Riset Penjualan Solar Industri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Riset Prosedur Pengurusan Izin Usaha Niaga Umum Bahan Bakar Minyak Untuk Penjualan

Solar Industri

Dasar Hukum :
- Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2017 Tentang Perizinan Pada Kegiatan Usaha Minyak Dan Gas Bumi (selanjutnya disebut
“Permen ESDM No. 29/2017”)
- Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 52 Tahun
2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2017 Tentang Perizinan Pada Kegiatan Usaha
Minyak Dan Gas Bumi (selanjutnya disebut “Permen ESDM No. 52/2018”)
- Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2018 Tentang Kegiatan Penyaluran Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas Dan Liquefied
Petroleum Gas (selanjutnya disebut “Permen ESDM No. 13/2018”)

Pasal 1 angka 11 Permen ESDM No. 29/2017


“Niaga adalah kegiatan pembelian, penjualan, ekspor,impor Minyak Bumi dan/atau
hasil olahannya, termasuk Niaga Gas Bumi melalui pipa.”

Pasal 1 angka 2 dan 3 Permen ESDM No. 13/2018


“2. Kegiatan Usaha Niaga Umum (Wholesale) adalah kegiatan usaha penjualan,
pembelian, ekspor dan impor Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas dan/atau
Liquefied Petroleum Gas dalam skala besar yang menguasai dan/atau mempunyai
fasilitas dan sarana penyimpanan, dan berhak menyalurkannya kepada semua
pengguna akhir dengan menggunakan merek dagang tertentu.
3. Bahan Bakar Minyak yang selanjutnya disingkat BBM adalah bahan bakar yang
berasal dan/atau diolah dari minyak bumi.”

Pasal 4 ayat (6) Permen ESDM No. 52/2018


“Izin Usaha Niaga Minyak dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
f meliputi kegiatan:
a. niaga Minyak Bumi;
b. niaga Umum Bahan Bakar Minyak;
c. niaga Terbatas Bahan Bakar Minyak;
d. niaga Umum Hasil Olahan;
e. niaga Terbatas Hasil Olahan;
f. niaga Gas Bumi melalui pipa;
f. niaga Gas Bumi yang memiliki fasilitas jaringan distribusi; dan
h. niaga LPG, LNG, CNG atau BBG.

Pasal 41 Permen ESDM No. 29/2017


(1) Pemegang Izin Usaha Niaga Minyak dan Gas Bumi untuk kegiatan Usaha Niaga
Umum Bahan Bakar Minyak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (6) huruf b
selain memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 mempunyai
kewajiban sebagai berikut:
a. mempunyai dan menggunakan merek dagang tertentu yang telah mendapat
pengesahan dari instansi yang berwenang;
b. menjalankan kegiatan penyaluran Bahan Bakar Minyak secara langsung untuk
konsumen pengangkutan (transportasi darat) paling banyak 20% (dua puluh persen)
dari jumlah kegiatan penyaluran yang dikelola oleh Pemegang Izin Usaha dan
selebihnya hanya dapat dilaksanakan oleh Penyalur; dan
c. memiliki cadangan operasional BBM sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang dihitung dari volume penyaluran harian rata-rata pada
tahun sebelumnya.
(2) Pemegang Izin Usaha Niaga Minyak dan Gas Bumi untuk kegiatan Niaga Terbatas
Bahan Bakar Minyak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (6) huruf c, selain
memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 mempunyai kewajiban
sebagai berikut:
a. melaksanakan kegiatan usaha Niaga kepada pengguna besar yang
mempunyai/menguasai fasilitas dan sarana pelabuhan dan/atau terminal penerima
(receiving terminal) dan/atau kepada Pemegang Izin Usaha Niaga Umum; dan
b. menjamin dan bertanggung jawab sampai kepada pengguna besar yang
mempunyai/menguasai fasilitas dan sarana pelabuhan dan/atau terminal penerima
(receiving terminal) dan/atau kepada pemegang Izin Usaha Niaga Umum atas standar
dan mutu (spesifikasi) Bahan Bakar Minyak sesuai dengan yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal

Berdasarkan pasal-pasal tersebut di atas, izin yang harus dimiliki untuk melakukan penjualan
Solar Industri adalah Izin Usaha Niaga Minyak dan Gas Bumi untuk kegiatan Usaha Niaga
Umum Bahan Bakar Minyak. Adapun cara untuk mendapatkan Izin Usaha Niaga Umum
Bahan Bakar Minyak adalah sebagai berikut :

1. Badan Usaha mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Direktorat Jenderal


Minyak dan Gas Bumi (selanjutnya disebut “Dirjen”) dengan melampirkan persyaratan
administratif dan teknis termasuk surat pernyataan kesanggupan dari badan usaha
tersebut. (Pasal 12 dan 13 Permen ESDM No. 29/2017)

2. Dirjen melakukan evaluasi terhadap pemenuhan kewajiban dan kelengkapan


persyaratan administratif. Dalam hal diperlukan, Dirjen dapat meminta klarifikasi
kepada Badan Usaha terhadap pemenuhan persyaratan tersebut. (Pasal 14 ayat (1) dan
(2) ESDM No. 29/2017)

3. Setelah melakukan Evaluasi, Dirjen memberikan surat rekomendasi kepada Menteri :


(Pasal 14 ayat (3) ESDM No. 29/2017)
a. Dalam hal masih diperlukan pembangunan sarana dan fasilitas untuk melakukan
kegiatan usaha dan perizinan dari instansi lain, Menteri menerbitkan Izin Usaha
Sementara;

Persyaratan Administratif dan Teknis untuk Izin Usaha Sementara Niaga Umum
Bahan Bakar Minyak atau Hasil Olahan adalah (Lampiran VII Permen ESDM No.
52/2018)
a) Persyaratan Administratif, sebagai berikut:
1) Salinan akte pendirian Badan Usaha dan perubahannya yang telah
mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang;
2) Profil Badan Usaha (company profile);
3) Salinan NPWP Badan Usaha, anggota Dewan Komisaris dan anggota Dewan
Direksi/Penanggung Jawab Badan Usaha;
4) Salinan surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP) atau NIB;
5) Salinan surat keterangan domisili Badan usaha
6) Surat pernyataan tertulis diatas materai mengenai:
- Kesanggupan memenuhi aspek keselamatan operasi, kesehatan kerja dan
pengelolaan lingkungan hidup serta pengembangan masyarakat
setempat
- Kesanggupan memenuhi ketentuan peratuan perundang-undangan;
- Kesanggupan memenuhi kewajiban Badan Usaha;
- Kesediaan dilakukan inspeksi lapangan; dan
- Kesanggupan menerima penunjukan dan penugasan dari Menteri untuk
melaksanakan penyimpanan dalam rangka penyediaan Cadangan
Penyangga Energi dan pemenuhan kebutuhan Minyak Bumi di dalam
Negeri pada fasilitas dan sarana penyimpanan miliknya.
7) Salinan persetujuan pemerintah daerah atau pengelola kawasan yan
berwenang mengenai rencana lokasi untuk pembangunan fasilitas dan
saran; dan
8) Jaminan kecukupan pendanaan, baik dari pendanaan oleh pihak lain
dan/atau pendanaan sendiri yang nilainya sesuai dengan rencana usaha
dalam analisis kelayakan usaha yang dibuktikan dengan :
- Surat pernyataan jaminan kecukupan pendanaan sendiri yang dibuktikan
dengan laporan keuangan 3 tahun terakhir yang telah diaudit oleh
akuntan publik yang terdaftar sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi badan usaha yang telah berdiri 3 tahun atau dokumen
kesepakatan dengan pihak lain yang menyatakan jaminan kecukupan
pendanaan yang dikeluarkan oleh pihak lain yang nilainya sesuai dengan
rencana usaha dalam analisis kelayakan usaha atau
- Surat keterangan dari bank umum yang berkedudukan di Indonesia, yang
menerangkan bahwa badan usaha memiliki kemampuan pendanaan
untuk melakukan kegiatan usahanya sesuai dengan rencana usaha dalam
analisis kelayakan usaha

b) Persyaratan Teknis, sebagai berikut:


1) Analisis kelayakan usaha paling sedikit memuat latar belakang, lokasi, sarana
dan fasilitas, skema usaha, rencana pasokan, rencana komoditas, skema dan
analisa keuangan (biaya investasi, harga jual Bahan Bakar Minyak dan
perhitungan analisis kelayakan usaha);
2) Rencana penggunaan sarana dan fasilitas niaga bahan bakar minyak berupa
sarana fasilitas penyimpanan dengan kapasitas minimum 1.500 KL baik yang:
3) Dimiliki dengan jangka waktu pembangunan sarana dan fasilitas
penyimpanan paling lama 5 tahun dan/atau;
4) Dikuasai, dengan sewa secara dedicated atas sarana dan fasilitas
penyimpanan dari Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Penyimpanan Minyak
dan Gas Bumi untuk Kegiatan Penyimpanan Bahan Bakar Minyak atau sewa
eksklusif kepada pihak lain, dengan jangka waktu perjanjian sewa menyewa
10 tahun;
5) Rencana pembangunan sarana dan fasilitas niaga hasil olahan yang memiliki
dan/atau dikuasai berupa penyimpanan hasil olahan dengan jangka waktu
pembangunan paling lama 5 tahun
6) Rencana merk dagang bahan bakar minyak/hasil olahan
7) Rencana spesifikasi produk yang akan diniagakan; dan
8) Rencana nilai investasi dan penggunaan tenaga kerja.

Izin Usaha Sementara, paling sedikit memuat (Pasal 15 ayat (1) ESDM No. 29/2017) :
a) Nama Badan Usaha;
b) Jenis izin Usaha yang diberikan sesuai permohonan yang diajukan;
c) Lokasi kegiatan usaha;
d) Fasilitas;
e) Nilai investasi awal;
f) Jangka waktu; dan
g) Kewajiban badan usaha untuk menyelesaikan pembangunan sarana dan fasilitas
yang diperlukan untuk kegiatan usahanya dan perizinan dari instansi lain dalan
jangka waktu tertentu.

Pemegang Izin Usaha Sementara yang telah menyelesaikan pembangunan sarana


dan fasilitas yang diperlukan, wajib melakukan uji coba operasi terhadap sarana dan
fasilitas yang telah selesai dibangun selama jangka waktu Izin Usaha Sementara.
Pada saat melakukan Uji Coba, Pemegang Izin Usaha Sementara dilarang melakukan
kegiatan usaha. Dalam hal pada saat melakukan uji coba operasi terdapat produk
yang secara teknis harus disalurkan kepada pihak lain, Pemegang Izin Usaha
Sementara wajib meminta persetujuan kepada Dirjen. Penyaluran tersebut dapat
diberikan kompensasi oleh pihak penerima produk berdasarkan kelaziman bisnis
(Pasal 16 ESDM No. 29/2017)

Apabila Pemegang Izin Usaha Sementara telah memenuhi seluruh kewajiban


(sebagaimana huruf g) diatas), Pemegang Izin Usaha Sementara wajib melaporkan
pemenuhan kewajibannya kepada Dirjen disertai penyampaian kelengkapan
persyaratan tambahan yang diperlukan dan Dirjen akan melakukan evaluasi.
Kemudian, Dirjen akan memberikan rekomendasi kepada Menteri untuk
menerbitkan Izin Usaha Niaga Minyak dan berdasarkan surat rekomendasi tersebut,
Menteri akan menerbitkan Izin Usaha Niaga Minyak. (Pasal 17 ESDM No. 29/2017)

b. Dalam hal tidak diperlukan penyiapan sarana dan fasilitas untuk melakukan kegiatan
usaha dan perizinan dari instansi lain, Menteri menerbitkan Izin Usaha.

Persyaratan Administratif dan Teknis untuk Izin Usaha atau Perpanjangan Izin Usaha
Niaga Umum Bahan Bakar Minyak atau Hasil Olahan adalah : (Lampiran VII Permen
ESDM No. 52/2018)
a) Persyaratan Administratif, sebagai berikut:
1) akte pendirian Badan Usaha dan perubahannya yang telah mendapatkan
pengesahan dari instansi yang berwenang;
2) Profil Badan Usaha (company profile);
3) Salinan NPWP Badan Usaha, anggota Dewan Komisaris dan anggota Dewan
Direksi/Penanggung Jawab Badan Usaha;
4) Salinan surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP) atau NIB;
5) Salinan surat keterangan domisili Badan usaha
6) Surat pernyataan tertulis di atas materai mengenai:
- Kesanggupan memenuhi aspek keselamatan operasi, kesehatan kerja dan
pengelolaan lingkungan hidup serta pengembangan masyarakat
setempat
- Kesanggupan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan;
- Kesanggupan memenuhi kewajiban Badan Usaha;
- Kesediaan dilakukan inspeksi lapangan; dan
- Kesanggupan menerima penunjukan dan penugasan dari Menteri untuk
melaksanakan penyimpanan dalam rangka penyediaan Cadangan
Penyangga Energi dan pemenuhan kebutuhan Minyak Bumi di dalam
Negeri pada fasilitas dan sarana penyimpanan miliknya.
7) Salinan persetujuan pemerintah daerah atau pengelola kawasan yang
berwenang mengenai rencana lokasi untuk pembangunan fasilitas dan saran
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8) Jaminan kecukupan pendanaan, baik dari pendanaan oleh pihak lain
dan/atau pendanaan sendiri yang nilainya sesuai dengan rencana usaha
dalam analisis kelayakan usaha yang dibuktikan dengan :
- Surat pernyataan jaminan kecukupan pendanaan sendiri yang dibuktikan
dengan laporan keuangan 3 tahun terakhir yang telah diaudit oleh
akuntan publik yang terdaftar sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi badan usaha yang telah berdiri 3 tahun atau dokumen
kesepakatan dengan pihak lain yang menyatakan jaminan kecukupan
pendanaan yang dikeluarkan oleh pihak lain yang nilainya sesuai dengan
rencana usaha dalam analisis kelayakan usaha atau
- Surat keterangan dari bank umum yang berkedudukan di Indonesia, yang
menerangkan bahwa badan usaha memiliki kemampuan pendanaan
untuk melakukan kegiatan usahanya sesuai dengan rencana usaha dalam
analisis kelayakan usaha

b) Persyaratan Teknis, sebagai berikut:


1) Kontrak perjanjian jual beli hasil olahan yang memuat paling sedikit jenis,
volume dan jangka waktu perjanjian dengan pemasok;
2) Izin lingkungan;
3) Berita acara pemeriksaan keselamatan;
4) Daftar sarana dan fasilitas niaga umum bahan bakar minyak yang digunakan
termasuk fasilitas penyimpanan dan fasilitas pendukung beserta bukti
kepemilikan fasilitas penyimpanan dengan kapasitas minimum 1.500 kilo
liter dan atau bukti sewa menyewa secara dedicated atau eksklusif atas
sarana dan fasilitas penyimpan kapasitas min 1500 KL dengan jangka waktu
sewa min 10 tahun
5) Daftar sarana dan fasilitas niaga umum hasil olahan yang digunakan
termasuk fasilitas penyimpanan dan fasilitas pendukung beserta bukti
kepemilikan dan/atau penguasaan fasilitas penyimpanan bukti kepemilikan
atau kontrak perjanjian sewa menyewa
6) Terhadap kegiatan usaha niaga umum Bahan Bakar Minyak/Hasil Olahan
yang memiliki fasilitas penyimpanan laut, agar melampirkan
- Dokumen kepemilikan berupa gross akta dan
- Shipparticulars
7) Terhadap kegiatan usaha niaga umum BBM/hasil olahan yang memiliki
dan/atau menguasai fasilitas dengan moda angkutan darat, agar
melampirkan STNK atau BPKB;
8) Terhadap kegiatan usaha niaga umum BBM/hasil olahan yang memiliki
dan/atau menguasai fasilitas dengan moda angkutan laut, agar
melampirkan:
- Gross akta atau surat perjanjian penguasaan fasilitas
- Sertifikat nasional/internasional pencegahan dan pencemaran
- Sertifikat keselamatan
9) Dokumen bukti pendaftaran merk dagang yang akan digunakan, sertifikat
merk dagang atau perjanjian lisensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
10) Laporan hasil uji laboratorium spesifikasi hasil olahan yang diniagakan;
11) Spesifikasi bahan bakar minyak yang diniagakan
12) SOP kegiatan usaha niaga bahan bakar minyak atau hasil olahan, diantaranya
SOP pengoperasian instalasi, SOP serah terima, SOP pelayanan terhadap
konsumen dan SOP emergency
13) Realisasi nilai investasi (bagi Badan Usaha yang membangun sendiri sarana
dan fasilitas niaganya)
14) Daftar jumlah penggunaan tenaga kerja.

Izin Usaha sebagaimana dimaksud, paling sedikit memuat:


a) Nama Badan Usaha;
b) Jenis Izin Usaha yang diberikan sesuai permohonan yang diajukanl
c) Lokasi kegiatan usaha;
d) Fasilitas
e) Kewajiban Badan Usaha;
f) Jangka waktu; dan
g) Sanksi berupa teguran tertulis, penangguhan, pembekuan dan pencabutan Izin
Usaha dalam hal terjadi pelanggaran.

4. Jangka waktu mendapatkan Izin Usaha Sementara dan/atau Izin Usaha berdasarkan
Lampiran VII Permen ESDM No. 52/2018 adalah:
Kelengkapan Persyaratan Waktu Keterangan
- Persyaratan Administratif 1 hari Surat dari Badan Usaha
- Persyaratan Teknis
- Dokumen kelengkapan 7 hari
- Check-list
- Evaluasi administratif
- Presentasi jika diperlukan
- Verifikasi lapangan jika 5 hari
diperlukan (optional)
- rekomendasi 2 hari
Estimasi 10 s/d 15 hari diterbitkannya Izin Usaha Sementara atau Izin Usaha

5. Setelah mendapat Izin Usaha, Pemegang Izin Usaha wajib melakukan penyesuaian
terhadap Izin Usahanya apabila terjadi perubahan terhadap (Pasal 21 ESDM No.
29/2017):
a. Sarana dan fasilitas maupun lokasi kegiatan usaha; atau
b. Jenis komoditas dan/atau merk dagang bagi Pemegang Izin Usaha Niaga Minyak dan
Gas Bumi yang memiliki Izin Usaha Niaga.

6. Jangka waktu Izin Usaha Niaga Minyak dan Gas Bumi paling lama 20 tahun dan dapat
diperpanjang paling lama 20 tahun untuk setiap perpanjangan (Pasal 26 Permen ESDM
No. 52/2018)

7. Pemegang Izin Usaha Niaga Minyak dan Gas Bumi untuk kegiatan usaha Niaga Umum
Bahan Bakar Minyak wajib :
a. memiliki sarana dan fasilitas penyimpanan dengan jumlah keseluruhan paling sedikit
1.500 kl (seribu lima ratus kilo liter); dan/atau
b. menguasai/sewa/kerja sama atas sarana dan fasilitas penyimpanan dengan jumlah
keseluruhan paling sedikit 1.500 kl (seribu lima ratus kilo liter):
1) dari Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Penyimpanan Minyak dan Gas Bumi;
atau
2) milik pihak lain secara eksklusif,
dengan jangka waktu paling sedikit 10 (sepuluh) tahun.
Sarana dan fasilitas penyimpanan tersebut harus dibangun dan/atau
dikuasai/disewa/dikerjasamakan pada wilayah jaringan distribusi niaga yang ditetapkan.
(Pasal 38 Permen ESDM No. 52/2018)

8. Dalam melaksanakan Kegiatan Usaha Niaga Umum Bahan Bakar Minyak, Pemegang Izin
Usaha mempunyai kewajiban sebagai berikut:
a. menjamin ketersediaan Bahan Bakar Minyak secara berkesinambungan pada
jaringan distribusi niaganya;
b. menjamin harga jual Bahan Bakar Minyak, sesuai yang diatur dan/atau ditetapkan
Menteri; dan
c. menjamin dan bertanggung jawab atas standar dan mutu (spesifikasi) Bahan Bakar
Minyak sampai ke konsumen akhir sesuai dengan yang ditetapkan oleh Dirjen
(Pasal 40 Permen ESDM No. 29/2017)

9. Kewajiban lain yang harus dipenuhi Pemegang Izin Usaha Niaga Umum Bahan Bakar
Minyak adalah :
a. mempunyai dan menggunakan merek dagang tertentu yang telah mendapat
pengesahan dari instansi yang berwenang;
b. menjalankan kegiatan penyaluran Bahan Bakar Minyak secara langsung untuk
konsumen pengangkutan (transportasi darat) paling banyak 20% (dua puluh persen)
dari jumlah kegiatan penyaluran yang dikelola oleh Pemegang Izin Usaha dan
selebihnya hanya dapat dilaksanakan oleh Penyalur; dan
c. memiliki cadangan operasional BBM sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang dihitung dari volume penyaluran harian rata-rata pada
tahun sebelumnya.
(Pasal 41 ESDM No. 29/2017)

10. Pemegang Izin Usaha Niaga Umum Bahan Bakar Minyak dapat menunjuk penyalur
Bahan Bakar Minyak yang terdiri dari Koperasi, Usaha Kecil, dan/atau badan Usaha
Swasta Nasional. (Pasal 42 Permen ESDM No. 29/2017).

Anda mungkin juga menyukai