211-Article Text-907-2-10-20190112

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education

Volume I Nomor 1, Desember 2016 ISSN 2548-2297

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN RESOURCE-


BASED LEARNING BERBANTUAN PROGRAM GEOGEBRA
DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS
Andini Sukma Widiawati1 , Ucu Koswara2
Program Studi Pendidikan Matematika
STKIP Sebelas April Sumedang
[email protected] [email protected]

Abstrak: Makalah ini menganalisis suatu eksperimen dengan desain Non-


Equivalent Control Group Design untuk mengetahui perbedaan peningkatan
kemampuan pemahaman konsep antara siswa yang pembelajaranya
menggunakan model pembelajaran Resource-Based Learning berbantuan
program Geogebra dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional pada
siswa kelas VIII semester dua di salah satu sekolah di Kabupaten Sumedang.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester dua serta sampel yang
diambil sebanyak 82 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes kemampuan pemahaman konsep matematis, serta angket dalam
upaya melihat hasil dari pandangan siswa mengenai pembelajaran Resource-
Based Learning berbantuan program Geogebra. Penelitian ini menemukan: (1)
Dari uji 𝑡′ pada taraf kesalahan 5% menunjukkan bahwa peningkatan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dalam pembelajaran dengan
model Resource-Based Learning berbantuan program Geogebra lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional; (2) Analisis deskriptif
terhadap angket sikap siswa berada pada kategori positif dengan kriteria
sedang, hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Resource-Based Learning berbantuan program Geogebra
berkategori positif terhadap sikap siswa dalam pembelajaran matematika.

Kata kunci: Model Permbelajaran Resource-Based Learning berbantuan


program Geogebra, Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

A. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berdampak
pada semua lini kehidupan. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga
terjadi dengan cepat. Karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan IPTEK tersebut secara proporsional. Besarnya
peranan matematika dalam kehidupan mengakibatkan pentingnya penguasaan
kemampuan matematis bagi siswa sebagai dasar pengembangan logika
berpikir dalam upaya menerapkanya di dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satu kemampuan penting yang harus dikuasai siswa adalah Kemampuan
pemahaman Konsep Matematis. Sejalan dengan hal tersebut, Suherman (2008:
62) mengungkapkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
tahun 2006 menyebutkan tujuan dari pembelajaran matematika yaitu agar
siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

67
Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education
Volume I Nomor 1, Desember 2016 ISSN 2548-2297

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep


atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah,
(2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau
menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika,
(3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan yang meliputi
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh,
(4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain untuk memperjelas masalah,
(5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Upaya untuk mengoptimalkan kemampuan matematis siswa dapat
dilakukan dengan berbagai metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik
materi ajar itu sendiri, dalam hal ini memfokuskan pada model pembelajaran
Resource-Based Learning berbantuan program Geogebra. Masuknya
teknologi dalam pembelajaran memiliki tujuan yang sangat berdasar
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sundayana (2013: 3) bahwa objek
matematika yang bersifat abstrak tersebut merupakan kesulitan tersendiri yang
harus dihadapi siswa dalam mempelajari matematika. Bahkan tidak hanya
siswa, guru juga mengalami kendala dalam mengajarkan matematika terkait
sifatnya yang abstrak tersebut. Khususnya bagi guru matematika dalam
pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih menunjukkan kekurangan dan
keterbatasan terutama dalam memberikan gambaran konkrit dari materi yang
disampaikan.
Kondisi semacam ini akan terus terjadi selama guru matematika masih
menganggap bahwa dirinya merupakan sumber belajar bagi siswa dan
mengabaikan peran media pembelajaran. Oleh karena itulah dibutuhkan media
sebagai kontribusi positif dalam suatu proses pembelajaran. Pembelajaran
yang menggunakan media yang tepat akan memberikan hasil yang optimal
bagi pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajarinya. Menurut
Kemp (Sundayana, 2013: 4) kontribusi media dalam pembelajaran adalah;
1. Penyampaian pembelajaran dapat lebih terstandar,
2. Pembelajaran dapat lebih menarik,
3. Waktu penyampaian pembelajaran dapat diperpendek,
4. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan,
5. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun
diperlukan,
6. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan.
7. Peran guru berubah ke arah yang positif.
Berdasarkan permasalahan tersebut perlu adanya metode dan juga
media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami konsep
matematis. Salah satu metode yang cocok yaitu Resource-Based Learning dan

68
Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education
Volume I Nomor 1, Desember 2016 ISSN 2548-2297

media pembelajarannya berupa program Geogebra. Model pembelajaran


Resource-Based Learning merupakan model pembelajaran dimana siswa tidak
hanya belajar pada satu sumber tetapi terdapat berbagai macam sumber belajar
yang dapat mendukung proses pembelajaran sehingga siswa dapat
membangun pemahaman konsep dari berbagai sumber. Sedangkan program
Geogebra ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap konsep yang telah dipelajari maupun sebagai sarana untuk
mengenalkan atau mengkonstruksi konsep baru.

B. KAJIAN PUSTAKA
1. Model Pembelajaran Resource-Based Learning
“Resource-Based Learning adalah suatu proses pembelajaran yang
langsung menghadapkan siswa dengan suatu atau sejumlah sumber belajar
secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan yang bertalian
dengan sumber belajar (Nasution, 2013: 18). Jadi dalam Resource-Based
Learning guru bukan merupakan sumber belajar satu-satunya. Siswa dapat
belajar dalam kelas, dalam laboratorium, dalam perpustakaan, dalam “ruang
sumber belajar” yang khusus atau bahkan di luar sekolah, bila ia mempelajari
lingkungan berhubungan dengan tugas atau masalah tertentu”.
Learning Source atau sumber belajar yang esensial harus digunakan
oleh siswa. Jadi sumber belajar ditujukan kepada siswa bukan guru. AECT
(Association Of Education Communication Technology) melalui karyanya The
Definition of educational technology (Rohani, 2010: 185) mengklasifikasikan
sumber belajar menjadi 6 macam.
1. Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh komponen
lain dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data.
2. People (orang), yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpanan,
pengolah, dan penyaji pesan.
3. Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk
disajikan melalui penggunaan alat/perangkat lunak ataupun oleh dirinya
sendiri.
4. Device (alat), yaitu sesuatu (perangkat keras) yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan.
5. Technique (teknik), yaitu prosedur atau acuan yang dipersiapkan untuk
penggunaan bahan, peralatan, orang, lingkungan untuk menyampaikan
pesan.
6. Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar di mana pesan
disampaikan.
Menurut Nasution (2013: 26) ciri-ciri Resource-Based Learning adalah
sebagai berikut:
1. Resource-Based Learning memanfaatkan sepenuhnya segala sumber
informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio-visual
dan memberi kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar dengan
mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia.

69
Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education
Volume I Nomor 1, Desember 2016 ISSN 2548-2297

2. Resource-Based Learning berusaha memberi pengertian kepada peserta


didik tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang
dapat dimanfaatkan untuk belajar.
3. Resource-Based Learning berhasrat untuk mengganti pasifnya peserta
didik dalam pembelajaran konvensional dengan belajar aktif didorong oleh
minat dan keterlibatan diri dalam pendidikannya.
4. Resource-Based Learning berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar
dengan menyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran,
metode kerja, dan medium komunikasi yang berbeda sekali dengan cara
konvensional.
5. Resource-Based Learning memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk bekerja menurut kecepatan dan kesanggupan masing-masing dan
tidak dipaksa belajar menurut kecepatan yang sama dalam hubungan di
kelas.
6. Resource-Based Learning lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan
ruang belajar.
7. Resource-Based Learning berusaha mengembangkan kepercayaan akan
diri peserta didik dalam hal belajar yang memungkinkan untuk
melanjutkan belajar sepanjang hidupnya.
Belajar berdasarkan sumber tidak meniadakan peranan guru. Guru itu
terlibat dalam setiap langkah proses belajar. Dalam pelaksanannya guru harus
bekerja sama dengan ahli perpustakaan yang mengenal sumber-sumber bacaan
yang ada.
Menurut Sutrisno (2010: 5) sintaks model pembelajaran Resource-
Based Learning adalah sebagai berikut.
1. Guru melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan
model Resource-Based Learning.
2. Pengenalan materi matematika dan penyelesaiannya
3. Guru memberikan contoh soal dan cara mengembangkannya menjadi sub
– sub pertanyaan dan penyelesaiannya.
4. Guru membagi siswa dalam kelompok – kelompok
5. Guru membagi lembar kerja
6. Siswa menyelesaikan masalah matematika yang diajukan secara
berkelompok
7. Guru membimbing, mengawasi, dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan menyelesaikan masalah matematika
8. Siswa menuliskan hasil diskusi kelompok ke dalam lembar hasil diskusi.
9. Masing – masing kelompok yang telah selesai melakukan diskusi harus
melaporkan kerja kelompoknya kepada guru.
10. Guru meminta beberapa kelompok yang sudah selesai untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
11. Guru menegaskan kembali hasil diskusi yang telah disajikan siswa.
12. Guru melakukan evaluasi terhadap hasil diskusi siswa.

70
Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education
Volume I Nomor 1, Desember 2016 ISSN 2548-2297

2. Program Geogebra sebagai Media Pembelajaran


Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata Medium yang secara harfiah berarti perantara atau penyalur. Dengan
demikian maka media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau
penyalur pesan. Di lain pihak, National Education-Association (Sundayana,
2013: 5) memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik
terletak maupun audio-visual dan peralatannya. Dengan demikian media dapat
dimanipulasi, dilihat, didengar atau dibaca.
Salah satu program komputer (software) yang dapat digunakan sebagai
mediapembelajaran matematika adalah program Geogebra. Geogebra
dikembangkan oleh Markus Hohenwarter pada tahun 2001. Geogebra adalah
program komputer (software) matematika khsusunya geometri, aljabar,
statistik, dan kalkulus, digunakan juga untuk mempelajari dan mengajarkan
matematika dari tingkat dasar sampai ke tingkat universitas.Program ini dapat
dimanfaatkan secara bebas yang dapat diunduh dari www.geogebra.org
http://www.geogebra.org./(Wikipedia, Geogebra).
Program Geogebra sangat bermanfaat bagi guru maupun siswa. Tidak
sebagaimana pada penggunaan software komersial yang biasanya hanya bisa
dimanfaatkan di sekolah, Geogebra dapat diinstal pada komputer pribadi dan
dimanfaatkan kapan dan di manapun oleh siswa. Bagi guru, Geogebra
menawarkan kesempatan yang efektif untuk mengkreasi lingkungan belajar
online interaktif yang memungkinkan siswa mengeksplorasi berbagai konsep-
konsep matematika. Pemanfaatan program Geogebra memberikan beberapa
keuntungan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Lukisan-lukisan geometri yang biasanya, dihasilkan dengan dengan cepat
dan teliti dibandingkan dengan menggunakan pensil, penggaris, atau
jangka.
2. Adanya fasilitas animasi dan gerakan-gerakan manipulasi (dragging)
pada program Geogebra dapat memberikan pengalaman visual yang lebih
jelas kepada siswa dalam memahami konsep geometri.
3. Dapat dimanfaatkan sebagai balikan/evaluasi untuk memastikan bahwa
lukisan yang telah dibuat benar.
4. Mempermudah guru/ siswa untuk menyelidiki atau menunjukkan sifat-
sifat yang berlaku pada suatu objek geometri.
Menurut Aisyah (2015: 18) Geogebra sangat bermanfaat sebagai media
pembelajaran matematika dengan beragam aktivitas sebagai berikut.
1. Sebagai media demonstrasi dan visualisasi
Dalam hal ini, dalam pembelajaran yang bersifat tradisional, guru
memanfaatkan Geogebra untuk mendemonstrasikan dan
memvisualisasikan konsep-konsep matematika tertentu.
2. Sebagai alat bantu konstruksi
Dalam hal ini Geogebra digunakan untuk memvisualisasikan konstruksi
konsep matematika tertentu, misalnya mengkonstruksi lingkaran dalam
maupun lingkaran luar segitiga, atau garis singgung.
3. Sebagai alat bantu proses penemuan

71
Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education
Volume I Nomor 1, Desember 2016 ISSN 2548-2297

Dalam hal ini Geogebra digunakan sebagai alat bantu bagi siswa untuk
menemukan suatu konsep matematis, misalnya tempat kedudukan titik-
titik atau karakteristik grafik parabola.
Contoh penggunaan program Geogebra sebagai media demonstrasi dan
visualisasi pada ruang dimensi tiga.

Gambar 1
Contoh Penggunaan Aplikasi Program Geogebra

3. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis


Suherman (2008: 114) menyatakan bahwa pemahaman konsep
matematis adalah kemampuan kognitif setingkat diatas pengetahuan.
Kemampuan konsep matematis menggambarkan suatu pengertian, sehingga
siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat
menggunakan beberapa kaidah yang relevan. Dalam tingkatan ini siswa
diharapkan mengetahui bagaimana berkomunikasi dan menggunakan idenya
untuk berkomunikasi. Dalam pemahaman tidak hanya sekedar memahami
sebuah informasi tetapi termasuk juga keobjektifan, sikap dan makna yang
terkandung dari sebuah informasi. Dengan kata lain seorang siswa dapat
mengubah suatu informasi yang ada dalam pikirannya kedalam bentuk lain
yang lebih berarti.
Berikut ini ada beberapa ciri khusus indikator-indikator soal
pemahaman konsep matematis dengan soal untuk aspek penilaian lain
berdasarkan peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 506/C/PP/2004
tanggal 11 November 2004 (Wardhani, 2008: 10).
1. Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep.
2. Kemampuan mengklasifikasi subjek menurut sifat-sifat tertentu sesuai
dengan konsepnya.
3. Mampu memberi contoh dan bukan contoh.
4. Kemampuan menyajikan konsep kedalam berbagai bentuk representasi
matematis.
5. Kemampaun mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu
konsep.
6. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur
tertentu.

72
Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education
Volume I Nomor 1, Desember 2016 ISSN 2548-2297

7. Kemampuan mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan


masalah.

C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat antara
variabel bebas dan variabel terikat. Perlakuan yang diberikan terhadap
variabel bebas dilihat hasilnya pada variabel terikat. Dalam penelitian ini
penulis memilih metode eksperimen semu (Quasi Exsperimental Design)
dengan menggunakan dua buah kelompok. Kelompok pertama sebagai kelas
eksperimen dan kelompok kedua sebagai kelas kontrol. Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel bebas adalah proses belajar dengan menggunakan
model pembelajaran Resource-Based Learning berbantuan program
Geogebra, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman
konsep matematis.
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
Nonequivalent Control Group Design yang mencakup tes awal (pre-test) dan
tes akhir (post-test). Sesuai dengan hipotesis yang dirumuskan, ada dua
kelompok yang diperlukan yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah
kedua kelas tersebut diberi perlakuan yang berbeda, untuk megetahui berhasil
tidaknya perlakuan tersebut kepada keduanya diberikan tes yang sama.
Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut (Sugiyono,
2014: 79).

R: 01 X 02

R: 01 − 02
Keterangan :
R : Pemilihan sampel secara acak (random)
01 : Tes awal
02 : Tes akhir
X : Perlakuan menggunakan model pembelajaran Resource-Based
Learning berbantuan program Geogebra.

− : Perlakuan menggunakan model pembelajaran konvensional

D. HASIL PENELITIAN
1. Data Hasil Tes Awal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

73
Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education
Volume I Nomor 1, Desember 2016 ISSN 2548-2297

Tabel 1
Data Skor Tes Awal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Dengan menggunakan model


pembelajaran Resource-Based Dengan menggunakan model
Learning berbantuan program pembelajaran konvensional
Geogebra

𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑋𝑚𝑖𝑛 ̅
𝑋 𝑆 𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑋𝑚𝑖𝑛 ̅
𝑋 𝑆
22 10 16,37 3,57 21 10 14,88 3,49

Berdasarkan Tabel 1 diperoleh bahwa rata-rata skor tes awal kelas


eksperimen dan kelas kontrol sebesar 16,37 dan 14,88 dengan simpangan baku
sebesar 3,57 dan 3,49. Pada tabel terlihat bahwa terdapat perbedaan rata-rata
skor tes awal yang diperoleh siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,
sementara untuk nilai maksimum dan minimum yang diperoleh pada kelas
eksperimen yaitu sebesar 22 dan 10, sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 21
dan 10.

2. Data Hasil Tes Akhir Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Tabel 2
Data Skor Tes Akhir Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Dengan menggunakan model


pembelajaran Resource-Based Dengan menggunakan model
Learning berbantuan program pembelajaran konvensional
Geogebra
𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑋𝑚𝑖𝑛 ̅
𝑋 𝑆 𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑋𝑚𝑖𝑛 ̅
𝑋 𝑆
28 18 23,46 3,22 25 16 20,51 2,66

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh bahwa rata-rata skor tes akhir kelas


eksperimen dan kelas kontrol sebesar 23,46 dan 20,51 dengan simpangan baku
sebesar 3,22 dan 2,66. Pada tabel terlihat bahwa rata-rataskor tes akhir yang
diperoleh siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Dan untuk nilai
maksimum dan minimum yang diperoleh pada kelas eksperimen yaitu sebesar
28 dan 18, sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 25 dan 16.

3. Data Hasil Indeks Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Data yang diperoleh dari hasil skor tes awal dan tes akhir ini kemudian
disajikan dalam bentuk indeks gain untuk mengetahui peningkatannya.

74
Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education
Volume I Nomor 1, Desember 2016 ISSN 2548-2297

Tabel 3
Data Skor Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Dengan menggunakan model


pembelajaran Resource-Based Dengan menggunakan model
Learning berbantuan program pembelajaran konvensional
Geogebra
𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑋𝑚𝑖𝑛 ̅
𝑋 𝑆 𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑋𝑚𝑖𝑛 ̅
𝑋 𝑆
1,00 0,28 0,65 0,19 0,60 0,25 0,44 0,08

Berdasarkan Tabel 3 diperoleh bahwa rata-rata skor indeks gain kelas


eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,65 (sedang) dan 0,44 (sedang) dengan
simpangan baku sebesar 0,19 dan 0,08. Pada tabel terlihat bahwa rata-rata skor
indeks gain yang diperoleh siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda.
Dan untuk nilai maksimum dan minimum yang diperoleh pada kelas
eksperimen yaitu sebesar 1,00 dan 0,28 sedangkan untuk kelas kontrol sebesar
0,60 dan 0,25.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut.

Rata-rata Skor Indeks Gain

0,66
Indeks Gain

0,44

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Diagram 2
Rata-rata Skor Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol

Berdasarkan Diagram 2 terlihat bahwa rata-rata skor indeks gain yang


diperoleh siswa kelas eksperimen lebih besar dibanding dengan kelas kontrol.
Kelas eksperimen dengan rata-rata skor sebesar 0,66 dan kelas kontrol sebesar
0,44. Untuk melihat lebih jelas signifikansi atau terdapat tidaknya perbedaan
pada kelas eksperimen dan kontrol, maka data skor indeks gain diolah dengan
menggunakan uji kesamaan rata-rata dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah data skor indeks gain berdistribusi normal
atau tidak dilakukan dengan uji normalitas Lilliefors. Pasangan hipotesis yang
digunakan adalah sebagai berikut.
𝐻0 ∶ Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
𝐻1 ∶ Sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

75
Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education
Volume I Nomor 1, Desember 2016 ISSN 2548-2297

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji Lilliefors diperoleh


nilai L0hitung dan Ltabel pada kedua kelas sebagai berikut.

Tabel 4
NilaiL0hitungdan LtabelPada Uji Statistik Lilliefors (𝜶 = 𝟓%)

Kelas L0hitung Ltabel Tafsiran


Eksperimen 0,0867
1,38 Ho diterima
Kontrol 0,1000

Pada Tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa Lohitung kedua kelompok


sampel lebih kecil dari nilai Ltabel pada taraf nyata (∝) = 0,05 artinya data
tersebut berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas
𝐻0 ∶Variansi kedua sampel homogen.
𝐻1 ∶Variansi kedua sampel tidak homogen.

Tabel 5
Hasil Uji Homogenitas Data Skor Indeks Gain

𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒅𝒃𝟏 𝒅𝒃𝟐 𝑭𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 𝜶 Kesimpulan


5,06 40 40 1,69 0,05 Tolak𝐻0

Dari Tabel 5 diketahui bahwa nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada 𝑑𝑏1 = 40 dan
𝑑𝑏2 = 40 dengan taraf kesalahan (𝛼) = 5% = 0,05 untuk kedua kelas, maka
dapat disimpulkan bahwa kedua variansinya tidak homogen.

3) Uji 𝑡′
𝐻0 ∶ rerata kedua sampel tidak berbeda (𝜇1 = 𝜇2 )
𝐻1 ∶ rerata kedua sampel berbeda (𝜇1 ≠ 𝜇2 )

Tabel 6

Hasil Uji 𝒕 Data Skor Indeks Gain

𝒕′ 𝒏𝒌𝒕′ 𝜶 Kesimpulan
Sampel
7,09 ±2,02 0,05 Tolak 𝐻0

Dari Tabel 6 diketahui bahwa nilai 𝑡′ berada di luar batas interval 𝑛𝑘𝑡′
yaitu −2,02 > 7,09 > 2,02 pada taraf kesalahan (𝛼) = 5% = 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa rerata kedua sampel berbeda. Dilihat rata-rata
indeks gain dapat dilihat bahwa kelas eksperimen jauh lebih tinggi dari kelas
kontrolnya, ini artinya peningkatan kemampuan pemahaman konsep dari kelas
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol

76
Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education
Volume I Nomor 1, Desember 2016 ISSN 2548-2297

4. Hasil Data Angket Sikap Siswa


Angket diberikan kepada siswa kelas eksperimen pada pertemuan
terakhir yang jumlah siswanya 41 orang. Selanjutnya data angket diolah
dengan menggunakan Skala Likert, seperti pada tabel 4.7 berikut.

Tabel 7
Angket Sikap Siswa
𝒏 ̅ 𝒕𝒔
𝒙 ̅𝒕
𝒙 Kategori
41 3301 4,03 Positif

Berdasarkan Tabel 7 diatas mengenai hasil pengolahan data angket


sikap siswa terhadap model pembelajaran Resource-Based Learning
berbantuan program Geogebra diperoleh 𝑥
̅𝑡 sebesar 4,03 yang termasuk pada
kategori positif.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
a. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan model Resource-Based Learning
berbantuan program Geogebra lebih baik daripada siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional.
b. Siswa menunjukan sikap positif terhadap pembelajaran matematika
dengan menggunakan model Resource-Based Learning berbantuan
program Geogebra.

2. Saran
a. Bagi peneliti lain, bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran
Resource-Based Learning berbantuan program Geogebra untuk
materi-materi atau lokasi tempat penelitian yang berbeda.
b. Bagi guru, biasa dijadikan bahan pertimbangan untuk menerapkan
model pembelajaran Resource-Based Learning berbantuan program
Geogebra dalam proses pembelajaran di kelas dalam upaya
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
maupun kemampuan-kemampuan yang lainnya. Hal ini terbukti
dengan penelitian yang telah dilakukan bahwa model Resource-Based
Learning berbantuan program Geogebra memberikan sikap positif,
artinya siswa merasa senang dan bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran matematika.
c. Bagi sekolah, penelitian ini hendaknya dijadikan sebagai masukan dan
bahan pertimbangan terutama ketersediaan komputer/lab matematika
bagi siswa dalam memaksimalkan eksplorasi terutama untuk
menerapkan model pembelajaran Resource-Based Learning
berbantuan program Geogebra sebagai salah satu model yang inovatif
dalam pembelajaran matematika.

77
Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education
Volume I Nomor 1, Desember 2016 ISSN 2548-2297

F. DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, J. S. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Geometri Van Hiele
berbantuan program Geogebra untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematis. Skripsi pada STKIP Sebelas April
Sumedang: tidak diterbitkan.
Nasution, S. (2013). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. (2014). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suherman, E. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung:
FPMIPA UPI.
Sundayana, R. (2013). Media Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta.
Sutrisno. (2010). Pembelajaran Matematika Menggunakan Model
Pembelajaran Resource-Based Learning.[Online]. Vol 1 (1), 8
halaman.
Tersedia: e-jurnal.upgrismg.ac.id/index.php/aksioma/article/view/73. [12
Oktober 2015]
Rohani, A. (2010). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Uno, H.B. (2008). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar dan
Mengajar yang Kreatif dan Inovatif. Jakarta: Sinar Gratika.
Wardhani, Sri. (2008). Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika
SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran
Matematika.Jogyakarta: P4TK.
Wikipedia. Geogebra. [Online]. Tersedia: https://en.wikipedia.org/wiki/
GeoGebra [8Januari 2016]

78

Anda mungkin juga menyukai