Makalah Studi Naskah Kel. 3
Makalah Studi Naskah Kel. 3
Makalah Studi Naskah Kel. 3
Dosen Pengampu :
Puji dan syukur pemakalah ucapkan atas kehadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan
salam pemakalah mohonkan kepada Allah SWT agar senantiasa tercurah kepada
pimpinan umat Islam sedunia yakni nabi besar Muhammad SAW yang telah
menyampaikan risalah Islam kepada umat manusia untuk keselamatan dan ilmu
pengetahuan.
Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Studi Naskah Ketatanegaraan Islam yang diampu oleh Bapak Drs. H.
Emrizal, M.M yang telah memberikan bimbingan dan arahan hingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik. Berdasarkan hal itu, Pemakalah berupaya untuk
menyelesaikan makalah demi memenuhi tuntutan tugas serta memahami materi
yang ditugaskan kepada kami.
Pemakalah menyadari bahwa penulisan makalah ini banyak mengalami
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman,
keterbatasan wawasan serta kemampuan pemakalah. Oleh karena itu, Pemakalah
dengan senang hati menerima ide atau gagasan dari pembaca untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas dalam penulisan makalah selanjutnya.
Pemakalah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................................9
B. Saran...................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradaban bangsa Arab pra-Islam, yang disebut periode Jahiliyah, adalah
bukti dari adanya sebuah kebudayaan Arab yang mendahului datangnya
kebudayaan Islam. Periode tersebut menyaksikan puncak sebuah peradaban
tersendiri di kawasan antara kedua imperium Byzantium dari Asia Kecil dan
imperium Sasan dari Persia. Dengan Al- Qur’an dan Nabi Muhammad
sebagai dua faktor utama, dalam waktu yang relatif singkat, Islam merubah
cara masyarakat itu dari masyarakat yang biadab menjadi beradab.
Keberhasilan Islam di tengah masyarakat yang demikian “liar” tentu saja
membuat dunia tercengang. Bahkan, dua negara ada yang berkuasa ketika itu,
Bizantium dan Persia, tidak pernah
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Konsep Tradisi Emirat Di Seluruh Negeri ?
2. Apa ejarah budaya bangsa arab ?
3. Bagaimana konteks budaya arab di Indonesia ?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat dibuat tujuan penulisan
makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahmi Tradisi Emirat Di Seluruh Negeri
2. Untuk mengetahui dan memahmi sejarah budaya bangsa arab
3. Untuk mengetahui dan memahmi konteks budaya arab di Indonesia
2
BAB II PEMBAHASAN
terjadi dari unsur-unsur yang berbeda dan segala kecakapan yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat, (b). Warisan sosial atau tradisi, (c).
Cara, aturan, dan jalan hidup manusia, (d). Penyesuaian manusia terhadap
alam sekitarnya, (e). Hasil perbuatan atau kecerdasan manusia, (f). Hasil
pergaulan atau perkumpulan manusia. Selanjutnya, Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi menjelaskan bahwa kebudayaan adalah semua hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi
dan kebudayaan kebendaan (material culture) yang diperlukan oleh manusia
untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat
digunakan untuk keperluan masyarakat. Badri Yatim mengemukakan bahwa
3
kebudayaan merupakan hasil dari peradaban. Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani
mengungkapkan bahwa kebudayaan muncul dari suatu peradaban
(sekumpulan persepsi tentang kehidupan) tertentu. Peradabantersebut muncul
dari suatu akidah tertentu yang khas. Sementara itu, Harun Nasution
mengatakan bahwa peradaban merupakan kumpulan-kumpulan dari
kebudayaan. Beliau mencontohkan bahwa Peradaban Indonesia merupakan
kumpulan dari kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia, seperti
kebudayaan Jawa, dan lainya
4
Wahyu dalam bentuk ketiga itulah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw.
sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Syu’ara ayat 192- 195, an-Nahl ayat
102, dan al-Baqarah ayat 97. Mengenai wahyu yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad saw. melalui Jibril, hadis dari Aisyah menerangkan begitu
ketatnya JIbril merangkul Nabi sehingga beliau merasa sakit dan kemudian
disuruh mengulangi apa yang diturunkan Jibril ketika Nabi menerima wahyu
pertama. Dalam hadis lain, Nabi menerangkan cara-cara turunnya wahyu:
“Wahyu itu terkadang turun sebagai suara lonceng dan inilah yang terberat
bagiku. Kemudian ia (Jibril) pergi dan akupun sudah mengingat apa yang
diturunkannya. Terkadang malaikat itu datang dalam bentuk manusia,
berbicara kepadaku dan akupun mengingat apa yang dikatakannya
5
2. Komunitas kedua adalah bangsa Baqiyah (yang masih ada). Terdiri
dari dua suku besar, yaitu Adnaniyin dan Qahthaniyin. Kabilah
Adnaniyin berasal dari keturunan Ismail ibn Ibrahim as. Dinamakan
Adnaniyin karena nenek moyang dari kabilah ini bernama Adnan, yaitu
salah satu keturunan Nabi Ismail. Suku kedua dari bangsa Baqiyah
adalah kabilah Qahthan.Garis keturunan Qahthan sampai pada Yaqthan
yang dalam kitab taurat disebut Yaqzan. Nassabun (pakar genealogi)
mengatakan, bahwa Qahthan adalah nenek moyang suku-suku di negeri
Yaman (Ab al-Yamaniyin). Pada mulanya wilayah utara diduduki
golongan Adnaniyin, dan wilayah selatan didiami golongan Qahthaniyin.
Akan tetapi, lama kelamaankedua golongan itu membaur karena
perpindahan-perpindahan dari utara ke selatan atau sebaliknya
Oleh sebab itu, setiap budaya masyarakat harus dipandang sebagai karya yang
bernilai luhur dan mengandung kearifan lokal. Budaya yang sudah ditetapkan
dalam masyarakat harus dievaluasi kembali, apakah budaya tersebut
bertentangan apa tidak-nya dengan prinsip Islam. Berdasarkan pemikiran ini,
7
budaya dan tradisi yang berkembang di masyarakat tidak bertentangan dengan
nilainilai Islam. Apalagi kalau budaya Arab ditarik pada level masyarakat
Indonesia, maka dapat ditemukan varian kebudayaan dan hampir semua
sudah mengalami proses akulturasi. Kebudayaan yang terdapat di Indonesia
cukup beragam hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia yang cukup
beragam salah satunya masyarakat Arab. Secara historis keberadaan
masyarakat Arab di Indonesia terbilang cukup lama dan jumlah mereka yang
terbilang banyak. Dari segi kebudayaan berbeda dengan masyarakat pribumi,
diantaranya tradisi orang Arab berpakaian menggunakan cadar dan sorban,
serta budaya musik gambus.
1. Cadar dan Sorban
Pada dasarnya cadar merupakan tradisi atau budaya yang sering dikaitkan
dengan masyarakat Arab, meskipun ada perbedaan pendapat yang
mengatakan bahwa cadar wanita bukan berasal dari masyarakat Arab.
Menurut Mujahidin dalam jurnalnya yang berjudul “cadar: antara ajaran
agama dan budaya”, mengatakan bahwa pada zaman jahiliyah
(kebodohan) dan awal masuknya Islam perempuan yang berada di Arab
menggunakan pakaian yang mampu mengundang kekaguman dan hawa
nafsu laki-laki, di samping untuk menghindari iklim yang cukup panas.
Tidak jarang dari mereka yang memakai cadar atau kerudung hanya
diletakkan di kepala namun tidak menutupi dada atau kalung yang
digunakannya (Mujahidin, 2019). Hal ini dipertegas kembali oleh
Muhammad Sudirman, ia menjelaskan bahwa perempuan yang
mengenakan cadar di wilayah Arab memiliki alasan yang bersifat sosial-
kebudayaan dan tidak melibatkan teologi-keagamaan. Perempuan Arab
menjadikan cadar sebagai budaya dan tradisi yang telah diwariskan oleh
nenek moyang mereka. (Sudirman, 2019). Cadar dalam konteks
masyarakat Indonesia, dikenal dengan sebutan niqab dan burqa’ dikenal
sebagai budaya masyarakat Arab tradisional, yang artinya tradisi bercadar
sudah dikenal sejak zaman sebelum datangnya Islam (Syuqqah, 1997).
Cadar merupakan istilah lain dari penggunaan jilbab. Pengguna cadar
8
memberikan penutup pada wajah sehingga terlihat mata saja, bahkan
telapak tangan juga ditutupi. Jika pengguna jilbab pada
Adapun Sorban merupakan pakaian yang digunakan oleh kaum laki-laki. Istilah
sorban sering dikaitkan dalam bahasa Arab yang disebut dengan “imamah” yang
berarti kain panjang dan lebar yang diikatkan di atas kepala guna untuk
melindungi dari panas dan dingin (Munawwir, 1997). Secara historis, sorban
ditemukan di Timur Kuno, seperti sorban yang ditemukan pada monument Asyur
dan Mesir (Bearman, 2000). Jika dikaitkan dengan konteks kebudayaan yang ada
di Indonesia khususnya oleh orang Arab, orang yang memakai sorban ditandai
sebagai tokoh agama seperti Habaib dan Syekh. Selain itu, orang Indonesia yang
bukan termasuk tokoh agama juga ditemukan banyak memakai sorban di saat
beribadah seperti sholat, perayaan idul fitri dan lainnya. Dalam hal ini, dapat
ditandai bahwa budaya memakai sorban yang awalnya hanya berfungsi sebagai
penutup kepala menjadi trend pakaian Muslim.
2. Musik Gambus
Seni musik gambus merupakan instrumen musik petik dengan senar yang
bentuknya mirip seperti gitar. Alat musik gambus identik dengan nyanyian
dan nuansa Islami. Secara historis, musik gambus di Indonesia dibawa oleh
saudagar Arab yang melakukan hubungan dagang antara Arab dan Melayu
sekitar abad 13-16 M, tidak hanya transaksi jual beli tetapi juga menjadi pintu
masuknya pengaruh dan penyebaran kesenian Islam. Musik gambus di
Indonesia mengalami akulturasi dari musik Melayu dan musik Arab
(Hasbullah, 2017). Musik gambus di Indonesia, tidak hanya dibawakan oleh
orang Arab saja, melainkan orang non-Arab juga mempelajari musik tersebut,
10
seperti musik gambus Madura. Jika diintegrasikan dengan kebudayaan yang
ada di Indonesia, musik gambus telah menjadi salah satu identitas kebudayaan
di Indonesia. Musik ini sering diundang dalam acara pernikahan, syukuran,
aqiqah dan berbagai macam acara Islami. Adapun lagu-lagu yang biasa
dinyanyikan terdapat unsur-unsur Islam, seperti lagu salawat.
A. Kesimpulan
Pemahaman mengenai integrasi Islam yang terjadi dalam budaya Arab
merupakan hasil cipta dan pikiran manusia itu sendiri. Budaya Arab yang
merupakan bentuk kebiasaan, keyakinan, benda dari hasil kehidupan yang
terjadi dan ditemukan di Arab dan oleh masyarakat Arab. Budaya Arab pra-
Islam menjelaskan bahwa budaya ini yang terjadi pada masa Arab pra-Islam
dan ada sebagian kebudayaan yang sampai sekarang ini tidak dihilangkan
kemudian diintegrasikan dengan prinsip Islam baik itu bentuk budaya secara
penuh atau hanya diambil nilai-nilainya saja.
Contohnya saja budaya memakai penutup kepala untuk perempuan dan laki-
laki, dan musik atau syair Arab yang sering dilaksanakan oleh masyarakat
Arab pra-Islam maupun sesudah datangnya Islam. Kemudian pada masa
sekarang, budaya Arab banyak juga ditemukan di Indonesia. Budaya ini tidak
hanya menjadi sebuah tren semata, melainkan sudah melekat pada masyarakat
Muslim yang ada di Indonesia, seperti perempuan yang menggunakan cadar
dan laki-laki menggunakan sorban. Selain itu, musik gambus telah
11
berkembang pesat di Indonesia, baik itu dipakai dalam acara nikahan, aqiqah,
syukuran, maupun acara resmi - non resmi yang lainnya.
Integrasi Islam dan budaya ini hendaknya dipelajari dan dimaknai kembali
sehingga tidak menyebabkan kita salah paham dengan budaya tersebut,
karena tidak semua budaya Arab pra-Islam itu menyeleweng dari ajaran
Islam. Bahkan budaya Arab juga diakulturasikan dengan kebudayaan lainnya,
sehingga budaya tersebut dapat diterima dengan baik
B. Saran
Makalah Studi Naskah Ketatanegaraan Islam ini dengan materi tentang
budaya arab di seluruh negeri ini sangatlah bermanfaat bagi kita semua. Hal
ini di karenakan dengan membaca materi ini kita akan mengetahui
materimateri tersebut. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan ide dan
gagasan yang bersifat membangun untuk suatu pertimbangan dalam setiap
langkah pembuatan makalah, sehingga termotivasi kearah yang lebih baik
tentunya di masa depan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri, 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mubarok, Jaih, 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Syukur NC, Fatah, 2002, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: PT Pustaka Rizki Putr