Makalah Studi Naskah Kel. 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

STUDI NASKAH KETATANEGARAAN ISLAM

‫في تقليد اإلمارة على ال‬

“Tradisi Emirat Di Seluruh Negeri ”

Disusun Oleh Kelompok 3

Fajar hidayattullah NIM 2130203022

Farhan Farqoni asri NIM 2130203026

Dosen Pengampu :

Drs. H. Emrizal, M.M

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)


FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pemakalah ucapkan atas kehadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan
salam pemakalah mohonkan kepada Allah SWT agar senantiasa tercurah kepada
pimpinan umat Islam sedunia yakni nabi besar Muhammad SAW yang telah
menyampaikan risalah Islam kepada umat manusia untuk keselamatan dan ilmu
pengetahuan.
Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Studi Naskah Ketatanegaraan Islam yang diampu oleh Bapak Drs. H.
Emrizal, M.M yang telah memberikan bimbingan dan arahan hingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik. Berdasarkan hal itu, Pemakalah berupaya untuk
menyelesaikan makalah demi memenuhi tuntutan tugas serta memahami materi
yang ditugaskan kepada kami.
Pemakalah menyadari bahwa penulisan makalah ini banyak mengalami
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman,
keterbatasan wawasan serta kemampuan pemakalah. Oleh karena itu, Pemakalah
dengan senang hati menerima ide atau gagasan dari pembaca untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas dalam penulisan makalah selanjutnya.

Batusangkar, 16 mei 2024

Pemakalah
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI .................................................................................................................


ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................

A. Konsep Tradisi Emirat Di Seluruh Negeri........................................................3


B. sejarah budaya bangsa arab ..............................................................................5
C. konteks budaya arab di Indonesia......................................................................6
BAB III PENUTUP ........................................................................................................

A. Kesimpulan........................................................................................................9
B. Saran...................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban bangsa Arab pra-Islam, yang disebut periode Jahiliyah, adalah
bukti dari adanya sebuah kebudayaan Arab yang mendahului datangnya
kebudayaan Islam. Periode tersebut menyaksikan puncak sebuah peradaban
tersendiri di kawasan antara kedua imperium Byzantium dari Asia Kecil dan
imperium Sasan dari Persia. Dengan Al- Qur’an dan Nabi Muhammad
sebagai dua faktor utama, dalam waktu yang relatif singkat, Islam merubah
cara masyarakat itu dari masyarakat yang biadab menjadi beradab.
Keberhasilan Islam di tengah masyarakat yang demikian “liar” tentu saja
membuat dunia tercengang. Bahkan, dua negara ada yang berkuasa ketika itu,
Bizantium dan Persia, tidak pernah

mempertimbangkan untuk mengusai wilayah ini karena kerasnya kehidupan


dan penghuninya. Menarik untuk dicermati, kedatangan Islam tidak
merombak nilai-nilai yang dianut masyarakat secara keseluruhan. Artinya,
Islam tidak mengikis habis nilai-nilai kemuliaan dalam pandangan mereka
dan menggantinya dengan nilai-nilai yang sama sekali baru.

Kedermawanan yang sebelumnya diartikan dengan penghamburan harta


kepada fakir miskin, keberanian yang sebelumnya ditujukan untuk membela
kehormatan diri dan suku diganti dengan pembelaan kepada agama.
Demikianlah masyarakat Arab mengalami perubahan hidup yang besar. Dari
masa jahiliah menuju masa Islam. Makna kata jahiliah secara bahasa berarti
kebodohan atau tidak tahu. Ini tidak berarti penggunaan kata tersebut pada
masa pra Islam menunjukkan orang yang hidup pada masa itu adalah orang
bodoh yang tidak memiliki pengetahuan sebagai lawan dari orang yang
pandai. Ahmad Amin menjelaskan bahwa arti dari kata jahiliah adalah
kesombongan, kemarahan, dan ketidaktahuan.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Konsep Tradisi Emirat Di Seluruh Negeri ?
2. Apa ejarah budaya bangsa arab ?
3. Bagaimana konteks budaya arab di Indonesia ?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat dibuat tujuan penulisan
makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahmi Tradisi Emirat Di Seluruh Negeri
2. Untuk mengetahui dan memahmi sejarah budaya bangsa arab
3. Untuk mengetahui dan memahmi konteks budaya arab di Indonesia

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep memahmi Tradisi Emirat Di Seluruh Negeri


Bila membahas peradaban maka tidak akan terlepas dari kebudayaan, karena
antara keduanya saling terkait dan tak dapat dipisahkan. Kata peradaban dan
kebudayaan dalam bahasa Indonesia sering dipahami sama artinya. Namun,
dalam bahasa Inggris terdapat pengertian yang berbeda dari kedua kata
tersebut; yaitu civilization untuk peradaban dan culture untuk kebudayaan.
Dalam bahasa Arab pun terdapat perbedaan, yaitu kata tsaqofah
(kebudayaan), kata hadlarah (kemajuan), dan kata tamaddun (peradaban).
Sementara itu, Badri Yatim mengatakan bahwa “Peradaban Islam” merupakan
terjemahan dari kata al-Hadharah al-Islamiyyah (bahasa Arab) yang sering
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “Kebudayaan Islam”. Kata
“kebudayaan” dalam bahasa Indonesia berasal dari kata Sangsekerta yang
asal katanya “budh” berarti akal, kemudian “budhi”, jamaknya “budhaya”,
selanjutnya mendapat awalan ke- dan akhiran -an, menjadi kata
“kebudayaan”. Di samping itu, ada uraian bahwa kata “kebudayaan” asal
katanya: “budhi” dan “daya”. Budhi adalah kekuatan rohani/batin dan daya
adalah kekuatan jasmani/lahir. Sutan Takdir Alisyahbana sebagaimana dikutip
Jaih Mubarok, menjelaskannya beberapa pengertian kebudayaan sebagai
berikut: (a). Kebudayaan, suatu keseluruhan yang kompleks yang

terjadi dari unsur-unsur yang berbeda dan segala kecakapan yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat, (b). Warisan sosial atau tradisi, (c).
Cara, aturan, dan jalan hidup manusia, (d). Penyesuaian manusia terhadap
alam sekitarnya, (e). Hasil perbuatan atau kecerdasan manusia, (f). Hasil
pergaulan atau perkumpulan manusia. Selanjutnya, Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi menjelaskan bahwa kebudayaan adalah semua hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi
dan kebudayaan kebendaan (material culture) yang diperlukan oleh manusia
untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat
digunakan untuk keperluan masyarakat. Badri Yatim mengemukakan bahwa

3
kebudayaan merupakan hasil dari peradaban. Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani
mengungkapkan bahwa kebudayaan muncul dari suatu peradaban
(sekumpulan persepsi tentang kehidupan) tertentu. Peradabantersebut muncul
dari suatu akidah tertentu yang khas. Sementara itu, Harun Nasution
mengatakan bahwa peradaban merupakan kumpulan-kumpulan dari
kebudayaan. Beliau mencontohkan bahwa Peradaban Indonesia merupakan
kumpulan dari kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia, seperti
kebudayaan Jawa, dan lainya

Kata “Islam” merupakan mashdar dari kata kerja aslama-yuslimu-Islaman,


mempunyai beberapa pengertian yaitu: (1) melepaskan diri dari segala
penyakit lahir dan batin, (2) kedamaian dan keamanan, dan (3) ketaatan dan
kepatuhan. Kata Islam disebut delapan kali dalam al-Quran,27 yaitu surah Ali
Imran ayat 1928 dan 85, surah al-Maidah ayat 3, surah al-An’am ayat 125,
surah az-Zumar ayat 22, surah as-Saff ayat 7, surah al-Hujurat ayat 17, dan
surah at-Taubah ayat 74. Islam merupakan agama samawi (langit) yang
diturunkan oleh Allah SWT melalui utusanNya, Muhammad saw., yang
ajaran-ajarannya terdapat dalam kitab suci al-Quran dan Sunah dalam bentuk
perintah-perintah, larangan-larangan, dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan
manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Lebih lanjut, Harun Nasution
menyatakan bahwa Islam pada hakikatnya membawa ajaran ajaran yang
bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai aspek dari
kehidupan manusia yang meliputi aspek akidah/teologi, ibadah, hukum,
tasawuf/mistisisme, filsafat, politik, dan pembaruan. Berdasarkan QS. al-
Syura ayat 51-52; bahwa wahyu ada tiga macam. Pertama, pengertian atau
pengetahuan yang tiba-tiba dirasakan seseorang timbul dalam dirinya; timbul
dengan tiba-tiba sebagai suatu cahaya yang menerangi jiwanya. Kedua,
pengalaman dan penglihatan di dalam keadaan tidur atau di dalam keadaan
trance disebut juga ru’ya (dream) atau kasy (vision). Ketiga, yang diberikan
melalui utusan, atau malaikat Jibril dan disampaikan dalam bentuk kata-kata.

4
Wahyu dalam bentuk ketiga itulah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw.
sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Syu’ara ayat 192- 195, an-Nahl ayat
102, dan al-Baqarah ayat 97. Mengenai wahyu yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad saw. melalui Jibril, hadis dari Aisyah menerangkan begitu
ketatnya JIbril merangkul Nabi sehingga beliau merasa sakit dan kemudian
disuruh mengulangi apa yang diturunkan Jibril ketika Nabi menerima wahyu
pertama. Dalam hadis lain, Nabi menerangkan cara-cara turunnya wahyu:
“Wahyu itu terkadang turun sebagai suara lonceng dan inilah yang terberat
bagiku. Kemudian ia (Jibril) pergi dan akupun sudah mengingat apa yang
diturunkannya. Terkadang malaikat itu datang dalam bentuk manusia,
berbicara kepadaku dan akupun mengingat apa yang dikatakannya

B. sejarah budaya bangsa arab


bangsa Arab adalah salah satu entitas yang berasal dari keturunan Sam,
putra tertua Nabi Nuh.Entitas lainnya adalah Romawi dan Persia.Mereka
berdomisili disekitar wilayah barat daya benua Asia (al-Janub al-Gharbi
min Asia), atau yang biasa dikenal dengan Semenanjung Arabia.
Semenanjung Arabia sebagian besar terdiri dari gurun pasir dan stepa
(padang rumput luas di gurun pasir).5 Sedikit sekali menyisakan wilayah
yang layak ditinggali di sekitar pinggirnya, dan daerah itu semuanya
dikelilingi laut. Ketika jumlah penduduk kian bertambah, mereka harus
mencari lahan baru guna dijadikan tempat tinggal.
1. Mayoritas sejarawan dan peneliti sejarah mencatat, ada dua komunitas
bangsa Arab yang pernah tinggal di wilayah Semenanjung Arabia ini,
yaitu: Komunitas pertama adalah bangsa Arab yang datang jauh hari
sebelum datangnya islam, sehingga referensi dan fakta sejarah tentang
mereka sangat sulit diungkap.Hal ini cukup beralasan, mengingat jauhnya
rentang waktu serta tidak ditemukannya indikasi eksistensi mereka dalam
panggung sejarah kehidupan manusia. Sejarah mereka hanya dapat
diketahui dari keterangan kitab-kitab samawi, terutama al-Qur’an, Injil,
Taurat, dan syair-syair jahiliyah. Bangsa ini selanjutnya dikenal dengan
istilah Baidah. Arab baidah adalah orang Arab yang kini tidak ada lagi
dan musnah Di antaranya adalah A’ad, Tsamud, Thasm, Jadis, Ashab ar-
Rass, dan penduduk Madyan.

5
2. Komunitas kedua adalah bangsa Baqiyah (yang masih ada). Terdiri
dari dua suku besar, yaitu Adnaniyin dan Qahthaniyin. Kabilah
Adnaniyin berasal dari keturunan Ismail ibn Ibrahim as. Dinamakan
Adnaniyin karena nenek moyang dari kabilah ini bernama Adnan, yaitu
salah satu keturunan Nabi Ismail. Suku kedua dari bangsa Baqiyah
adalah kabilah Qahthan.Garis keturunan Qahthan sampai pada Yaqthan
yang dalam kitab taurat disebut Yaqzan. Nassabun (pakar genealogi)
mengatakan, bahwa Qahthan adalah nenek moyang suku-suku di negeri
Yaman (Ab al-Yamaniyin). Pada mulanya wilayah utara diduduki
golongan Adnaniyin, dan wilayah selatan didiami golongan Qahthaniyin.
Akan tetapi, lama kelamaankedua golongan itu membaur karena
perpindahan-perpindahan dari utara ke selatan atau sebaliknya

Salah satu kelebihan bangsa Arab adalah terletak pada bahasanya.Bahasa


Arab merupakan salah satu bahasa rumpun Semit yang paling sempurna
dan mampu bertahan dari seleksi alam hingga Islam datang, kemudian
mengalami perkembangan sangat pesat karenanya. Mengenai
kebudayaan sebelum Islam, buku sejarah dan kebudayaan Islam,
menjelaskannya agak rinci sebagai mana disarikan berikut. Berkaitan
dengan kelebihan bahasa, bangsa Arab pun pandai dalam bidang sastera,
khususnya membuat syair-syair. Syair bagi mereka untuk
mengungkapkan pikiran-pikiran, pengetahuan-pengetahuan, dan
pengalaman-pengalaman hidupnya. Ghalan bin Salamah dari suku Tsaqif
dalam satu minggu mampu menciptakan sekumpulan syair, lalu
membacakannya di depan forum untuk dibahas dan dikritik. Forum-
forum seperti ini pada waktunya digelar untuk umum di suatu pasar yang
disebut ukadz, di dalamnya dilengkapi dengan kegiatan pertandingan
membuat dan membacakan syair-syair yang terbaik.
Di antara syair-syair yang terpilih kemudian digantungkan di dinding
Ka’bah sebagai penghargaan yang biasa disebut mu’allaqat. Tradisi
semacam ini tampaknya masih berkembang dan dimanfaatkan dalam
islam sebagai alat dakwah dan pengembangan ilmu pengetahuan bangsa
Arab Islam. Kehidupan masyarakat Arab berpindah-pindah dari satu ke
lain tempat yang di anggap dapat memberikan kemudahan untuk hidup.
Kondisi alam semacam ini membuat mereka bersikap sebagai pemberani
dan bersikap keras dalam mempertahankan prinsip dan kepercayaan.

Kondisi ini pula yang membuat mereka harus menguasai seperangkan


ilmu dan ketrampilan untuk hidup sesuai dengan lingkungannya.
Misalnya, mereka mengusai ilmu meramal jejak dan peristiwa alam yang
akan terjadi, seperti kapan turun hujan, dimana terdapat mata air, dan
dimana terdapat sarang binatang buruan serta binatang buas. Di siang
6
hari mereka mampu membaca jejak melalui padang pasir, sedangkan di
malam hari mereka mengunakan bintang-bintang. Karena itu, ilmu-ilmu
perhitungan (semacam ramal) dan perbintangan, dalam batas-batas
tertentu, berkembang di kalangan bangsa Arab sebelum islam. Bangsa
Arab juga mahir dalam membuat dan menghafal silsilah keluarga dan
nenek moyangnya. Mereka bangga dengan kemampuan itu, karenanya
mereka mampu menunjukkan hubungan dirinya dengan nenek
moyangnya yang besar-besar, sehingga mereka akan memperoleh prestise
karena keturunan. Setiap kabilah mempunyai dan mengetahui silsilah
keturunannya
B. budaya arab di Indonesia

Masyarakat yang sesuai adalah masyarakat yang tidak memungkiri adanya


perbedaan baik itu segi sosial maupun kebudayaannya. Pada awal masuknya
Islam dan diturunkan Alquran kepada Nabi Muhammad SAW, masyarakat
Arab sudah memilik tradisi dan berada dalam posisi yang dinamis, yang
bertumpu pada semangat kesukuan atau kabilah. Keyakinan mereka adalah
penyembahan ruh nenek moyang dan menyembah berhala-berhala .

Amin Abdullah mendeskripsikan kondisi tata nilai masyarakat Arab adalah


percaya pada banyak Tuhan atau Dewa, nepotisme dan bentuk pemerintahan
yang masih dikuasai oleh kesukuan (tibral aristocracy) serta seperangkat nilai
pendukung yang sudah tidak layak digunakan. Hadirnya Islam
mengakibatkan terjadinya perubahan budaya. Budaya lama juga ada yang
masih dipertahankan, ada yang diperbaruhi, dan ada yang dihilangkan sama
sekali (Abdullah, 1996). Hal ini diperjelas oleh Ali Sodiqin yang menyatakan
bahwa pengelohan tradisi masyarakat menjadi tradisi Islam dilakukan melalui
proses penerimaan budaya (adopsi), proses penyesuaian diri (adaptasi), dan
proses membentuk kesatuan (integrasi) (Sodiqin, 2022).

Oleh sebab itu, setiap budaya masyarakat harus dipandang sebagai karya yang
bernilai luhur dan mengandung kearifan lokal. Budaya yang sudah ditetapkan
dalam masyarakat harus dievaluasi kembali, apakah budaya tersebut
bertentangan apa tidak-nya dengan prinsip Islam. Berdasarkan pemikiran ini,
7
budaya dan tradisi yang berkembang di masyarakat tidak bertentangan dengan
nilainilai Islam. Apalagi kalau budaya Arab ditarik pada level masyarakat
Indonesia, maka dapat ditemukan varian kebudayaan dan hampir semua
sudah mengalami proses akulturasi. Kebudayaan yang terdapat di Indonesia
cukup beragam hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia yang cukup
beragam salah satunya masyarakat Arab. Secara historis keberadaan
masyarakat Arab di Indonesia terbilang cukup lama dan jumlah mereka yang
terbilang banyak. Dari segi kebudayaan berbeda dengan masyarakat pribumi,
diantaranya tradisi orang Arab berpakaian menggunakan cadar dan sorban,
serta budaya musik gambus.
1. Cadar dan Sorban
Pada dasarnya cadar merupakan tradisi atau budaya yang sering dikaitkan
dengan masyarakat Arab, meskipun ada perbedaan pendapat yang
mengatakan bahwa cadar wanita bukan berasal dari masyarakat Arab.
Menurut Mujahidin dalam jurnalnya yang berjudul “cadar: antara ajaran
agama dan budaya”, mengatakan bahwa pada zaman jahiliyah
(kebodohan) dan awal masuknya Islam perempuan yang berada di Arab
menggunakan pakaian yang mampu mengundang kekaguman dan hawa
nafsu laki-laki, di samping untuk menghindari iklim yang cukup panas.
Tidak jarang dari mereka yang memakai cadar atau kerudung hanya
diletakkan di kepala namun tidak menutupi dada atau kalung yang
digunakannya (Mujahidin, 2019). Hal ini dipertegas kembali oleh
Muhammad Sudirman, ia menjelaskan bahwa perempuan yang
mengenakan cadar di wilayah Arab memiliki alasan yang bersifat sosial-
kebudayaan dan tidak melibatkan teologi-keagamaan. Perempuan Arab
menjadikan cadar sebagai budaya dan tradisi yang telah diwariskan oleh
nenek moyang mereka. (Sudirman, 2019). Cadar dalam konteks
masyarakat Indonesia, dikenal dengan sebutan niqab dan burqa’ dikenal
sebagai budaya masyarakat Arab tradisional, yang artinya tradisi bercadar
sudah dikenal sejak zaman sebelum datangnya Islam (Syuqqah, 1997).
Cadar merupakan istilah lain dari penggunaan jilbab. Pengguna cadar

8
memberikan penutup pada wajah sehingga terlihat mata saja, bahkan
telapak tangan juga ditutupi. Jika pengguna jilbab pada

umumnya mensyaratkan penggunaan baju panjang, maka bercadar diikuti dengan


penggunaan gamis, rok-rok panjang dan lebar, dan biasanya identik dengan
aksesoris berwarna hitam. Pada perkembangannya, jilbab mulai diterima
kehadirannya dalam masyarakat Indonesia, namun tidak demikian dengan cadar.
Bahkan yang terjadi saat ini, media mempresentasikan cadar itu sebagai bagian
dari parameter aliran Islam fundamental (aliran keras) dan mereka dianggap istri
teroris. Pandangan media inilah yang menyebabkan cara pandang masyarakat
terhadap pengguna cadar menjadi buruk. Selain itu, adanya ketertutupan dari
komunitas cadar yang menjadikan hambatan bagi mereka untuk melakukan proses
sosialisasi kepada masyarakat. Belum lagi masyarakat Indonesia yang berpola
kolektif dan bersifat serba ingin tahu yang tinggi, membuat mereka enggan untuk
berinteraksi lebih jauh terhadap hal-hal yang serba tertutup. Dengan begitu, cadar
belum menjadi bagian budaya masyarakat Muslim di Indonesia (Ratri, 2011).

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, perempuan yang menggunakan cadar


tidak pernah merasa canggung dengan masyarakat pada umumnya, sebab mereka
mendasari hal ini dengan konsep persaudaraan dalam Islam (ukhuwah Islamiyah).
Mereka juga menerima tamu perempuan yang tidak menggunakan cadar atau
berjilbab, tidak berjilbab, bahkan berbeda agama tidak menghalangi mereka untuk
tukar pendapat. Ketertutupan mereka lebih dikarenakan atas kepercayaan sebagai
perempuan yang baik.

Perempuan yang dimaksud adalah perempuan yang senantiasa berada di dalam


rumah kecuali ada keperluan yang mendesak yang membuat mereka keluar dari
rumah. Perempuan yang bercadar lebih memfokuskan kehidupannya untuk
kehidupan selanjutnya atau akhirat. Hal ini juga dipertegas oleh Lintang Ratri,
bahwa perempuan bercadar memiliki karakter yang sabar dan kuat dalam
menjalani kehidupan, sebab mereka menyadari tidak mudah untuk orang lain
9
ataupun sesama umat Muslim untuk menerima kehadiran tanpa menimbulkan
adanya pertanyaan-pertanyaan atas kenyakinan mereka. Dalam kehidupan sehari-
hari, mereka juga menentang stigma-stigma yang mengkaitkan terorisme sebagai
jihad. Mereka beralasan jihad tidak dilandaskan untuk peperangan saja melainkan
bisa diwujudkan dalam menuntut ilmu, bekerja, dan sebaik-baiknya jihad adalah
perang melawan nafsu sendiri. Semua stigma-stigma tersebut mereka yakini
hanyalah kontruksi dari media massa (Ratri, 2011).

Adapun Sorban merupakan pakaian yang digunakan oleh kaum laki-laki. Istilah
sorban sering dikaitkan dalam bahasa Arab yang disebut dengan “imamah” yang
berarti kain panjang dan lebar yang diikatkan di atas kepala guna untuk
melindungi dari panas dan dingin (Munawwir, 1997). Secara historis, sorban
ditemukan di Timur Kuno, seperti sorban yang ditemukan pada monument Asyur
dan Mesir (Bearman, 2000). Jika dikaitkan dengan konteks kebudayaan yang ada
di Indonesia khususnya oleh orang Arab, orang yang memakai sorban ditandai
sebagai tokoh agama seperti Habaib dan Syekh. Selain itu, orang Indonesia yang
bukan termasuk tokoh agama juga ditemukan banyak memakai sorban di saat
beribadah seperti sholat, perayaan idul fitri dan lainnya. Dalam hal ini, dapat
ditandai bahwa budaya memakai sorban yang awalnya hanya berfungsi sebagai
penutup kepala menjadi trend pakaian Muslim.

2. Musik Gambus
Seni musik gambus merupakan instrumen musik petik dengan senar yang
bentuknya mirip seperti gitar. Alat musik gambus identik dengan nyanyian
dan nuansa Islami. Secara historis, musik gambus di Indonesia dibawa oleh
saudagar Arab yang melakukan hubungan dagang antara Arab dan Melayu
sekitar abad 13-16 M, tidak hanya transaksi jual beli tetapi juga menjadi pintu
masuknya pengaruh dan penyebaran kesenian Islam. Musik gambus di
Indonesia mengalami akulturasi dari musik Melayu dan musik Arab
(Hasbullah, 2017). Musik gambus di Indonesia, tidak hanya dibawakan oleh
orang Arab saja, melainkan orang non-Arab juga mempelajari musik tersebut,

10
seperti musik gambus Madura. Jika diintegrasikan dengan kebudayaan yang
ada di Indonesia, musik gambus telah menjadi salah satu identitas kebudayaan
di Indonesia. Musik ini sering diundang dalam acara pernikahan, syukuran,
aqiqah dan berbagai macam acara Islami. Adapun lagu-lagu yang biasa
dinyanyikan terdapat unsur-unsur Islam, seperti lagu salawat.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemahaman mengenai integrasi Islam yang terjadi dalam budaya Arab
merupakan hasil cipta dan pikiran manusia itu sendiri. Budaya Arab yang
merupakan bentuk kebiasaan, keyakinan, benda dari hasil kehidupan yang
terjadi dan ditemukan di Arab dan oleh masyarakat Arab. Budaya Arab pra-
Islam menjelaskan bahwa budaya ini yang terjadi pada masa Arab pra-Islam
dan ada sebagian kebudayaan yang sampai sekarang ini tidak dihilangkan
kemudian diintegrasikan dengan prinsip Islam baik itu bentuk budaya secara
penuh atau hanya diambil nilai-nilainya saja.

Contohnya saja budaya memakai penutup kepala untuk perempuan dan laki-
laki, dan musik atau syair Arab yang sering dilaksanakan oleh masyarakat
Arab pra-Islam maupun sesudah datangnya Islam. Kemudian pada masa
sekarang, budaya Arab banyak juga ditemukan di Indonesia. Budaya ini tidak
hanya menjadi sebuah tren semata, melainkan sudah melekat pada masyarakat
Muslim yang ada di Indonesia, seperti perempuan yang menggunakan cadar
dan laki-laki menggunakan sorban. Selain itu, musik gambus telah

11
berkembang pesat di Indonesia, baik itu dipakai dalam acara nikahan, aqiqah,
syukuran, maupun acara resmi - non resmi yang lainnya.

Integrasi Islam dan budaya ini hendaknya dipelajari dan dimaknai kembali
sehingga tidak menyebabkan kita salah paham dengan budaya tersebut,
karena tidak semua budaya Arab pra-Islam itu menyeleweng dari ajaran
Islam. Bahkan budaya Arab juga diakulturasikan dengan kebudayaan lainnya,
sehingga budaya tersebut dapat diterima dengan baik

B. Saran
Makalah Studi Naskah Ketatanegaraan Islam ini dengan materi tentang
budaya arab di seluruh negeri ini sangatlah bermanfaat bagi kita semua. Hal
ini di karenakan dengan membaca materi ini kita akan mengetahui
materimateri tersebut. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan ide dan
gagasan yang bersifat membangun untuk suatu pertimbangan dalam setiap
langkah pembuatan makalah, sehingga termotivasi kearah yang lebih baik
tentunya di masa depan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri, 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mubarok, Jaih, 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

An-Nabhani, Taqiyuddin 1993, Peraturan Hidup dalam Islam. Bogor: Pustaka


Thariqul Izzah

Khoiriyah, 2012, Reorientasi Sejarah Peradaban Islam:Dari Arab Sebelum Islam

hingga Dinasti-Dinasti Islam,Yogyakarta: Teras

Syukur NC, Fatah, 2002, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: PT Pustaka Rizki Putr

Anda mungkin juga menyukai