Makalah Tasawuf Dan Tazkiya Al Nafs
Makalah Tasawuf Dan Tazkiya Al Nafs
Makalah Tasawuf Dan Tazkiya Al Nafs
Makalah
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Tasawuf
Dosen pengampu : Jumrianah, M.pd
Oleh
EKA CANDRA SETIAWAN
23.1.13.017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberikan sedikit dari
Sholawat serta salam tak lupa kami hanturkan kepada junjungan Nabi Muhammad
1. Ibu Jumrianah, M.Pd selaku dosen mata kuliah Tasawuf yang telah
2. Tentunya kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
karena itu kritik dan saran yang membangun Semoga makalah ini
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan ilmu Tasawuf?
2. Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf?
3. Apa saja sumber ajaran Tasawuf?
4. Apa yang dimaksud dengan Tazkiyah Al nafs?
5. Metode ilmu tasawuf dalam menjalankan tazkiyah al nafs
6. Tujuan Tazkiyah al nafs
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
1. Bisyri bin Haris mengatakan bahwa Tasawuf adalah orang yang suci
hatinya menghadap Allah SWT.
2. Sahl at-Tustari orang yang bersih dari kekeruhan, penuh dengan
renungan, putus hubungan dengan manusia dalam menghadap Allah,
baginya tiada beda antara harga emas dan pasir.
3. Al-Junaid al-Baghdadi (Wafat 298 H): membersihkan hati dari sifat
yang menyamai binatang, menekan sifat basyariah (kemanusiaan),
menjauhi hawa nafsu, berpegang pada ilmu kebenaran dan mengikuti
syari’at Rasulullah Saw.
4. Abu Qasim Abdul Karim al-Qusyairi: menjabarkan ajaran-ajaram Al-
Qur’an dan Sunnah, berjuang mengendalikan nafsu, menjauhi
perbuatan bid’ah, mengendalikan syahwat dan menghindari sifat
meringankan terhadap ibadah.
5
5. Abu Yazid al-Bustami: melepaskan diri dari perbuatan tercela,
menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji dan mendekatkan diri kepada
Allah.
6. Ma’ruf al-Karkhi (Wafat 200 H): mengambil hakikat dan Tamak dari
apa yang ada dalam genggaman tangan makhluk.
Definisi bisa disarikan dalam karakteristik Sufi yang disebutkan oleh al-
Thusi. Beliau mengatakan bahwa sufi adalah orang alim yang mengenal Allah
dan hukum-hukum Allah, mengamalkan apa yang diajarkan, menghayati apa
yang diperintahkan, merasakan apa yang mereka hayati dan melebur dengan
yang mereka rasakan.”
Benih ilmu tasawuf bermula pada masa khalifah ketiga, yakni ketika.
Terjadi peristiwa tragis dalam pembunuhan Utsman Ibn Affan ra, hal ini
berimplikasi terjadinya kekacauan dan kerusakan terhadap sebagian kaum
muslimin, sehingga para sahabat dan pemuka agama Islam berfikir untuk
1
Permadi, Pengantar limu Tasawuf, Jakarta, 2004, hal.28
6
membangkitkan kembali ajaran Islam dengan berikhtiar kembali ke masjid.
(I’tikaf) dan mendengarkan kisah mengenai targhib dan tarkib, mengenai
keindahan hidup zuhud." Dalam sejarah perkembangannya, terdapat masa atau
tahapan yang terjadi terhadap ilmu Tasawuf, beberapa masa tersebut adalah
masa pembentukan, pengembangan, konsolidasi, falsafi dan masa pemurnian.
Berikut adalah penjelasan tiap-tiap perkembangan ilmu Tasawuf:
1. Masa Pembentukan
Masa ini terjadi dalam abad I dan II hijriah, Hasan Basri dan Rabiah
Adawiyah muncul dengan ajaran khauf dan cinta, yakni mempertebal takut
atau taqwa kepada Tuhan, penyucian hubungan manusia dengan tuhan,
selain itu muncul gerakan pembaharuan hidup kerohanian dikalangan
kaum muslimin.Dalam ajaran-ajaran yang dikemukakan, dianjurkan
mengurangi makan (Ju), menjauh dari keramaian duniawi (Zuhud),
mencela dunia (Dzammu al dunya)."Selanjutnya pada abad II Hijriah,
tasawuf tidak banyak berbeda dengan sebelumnya, meskipun penyebabnya
berbeda. Penyebab pada abad ini terjadi karena formalism dalam
melakukan syariat agama (lebih bercorak fiqh) yang menyebabkan
sebagian orang tidak puas dengan kehidupannya. Sehingga sebagian orang
aa yang lari kepada istilah-istilah yang pelik mengenai kebersihan jiwa
(thaharatun nafs), kemumian hati (naqyu al-qalb), hidup ikhlas, menolak
pemberian orang, bekerja mandiri dan berdiam diri.Abu al-Wafa
menyimpulkan, bahwa zuhud Islam pada abad I dan II hijriyah mempunyai
karakter sebagai berikut."a. Menjauhkan diri dari dunia menuju ke akhirat
yang berakar pada nas agama yang dilatarbelakangi oleh sosiopolitik yang
bertujuan meningkatkan moral. b. Bersifat praktis, para pendirinya tidak
menaruh perhatian untuk menyusun prinsip-prinsip teoritis atas
kezuhudannya itu.2
2
Amin syukur, menggugat tasawuf:sufisme dan tanggung jawab social abad 21, Yogyakarta, 2002,
hal 18
7
2. Masa Pengembangan
Pada abad III dan IV, tasawuf sudah bercorak kefana’an (ekstase)
yang menjurus ke persatuan hamba dengan Khalik. Orang sudah ramai
membahas tentang lenyap dalam kecintaan (fana’fi al-Mahbub), bersatu
dengan kecintaan (ittihad bi al-Mahbub), kekal dengan Tuhan (baqa’ bi al-
Mahbub), menyaksikan Tuhan (musyahadah), bertemu dengan-Nya (liqa)
dan menjadi satu dengan-Nya (‘ain al-jama’) seperti yang diungkapkan
oleh Abu Yazid al- Bushtham (261 H), seorang sufi dari Persia yang
pertama kali mempergunakan istilah fana (lebur atau hancurnya perasaan)
sehingga dia dianggap sebagai peletak batu pertama dalam aliran ini.
3. Masa Falsafi
8
c. Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos berpengaruh
terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluar biasaan,
d. Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas
samar- samar (syathahiyat).
Selanjutnya, pada abad VI dan VII hijriah, muncul cikal bakal orde
(tarekat) sufi kenamaan, seperti tarekat Qadariyah, Suhrawardiyah,
Rifa’iyah, Syadziliyah, Badawiyah dan tarekat Naqsvabandiyah.
4. Masa Pemurnian
3
Amin Syukur & Masyharuddin, Intelektualisme Tasawuf, Yogyakarta, 2002. Hal 17.
4
Ibid, Hal 19.
9
C. Sumber-sumber Ajaran Tasawuf
1. Al-Qur'an
2. As-Sunnah
3. Ijma' Ulama
4. Qiyas
5
Ibid, Hal 20.
10
menganalisis sunnah Rasulullah SAW untuk mendapatkan ilmu yang
bermanfaat dalam mengembangkan akhlak mulia.
5. Pengalaman Sahabat
6. Ijtihad Sufi
Ijtihad sufi atau pemikiran dan analisis para sufi juga merupakan
sumber penting dalam ajaran tasawuf. Para sufi menganalisis dan
mengembangkan pemikiran yang bermanfaat dalam mengembangkan
akhlak mulia.
7. Qiyas Sufi
Qiyas sufi atau analisis atas pengalaman dan pemikiran para sufi
juga merupakan sumber penting dalam ajaran tasawuf. Para sufi
menganalisis dan mengembangkan pemikiran yang bermanfaat dalam
mengembangkan akhlak mulia
8. Nurani Sufi
11
D. Pengertian Tazkiyah al Nafs
Tazkiyah al-nafs adalah proses penyucian jiwa dari perbuatan syirik dan
dosa, yang bertujuan untuk mengembangkan jiwa manusia menjadi kualitas
yang lebih baik. Al-Ghazali mengartikan tazkiyatun nafs dengan istilah
taharathun nafs, yang berarti pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela dan
imraatun nafs, yang berarti pembersihan jiwa dari perbuatan yang tidak baik.
6
Zulham syarzain, epistemologi tasawuf.
12
An nafsul amarah adalah nafsu yang mendorong manusia kepada
kejahatan.
Nafsul mulhimah adalah nafsu yang cenderung selalu ilhami seseorang
untuk memindahkan kesenangannya melakukan perbuatan baik menuju
perbuatan jahat.
Nafsu lawwamah adalah nafsu yang apabila telah melakukan perbuatan
tidak baik atau merugikan orang lain cenderung dia menyesali
perbuatannya.
Nafsul Muthmainnah adalah nafsu yang cenderung melakukan kebaikan
dan taat beribadah kepada Allah pula.
13
2. Membersihkan Jiwa dari Perbuatan yang Tidak Baik
(Takalluf): Tahap kedua dalam tazkiyah al-nafs adalah
membersihkan jiwa dari perbuatan yang tidak baik, yang disebut
takalluf. Ini merupakan proses pembersihan dari perbuatan yang
tidak sesuai dengan ajaran Islam dan yang tidak bermanfaat bagi
diri sendiri dan bagi ummat Islam.
14
penyucian jiwa dari perbuatan syirik dan dosa, yang bertujuan untuk
mengembangkan jiwa manusia menjadi kualitas yang lebih baik. Tujuan utama
tazkiyah al-nafs antara lain:
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah tasawuf, terdapat masa atau tahapan yang terjadi terhadap ilmu
Tasawuf, beberapa masa tersebut adalah masa pembentukan, pengembangan.
Konsolidasi, falsafi dan masa pemurnian. Dan juga terdapat berbagai sumber
yang menjadi landasan dasar dalam menjalani tasawuf
16
Metode-metode ini merupakan sebuah rangkaian proses yang berhubungan dan
tidak lupa pula untuk dilaksanakan secara berurutan.
B. Saran
1. Akademisi
2. Praktisi
17
DAFTAR PUSTAKA
Page 2 Mohammad Muchlis solichin tadris. Vol, 4. No, 1. 2009, Zulham syarzain,
epistemologi tasawuf.
18