PT Unilever Indonesia TBK Dalam Menerapkan Manajemen Perubahan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/372576872

PT Unilever Indonesia Tbk dalam Menerapkan Manajemen Perubahan dan


Menghadapi Persaingan Era Society 5.0

Preprint · July 2023

CITATIONS READS

0 1,077

1 author:

Nurul Nadiah
Universitas Pelita bangsa
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Nurul Nadiah on 25 July 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PT Unilever Indonesia Tbk dalam Menerapkan Manajemen
Perubahan dan Menghadapi Persaingan Era Society 5.0

Oleh: Nurul nadiah

PENDAHULUAN
Era Society 5.0 merupakan sebuah perubahan besar dalam kehidupan
manusia di seluruh dunia. Perubahan ini ditandai dengan adopsi teknologi informasi
dan komunikasi yang semakin cepat dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
manusia, mulai dari cara kita bekerja, berinteraksi, hingga berbelanja. Dalam era
Society 5.0, kemampuan untuk beradaptasi dan menerapkan manajemen perubahan
menjadi sangat penting bagi organisasi dan individu untuk menghadapi persaingan
yang semakin ketat (1).
Banyak perusahaan terpaksa menerapkan kerja dari rumah (work from home)
atau mengurangi jumlah karyawan yang berada di kantor untuk mengurangi risiko
penyebaran virus. Hal ini memerlukan penyesuaian dalam hal infrastruktur
teknologi, komunikasi, dan manajemen karyawan untuk memastikan produktivitas
tetap terjaga. Di sisi lain, work-life balance karyawan menjadi terganggu karena
harus bekerja di rumah. Work-life balance dapat berdampak terhadap burnout (2).
Manajemen perubahan adalah proses di mana organisasi atau individu
membuat perubahan dalam cara mereka beroperasi untuk mencapai tujuan yang
lebih baik. Dalam era Society 5.0, manajemen perubahan menjadi sangat penting
karena adopsi teknologi dan perubahan yang cepat dapat mempengaruhi organisasi
dalam waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu, organisasi harus memastikan
bahwa mereka siap untuk menghadapi perubahan yang terjadi dan mampu
menyesuaikan diri dengan cepat (3).
Salah satu aspek penting dari manajemen perubahan adalah memastikan
bahwa karyawan dan anggota organisasi dapat beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi. Organisasi harus menyediakan pelatihan dan dukungan yang cukup untuk
karyawan agar mereka dapat memahami dan mengatasi perubahan yang terjadi.
Selain itu, organisasi juga harus memastikan bahwa komunikasi yang efektif
terjalin antara anggota organisasi dan manajemen sehingga mereka dapat
memahami tujuan dari perubahan yang terjadi dan bagaimana perubahan tersebut
dapat mempengaruhi organisasi secara keseluruhan (4).
Saat ini, persaingan di pasar semakin ketat dan cepat. Dalam era Society 5.0,
perusahaan dan individu harus siap untuk beradaptasi dengan cepat dan mengikuti
tren terbaru untuk tetap bersaing (5). Dalam lingkungan bisnis yang semakin
dinamis ini, manajemen perubahan menjadi lebih penting dari sebelumnya untuk
membantu organisasi dan individu mengatasi perubahan yang terjadi dan terus
beradaptasi dengan cepat (6).
Pengusaha yang mampu melakukan manajemen perubahan dan peningkatan
SDM akan memiliki karyawan yang lebih baik dan hubungan kerja yang erat.
Dalam persaingan global yang semakin ketat, karyawan yang berkualitas dan
berkinerja tinggi sangat penting untuk meraih keberhasilan. Oleh karena itu,
pengusaha harus memberikan pelatihan dan pengembangan kepada karyawan agar
mereka memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk
memenangkan persaingan global. Dengan memiliki karyawan yang berkualitas,
pengusaha dapat meningkatkan hasil kerja dan bersaing di pasar global yang
semakin sengit (7).

PEMBAHASAN
PT. Unilever Indonesia Tbk. adalah perusahaan yang memproduksi dan
memasarkan produk produknya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat,
khususnya untuk produk-produk yang berguna bagi keidupan sehari-hari. Adapun
beberapa hasil produksi dari PT. Unilever Indonesia Tbk, yang membuat para
konsumennya merasa sangat nyaman dan merasa terbantu ketika menggunakannya
yaitu, produk perawatan, kebersihan, kesehatan, dan nutrisi seperti, lifebuoy, molto,
sunsilk, pepsodent, rinso, blue band, vaseline, kecap bango, dove, dan produk
lainnya. Selain itu PT. Unilever Indonesia Tbk pada setiap tahunnya mengadakan
kegiatan berbagi dan mengajak masyarakat untuk mendaur ulang sampah Unilever
yang sudah habis dipakai dan Unilever sendiri memiliki slogan yaitu “setiap U
berikan kebaikan” . Jaringan distributor perusahaan ini telah tersebar di seluruh
Indonesia, yang menyebabkan masyarakat lebih mudah untuk membeli produk dari
perusahaan ini.
Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken
N.V. Lever. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers
Indonesia dan pada 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever
Indonesia Tbk. Unilever Indonesia mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1981.dan mempunyai lebih dari 1000
supplier. Produk yang dihasilkan PT Unilever adalah Surf, Rinso, Buavita, Sunsilk,
Taro, Pepsodent, Molto, Lifebuoy, Clear, Close Up, Citra, Axe, Royco, Kecap
Bango, SariWangi, Blue Band, Wall’s, Sunlight, Pond’s, Lux, Rexona, Pure It, CIF,
Vaseline, Dove, Domestos Nomos, Viso, Wipol, Vixal, Lipton, She, Molto.

PT. Unilever Indonesia dalam hal perubahan sebelumnya telah banyak


mengalami perubahan, perubahan salah satunya mengenai perubahan nama dari
perusahaan unilever sendiri. Selain itu, perubahan dalam hal penetapan visi dan
misi sebagai target penerapan strategi bisnis yang dijalankan juga terus diperbarui
dan dibuat dengan perubahan yang dapat membawa dampak positif baik untuk
perusahaan sendiri, masyarakat sebagai konsumen dan yang tak pentingnya yaitu
terhadap lingkungan.
Perubahan yang tak jarang terjadi baik diperusahaan lain juga yaitu
perubahan kepemimpinan seperti perubahan komposisi direksi perusahaan dengan
tujuan agar perusahaan dapat terus memajukan dan mewujudkan tujuan perusahaan.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jessicha Fischasia Menda Dkk, yang
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa manajemen perubahan yang dilakukan
dalam suatu instansi atau perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja karyawan, sehingga dalam penelitiannya disebutkan bahwa suatu
perusahaan harus memiliki perhatian yang lebih terhadap manajemen perubahan
untuk peningkatan kinerja karyawan.
Dengan adanya kondisi baru yang tak hanya terjadi disatu wilayah bahkan
hampir keseluruh penjuru yaitu kondisi pandemi COVID-19 juga akan menjadi
indikator terjadinya perubahan yang dimana perubahan tersebut merupakan
perubahan yang bersumber dari luar perusahaan. Pada masa pandemi COVID-19
perubahan-perubahan terjadi sehingga setiap individu dan organisasi diharuskan
membuat kebijakan perubahan yang tepat agar dapat melewati pandemi COVID-19
yang sangat berpengaruh terhadap keseharian masyarakat dan organisasi. Lukman
Hakim dan Eko Sugianto (2018) dalam penelitiannya menyatakan bahwa hal-hal
yang menindikator terjadinya perubahan dapat juga bersumber dari pihak
pemerintah, dari para pesaing atau kompetitor lainnya.
Di tengah guncangan wabah COVID-19 di 2020, Unilever Indonesia tetap
memberikan komitmen penuh dalam melayani masyarakat sebagai konsumen
produk-produknya untuk menghadapi wabah COVID-19 ini terutama yang
berkaitan dengan produksi personal hygiene hingga foods, sehingga dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat Indonesia tetap terpenuhi guna memastikan
kehidupan yang sehat serta higienis. Agar terus menghasilkan pertumbuhan yang
konsisten, menguntungkan, dan bertanggung jawab, “kami akan tetap fokus pada
strategi kami untuk menjadi bisnis yang berlandaskan tujuan mulia serta relevan
dan mampu bersaing untuk masa depan. Prioritas kami adalah untuk memastikan
bisnis inti kami tetap kompetitif, terus melakukan transformasi portofolio dan cara
kami memasuki pasar, serta membangun tenaga kerja lokal yang telah dipersiapkan
untuk masa depan.” Jadi dalam menghadapi perubahan dikarenakan adanya
COVID-19 dapat terus dijalanai dengan lancar walaupun tidak sebaik menjalani
proses pemenuhan kebutuhan seperti hari sebelumnya.
Pada Desember 2020 perusahaan unilever berhasil memperoleh laba bersih
sebesar Rp 7,2 triliun. Dengan perubahan kondisi karena adanya COVID-19
perusahaan unilever melakukan langkah sebagai salah satu bagian dari kebijakan
perubahan yang terjadi yaitu dengan langkah-langkah optimalisasi dalam beberapa
aspek dalam menunjang ketersediaan kebutuhan konsumen dan keberlangsungan
perusahaan, di antaranya dengan mendengarkan dan menjawab kebutuhan
konsumen melalui berbagai ide inovasi yang dieksekusi dengan baik dan tangkas
untuk mendorong penjualan, serta langkah dalam penekanan biaya operasional.
Ira Noviarti selaku Presiden Direktur PT Unilever Indonesia, Tbk, ia
menyampaikan bahwa “Di tengah pandemi yang berkepanjangan, kami tetap
konsisten berfokus pada tiga hal yaitu memastikan kesehatan dan keselamatan
karyawan, menjawab kebutuhan konsumen dan pelanggan, serta terus berkontribusi
pada masyarakat Indonesia. Perusahaan unilever membuat inovasi untuk berfokus
pada dua pola utama konsumen yang berubah yaitu pola permintaan terhadap
produk yang dimana pertumbuhan pesat di produk-produk yang dibutuhkan untuk
kebersihan, kesehatan dan konsumsi masak dalam rumah, dalam memperoleh
produk-produk tersebut dikarenakan pandemi masyarakat dapat memanfaatkan
layanan yang telah meningkat pesat seiring dengan adanya pandemi yaitu seperti
layanan E-Commerce.
Pada kuartal IV 2020, perusahaan membuat suatu kebijakan dengan
meluncurkan berbagai inovasi yang relevan untuk menjawab kebutuhan konsumen
di tengah pandemi ini, di antaranya Sariwangi dengan Jahe dan Kunyit yang
menjawab kebutuhan konsumen akan rempah traditional yang dinilai baik untuk
kesehatan dan Royco dengan garam Yodium yang memberikan pilihan bernutrisi.
Selain itu, perusahaan unilever juga mempersiapkan pilihan produk yang
menyesuaikan dengan daya beli konsumen di masa pandemi ini, seperti cairan
pencuci piring kemasan Rp5.000,- (harga rekomendasi), dengan meluncurkan
produk-produk dalam ukuran kemasan dan dengan harga yang lebih ekonomis,
sehingga dengan harga tersebut lebih ramah dikantong konsumen dan tetap dapat
memenuhi kebutuhan konsumen.
“Semua inovasi tersebut dieksekusi dengan baik dalam waktu yang sangat
singkat di masa pandemi yang penuh tantangan lapangan, membuktikan bahwa
Perseroan memiliki proses hulu ke hilir yang kuat dan siap menghadapi tantangan,”
tambah Ira.
Pendistribusian hingga sampai ketangan konsumen juga mengalami
perubahan yaitu beralihnya kesistem yang seerba online, adapun kebijakan
perubahan dari perusahaan unilever terkait pendistribusian produk kebutuhan
konsumen yaitu perusahaan unilever membuat sistem dengan inovasi dibidang
digital, seperti: Unilever Home Delivery, eksistensi yang semakin kuat di jalur e-
commerce, layanan untuk menjawab kebutuhan konsumen di tingkat profesional
melalui Unilever Professional, dan peluncuran aplikasi Sahabat Warung untuk
membantu para mitra pedagang warung agar tetap sehat selamat dan dapat tetap
berjualan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ayesha Gilang Prahara Dkk dalam penelitian
yang mereka lakukan dengan judul Integrasi Manajemen Perubahan Pada Proyek
Lean Six Sigma Dalam Peningkatan Mutu Dan Kinerja Perusahaan Bahwa dalam
penelitiannya diketahui dalam model perubahan manajemen di suatu perusahaan
tidak hanya terdapat 1 model saja, di penelitiannya diketahui model perubahan yang
dilakukan pada proyek Lean Six Sigma yaitu unfreezing, changing, dan refreezing
yang dimana model perubahan ini merupakan suatu model yang dikenal oleh sorang
tokoh yang bernama Kurt Lewin.(Prahara & Nawangpalupi, 2021)

Proses Manajemen Perubahan


Di era globalisasi yang sangat kompetitif perusahaan harus berupaya
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya tuntutan
terhadap kualitas, ketatnya persaingan antar produk sejenis, dan selera masyarakat
yang berubah secara dinamis. Perubahan-perubahan tersebut menjadikan kualitas
sebagai salah satu faktor penting dalam mempertahankan kepuasan dan loyalitas
konsumen. Perusahaan pun memerlukan manajemen kualitas yang lebih baik dalam
mengelola dan memperbaiki proses bisnisnya agar pemanfaatan sumber daya yang
dimiliki perusahaan menjadi efisien.
Metode manajemen kualitas sendiri mengalami perkembangan dari masa ke
masa sehingga ada banyak pilihan metode manajemen kualitas yang dapat
digunakan saat ini. Metode-metode manajemen kualitas tersebut diantaranya ISO,
QFD (Quality Function Development), Zero Defect Progress, PDCA (Plan, Do,
Check, Act), Quality Circle, Taguchi Methods, Just-in-Time, Lean Manufacturing,
Toyota Production System, TQM (Total Quality Management), CI (Continous
Improvement), Kaizen, BPR (Business Process Reengineering) dan Six Sigma.
Semua metode manajemen kualitas tersebut berusaha untuk meminimalkan
produk gagal melalui peningkatan kualitas produk dan peningkatan kualitas proses.
Saat ini metode manajemen kualitas yang banyak digunakan adalah Six Sigma.
Six Sigma adalah metode yang berfokus pada peningkatan kualitas , SIX
SIGMA berasal dari kata SIX yang berarti 6 dan SIGMA yang merupakan satuan
dari Standar Deviasi yang dilambangkan dengan simbol σ. Six Sigma juga sering
disimbolkan menjadi 6σ. Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur
untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses
(proses variance) sekaligus mengurangi cacat dengan menggunakan statistik dan
problem solving tools secara intensif. Konsep dasar dari Six Sigma awalnya berasal
dari gabungan antara Konsep TQM (Total Quality Management) dan Statistical
Process Control (SPC).
Pada implementasinya Six Sigma mengedepankan konsumen (customer
focused) serta menggunakan fakta dan data untuk mendapatkan solusi-solusi yang
lebih baik. Customer-focused ini adalah pendekatan terhadap kebutuhan dan
keinginan konsumen sehingga memberikan solusi yang lebih baik dalam mencapai
customer satisfaction. Selain itu six sigma juga menerapkan strategi Reduce Defect
untuk menurunkan tingkat kecacatan, Center around Target yang berkisar di sekitar
Pusat Target serta Reduce Variation untuk Menurunkan Variasi. Hal ini yang
menjadi perbedaan utama Six Sigma dibandingkan metode manajemen kualitas
yang lain. Implementasi Six Sigma di lapangan ternyata tidak hanya sekedar untuk
mengurangi cacat. Ini menekankan perbaikan untuk proses bisnis secara umum,
termasuk pengurangan biaya, waktu siklus yang lebih pendek, kepuasan pelanggan
yang lebih besar dan metrik penting lainnya. Seperti inisiatif populer, Six Sigma
telah berkembang menjadi budaya seluruh strategi, yakni sebagai alat dan metode
statistik untuk meningkatkan laba usaha suatu produksi.
Six Sigma sendiri yang pertama kali diimplementasikan oleh Motorola telah
membantu menghemat sebesar US$15 milyar pada periode 10 tahun pertama
pengimplementasian Six Sigma di Motorola. Dupont mengalami penghematan
biaya lebih dari US$1.6 milyar dari implementasi Six Sigma pada empat tahun
pertama. Implementasi Six Sigma pada awalnya diperkenalkan pada perusahaan
manufaktur, seperti Motorola dan General Electric, yang kemudian secara bertahap
mulai diimplementasikan juga pada sektor bisnis lain seperti perbankan, hotel,
rumah sakit, migas, dan sektor lainnya. Contoh perusahaan lain yang telah berhasil
mengimplementasikan Six Sigma antara lain IBM, Honeywell, Dupont, Nokia, LG
Group, Samsung, American Express, Eastman Kodak, PT. Bakrie & Brothers, PT.
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan hampir sepertiga organisasi Fortune 500
telah memulai Six Sigma dengan tujuan pengendalian biaya dan meningkatkan
kualitas. Hal ini membuktikan bahwa Six Sigma memiliki tingkat keberhasilan
pengimplementasian di beragam jenis perusahaan dan memberikan manfaat cost
savings bagi perusahaan yang mengimplementasikannya.
Dua metode utama yang digunakan untuk Six Sigma adalah DMAIC
(Define, Measure, Analyze, Improve, Control) dan DMADV (Define, Measure,
Analyze, Design, Validate). DMAIC merupakan metode yang bersifat datadriven.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan produk atau jasa yang sudah ada untuk
meningkatkan kepuasan konsumen. Biasanya, DMAIC digunakan untuk
manufaktur produk atau pengiriman sebuah jasa. DMAIC terdiri atas 5 proses yaitu
Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control. Sedangkan DMADV merupakan
metode yang bisa kamu gunakan untuk membuat desain atau mendesain ulang
proses manufaktur produk baru. Ini adalah metode yang cocok dipilih jika proses
atau produksi yang saat ini dilakukan perusahaan tidak memuaskan pelanggan
meskipun sudah dilakukan optimisasi.

Teknik Manajemen Perubahan


Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, bersifat analisis
deskriptif yaitu dengan menganalisis, mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena
yang terjadi dan kemudian akan dapat diketahui dan dijawab pertanyaan pada
rumusan masalah. Jenis data yang dikumpulkan merupakan data sekunder berupa
hasil-hasil penelitian dari berbagai artikel, sumber pustaka dan dokumen. Pada
penelitian artikel ini menggunakan metode pengumpulan dari sumber-sumber studi
literatur. Metode studi literatur adalah metode pengumpulan data dengan membaca
beberapa jurnal serta buku-buku sebagai penunjang yang mendukung dalam
pembuatan artikel ini.
Dengan analisis deskriptif terhadap data yang telah diperolah dari berbagai
sumber bacaan berupa jurnal, artikel, berita, dan sebagai sumber bacaan yang
dianggap, representatif bagi penulis.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik sistematik literature
review, yaitu peneliti menginterpretasikan studi-studi yang berkaitan dengan
Kebijakan Perubahan Perusahaan Unilever Indonesia Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Konsumen Di Masa Pandemi Covid-19, yang kemudian ditarik
kesimpulan

Basis Manajemen Perubahan


Balanced scorecard adalah bagian dari konsep pengukuran keberhasilan
berbasis strategi. Balanced scorecard adalah seperangkat indikator kinerja yang
dapat memberikan pandangan komprehensif dari sebuah organisasi. Sistem
balanced scorecard adalah solusi yang menarik diera perubahan yang konstan,
karena sistem secara keseluruhan memiliki empat perspektif yaitu perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan.
Balanced scorecard merupakan konsep pengukuran yang dikembangkan
olehKaplan (1992), yang kemudian dikembangkan kembali oleh Norton (1996).
Balancedscorecard digunakan untuk mengukur kinerja eksekutif yang sudah tidak
memadai lagi.
Balanced scorecard menunjukkan korespondensi antara tujuan jangka pendek
dan tujuan jangka panjang. Balanced scorecard semakin dikenal karena telah
terintegrasi ke dalam berbagai macam strategi bisnis yang dibuktikan dengan
perkembangan relatif perusahaan.
Penulis memilih metode balanced scorecard karena ingin mengukur kinerja
perusahaan secara keseluruhan dari keempat perspektif kinerja yaitu, perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran. Penulis memilih perusahaan PT Unilever
Indonesia Tbk karena perusahaan tersebut bergerak dalam bidang manufaktur,
pemasaran, dan distribusi barang konsumsi.
Perusahaan tersebut juga memiliki permintaan pasar yang meningkat terhadap
produk – produknya sehingga menimbulkan adanya persaingan yang ketat
antarperusahaan dalam bidang yang memproduksi produk yang baik dalam pasar
nasional dan pasar internasional. Maka dari itu penulis ingin melihat bagaimana
perusahaan yang memiliki permintaan pasar yang terus meningkat seperti PT
Unilever Indonesia Tbk, apabila diukur dengan metode balanced scorecard.

Peran Kepemimpinan dalam Manajemen Perubahan


Peran pemimpin sangat besar dalam membentuk organisasi yang inovatif dan
peran tersebut sulit digantikan orang lain. Ini dikarenakan untuk membentuk
organisasi yang inovatif, yang paling penting bukanlah mencari sebanyak mungkin
orang-orang kreatif untuk dipekerjakan pada organisasi. Hal terpenting adalah
menciptakan proses dan lingkungan yang bisa membantu lahirnya ide-ide kreatif
sebanyak mungkin. Satu-satunya orang yang memiliki kemampuan untuk
melakukan itu tentu saja orang yang memiliki kekuasaan tertinggi di organisasi.
Setiap orang yang mau menjadi pemimpin mestinya memahami bagaimana
caranya memobilisasi orang lain agar mau mengerja kan halhal luar biasa dalam
organisasi yang dipimpinnya. Seseorang dikatakan pemimpin, apabila ia mampu
mentransformasikan nilai-nilai menjadi tindakan, visi menjadi realitas, rintangan
menjadi inovasi, perbedaan menjadi solidaritas, dan resiko menjadi penghargaan.
Kepemimpinan seorang pemimpin hendaknya mampu menciptakan perubahan,
mampu menciptakan suasana baru dimana orang-orang mengubah peluang yang
menantang menjadi keberhasilan yang luar biasa. Untuk menjadi pemimpin masa
depan membutuhkan pengalaman, perlu terlibat dan mengalami berbagai hal dalam
bekerja bahkan dalam memimpin, dengan demikian dapat menjamin keberhasilan
dalam kepemimpinannya.
Pemimpin yang tidak berhasil adalah sama dengan pemimpin karbitan yang
dipaksakan atau memaksa diri menjadi pemimpin. Dalam menghadapi tantangan
bisnis diperlukan adanya pemimpin profesional dan berjiwa pemimpin di harapkan
dapat bersaing dengan perusahaan lainnya.

Perubahan Budaya Organisasi


Menghadapi persaingan bisnis yang bersifat global, yang membedakan satu
perusahaan dengan perusahaan lain adalah penerapan nilai atau budaya perusahaan
dalam menjalankan bisnisnya. Budaya yang baik akan mampu menghadapi
perubahan dan membawa hasil yang optimal. Unilever memiliki tujuan, nilai dan
prinsip yang dijunjung tinggi dalam menjalankan operasi bisnis. Unilever
berprinsip, untuk bisa sukses dalam hal bisnis, perlu standar perilaku perusahaan
yang tinggi terhadap karyawan, masyarakat yang terlibat, dan lingkungan yang
menerima dampak. Unilever bekerja dengan integritas, yang artinya melakukan
bisnis dengan integritas dan hormat terhadap banyak orang, organisasi, dan
lingkungan. Komponen-komponen tersebut menjadi inti dari tanggung jawab
perusahaan. Tujuan ini juga didukung oleh Kode Etik Prinsip Bisnis (CoBP) yang
menjelaskan standar operasional yang diikuti oleh semua karywan Unilever di
dunia. CoBP merupakan penjelasan sederhana tentang etika Unilever dalam
beroperasi.
Pedoman ini diinformasikan kepada pihak eksternal dengan harapan semua
pihak yang bekerja sama dengan Unilever dapat menerapkan prinsip tersebut
dengan standar yang sama tingginya. Kebijakan-kebijakan pedoman menetapkan
perilaku-perilaku etis yang perlu diterapkan sebagai karyawan Unilever. Unilever
berkomitmen penuh terhadap karyawan dalam menjalankan bisnisnya karena
Karyawan sebagai aset penting bagi perusahaan. Selain itu, sebagai MNC harus
mampu membawa budaya organisasi dan tentunya harus mampu beradaptasi
dengan budaya lokal dimana perusahaan itu bergerak. Unilever memiliki budaya
perusahaan yang fokus pada karyawan melalui program TM. Berdasarkan hasil
wawancara responden menyatakan bahwa langkah yang dilakukan perusahaan
dalam melaksanakan TM ini sudah selaras dengan strategi bisnis.
Strategi tersebut terdiri dari pengembangan kapabilitas sesuai dengan
kebutuhan bisnis, digitalisasi 5.0, data personalisasi, dan kebutuhan konsumen,
sehingga perusahaan dapat mempersiapkan para pemimpin masa depan yang
memiliki kemampuan yang mumpuni dan memahami hal-hal tersebut.
Hal tersebut menunjukkan bahwa TM ini mendapatkan dukungan penuh dari
perusahaan, meski para responden menyatakan bahwa TM ini masih perlu
perbaikan. Perusahaan harus mampu mengakselerasi karyawan agar dapat selaras
dengan strategi bisnis. Perusahaan dapat memperoleh keuntungan meskipun hanya
memiliki sedikit karyawan karena mereka memiliki kapabilitias yang bagus. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Staunton (2014) mengenai perlunya mengubah
budaya yang cocok dengan bisnis. Budaya perusahaan menjadi salah satu daya tarik
seorang karyawan untuk bergabung dengan Unilever, seperti yang disampaikan
oleh PTM 4:
“Unilever merupakan FMCG terbaik serta multinational company dengan
background, tujuan dan arah yang jelas. Dengan background tersebut Unilever tentu
mengandalkan bisnis, agar bisnis growth maka support produk harus bagus”.
Hal ini sejalan dengan penelitian Divakaran (2012) yang menyatakan bahwa
budaya perusahaan dapat menarik dan mempertahankan talent agar tetap berada
dalam perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah budaya organisasi sangat
penting bagi perusahaan (Divakaran, 2012) maupun jasa (Staunton, 2014) demi
terlaksananya sebuah program TM. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan budaya
organisasi sangat diperlukan dalam semua organisasi. Perubahan budaya tersebut
juga harus disertai dukungan dari perusahaan.

PENUTUP
Harapan dan arti penting manajemen perubahan sangatlah relevan bagi PT
Unilever Indonesia Tbk. Sebagai perusahaan yang telah mengalami perkembangan
pesat sejak didirikan pada tahun 1933, PT Unilever Indonesia Tbk perlu
mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis
yang semakin dinamis.
Salah satu harapan penting adalah agar PT Unilever Indonesia Tbk dapat
menjaga keunggulan kompetitifnya dalam industri manufaktur dan distribusi
barang konsumsi. Dalam menghadapi perubahan, perusahaan perlu mampu
beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan teknologi, kebutuhan pasar, dan
regulasi yang berubah-ubah. Dalam konteks ini, manajemen perubahan akan
menjadi kunci untuk memastikan PT Unilever Indonesia Tbk dapat terus
berinovasi, memperbarui proses operasionalnya, dan mengembangkan produk yang
relevan dengan kebutuhan konsumen.
Selain itu, arti penting manajemen perubahan juga terletak pada kemampuan
PT Unilever Indonesia Tbk untuk menjaga keberlanjutan bisnisnya. Dalam era yang
penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, perusahaan perlu memperhatikan tren
pasar, persaingan global, dan perubahan perilaku konsumen. Manajemen perubahan
yang efektif akan memungkinkan perusahaan untuk beradaptasi dengan cepat,
memperkuat kapabilitasnya, dan menghadapi tantangan yang ada.

Lebih jauh lagi, manajemen perubahan yang baik juga dapat membantu PT
Unilever Indonesia Tbk dalam menciptakan budaya organisasi yang dinamis dan
inovatif. Dalam menghadapi perubahan, penting bagi perusahaan untuk
membangun budaya yang terbuka terhadap ide-ide baru, kolaboratif, dan responsif
terhadap perubahan. Dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif, pelibatan
karyawan, dan pembelajaran organisasional, manajemen perubahan dapat
membantu menciptakan lingkungan kerja yang mendorong kreativitas, inovasi, dan
pertumbuhan berkelanjutan.

Kesimpulan: PT Unilever Indonesia Tbk perlu memberikan perhatian yang serius


terhadap manajemen perubahan. Dalam menghadapi perubahan yang terus
berlanjut dan kompleks, manajemen perubahan menjadi kunci untuk menjaga
keunggulan kompetitif, keberlanjutan bisnis, dan menciptakan budaya organisasi
yang dinamis. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen
perubahan dengan baik, PT Unilever Indonesia Tbk dapat terus berkembang,
berinovasi, dan berhasil menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik.

REFERENCES
1. Irawan NC. Kewirausahaan Era Society 5.0. In: Kewirausahaan Era Society
50 [Internet]. Serang, Banten: PT Sada Kurnia Pustaka; 2023. p. 185–201.
Available from: http://repository.utp.ac.id/907/1/Ch_16_Kewirausahaan Era
Society 5.0.pdf
2. Esthi RB, Panjaitan S. The Effect of Work-Life Balance on Turnover
Intention Mediated by Burnout. ProBisnis J Manaj [Internet]. 2023;14(1):29–
34. Available from:
https://ejournal.joninstitute.org/index.php/ProBisnis/article/download/69/52
3. Esthi RB, Irawan NC. Manajemen perubahan : konsep dan studi kasus.
Andriyanto, editor. Klaten: Penerbit Lakeisha; 2023. 140 p.
4. Esthi RB. The Effect of Competence and Job Training on the Performance of
Crab Meat Agro-industry Employees in West Java. J Ilm Agrineca [Internet].
2022;22(2):1–9. Available from:
http://ejournal.utp.ac.id/index.php/AFP/article/download/2005/520521407
5. Irawan NC. Tantangan Pengembangan Kopi Berkelanjutan. In: Baguna FL,
editor. Budidaya Tanaman Kopi dan Olahannya Untuk Kesehatan [Internet].
1st ed. Makassar: CV. Tohar Media; 2023. p. 199. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/370043526_Tantangan_Pengemba
ngan_Kopi_Berkelanjutan
6. Esthi RB, Setiawan I. Green human resources management of the small and
micro-enterprises in Indonesia. Enrich J Manag [Internet]. 2023;12(6):4877–
85. Available from:
https://www.enrichment.iocspublisher.org/index.php/enrichment/article/dow
nload/1018/836
7. Irawan NC. Pembangunan Ekonomi Pedesaan. In: Revitalisasi Ekonomi
Pembangunan [Internet]. Serang, Banten; 2023. p. 124–37. Available from:
http://repository.utp.ac.id/905/1/Chapter_10_Ebook_Revitalisasi_Ekonomi_
Pembangunan_Norbertus_Citra_Irawan_SP_MSc_ISBN_9786230926396.p
df
8.
Ginting, Anastasya Br, and Nuri Aslami. "Policy Analysis of Unilever
Indonesia Company Changes in Fulfilling Consumer Needs During the Covid-
19 Pandemic." Journal of Indonesian Management (JIM) 2.2 (2022): 379-384.
9.
Tbk, Pada PT UNILEVER INDONESIA. "Analisis Implementasi Konsep
Six Sigma Dalam Manajemen Proses Bisnis."

10
Ananda, Novelia, and Maria Yovita R. Pandin. "Metode Balanced
Scorecard (BSC) Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan Pada PT
Unilever Indonesia Tbk." Jurnal Mutiara Ilmu Akuntansi 1.2 (2023): 42-
58.
11.
Lestari, Tri Sukma. "Mengkaji Kepemimpinan Futuristik Dalam Bisnis
Indonesia." (2021).
12
Ali, Ahmad Saomin, Aji Hermawan, and Yudha Heryawan Asnawi.
"Konsep dan tantangan dalam implementasi talent management di
perusahaan multinasional: Studi kasus PT Unilever Indonesia Tbk."
Journal of Theory and Applied Management (Jurnal Manajemen Teori dan
Terapan) 12.1 (2019): 1-17.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai