebagian besar petani
individu seperti pendidikan, pengalaman, melakukan petik merah pada lahan yang
skala usaha, motivasi, persepsi, dan keinginan jaraknya lebih dekat dengan pedesaan,
sedangkan untuk lahan yang jauh dan akses kelompok tani dan gapoktan dalam mewa-
yang cukup sulit dapat menjadi hambatan dahi petani terkait pentingnya pemilihan bibit
bagi petani. Hambatan tersebut mendorong yang baik dalam usahatani kopi organik.
petani untuk memilih metode petik pelangi, Menyatakan bahwa beberapa hal yang di-
yang berimbas pada pendapatan yang diper- dapatkan petani ketika bergabung dalam
oleh petani. kelompoktani (Pambudy et al., 2017) Proses
Faktor lingkungan juga berpengaruh posi- budidaya yang diterapkan petani sejak dulu
tif dan signifikan terhadap perilaku kewira- berasal dari pengalaman secara turun-
usahaan yang artinya setiap peningkatan satu temurun yakni tanpa menggunakan pupuk
persen faktor lingkungan akan meningkatkan kimia dan pestisida. Hasil wawancara me-
perilaku kewirausahaan sebesar 48,8 persen. nunjukkan bahwa, kebutuhan pupuk berasal
Nilai t statistik >1,96, dimana semakin baik dari pupuk kandang. Selain itu, sebagian
faktor lingkungan maka akan semakin baik beberapa petani juga memanfaatkan pupuk
perilaku kewirausahaan yang terbentuk. Fak- kompos dari daun-daun, sisa makanan, ke-
tor lingkungan yang paling dominan meng- debong pisang dan bahan hijau lainnya untuk
ukur faktor lingkungan adalah kekompakan dijadikan pupuk organik.
antar petani dengan nilai loading factor sebesar Berdasarkan hasil Peta Kinerja Penting
0,915, kekompakan antar petani menunjukkan Importance Performance Map Analysis (IPMA),
hasil yang baik. Adanya kolaborasi antar peta- digunakan untuk mengukur pentingnya ber-
ni, pemerintah, komunitas, dan lembaga ter- bagai variabel laten atau manifest dalam mo-
kait lainnya ditunjukkan dengan beberapa del dalam rangka perbaikan atau pengem-
kegiatan dapat terselenggara dengan baik. bangan. Hasil IPMA menunjukkan bahwa
Seperti kegiatan Tour Desa Tepal dan Coffee skor faktor individu terhadap yakni 43,579 le-
Fest yang bertujuan mempromosikan kopi bih kecil dari skor faktor lingkungan terhadap
Tepal dan desa adat tepal sebagai warisan perilaku kewirausahaan sebesar 61,992. Se-
budaya Sumbawa yang masih terjaga hingga hingga faktor individu perlu di tingkatkan,
saat ini. Adanya kekompakan antar petani karena karakter seseorang akan mempenga-
dapat mempererat silaturahmi petani dan ruhi tindakan atau perilakun. Hasil dila-
membantu dalam menciptakan inovasi dan pangan menunjukkan, pengalaman petani
meningkatkan keterampilan petani, sehingga yang cukup lama berkaitan erat dengan moti-
usaha dapat berkembang dan bersaing. vasi dan persepsi petani dalam menjalankan
Kemudian indikator ketersediaan bahan usahatani, maka penting peran pelatihan dan
input dengan nilai loading factor sebesar 0,894. penyuluhan bagi petani dalam meningkatkan
Ketersediaan bahan input merupakan varia- kapasitas petani, terutama cara pandang dan
bel yang paling dominan yang direfleksikan motivasi petani dalam menjalankan usahatani
oleh kemudahan memperoleh bibit kopi di- kopi organik. Nilai factor loading pengalaman
mana petani mendapatkan lahan warisan dari hasil analisis SEM-PLS yakni sebesar
yang sudah ditanami kopi, serta memperoleh 0,682. Hal tersebut sejalan dengan kondisi
bantuan bibit yang dari pemerintah dan pusat dilapangan, pengalaman petani dalam men-
penelitian kopi dan kakao Jember. Petani juga jalankan usahatani adalah hasil dari penga-
melakukan pembibitan secara generatif dan laman secara turun-temurun, sehingga ber-
vegetatif. Hasil wawancara menunjukkan dampak pada motivasi dan persepsi petani.
bahwa, salah satu kesalahan dalam proses Nilai loading factor M1 dan P2, yakni motivasi
pembibitan yang dilakukan petani adalah, petani dalam menjalankan usahatani karena
mengambil bibit dari bawah pohon induknya. keterbatasn ekonomi sebesar 0,879 dan per-
Proses tersebut dapat mempengaruhi mutu sepsi petani yakni pandangan terhadap usa-
kopi yang dihasilkan, karena petani tidak tau hatani yang dijalankan dimana menjalankan
dari biji kopi merah, kuning, atau hijau bibit usahatani kopi karena ahli sebesar 0,833.
tersebut dihasilkan. Menjadi penting peran
Sebagian besar motivasi petani dalam Oleh karena itu, pengembangan usahatani
menjalankan usahatani karena keterbatasan dan perilaku kewirausahaan memerlukan
ekonomi, sehingga usahatani kopi organik di waktu secara bertahap, terutama dalam pro-
anggap sebagai pemenuhan kebutuhan se- ses pengembangan usahatani dan pemasaran
hari-hari belum berorientasi pasar. Persepsi produk kopi organik.
petani dalam menjalankan usahatani karena
ahli, hal tersebut dikarenakan petani merasa PENGARUH PERILAKU
pengalaman dalam berusahatani kopi organik KEWIRAUSAHAAN TERHADAP
sudah sangat lama. Maka sangat penting pe- KINERJA USAHATANI
ran pemerintah dalam memfasilitasi penyu- Hasil analisis menunjukkan bahwa perila-
luhan dan pelatihan bagi petani kopi organik ku kewirausahaan berpengaruh positif dan
di Desa Tepal. Selain itu, pada faktor ling- signifikan terhadap kinerja usahatani, dilihat
kungan BM2, bantuan modal berupa sarana dari nilai t hitung lebih besar dari t tabel (9.180
dan prasarana dengan nilai loading factor se- >1.96) dan p-value lebih kecil dari 0,05 yakni
besar 0,659. Hasil di lapangan juga menun- 0,000 artinya setiap peningkatan perilaku ke-
jukkan, perlu adanya perbaikan infrastruktur wirausahaan akan meningkatkan kinerja
dan sarana prasarana seperti mesin dan alat usahatani kopi organik di Kabupaten Sum-
pengering kopi. Hal tersebut dapat memu- bawa. Faktor perilaku kewirausahaan berpe-
dahkan petani dalam mobilisasi hasil panen ngaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
dan mengefisiensikan pengolahan kopi. Ke- usahatani dengan koefisien pengaruh sebesar
mudian indikator AIP1, yakni mengetahui 0,698, yang artinya setiap peningkatan satu
berbagai jenis pasar dalam memasarkan pro- persen faktor perilaku kewirausahaan akan
duk dengan nilai loading factor sebesar 0,644.
meningkatkan kinerja usahatani sebesar 69,8
Hasil wawancara menunjukkan bahwa salah persen. Hasil penelitian ini menunjukkan bah-
satu kendala petani dalam proses pemasaran wa kinerja usahatani akan meningkat sejalan
adalah akses ke pasar sehingga petani hanya dengan bertambahnya tingkat ketekunan,
menjual ke tengkulak dan gapoktan. kreatif, inovatif, keberanian mengambil resiko
Indikator faktor individu dan faktor ling- dan kemandirian. Serta didukung dengan
kungan berpengaruh terhadap perilaku ke- adanya faktor individu dan lingkungan dalam
wirausahaan, sehingga perlu dilakukan pe- meningkatkan perilaku kewirausahaan yang
ningkatan. Dilihat dari nilai loading factor
pada akhirnya berpengaruh terhadap kinerja
KDI1, yakni kesediaan petani mencari peluang usahatani. Penelitian (Ernanda & Sumbari,
dalam pengembangan dan pemasaran produk 2021) juga menunjukkan bahwa perilaku ke-
kopi. Dilihat dari faktor individu, tingkat wirausahaan berpengaruh positif dan signifi-
pendidikan petani yang di dominasi oleh ting- kan terhadap kinerja usahatani. Rahmi (2015)
kat ekolah dasar menjadi salah satu tantangan bahwa perilaku kewirausahaan berpengaruh
dalam menyerap informasi, serta persepsi dan secara langsung dan bernilai positif terhadap
pandangan petani terhadap usahatani yang kinerja usaha.
dijalankan. Memberi pemahaman dan cara Perilaku kewirausahaan direfleksikan
pandang kepada petani memerlukan du- oleh empat indikator yaitu berani mengambil
kungan, seperti adanya penyuluh dan pela- resiko, kreatif dan inovatif, tekun berusaha,
tihan serta evaluasi dan mentoring. Pening-
dan bersikap mandiri. Adapun variabel indi-
katan kapasitas petani melalui pelatihan dan kator yang paling dominan mengukur faktor
penyuluhan secara bertahap akan berdampak perilaku kewirausahaan adalah tekun ber-
baik terhadap peningkatan perilaku kewira- usahatani dengan loading factor sebesar 0,884.
usahaan. Kemudian hasil evaluasi dan men- Perilaku tekun berusahatani ditunjukkan de-
toring dapat digunakan sebagai bahan dalam ngan kegigihan petani dalam menjalankan
menyusun upaya peningkatan kapasitas peta- usahatani. Hasil penelitian ini sejalan dengan
ni, yang akan ditunjukkan melalui perilaku.
(Zainura et al., 2016) bahwa variabel yang ber- berpikir kreatif seseorang dapat meningkat-
kontribusi paling besar merefleksikan perila- kan kualitas hidup.
ku kewirausahaan adalah variabel tekun ber- Model akhir pada variabel laten kinerja
usaha dan bersikap mandiri. Menurut Alma usahatani dan indikatornya direfleksikan oleh
(2009) dimana tekun berusaha merupakan lima variabel indikator yakni tingkat penda-
landasan awal dalam pengembangan kegia- patan, perluasan pemasaran, komitmen ber-
tan berwirausaha. Sejalan dengan Darojat dan usahatani, keuntungan, dan keunggulan ber-
Sumiyati (2013) dimana wiraswasta adalah se- saing. Indikator yang memiliki nilai loading
orang yang modal utamanya adalah kete- factor terbesar yang merefleksikan kinerja
kunan, keterampilannya yang dilandasi sikap usahatani adalah indikator komitmen ber-
optimis, kreatif, dan berani menanggung risi- usahatani dengan nilai loading factor sebesar
ko berdasarkan suatu perhitungan dan peren- 0,890. Komitmen di sini menjadi pengukur
canaan yang tepat. Berdasarkan hasil peneliti- seorang dalam bertahan menghadapi berba-
an dilapangan, dalam menjalankan usahatani gai kendala yang dilalui dalam menjalankan
dilihat dari tingkat kegigihan petani dalam usahanya, berbagai kendala seperti kurang-
menekuni usahatani serta kesabaran menja- nya modal, pengetahuan, keterampilan, dan
lankan dan menghadapi kesulitan dalam ber- kendala-kendala lainnya. Winardi (2010) me-
usahatani yang merefleksikan perilaku kewi- nyatakan bahwa dengan adanya komitmen
rausahaan dimana petani mempunyai komit- dalam menjalankan usaha membuat wirausa-
men dan tekad yang kuat pada usahatani ha menjadi tidak mudah goyah, wirausaha
disertai dengan keberanian mengambil resiko yang memiliki komitmen tentunya dapat me-
demi meningkatkan kinerja usahatani yang nemukan solusi-solusi ataupun ide baru da-
akan berdampak pada peningkatan pen- lam mengatasi kendala yang akan dihadapi.
jualan. Dilihat dari semangat petani mengi- Saragih (2017) menyatakan bahwa adanya
kuti pertemuan gapoktan, pelatihan, maupun kewirausahaan akan dapat mengatasi banyak
penyuluhan, serta perawatan pada tanaman masalah sosial dengan komitmen kuat dan
kopi. Hampir sebagian petani memiliki ru- menggunakan prinsip-prinsip kewirausaha-
mah kebun sederhana dan dibangun dengan an. Komitmen petani kopi yang ditunjukkan
pertimbangan kebutuhan sehari-hari dengan dengan curahan waktu, tenaga, pikiran untuk
fasilitas dasar seperti tempat tidur, dapur, dan mengembangkan usahatani kopi, hal ini terli-
area penyimpanan untuk peralatan pertanian. hat dari keinginan petani untuk terus melan-
Selain itu rumah kebun berfungsi sebagai jutkan usahatani sampai turun-temurun, pen-
tempat istirahat saat petani bekerja. catatan setiap transaksi atau jual beli biji kopi
Sedangkan indikator kreatif dan inovatif yang dihasilkan.
pada petani dianggap masih rendah dalam Indikator yang memiliki nilai loading factor
merefleksikan perilaku kewirausahaan berda- yang besar juga adalah keunggulan bersaing
sarkan hasil analisis PLS dengan nilai loading dengan nilai loading factor sebesar 0,884.
factor rendah, hal tersebut karena kenyataan- (Wulandari & Murniawaty, 2019) menjelaskan
nya dilapangan hanya sebagian kecil petani bahwa, keunggulan bersaing merupakan
yang mampu memanfaatkan peluang untuk pembeda antar perusahaan. Sehingga mampu
berpikir kreatif dan inovatif. Menurut Munan- memberikan kesan unik bagi konsumen dan
dar (2009), kreativitas dan inovasi perlu di- mampu lebih unggul dari pesaingnya. Ke-
kembangkan karena dengan kreativitas dan unggulan bersaing merupakan nilai unik bagi
inovatif seseorang dapat meningkatkan per- produk perusahaan yang sulit ditiru oleh
wujudan diri, dengan berpikir kreatif dan ino- pesaing. Dengan adanya keunggulan bersaing
vatif dapat menyelesaikan masalah-masalah mampu menciptakan posisi yang dapat mem-
dengan pikiran yang logis, memberikan ke- pertahankan pasar (Khaidir & Mudianto,
puasan individu karena dapat memberikan 2019). Kopi dari desa Tepal telah dijual
manfaat bagi dirinya dan lingkungan dengan dengan nama Kopi Tepal. Diferensiasi produk
kopi Tepal memiliki ciri khas tersendiri. sarkan hasil dilapangan, yakni faktor individu
Ferine dan Indrawan (2020) menyatakan bah- seperti motivasi dan persepsi petani dalam
wa terdapat hubungan searah antara keung- menjalankan usahatani terhadap perilaku ke-
gulan bersaing dengan kinerja, semakin tinggi wirausahaan cukup rendah meski berpenga-
keunggulan bersaingnya maka peluang pe- ruh positif dan signifikan. Dengan demikian
ningkatan kinerja akan meningkat. dukungan pemerintah perlu ditingkatkan dan
Kopi Tepal dikenal sebagai satu-satunya disesuaikan dengan kebutuhan petani, seperti
produsen kopi organik di Kabupaten Sumba- memfasilitasi pelatihan dan penyuluhan bagi
wa yang sudah tersertifikasi serta ciri khas petani kopi organik dengan pendekatan ber-
kopi Tepal yang unik dimana masyarakat me- kelanjutan. Pelatihan dan penyuluhan yang
nyangrai biji kopi kering di atas pasir panas, disertai dengan mentoring dan evaluasi diper-
sehingga biji kopi tidak bersinggungan lang- lukan, agar dapat mengukur kesesuaian ke-
sung dengan wadah. Ini merupakan tradisi butuhan petani. Maka petani sebagai pelaku
yang hingga kini berlaku di Desa Tepal, utama dapam menjalankan usahatani meme-
biasanya ditambahkan bonggol jagung atau gang peran penting dalam memaksimalkan
beras sangrai dengan tujuan menambah rasa potensi dan kemampuan yang dimiliki.
gurih maupun aroma pada kopi. Desa Tepal
merupakan salah satu desa Adat yang masih KESIMPULAN DAN SARAN
memegang teguh tradisi dan budaya Samawa,
KESIMPULAN
masyarakat mengenal Desa Tepal sebagai
desa penghasil kopi dan desa adat yang Karakteristik petani kopi organik di Kabu-
menjadi salah satu destinasi wisata sejarah. paten Sumbawa secara umum berada pada
Desa Tepal menjadi salah satu tujuan wisata usia produktif (45-56), tingkat pendidikan
kopi yang menawarkan pengalaman berbeda mayoritas lulusan SD, cukup berpengalaman
dan menarik bagi para wisatawan dimana dengan rentan 5-10 tahun dalam melakukan
wisatawan berkesempatan wisata sejarah, be- usahatani, didominasi dengan luas lahan 0-1
lajar tentang kehidupan adat dan budaya hektar.
lokal, pertunjukan budaya, kunjungan ke ru- Faktor individu dan lingkungan berpe-
mah adat, kunjungan ke kebun kopi, memetik ngaruh positif dan signifikan terhadap perila-
dan proses pengolahan kopi. Gapoktan ku kewirausahaan, menunjukkan bahwa ska-
(Gabungan Kelompok Tani) bekerja sama la usaha dan persepsi dapat meningkatkan
dengan pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) perilaku kewirausahaan. Faktor lingkungan
dalam mengembangkan wisata desa adat dan seperti ketersediaan bahan input dan kekom-
kopi organik di Desa Tepal dalam mengelola pakan antar petani dapat meningkatkan peri-
potensi dan peluang di sektor pertanian dan laku kewirausahaan.
pariwisata. Perilaku kewirausahaan berpengaruh po-
sitif dan signifikan terhadap kinerja usaha-
IMPLIKASI MANAJERIAL tani. Indikator yang paling dominan adalah
keberanian mengambil risiko dan tekun
Meningkatkan kapasitas petani melalui
berusahatani.
pelatihan dan penyuluhan terutama tentang
proses pembibitan (ciri-ciri bibit unggul) dan
SARAN
pasca panen yang optimal, serta mentoring
dan evaluasi berkelanjutan. Dukungan mela- Bagi pemerintah memberikan dukungan
lui penyediaan sarana dan prasarana seperti, pelatihan dan penyuluhan. Perbaikan infra-
perbaikan infrastruktur pedesaan (jalan, lis- struktur dan akses ke pasar dalam mendu-
trik, sarana komunikasi). Kemudian, pema- kung usahatani kopi organik seperti jalan,
saran produk perlu ditingkatkan melalui ke- perbaikan infrastruktur bertujuan untuk me-
mitraan serta promosi. Usulan diatas berda- mudahkan petani dalam kegiatan distribusi.
Saran sebagai bahan pertimbangan dalam Darojat, O., & Sumiyati, S. (2013). Pendidikan
penelitian selanjutnya dimana pada penelitian Kewirausahaan. In Pendidikan
ini belum menganalisis perbedaan perilaku Kewirausahaan. Universitas Terbuka.
kewirausahaan petani yang ikut tergabung
Ernanda, R., & Sumbari, C. (2021). Pengaruh
dalam kelompok tani dengan petani yang faktor individu ,faktor lingkungan dan
tidak tergabung dalam kelompok tani, untuk perilaku kewirausahaan terhadap kinerja
itu disarankan pada penelitian selanjutnya usahatani jamur tiram di kota
untuk menganalisis apakah terdapat perbeda- Payakumbuh. Jurnal Galung Tropika,
an perilaku kewirausahaan terhadap kinerja 10(April), 98–109.
usahatani petani yang tergabung dalam ke-
Ferine, K. F., & Indrawan, M. I. (2020). Analisis
lompok tani dengan petani yang tidak terga-
pengaruh keunggulan bersaing dan
bung dalam kelompoktani. motivasi terhadap kinerja UKM binaan
bank Sumut cabang Kampung Baru
Medan. Prosiding Konferensi Nasional
DAFTAR PUSTAKA Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi
(KNEMA).
[Distanbun] Dinas Pertanian dan Perkebunan
NTB. (2021). Luas areal produksi dan Kao, R. W., Kao, K. R., & Kao, R. R. (2002).
provitas tanaman perkebunan di kabupaten Entrepreneurism: a philosophy and a sensible
atau kota se- NTB. alternative for the market economy. Imperial
College Press.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan.
(2021). Statistik Perkebunan Unggulan Keh, H. T., Nguyen, T. T. M., & Ng, H. P.
Nasional. In Direktorat Jendral Perkebunan (2007). The effects of entrepreneurial
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. orientation and marketing information
on the performance of SMEs. Journal of
[Kemenperin] Kementerian Perindustrian. Business Venturing, 22(4), 592–611.
(2009). Roadmap Industri Pengolahan https://doi.org/10.1016/j.jbusvent.2006.
Kopi. In Direktorat Jenderal Industri Agro 05.003
dan Kimia Departemen Perindustrian.
http://agro.kemenperin.go.id/420- Khaidir, A. A. F., & Mudianto. (2019). Analisis
roadmap-industri-pengolahan-kopi pengaruh jaringan, teknologi informasi
dan komunikasi, serta inovasi terhadap
[USDA] U.S. Departement of Agriculture. keunggulan bersaing dan kinerja usaha
(2023). Statistik Coffee. (Studi pada UMKM di Purwokerto).
https://www.usda.gov/ Diponegoro Journal of Management, 8(4),
74–84. http://ejournal-
Alma, B. (2009). Kewirausahaan. Alfabeta. s1.undip.ac.id/index.php/djom
Arnis, N., Baga, L. M., & Burhanuddin, B. Krisnamurthi, B. (2001). Pengertian agribisnis
(2018). The Effect of Entrepreneurial (Seri mamah). Puspa swara.
Behavior on Salted Fish Business
Performance at Muara Angke. Indonesian Kusnadi, N., Tinaprilla, N., Susilowati, S. H.,
Journal of Business and Entrepreneurship, & Purwoto, A. (2011). Analisis Efisiensi
4(3), 217–226. Usahatani Padi di Beberapa Sentra
https://doi.org/10.17358/ijbe.4.3.217 Produksi Padi di Indonesia. Agro
Ekonomi, 29(1), 25–48.
Chin, W. W. (1998). The Partial Least Squares https://doi.org/10.1006/gyno.2001.6534
Approach to Structural Formula
Modeling. In Mahwah (Ed.), Advances in Munandar, U. (2009). Pengembangan
Hospitality and Leisure (Chapter Te). Kreativitas Anak Berbakat. PT. Penerbit
Lawrence Elbaum Associates. Rineka Cipta.
Nursiah, T., Kusnadi, N., & Burhanuddin. Wihastuti, W., Sujaya, D. H., & Hardiyanto, T.
(2015). Perilaku kewirausahaan pada (2017). Analisis Usahatani Padi Organik.
Usaha Mikro Kecil (UMK) Tempe di Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh,
Bogor Jawa Barat. Jurnal Agribisnis 4(3), 388–395.
Indonesia, 3(2), 145–158. https://doi.org/10.1074/jbc.M114.55900
5
Pambudy, R., & Dabukke, F. B. (2010).
Tantangan dan Agenda Masa Depan Winardi. (2010). Manajemen Prilaku Organisasi
Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis (Edisi Revi). Kencana.
Indonesia dalam Refleksi Agribisnis 65
Tahun Profesor Bungaran Saragih (B. Wulandari, E., & Murniawaty, I. (2019).
Krisnamurthi (ed.)). IPB Press. Peningkatan keunggulan bersaing
melalui diferensiasi produk dan
Pambudy, R., Priatna, W. B., & Burhanuddin. diferensiasi citra serta pengaruhnya
(2017). Kewirausahaan dan Manajemen terhadap kinerja pemasaran IKM kopi di
Bisnis (Issue 452). Kabupaten Temanggung. Jurnal
Manajemen Pemasaran, 13(2), 69–77.
Popkin SL. (1986). Petani Rasional. Terjemahan https://doi.org/10.9744/pemasaran.13.
Mawi Sjahrir. Lembaga Penerbit Padamu 2.69-77
Negeri.
Zainura, U., Kusnadi, N., & Burhanuddin, B.
Qonita, A. (2012). Motivasi kerja utama petani (2016). Perilaku kewirausahaan petani
dalam kemitraan denganp pusat kopi arabika gayo di Kabupaten Bener
pengolahan kelapa terpadu di Meriah Provinsi Aceh. Jurnal Penyuluhan,
Kabupaten Kulon progo. Sepa, 9(1), 90– 12(2), 126.
99. https://doi.org/10.25015/penyuluhan.v
12i2.11606
Rahmi, K. (2015). Pengaruh perilaku
kewirausahaan petani terhadap kinerja usaha
pada sistem integrasi tanaman dan Ternak
(Kasus : di Kabupaten Lima Puluh Kota
Provinsi Sumatera Barat) [Tesis]. Institut
Pertanian bogor.