Bab 1-3 Riset
Bab 1-3 Riset
Bab 1-3 Riset
Oleh:
SRI AGUSTIN
NIM: 19154011021
Oleh:
SRI AGUSTIN
NIM: 19154011021
BAB I
PENDAHULUAN
secara optimal pada periode ini untuk menjamin kelangsungan hidup dan
yang memiliki tiga masalah gizi pada anak balita: stunting, wasting, dan
kelebihan berat badan. Apabila pemberian gizi tidak diberikan secara optimal
akan menimbukan masalah gizi masyarakat salah satunya wasting (gizi kurus)
pada balita. Wasting (gizi kurus) sebagai bentuk kegagalan untuk mencapai
dampak besar yang dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian anak.
Apabila keadaan kurang gizi pada masa balita terus berlanjut, maka dapat
10,0% - 14,0%, dan diklasifikasikan kritis jika melebihi ≥15%. Menurut WHO
pada tahun 2018 jumlah penderita gizi balita kurus (Wasting) di dunia
mencapai 104 juta, dan keadaan gizi balita kurus menjadi penyebab sepertiga
1
2
dengan kategori kurus dan 3,5% kategori sangat kurus. Jumlah ini juga
menurun sebanyak 1,9% dibandingkan pada tahun 2013 yaitu sebesar 12,1%.
penurunan, namun jumlah tersebut berada diatas standar batas yang ditetapkan
oleh WHO yaitu 5% untuk wasting. Indonesia sendiri pun telah menetapkan
target angka kejadian wasting untuk bayi dan balita pada tahun 2024 yaitu 7%
Data yang diperoleh dari dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat (2020)
memperlihatkan prevalensi gizi balita kurus (Wasting) pada balita 0-5 tahun
sebesar 9,7% di tahun 2019 dan pada tahun 2020 sebesar 4,9% (Dinkes Jawa
mengalami penurunan dari tahun 2019 yaitu sebesar 4% dan pada tahun 2020
sebesar 2,4%. Hal ini membuktikan bawa semakin berkurangnya balita dengan
3
2020).
7,1% dari 1872 balita usia 0-59 bulan. Urutan kedua terbanyak adalah
Puskesmas Majalengka sebanyak 173 atau sebesar 5,8% dari 2977 balita usia
158 orang atau sebesar 5,5% dari 2885 balita usia 0-59 bulan (Profil Dinkes
Majalengka, 2020).
Menurut Call dan Levinson, bahwa status gizi dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan, kedua faktor ini adalah
Wasting dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan tidak
(Lastanto dkk, 2017). Studi lain menjelaskan, faktor penyebab dari kejadian
balita kurus (wasting) diantarnya, Pemberian ASI yang tidak optimal, status
ekonomi miskin dan pendidikan ibu, diare dan morbiditas saluran pernapasan,
4
(Derso, 2017).
dengan status ekonomi rendah akan beresiko lebih besar untuk anak
asupan gizi yang cukup tidak dapat terpenuhi yang pada akhirnya berdampak
pada status gizi keluarga khususnya anak sebagai kelompok rentan. Keluarga
dengan status ekonomi yang rendah tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi
karena tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli bahan makanan yang
emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi yang
disebut kolostrum. Kolostrum lebih banyak mengandung protein dan zat anti
infeksi 10-17 kali lebih banyak dibanding ASI matang (mature). Cairan emas
yang encer dan berwarna kuning atau jernih yang lebih menyerupai darah
daripada susu, sebab mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih
yang dapat membunuh kuman penyakit. Hal ini menunjukkan balita yang
5
menghabiskan sumber energi di tubuh. Jika hal ini terjadi secara terus menerus
pertumbuhan dan perkembangan anak bisa terhambat serta kondisi fisik juga
dampak yang berbahaya bila menyerang seseorang yang kurang gizi. Infeksi
Berdasarkan data di atas dan pengamatan sampai saat ini, maka penulis
B. Rumusan Masalah
kejadian wasting pada balita tahun 2020 dengan pesentase tertinggi adalah di
wilayah kerja Puskesmas Majalengka sebesar 7,1% dari 1872 balita usia 0-59
analisis faktor kejadian wasting pada balita usia 7-59 bulan di Wilayah Kerja
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui analisis faktor kejadian wasting pada balita usia 7-59
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
kejadian wasting pada balita usia 7-59 bulan, sehingga dapat melakukan
upaya pencegahan masalah kejadian wasting pada balita usia 7-59 bulan.
keluarga dalam mencegah kejadian wasting pada balita usia 7-59 bulan
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini bagi peneliti dapat dijadikan sarana belajar dalam rangka
lebih lanjut tentang kejadian wasting pada balita usia 7-59 bulan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi
merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke
mendapatkan cukup zat gizi dan digunakan secara efisien maka akan
keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang
energi yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh (Marmi, 2016).
8
9
No Kategori Z score
1 Gizi buruk < -3,0
2 Gizi kurang ≥ -3,0 sampai dengan < -2,0
3 Gizi baik ≥ -2,0 sampai dengan ≤ -2,0
4 Gizi lebih > 2,05
TB/U sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang
berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi
No Kategori Z score
1 Sangat Pendek < -3,0
2 Pendek ≥ -3,0 sampai dengan < -2,0
3 Normal ≥ -2,0
4 Tinggi > 2,0
paling baik, karena dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan
lebih sensitif dan spesifik. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi
pertambahan tinggi badan. Oleh karena itu, berat badan yang normal
No Kategori Z score
1 Sangat kurus < -3,0
2 Kurus ≥ -3,0 sampai dengan < -2,0
3 Normal ≥ -2,0 sampai dengan ≤ 2,0
4 Gemuk > 2,0
dari variabel umur, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB).
yang memiliki presisi 0,1 kg. timbangan dacin atau timbangan anak
12
dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik
untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan
keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita.
0,1 cm.
B. Wasting
1. Pengertian Wasting
badan per berat badan (Hasyim, 2017). Wasting merupakan suatu kondisi
kekurangan gizi akut dimana BB anak tidak sesuai dengan TB atau nilai Z-
score kurang dari -2SD (Standart Deviasi) (Afriyani, 2016). Anak kurus
merupakan masalah gizi yang sifatnya akut, sebagai akibat dari peristiwa
yang terjadi dalam waktu yang tidak lama seperti kekurangan asupan
penyebab pokok masalah gizi kurag meliputi ketahanan pangan yang tidak
13
dengan badan yang kurus akibat kurangnya asupan zat gizi sehingga massa
tubuh tidak sesuai dengan tinggi badan anak (Pramudya dan Bardosono,
2017).
2. Penyebab Wasting
berdasarkan faktor ibu, anak, dan keluarga. Faktor ibu yaitu ASI eksklusif,
pola asuh, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, dan status
pekerjaan. Faktor anak yaitu jenis kelamin, usia, asupan nutrisi, penyakit
1) ASI Eksklusif
2) Pola Asuh.
gangguan kesehatan dan gizi, karena pada masa ini masih terjadi
terutama ibu. Peran serta keluarga terutama ibu dalam proses pola
asuh makan bagi anaknya. Pola asuh makan pada anak usia
kecerdasan anak. Jika pola asuh makan tidak tercapai dengan baik
(Sa’diya, 2015)
tertentu. Hal ini dianggap bahwa pantangan yang sudah ada tidak
2018)
yang baik. Hal ini akan mempengaruhi asupan gizi yang diterima
gizi pada balita. Ibu dengan tingkat pengetahuan yang lebih baik
dengan zat gizi yang diperlukan oleh balita, sehingga balita tidak
5) Status Pekerjaan.
1) Jenis Kelamin.
2) Usia.
bulan. Pada anak usia diatas 6 bulan, merupakan usia dimana balita
juga sudah mulai mengenal makanan jajanan. Apabila hal ini tidak
3) Asupan Nutrisi.
lingkungan dengan sanitasi yang buruk maupun dari anak lain atau
orang dewasa yang sedang sakit. Karena daya tahan tubuh lemah,
anak tidak dapat menyerap nutrisi dengan baik. Status gizi yang
Apabila asupan zat gizi tidak adekuat terus berlanjut dan semakin
20
2018).
4) Penyakit Infeksi.
akut yang terjadi setiap bulan atau kronik yang terjadi baik dalam
satu minggu atau lebih secara terus menerus. Penyakit infeksi dapat
tubuh. Jika hal ini terjadi secara terus menerus pertumbuhan dan
pada mukosa usus sehingga protein, cairan dan zat lainnya tidak
dijaringan sel tubuh dan memakan zat gizi dari untuk bertahan
2012).
5) BBLR.
bayi baru lahir berkisar antara 2.500- 4.000 gram. Bayi yang lahir
lebih dari 4.000 gram disebut bayi besar sedangkan bayi yang lahir
kurang dari 2.500 gram disebut dengan berat bayi lahir rendah
organ-organ dan tubuh yang kecil juga mengalami defisit sel otak
anak. Selain defisit sel otak bayi dengan BBLR juga mengalami
c. Faktor Keluarga
ketersediaan pangan yang cukup bagi setiap orang pada setiap saat
Selain itu dalam sektor kesehatan, apabila salah satu keluarga ada
(Hasyim, 2017).
25
3. Dampak Wasting
kesakitan dan kematian anak. Anak yang wasting sangat mudah terkena
penyakit infeksi. Apabila keadaan kurang gizi pada masa balita terus
cukup dan mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang dibutuhkan.
optimal dan daya tahan tubuhnya akan lebih baik sehingga tidak mudah
Action, 12% untuk pertumbuhan, 25% atau 15-25 kkal/kg BB/hari untuk
aktivitas fisik dan 10% terbuang melalui feses. Zat-zat gizi yang
agar jumlah energi yang diperlukan didapat dari 5-80% karbohidrat, 25-
Tabel 2.4
Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan bagi anak balita per orang
per hari
pagi dan siang adalah 20% dari total energi, sedangkan untuk energi
diperuntunkan balita usia 12-59 bulan dengan kandungan gizi sekitar 1/3
dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yaitu energi 250-375 kkal dan 6-9 gr
diberikan balita usia 12-59 bulan satu kali makan kandungan gizinya
sekitar 10% dari AKG yaitu 125-185 kkal dan 3-5 gr protein.
2. Masa Balita
umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Beberapa kondisi yang
menyebabkan usia ini rawan gizi dan penyakit antara lain (1) anak balita
masih berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanan orang
dewasa, (2) biasanya anak sudah memiliki adik atau ibunya sudah bekerja
penuh sehingga perhatian ibu berkurang, (3) usia ini anak sudah mulai
bermain di tanah dan sudah bisa bermain di luar sendiri sehingga lebih
untuk terinfeksi dengan berbagai penyakit, (4) ibu sudah tidak begitu
Masa balita sering kali disebut sebagai “golden age”, yaitu masa
(Puspitasari, 2019). Oleh karena itu harus secara cermat agar sedini
mungkin dapat terdeteksi apabila ada kelainan. Kebutuhan akan asah, asih,
29
dan asuh yang memadai pada usia ini akan meningkatkan kelangsungan
dipengaruhi oleh keadaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. pada usia
ini kebutuhan zat gizi meningkat karena masih berada pada masa
secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama dalam memberikan
paparan pilihan makanan yang sehat dengan gizi seimbang. Disamping itu
anak pada usia ini senang bermain di luar rumah sehingga lebih rentan
terkena penyakit infeksi dan kecacingan terutama pada anak yang sudah
yaitu jumlah yang cukup, bergizi dan seimbang. Gizi seimbang adalah
makanan yang dikonsumsi balita dalam satu hari yang beraneka ragam dan
mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur sesuai dengan
sebagai suatu bentuk kegiatan pemberian zat gizi makanan dari luar
yang menderita kurang gizi maupun gizi buruk. PMT pemulihan diberikan
diberikan selama 90 hari makan pada balita gizi kurang dan balita gizi
Kemenkes RI (2017) yaitu balita kurus usia 6-59 bulan dengan indikator
Berat Badan (BB) menurut Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB)
kurang dari minus 2 standar deviasi (<- 2 Sd) yang tidak rawat inap dan
Pemberian makanan tambahan yang tidak tepat sasaran, tidak sesuai aturan
konsumsi, akan menjadi tidak efektif dalam upaya pemulihan status gizi
31
dapat dilakukan dengan cara : 1) Pemberian PMT satu kali seminggu, dua
kali seminggu atau bahkan satu bulan sekali pada sasaran untuk dibawa
pulang (Take Home Feeding) 2) Untuk sasaran yang jumlahna tidak terlalu
dan anak balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi dan
difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada bayi dan
anak balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi dan anak
4,8 gram protein, 4-7,2 gram lemak. Makanan tambahan balita diperkaya
dengan 10 macam vitamin (A, D, E, K, B1, B2, B3, B6, B12, Asam Folat)
Fosfor)
D. Penelitian Sejenis
pada balita usia 0-59 bulan di Kabupaten Pasaman dan Kota Bukittinggi
tahun 2019. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang
ibu (0.026, OR 2.739), usia ibu (0.038, OR 2.627), penyakit infeksi (0.027,
2. Erika, Yulia Sari (2020) tentang analisis kejadian wasting pada balita usia
6-59 bulan. Hasil Penelitian : hasil uji multivariat regresi logistik ganda
asupan protein dan penanganan penyakit infeksi pada balita agar status
statistik diperoleh nilai OR= 22,500 yang berarti bahwa responden yang
baik.
4. Chaerul Saleh (2021) tentang faktor risiko kejadian wasting pada baduta
sebanyak 64,0% dan juga sebagian besar tidak memberikan ASI Eksklusif
ibu saat hamil berisiko proteksi terhadap wasting dengan nilai OR =1,93
E. Kerangka Teori
Faktor Ibu
- ASI Eksklusif
- Pola Asuh.
- Tingkat Pendidikan Ibu.
- Tingkat Pengetahuan Ibu.
- Status Pekerjaan.
Faktor Anak
- Jenis Kelamin.
- Usia.
- Asupan Nutrisi.
- Penyakit Infeksi. Kejadian Wasting
- ASI Ekslusif.
Faktor Keluarga
- Ketahanan Pangan
Keluarga
- Tingkat Ekonomi
Keluarga
- Jumlah Anggota Keluarga
Keterangan :
Variabel yang diteliti
Gambar 2.1
Kerangka Teori Faktor Resiko Pengeluaran ASI
(Sumber : Haryono dan Setianingsih, 2014)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Pendapatan Keluarga
Riwayat Infeksi
2. Variabel Penelitian
a. Variabel Independent
b. Variabel Dependent
B. Definisi Operasional
Definisi Skala
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Independen
1 Pendapatan Aktifitas Mengisi Kuesioner 0 : Rendah, jika < Ordinal
Keluarga keluarga (Kedua Kuesioner UMK (Rp
Orang Tua) 2.027.619,04)
dalam 1 : Tinggi, Jika >
menghasilkan UMK (Rp
nilai ekonomis 2.027.619,04)
yang diukur
melalui UMK
Majalengka
2 Riwayat Penyakit yang Mengisi Kuesioner 0 : YA, Jika Ordinal
Infeksi diderita anak, Kuesioner pernah
bersifat akut mengalami
yang terjadi penyakit diare
setiap bulan dan ISPA yang
atau kronik akut maupun
yang terjadi kronik
baik dalam satu 1 : Tidak, Jika
minggu atau tidak pernah
38
C. Hipotesis
D. Metodologi Penelitian
control yaitu suatu penelitian dimana efek (penyakit atau status kesehatan)
a. Populasi
orang.
b. Sampel
40
orang
E. Instrumen Penelitian
responden. Instrumen pada penelitian ini berupa kuesioner dikutip dari buku
2014). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
terdiri dari :
timbangan, hasil ukur yang diperoleh adalah tidak normal, jika BB < -3,0
dan jika BB ≥ -3,0 sampai dengan < -2,0 dan normal, jika BB ≥ -2,0 sampai
penghasilan yang diperoleh selama satu bulan yang mengacu kepada UMK
42
Majalengka (Rp 2.027.619,04), dengan hasil ukur yaitu rendah, jika < UMK
tentang riwayat penyakit infeksi yang pernah dialami anak yaitu penyakit
pertanyaan tentang pemberian ASI saja kepada bayi sampai usia 6 bulan
tanpa MP ASI .
Majalengka.
penelitian
4. Mendata ibu balita yang terpilih menjadi sampel penelitian disetiap Desa
disinfektan
a. Editing
44
lengkap dalam arti semua data yang dibutuhkan telah terisi dan jelas atau
terbaca.
b. Coding.
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Data
Semua data dari setiap sumber data atau sampel selesai dimasukan,
data, yaitu :
1. Analisa Univariat
a. Distribusi Frekuensi
f
p= x 100 %
n
Keterangan :
P = Proporsi
f = Frekuensi Kategori
n = Jumlah sampel
Variabel F %
46
Jumlah
2. Analisa Bivariat
yang dipakai adalah uji Chi- Square dengan batas kemaknaan α = 0,05
sebagai berikut :
Apabila terdapat sel yang kosong atau nilai <5, maka koreksi yang
digunakan adalah “ Pearson Chi – Square “. Dan jika ada nilai E<5, maka
terikat.
2) Nilai ρ ( ρ value) > 0,05, maka Ho gagal ditolak, yang berarti tidak
terikat.
variabel bebas yang dapat dilihat dari nilai Odds Ratio (OR), yaitu
sebagai berikut :
b) OR = 1 tidak berisiko
I. Etika Penelitian
judul dan tujuan penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak
b. Kerahasiaan
pada lembar pengumpulan data dan diganti dengan insial atau nomor
responden.
d. Keadilan
alasan jenis elamin, ras, suku, dan faktor-faktor lain yang sama sekali tidak
e. Asas Kemanfaatan
Arlius, Feri. 2017. Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga Dengan Status Gizi Balita
(Studi Di Desa Palasari Dan Puskesmas Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang). Jurnal
Ketahanan Nasional. Volume 23 No. 3, Desember 2017
Agustine, 2020
BAPPENAS, 2017
Chaerul Saleh (2021) faktor risiko kejadian wasting pada baduta umur 7-24 bulan
di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Wolo Kabupaten Kolaka
Dzul Istiqomah Hasyim (2017) tentang hubungan status ekonomi dengan
kejadian balita kurus (Wasting) di PAUD Surya Ceria Pringsewu
Diskominfo Majalengka, 2022
Derso, 2017
Dinkes Jawa Barat, 2020
Darmawati, 2019
Erika, Yulia Sari (2020) tentang analisis kejadian wasting pada balita usia 6-59
bulan
Hasyim, 2017
Hastuti dkk, 2017. Asuhan Ibu dalam Masa Kehamilan. Jakarta: Erlangga
Hayati, 2009
Hidayat. 2018. Pengantar Buku Keperawatan Anak (2nd ed.; Dr.Dripa Sjabana, ed.).
Jakarta: Dr.Dripa Sjabana.
Kemenkes RI. 2017. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Dan Indikator Kinerja Gizi
Tahun 2015, Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,
Kementerian Kesehatan RI.
Triveni, 2020
Tambunan, 2019
Tambunan, 2019
Triveni, 2019 tentang analisis faktor yang menyebabkan kejadian wasting pada
balita usia 0-59 bulan di Kabupaten Pasaman dan Kota Bukittinggi tahun 2019
UNICEF,2013
Wado, 2019
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
INFORMED CONCENT
Nama : …………………………………………….
Umur : …………………………………………….
Pendidikan : …………………………………………….
menyatakan ikut serta dalam penelitian ini sebagai responden dengan judul
“Analisis Faktor Kejadian Wasting Pada Balita Usia 7-59 Bulan di Wilayah
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa ada paksaan
Majalengka, ............................2022
Mengetahui
Peneliti Responden
_____________________________ ________________________
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Nama : ………………………………
Usia : ………………………………
Alamat: ………………………………
“Analisis Faktor Kejadian Wasting Pada Balita Usia 7-59 Bulan di Wilayah Kerja
penelitian dan saya secara suka rela bersedia menjadi responden penelitian ini.
Majalengka, …………………..2022
Yang menyatakan
( )
KUESIONER
A. IDENTITAS RESPONDEN
No : ……………………..
Nama / Insial : ……………………..
Alamat : ……………………..
C. KEJADIAN WASTING
hasil pengukuran status gizi balita
Berat Badan : …………………
Tinggi Badan : …………………
Status Gizi : : Sangat Kurus, jika BB < -3,0
: Kurus, jika BB ≥ -3,0 sampai dengan < -2,0
: Normal, jika BB ≥ -2,0 sampai dengan ≤ 2,0
: Gemuk, jika BB > 2,0
D. Pendapatan Keluarga
: < UMK Kabupaten Majalengka (Rp 2.027.619,04)
: > UMK Kabupaten Majalengka (Rp 2.027.619,04)
: ISPA :
: Diare :
F. ASI Eksklusif
: Ya
: Tidak
Jawaban : …………………………
HASIL ANALISIS DATA SPSS
Frequencies
Notes
[DataSet0]
Statistics
Pendapatan
Riwayat Infeksi
ASI Eksklusif
Kejadian Wasting
CROSSTABS
/TABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 BY VAR00004
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT COLUMN
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Cases
Crosstab
Count 75 44 119
Rendah
% within Kejadian Wasting 56,8% 33,3% 45,1%
Pendapatan
Count 57 88 145
Tinggi
% within Kejadian Wasting 43,2% 66,7% 54,9%
Count 132 132 264
Total
% within Kejadian Wasting 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 14,703 1 ,000
Continuity Correctionb 13,770 1 ,000
Likelihood Ratio 14,849 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 14,648 1 ,000
N of Valid Cases 264
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 59,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Lower Upper
Crosstab
Count 39 16 55
Ya
% within Kejadian Wasting 29,5% 12,1% 20,8%
Riwayat Infeksi
Count 93 116 209
Tidak
% within Kejadian Wasting 70,5% 87,9% 79,2%
Count 132 132 264
Total
% within Kejadian Wasting 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 12,149 1 ,000
b
Continuity Correction 11,116 1 ,001
Likelihood Ratio 12,456 1 ,000
Fisher's Exact Test ,001 ,000
Linear-by-Linear Association 12,103 1 ,001
N of Valid Cases 264
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Lower Upper
Crosstab
Count 16 10 26
Tidak
% within Kejadian Wasting 12,1% 7,6% 9,8%
ASI Eksklusif
Count 116 122 238
Ya
% within Kejadian Wasting 87,9% 92,4% 90,2%
Total Count 132 132 264
% within Kejadian Wasting 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,536 1 ,215
b
Continuity Correction 1,067 1 ,302
Likelihood Ratio 1,548 1 ,213
Fisher's Exact Test ,302 ,151
Linear-by-Linear Association 1,530 1 ,216
N of Valid Cases 264
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Lower Upper