Makalah Tasawuf Dan Tazkiya Al Nafs

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

TASAWUF DAN TAZKIYAH AL NAFS

Makalah
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Tasawuf
Dosen pengampu : Jumrianah, M.pd

Oleh
EKA CANDRA SETIAWAN
23.1.13.017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SANGATTA
TAHUN 2024/2025

1
KATA PENGANTAR

Bismillahi rahmani rahiim...

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberikan sedikit dari

ilmu-Nya yang maha luas sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Sholawat serta salam tak lupa kami hanturkan kepada junjungan Nabi Muhammad

SAW yang kita nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Jumrianah, M.Pd selaku dosen mata kuliah Tasawuf yang telah

memberikan ilmunya dalam mengajar dan membimbing kami pada mata

kuliah Tasawuf di semester II ini.

2. Tentunya kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun Semoga makalah ini

bermanfaat untuk kita semua.

Sanggata,16 Maret 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................1


KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................5
A. Pengertian Tasawuf....................................................................................5
B. Sejarah Perkembangan Tasawuf................................................................6
C. Sumber-Sumber Ajaran Tasawuf...............................................................10
D. Pengertian Tazkiyah Al nafs......................................................................12
E. Metode Ilmu Tasawuf dalam Menjalankan Tazkiyah Al nafs...................13
F. Tujuan dalam Mempelajari Tazkiyah Al nafs............................................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................16
A. Kesimpulan................................................................................................16
B. Saran .........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan yang penuh dengan teknologi berkembang saat ini,


manusia semakin mengetahui sesuatu hal yang belum diketahui oleh para
pendahulunya melalui teknologi yang diciptakannya. Jika kita pikirkan sejenak,
terlintas di benak kita kekuasaan serta keagungan Tuhan yang Maha Esa dan
begitu kecil dan terbatasnya pengetahuan kita tentang ciptaan-Nya.

Atas dasar tersebut, kita sebagai makhluk ciptaan-Nya harus mencintai


dan mengabdikan diri kepada Allah swt. Dengan kedua hal tersebut kita dapat
selalu berada didekatNya.

Tasawuf merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari cara bagaimana


orang dapat berada sedekat mungkin dengan Tuhannya. Selain itu, tasawuf
dapat menjadikan agama lebih dihayati serta dijadikan sebagai suatu kebutuhan
bahkan suatu kenikmatan. Tazkiyah Al nafs adalah penyucian jiwa dari segala
perbuatan kotor atau tidak suci serta menghiasi jiwa dengan perbuatan-
perbuatan yang terpuji.

Dalam kesempatan kali ini, kami ingin membahas tentang pengertian


tasawuf dan tazkiyah al nafs, etimologi definisi dan komponen dasar berbagai
istilah tentang asal usul tasawuf dan tazkiyah al nafs.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan ilmu Tasawuf?
2. Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf?
3. Apa saja sumber ajaran Tasawuf?
4. Apa yang dimaksud dengan Tazkiyah Al nafs?
5. Metode ilmu tasawuf dalam menjalankan tazkiyah al nafs
6. Tujuan Tazkiyah al nafs

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf

Secara etimologis, ilmu Tasawuf banyak diartikan oleh para ahli,


sebagian menyatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuffah yang berarti
serambi masjid nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat anshar, ada pula
yang mengatakan berasal dari kata shaf yang berarti barisan, shafa yang berarti
bersih atau jernih dan shufanah yakni nama kayu yang bertahan di padang
pasir.

Tasawuf merupakan ajaran dalam Islam yang bertujuan untuk membantu


seseorang untuk tetap berada di jalan Allah SWT, menjadi tidak berlebihan
dalam hal duniawi, dan tetap fokus pada iman dan takwa. Tasawuf bertujuan
memperbaiki budi dan membersihkan batin.

Adapun tentang definisi tasawuf (sufi) yang dikemukakan oleh sejumlah


tokoh sufi, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bisyri bin Haris mengatakan bahwa Tasawuf adalah orang yang suci
hatinya menghadap Allah SWT.
2. Sahl at-Tustari orang yang bersih dari kekeruhan, penuh dengan
renungan, putus hubungan dengan manusia dalam menghadap Allah,
baginya tiada beda antara harga emas dan pasir.
3. Al-Junaid al-Baghdadi (Wafat 298 H): membersihkan hati dari sifat
yang menyamai binatang, menekan sifat basyariah (kemanusiaan),
menjauhi hawa nafsu, berpegang pada ilmu kebenaran dan mengikuti
syari’at Rasulullah Saw.
4. Abu Qasim Abdul Karim al-Qusyairi: menjabarkan ajaran-ajaram Al-
Qur’an dan Sunnah, berjuang mengendalikan nafsu, menjauhi
perbuatan bid’ah, mengendalikan syahwat dan menghindari sifat
meringankan terhadap ibadah.

5
5. Abu Yazid al-Bustami: melepaskan diri dari perbuatan tercela,
menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji dan mendekatkan diri kepada
Allah.
6. Ma’ruf al-Karkhi (Wafat 200 H): mengambil hakikat dan Tamak dari
apa yang ada dalam genggaman tangan makhluk.

Jika menelaah beberapa pengertian diatas, pengertian tasawuf tampaknya


bermakna bervariasi, hal ini dikarenakan perilaku dan status spiritual (Maqam)
yang berbeda dan dominan dalam diri mereka, seperti Tawakkal, cinta kasih
dan rambu-rambu spiritual yang menjadi pengantar ke hadirat Tuhan semesta
alam.

Al-Thusi (w. 378 H) melansir beberapa definisi tasawuf di dalam


kitabnya yang monumental al-Luma’, seolah-olah betapa sulitnya memberikan
definisi yang bersifat jami mani”.1

Definisi bisa disarikan dalam karakteristik Sufi yang disebutkan oleh al-
Thusi. Beliau mengatakan bahwa sufi adalah orang alim yang mengenal Allah
dan hukum-hukum Allah, mengamalkan apa yang diajarkan, menghayati apa
yang diperintahkan, merasakan apa yang mereka hayati dan melebur dengan
yang mereka rasakan.”

Dari paparan al-Thusi diatas, dapat dirumuskan bahwa Tasawuf memuat


dan mengandung setidaknya lima unsur, yaitu Ilmu (Pengetahuan), Amal
(Pelaksanaan). Tahaqquy (Penghayatan), Wajd (Perasaan) dan Fana (Peleburan)

B. Sejarah Perkembangan Tasawuf

Benih ilmu tasawuf bermula pada masa khalifah ketiga, yakni ketika.
Terjadi peristiwa tragis dalam pembunuhan Utsman Ibn Affan ra, hal ini
berimplikasi terjadinya kekacauan dan kerusakan terhadap sebagian kaum
muslimin, sehingga para sahabat dan pemuka agama Islam berfikir untuk
1
Permadi, Pengantar limu Tasawuf, Jakarta, 2004, hal.28

6
membangkitkan kembali ajaran Islam dengan berikhtiar kembali ke masjid.
(I’tikaf) dan mendengarkan kisah mengenai targhib dan tarkib, mengenai
keindahan hidup zuhud." Dalam sejarah perkembangannya, terdapat masa atau
tahapan yang terjadi terhadap ilmu Tasawuf, beberapa masa tersebut adalah
masa pembentukan, pengembangan, konsolidasi, falsafi dan masa pemurnian.
Berikut adalah penjelasan tiap-tiap perkembangan ilmu Tasawuf:

1. Masa Pembentukan

Masa ini terjadi dalam abad I dan II hijriah, Hasan Basri dan Rabiah
Adawiyah muncul dengan ajaran khauf dan cinta, yakni mempertebal takut
atau taqwa kepada Tuhan, penyucian hubungan manusia dengan tuhan,
selain itu muncul gerakan pembaharuan hidup kerohanian dikalangan
kaum muslimin.Dalam ajaran-ajaran yang dikemukakan, dianjurkan
mengurangi makan (Ju), menjauh dari keramaian duniawi (Zuhud),
mencela dunia (Dzammu al dunya)."Selanjutnya pada abad II Hijriah,
tasawuf tidak banyak berbeda dengan sebelumnya, meskipun penyebabnya
berbeda. Penyebab pada abad ini terjadi karena formalism dalam
melakukan syariat agama (lebih bercorak fiqh) yang menyebabkan
sebagian orang tidak puas dengan kehidupannya. Sehingga sebagian orang
aa yang lari kepada istilah-istilah yang pelik mengenai kebersihan jiwa
(thaharatun nafs), kemumian hati (naqyu al-qalb), hidup ikhlas, menolak
pemberian orang, bekerja mandiri dan berdiam diri.Abu al-Wafa
menyimpulkan, bahwa zuhud Islam pada abad I dan II hijriyah mempunyai
karakter sebagai berikut."a. Menjauhkan diri dari dunia menuju ke akhirat
yang berakar pada nas agama yang dilatarbelakangi oleh sosiopolitik yang
bertujuan meningkatkan moral. b. Bersifat praktis, para pendirinya tidak
menaruh perhatian untuk menyusun prinsip-prinsip teoritis atas
kezuhudannya itu.2

2
Amin syukur, menggugat tasawuf:sufisme dan tanggung jawab social abad 21, Yogyakarta, 2002,
hal 18

7
2. Masa Pengembangan

Pada abad III dan IV, tasawuf sudah bercorak kefana’an (ekstase)
yang menjurus ke persatuan hamba dengan Khalik. Orang sudah ramai
membahas tentang lenyap dalam kecintaan (fana’fi al-Mahbub), bersatu
dengan kecintaan (ittihad bi al-Mahbub), kekal dengan Tuhan (baqa’ bi al-
Mahbub), menyaksikan Tuhan (musyahadah), bertemu dengan-Nya (liqa)
dan menjadi satu dengan-Nya (‘ain al-jama’) seperti yang diungkapkan
oleh Abu Yazid al- Bushtham (261 H), seorang sufi dari Persia yang
pertama kali mempergunakan istilah fana (lebur atau hancurnya perasaan)
sehingga dia dianggap sebagai peletak batu pertama dalam aliran ini.

Sesudah Abu Yazid al-Busthami, lahirlah seorang sufi kenamaan,


yakni al-Hallaj (w. 309 H) yang menampilkan teori al-Hulul (reinkarnasi
Tuhan). Al- Thusi dalam al-Luma ‘nya menyatakan bahwa hulul adalah”:
“Allah memilih suatu jisim yang ditempati ma’na rububiyyah dan leburlah
dari padanya ma’na basyariyyah”.

3. Masa Falsafi

Pada abad IV Hijriah, muncullah tasawuf falsafi atau tasawuf yang


bercampur dengan ajaran filsafat, yang dikompromikan dengan pemakaian
term-term filsafat yang maknanya disesuaikan dengan tasawuf.

Ibn Khaldun dalam Muqaddimahnya menyimpulkan, bahwa tasawuf


falsafi mempunyai empat obyek utama, dan menurut Abu al-Wafa bisa
dijadikan karakter sufi falsafi, yaitu:

a. Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi serta introspeksi yang timbul


darinya,
b. Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam ghaib,

8
c. Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos berpengaruh
terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluar biasaan,
d. Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas
samar- samar (syathahiyat).

Selanjutnya, pada abad VI dan VII hijriah, muncul cikal bakal orde
(tarekat) sufi kenamaan, seperti tarekat Qadariyah, Suhrawardiyah,
Rifa’iyah, Syadziliyah, Badawiyah dan tarekat Naqsvabandiyah.

4. Masa Pemurnian

Pada masa ini, pengaruh dan praktek-praktek Tasawuf kian tersebar


luas melalui thariqah-thariqah, dan para sulthan serta pangeran tak segan-
segan pula mengeluarkan perlindungan dan kesetiaan pribadi mereka.

Pada masa ini terlihat tanda-tanda keruntuhan kian jelas.


Penyelewengan dan sekandal melanda dan mengancam kehancuran
reputasi baiknya dengan ditandainya munculnya bid’ah, khurafat,
mengabaikan syari’at dan hukum-hukum moral dan penghinaan terhadap
ilmu pengetahuan,berbentangkan diri dari dukungan awam untuk
menghindarkan diri dari rasionalitas, dengan menampilkan amalan yang
irrasional. Azimat dan ramalan serta kekuatan ghaib ditonjolkan".3

Sehingga muncul Ibn Taimiyah untuk menyerang semua itu, dengan


mengembalikan ajaran tasawuf berlandaskan alQur’an dan Al-Hadits.
Kepercayaan yang menyimpang diluruskan, seperti kepercayaan kepada
wali, khurafat dan bentuk-bentuk bid’ah pada umumnya. Menurut Ibn
Taimiyah yang disebut wali (kekasih Allah) ialah orang yang berperilaku
baik (shaleh), konsisten dengan syari’ah Islamiyah.4

3
Amin Syukur & Masyharuddin, Intelektualisme Tasawuf, Yogyakarta, 2002. Hal 17.
4
Ibid, Hal 19.

9
C. Sumber-sumber Ajaran Tasawuf

Dalam ajaran tasawuf terdapat beberapa sumber yang menjadi landasan


dasar dalam menjalani tasawuf.5 Berikut ini beberapa sumber ajaran tasawuf:

1. Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah sumber utama dan pertama dalam ajaran


tasawuf. Dalam Al-Qur'an terdapat seruan-seruan yang mendorong
kita agar bisa lebih dekat kepada Allah SWT, seperti perintah untuk
berzuhud (meningkatkan kesadaran dan kesadarannya), ibadah (segala
bentuk penghambaan diri kepada Allah SWT), dan taubat (kembali
kepada Allah SWT dengan meninggalkan dosa-dosa dan berjanji
untuk tidak mengulanginya lagi)

2. As-Sunnah

As-Sunnah atau sunnah Rasulullah SAW juga merupakan


sumber penting dalam ajaran tasawuf. Para sufi mengikuti sunnah
Rasulullah SAW sebagai contoh dalam mengembangkan akhlak mulia
dan menjadi manusia yang berakhlak mulia

3. Ijma' Ulama

Ijma' ulama atau pengamalan ulama dalam ajaran tasawuf


menjadi acuan bagi para sufi dalam mengembangkan akhlak mulia
dan menjadi manusia yang berakhlak mulia

4. Qiyas

Qiyas atau analisis atas sunnah Rasulullah SAW juga merupakan


sumber penting dalam ajaran tasawuf. Dalam qiyas, para sufi

5
Ibid, Hal 20.

10
menganalisis sunnah Rasulullah SAW untuk mendapatkan ilmu yang
bermanfaat dalam mengembangkan akhlak mulia.

5. Pengalaman Sahabat

Pengalaman sahabat Rasulullah SAW juga merupakan sumber


penting dalam ajaran tasawuf. Para sufi mengikuti contoh dan
pengalaman sahabat Rasulullah SAW dalam mengembangkan akhlak
mulia.

6. Ijtihad Sufi

Ijtihad sufi atau pemikiran dan analisis para sufi juga merupakan
sumber penting dalam ajaran tasawuf. Para sufi menganalisis dan
mengembangkan pemikiran yang bermanfaat dalam mengembangkan
akhlak mulia.

7. Qiyas Sufi

Qiyas sufi atau analisis atas pengalaman dan pemikiran para sufi
juga merupakan sumber penting dalam ajaran tasawuf. Para sufi
menganalisis dan mengembangkan pemikiran yang bermanfaat dalam
mengembangkan akhlak mulia

8. Nurani Sufi

Nurani sufi atau ilmu yang digunakan dalam pengembangan


akhlak mulia juga merupakan sumber penting dalam ajaran tasawuf.
Para sufi menggunakan ilmu ini untuk mengembangkan akhlak mulia
dan menjadi manusia yang berakhlak mulia

11
D. Pengertian Tazkiyah al Nafs

Tazkiyah al-nafs adalah proses penyucian jiwa dari perbuatan syirik dan
dosa, yang bertujuan untuk mengembangkan jiwa manusia menjadi kualitas
yang lebih baik. Al-Ghazali mengartikan tazkiyatun nafs dengan istilah
taharathun nafs, yang berarti pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela dan
imraatun nafs, yang berarti pembersihan jiwa dari perbuatan yang tidak baik.

Tazkiyah al-nafs berarti memurnikan Atau membersihkan jiwa dan


menumbuhkannya agar menjadi semakin baik serta mengembangkan potensi
baik bagi jiwa manusia, kita dapat membersihkan jiwa dengan cara
memperbanyak ibadah dan amal kebaikan dan meninggalkan perbuatan-
perbuatan tercela.6

Membersihkan segala jenis kotoran secara lahiriah terdapat 2 jalan,


berikut membersihkan badan dari segala kotoran dan najis yang menempel
dengan cara tayammum, wudhu, dan mandi jinabah. Sedangkan apabila
seseorang terkontaminasi sesuatu yang haram, syubhat dan makruh baginya
baik berupa harta, makanan,dan tahta, dianjurkan kepada seseorang tersebut
melakukan puasa Sunnah dengan niat membersihkan segala jenis kotoran
tersebut dan harus memakan makanan yang halal lagi baik untuk dirinya,
maksud baik disini dengan cara tidak memudharatkan diri.

Al Ghazali mengatakan bahwa nafsu pokok yang terdapat pada manusia


itu ada dua macam, yaitu nafsu mempertahankan diri dan nafsu
mempertahankan jenis, maksud dari nafsu mempertahankan diri dan nafsu
mempertahankan jenis adalah 2 pokok tersebut mempertahankan mulut dan
mempertahankan kemaluan. Disini maksud mulut tersebut Dinisbahkan kepada
pertahanan diri dan kemaluan dari dua jenis nafsu tersebut terbagi pula kepada
beberapa macam yaitu, an nafsul amarah, an nafsul mulhimah,an nafsul
lawwamah dan an nafsul al-muthmainnah Berikut penjelasan nafsu tersebut:

6
Zulham syarzain, epistemologi tasawuf.

12
 An nafsul amarah adalah nafsu yang mendorong manusia kepada
kejahatan.
 Nafsul mulhimah adalah nafsu yang cenderung selalu ilhami seseorang
untuk memindahkan kesenangannya melakukan perbuatan baik menuju
perbuatan jahat.
 Nafsu lawwamah adalah nafsu yang apabila telah melakukan perbuatan
tidak baik atau merugikan orang lain cenderung dia menyesali
perbuatannya.
 Nafsul Muthmainnah adalah nafsu yang cenderung melakukan kebaikan
dan taat beribadah kepada Allah pula.

Taftazani Al Ghazali juga diumpamakan sebuah kaca. Dan yang


menjadikan hati menjadi buram adalah syahwat badan oleh karena itu
melakukan ketaatan kepada Allah dan memalingkan diri dari tuntutan syahwat
adalah sesuatu yang dapat membersihkan hati . Dan diartikan juga sebagai
suatu upaya pembersih penyucian dan penyehatan jiwa manusia dan sifat-sifat
yang baik melalui ibadah kepada Allah sesuai dengan aturan syariah dan
dengan penuh keikhlasan”.

E. Metode Ilmu Tasawuf dalam Menjalanjakan Tazkiyah Al nafs

Ilmu tasawuf ada empat macam metode dalam melaksanakan Tazkiya Al


nafs yaitu metode takhalli, takalluf, tarbiyah, dan tahqiq. Kegiatan ini
merupakan sebuah rangkaian proses yang berhubungan dan harus dilakukan
secara berurutan dimulai dari metode yang pertama. 7 Berikut penjelasan
metode-metode tersebut:

1. Membersihkan Jiwa dari Sifat-Sifat Tercela (Takhalli): Tahap


pertama dalam tazkiyah al-nafs adalah membersihkan jiwa dari
sifat-sifat tercela, yang disebut takhalli. Ini merupakan proses
pembersihan dari sifat-sifat yang tidak baik dan yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam.
7
Konsep tazkiyah Al nafs kitab ihya 'ulumuddin, karya imam Al Ghazali

13
2. Membersihkan Jiwa dari Perbuatan yang Tidak Baik
(Takalluf): Tahap kedua dalam tazkiyah al-nafs adalah
membersihkan jiwa dari perbuatan yang tidak baik, yang disebut
takalluf. Ini merupakan proses pembersihan dari perbuatan yang
tidak sesuai dengan ajaran Islam dan yang tidak bermanfaat bagi
diri sendiri dan bagi ummat Islam.

3. Mengembangkan Jiwa dengan Ilmu dan Pengalaman


(Tarbiyah): Tahap ketiga dalam tazkiyah al-nafs adalah
mengembangkan jiwa dengan ilmu dan pengalaman, yang disebut
tarbiyah. Ini merupakan proses pembelajaran dan pengembangan
ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi jiwa manusia.

4. Mengembangkan Jiwa dengan Pengalaman dan Pengalaman


(Tahqiq): Tahap akhir dalam tazkiyah al-nafs adalah
mengembangkan jiwa dengan pengalaman dan pengalaman, yang
disebut tahqiq. Ini merupakan proses pembelajaran dan
pengembangan pengalaman yang bermanfaat bagi jiwa manusia,
yang akan membantu manusia menjadi lebih baik dan dekat
dengan Allah SWT.

Dalam menjalankan tazkiyah al-nafs, para sufi menggunakan berbagai


sumber-sumber, seperti Al-Qur'an, as-Sunnah, ijma' ulama, qiyas, pengalaman
sahabat, ijtihad sufi, dan qiyas sufi. Semua metode dan sumber ini bertujuan
untuk membantu manusia menjadi lebih baik, lebih berakhlak mulia, dan lebih
dekat dengan Allah SWT.

F. Tujuan mempelajari Tazkiyah Al Nafs

Tujuan mempelajari tazkiyah al-nafs adalah untuk mengembangkan jiwa


manusia menjadi kualitas yang lebih baik. Tazkiyah al-nafs adalah proses

14
penyucian jiwa dari perbuatan syirik dan dosa, yang bertujuan untuk
mengembangkan jiwa manusia menjadi kualitas yang lebih baik. Tujuan utama
tazkiyah al-nafs antara lain:

1. Pembentukan manusia yang bersih akidahnya, suci jiwanya, luas


ilmunya, dan seluruh aktivitas hidupnya bernilai ibadah.
2. Membentuk manusia yang berjiwa suci dan berakhlak mulia dalam
pergaulan dengan sesama manusia, yang sadar akan hak dan kewajiban,
tugas serta tanggung jawabnya.
3. Membentuk manusia yang berjiwa sehat dengan terbebasnya jiwa dari
perilaku tercela yang membahayakan jiwa itu sendiri.
4. Membentuk manusia yang berjiwa suci dan berakhlak mulia, baik
terhadap Allah, diri sendiri maupun manusia sekitarnya.

Dengan melakukan tazkiyah al-nafs, manusia diharapkan dapat menjadi


manusia yang berkualitas dari sisi jasmani maupun rohani. Tazkiyah al-nafs
juga berperan penting dalam meningkatkan kesehatan mental dan menjadi
manusia yang berakhlak mulia terhadap sesama manusia dan lingkungan serta
menjadikan manusia supaya mempunyai kualitas keimanan dan ketaqwaan
yang baik.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas tentang perngertian tasawuf dan tazkiyah Al nafs


yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari cara bagaimana orang dapat berada
sedekat mungkin dengan Tuhannya. Selain itu, tasawuf dapat menjadikan
agama lebih dihayati serta dijadikan sebagai suatu kebutuhan bahkan suatu
kenikmatan. Tazkiyah Al nafs adalah penyucian jiwa dari segala perbuatan
kotor atau tidak suci serta menghiasi jiwa dengan perbuatan-perbuatan yang
terpuji.

Sejarah tasawuf, terdapat masa atau tahapan yang terjadi terhadap ilmu
Tasawuf, beberapa masa tersebut adalah masa pembentukan, pengembangan.
Konsolidasi, falsafi dan masa pemurnian. Dan juga terdapat berbagai sumber
yang menjadi landasan dasar dalam menjalani tasawuf

Konsep dan metode-metode tazkiyah al-nafs baik menurut al-ghazali


yang dikutip dari beberapa buku beliau dan ada pula dari beberapa artikel
lainnya dapat disimpulkan bahwa, konsep tazkiyah Al nafs tersebut pada
hakikatnya nya adalah konsep tazkiyah dalam Islam karena ajaran-ajaran
tersebut berlandaskan Alquran dan as-sunnah. Konsepnya begitu luas dan
mencakup seluruh aspek kehidupan. Dan pula didasarkan atas ajaran ibadah,
akhlakul karimah dan lain sebagainya.

Konsep tazkiyah Al nafs menurut al-ghazali tidak hanya terbatas pada


beberapa pengertian saja akan tetapi mencakup juga ajaran ibadah dan akhlakul
karimah, atau penyucian diri dari sifat-sifat kebuasan, dan kebinatangan akan
tetapi juga pembinaan dan pengembangan jiwa dengan sifat-sifat terpuji.
Dalam ilmu tasawuf juga memiliki beberapa metode dalam pelaksanaan
Tazkiyah al-nafs yaitu metode takhalli,metode tajalli dan metode tajalli.

16
Metode-metode ini merupakan sebuah rangkaian proses yang berhubungan dan
tidak lupa pula untuk dilaksanakan secara berurutan.

B. Saran
1. Akademisi

Bagi peneliti maupun kalangan akademisi Selanjutnya, diharapkan


untuk dapat terus mengkaji dan Mengembangkan penelitian ilmiah tentang
Tazkiyatun Nafs, pemikiran para tokoh Islam, serta kitab-kitab sufi.klasik.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan Konstribusi ilmiah pada
kajian-kajian pemikiran Islam Dalam ranah akademik. Menambah
wawasan kajian Tasawuf khususnya bagi mahasiswa tasawuf psikoterapi
tentang tazkiyatun nafs dalam pandangan Syekh Abdul Qodīr Al-Jailānī.

2. Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan Wawasan kajian


keislaman bagi masyarakat agar mampu Beradaptasi dengan
perkembangan zaman, serta Berdampak positif kepada pola pikir
masyarakat di era Zaman sekarang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Permadi, 2004. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta PT.RINEKA CIPTA.(anggota


IKAPI).

Tohir, Moenir Nahrowi. 2012. Menjelajahi Eksistensi Tasawuf, Meniti

Jalan Menuju Tuhan. Jakarta: PT. As-Salam Sejahtera

Syukur, Amin. 1999. Menggugat Tasawuf-sufisme dan tanggung jawab sosial


abad 21.Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR

Syukur, Amin; dan Masyharuddin. 2002. Intelektualisme Tasawuf, Studi


Intelektualisme Tasawuf Al-Ghazali. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR
(anggota IKAPI).

Page 2 Mohammad Muchlis solichin tadris. Vol, 4. No, 1. 2009, Zulham syarzain,
epistemologi tasawuf.

Abu Wafa Al gharim at taftazani tasawuf Islam: telaah historis dan


perkembangannya.hal, 171.

A.F. Jaelani penyucian jiwa (Jakarta: Amzah,2000),56, dan kesehatan mental


Konsep tazkiyah Al nafs kitab ihya ‘ulumuddin,karya imam Al Ghazali.

18

Anda mungkin juga menyukai