Materi Kuliah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan

suatu bangsa. Ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK) menuntut sumber daya

manusia untuk memiliki keahlian dan keterampilan yang disesuaikan dengan

tujuan pendidikan yang mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif,

psikomotor. Perkembangan yang terjadi pada berbagai aspek pendidikan ini

tentunya memberikan dampak bagi semua kalangan yang berada pada pusaran

dunia pendidikan tak terkecuali guru. Guru memiliki peran yang sangat

signifikan sebagai garda terdepan dalam tataran pelaksana pendidikan. Bahkan

kualitas dari sumber daya manusia lulusan dari suatu institusi pendidikan

sangat ditentukan oleh peran seorang guru (Suwartini, 2017)

Guru sebagai fasilitator artinya guru mengusahakan agar proses belajar

mengajar dapat berjalan optimal dan siswa dapat memahami materi pelajaran

yang diajarkan. Materi yang telah dipelajari dalam proses belajar mengajar

akan menjadi kondisi siswa menghadapi evaluasi hasil belajar. Kenyataanya,

masih banyak ditemui prose pembelajaran yang tidak efektif dan efisien

sehingga kurang mempunyai daya tarik terhadapa siswa bahkan cenderung

monoton dan membosankan, akibatnya hasil belajar yang dicapai tidak

optimal.

1
2

Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran didalam kelas

V SDN 008 Langgini Bangkinang Kota pada tanggal 15 Maret 2022 ditemukan

beberapa masalah yang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran yaitu

siswa kurang memperhatikan penjelasan guru pada setiap pembelajaran,

konsentrasi siswa kurang terfokus pada pembelajaran IPA, kurangnya

kesadaran siswa dalam pembelajaran IPA, siswa kurang aktif dan komunikatif,

perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran masih kurang dan siswa yang

memiliki nilai tuntas (KKM) hanya 40%, dalam pembalajaran hanya 3

beberapa siswa menjawab pertanyaan guru, siswa yang terlibat hanya siswa

yang mendapatkan rangking saja, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 berikur

ini:

Tabel 1.1
Data Awal Keterampilan Berfikir Kritis

Indikator Tuntas Tidak Tuntas


Ketrampilan 7 16
menganalisis
Ketrampilan 6 17
mensintesis
Ketrampilan 9 14
mengenal dan
memecahkan
masalah
Keterampilan 10 13
menyimpulkan
Keterampilan 2 21
mengepaluasi
atau menilai
Persentase 40% 60
Jumlah siswa 23

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada kelas V masih

banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu 75.
3

Terdapat 40% yang mencapai nilai KKM dan 60% siswa belum mencapai nilai

KKM. Dari pengamatan juga terlihat siswa sering membuat kegaduhan di

dalam kelas, perilaku siswa yang demikian menyebabkan siswa malas dalam

mengasah kemampuan kognitif yang dimilikinya, sehingga berdampak pada

rendahnya kemampuan berpikir kritis, kemudian pertanyaan siswa masih

rendah yang ditandai dengan adanya siswa yang tidak memanfaatkan

kesempatan bertanya ketika guru memberikan kesempatan siswa untuk

bertanya.

Menurut penelitian yang sudah dilakukan oleh (Sariningrum et al, 2017)

kemampuan pemecahan matematis siswa setelah pembelajaran dengan model

Think-Thalk-Write (TTW) lebih baik dibandingkan dengan model

konvensional. Penelitian tersebut menggunakan suatu strategi pembelajaran

aktif yang dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dan mendominasi dalam

kegiatan pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran aktif dapat mengaktifkan

siswa dengan adanya suatu kerjasama antara siswa yang satu dengan siswa

lainnya.

Model TTW ini diawali dengan peserta didik membaca materi yang

sudah dikemas dengan pendekatan konstruktivis untuk memahami kontennya

(think) kemudian peserta didik mengkomunikasikan untuk mendapatkan

kesamaan pemahaman (talk) dan akhirnya diskusi serta negosiasi peserta didik

menuliskan hasil pemikiran dalam bentuk rangkuman (write). Model TTW ini

berpusat pada keterampilan berpikir, berbicara, dan menulis dalam memahami


4

suatu teks bacaan sehingga dapat menguasai materi pembelajaran dengan baik

dan secara aktif (Hardianti et al., 2019).

Penggunaan model pembelajaran TTW sangat cocok digunakan dalam

meningkatkan berfikir siswa. Pengunaan model pemebalajaran ini bertujuan

untuk membelajarkan siswa agar mampu unjuk kerja dan berdiskusi saat

pembelajaran berlangsung. Interaksi antara siswa dengan siswa ini akan

menyebabkan terjadinya shareing atau pertukaran pendapat yang dilandasi

pendapat logis dan ilmiah. Shareing menunjukan pendapat logis dan ilmiah hal

ini berkaitan erat dengan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses

berdiskusi secara berkelompok (Arista & Putra, 2019).

Berpikir kritis adalah proses berpikir untuk menyusun,

mengorganisasikan, mengingat dan menganalisis argumen dan memberikan

interpretasi berdasarkan persepsi yang sahih logical reasoning. Kegiatan belajar

mengajar yang aktif dan kreatif ini berguna bagi siswa maupun guru.

Pelaksanaan pembelajaran aktif dan kreatif ini lebih menekankan pada

kemampuan yang dimiliki oleh siswa, dengan hal tersebut pembelajaran

menjadi tidak berpusat pada guru (Sariningrum et al., 2017).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan penelitian

dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) untuk

Meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa Kelas IV di SDN 008

Langgini Bangkinang Kota.”


5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terlihat beberapa permasalahan

yang teridentifikasi. Adapun identifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Keterampilan berfikir kritis dari sebagian siswa di SDN 008 Langgini

Bangkinang Kota masih rendah

2. Diskusi kurang berjala lancar

3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran masih rendah

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran model Think Talk Write (TTW)

untuk meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa di SDN 008

Langgini Bangkinang Kota?

2. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW)

untuk meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa di SDN 008

Langgini Bangkinang Kota?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa di SDN 008

Langgini Bangkinang Kota dengan menerapkan model pembelajaran Think

Talk Write (TTW)?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mendapatkan gambaran tentang:


6

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model

Think Talk Write (TTW) untuk meningkatkan keterampilan berfikir kritis

siswa di SDN 008 Langgini Bangkinang Kota.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Think Talk Write (TTW) untuk meningkatkan keterampilan

berfikir kritis siswa di SDN 008 Langgini Bangkinang Kota.

3. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berfikir kritis siswa di SDN

008 Langgini Bangkinang Kota dengan menerapkan stategi model

pembelajaran Think Talk Write (TTW)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yaitu

sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis

siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Talk

Write.

2. Bagi Guru

Dapat bermanfaat bagi guru untuk dijadikannya sebagai salah satu

bahan masukan dalam memilih model pembelajaran agar mencapai hasil

yang optimal dalam pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Untuk dijadikan sebagai salah satu contoh model pembelajar untuk

meningkatkan kemampuan berpikr kritis siswa ke depannya.


7

4. Bagi peneliti

Bermanfaat untuk dapat digunakan nantinya dalam sistem belajar

mengajar di saat terjun langsung mengajar di instansi sekolahan

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi dan masukan bagi peneliti lain dalam melakukan

peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan pembelajaran TTW.

F. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah

yang terdapat dalam penelitian ini, perlu diberikan penjelasan istilah

sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Menurut Tiara Dewi, Muhammad Amir Masruhim (2016) Think

Talk Write (TTW) adalah pembelajaran yang dimulai dengan berfikir,

hasil berfikir dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan

kemudian membuat laporan hasil presentasi. Model pembelajaran

Think Talk Write (TTW) ini model pembelajaran yang berusaha

membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian

menguji ide tersebut sebelum siswa diharapkan untuk menuliskan

ide-ide tersebut

2. Keterampilan

Menurut Arleta (2019) menjelaskan bahwa “Skill atau

keterampilan adalah suatu kemampuan untuk menterjemahkan


8

pengetahuan ke dalam praktik sehingga tercapai tujuan yang

diinginkan.

3. Berfikir Kritis

Menurut Jeklin (2016) berpikir kritis adalah aktivitas mental

individu untuk membuat keputusan dalam memecahkan masalah yang

dihadapi dengan berbagai informasi yang sudah diperoleh melalui

beberapa kategori.
9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada sebuah kelas selalu

menggunakan satu atau lebih model pembelajaran sebagai gambaran

lingkungan belajar siswa. Salah satunya adalah model pembelajaran Think

Talk Write yang dapat digunakan pada mata pelajaran.

a. Pengertian model pembelajaran Think Talk Write

Menurut Rahmawati (2017) menjelaskan bahwa model

pembelajaran Think Talk Write merupakan model pembelajaran yang

bersifat komunikatif. Pembelajaran yang bersifat komunikatif

maksudnya pendekatan pembelajaran yang berbasis komunikasi yang

memungkinkan siswa untuk mampu membaca dan menulis dengan

baik, belajar dengan orang lain, menggunakan media, menerima

informasi, dan menyampaikan informasi. Model Think Talk Write

memiliki sintak yang sesuai dengan urutan di dalamnya, yakni think

(berpikir), talk (berbicara atau berdiskusi), dan write (menulis).

1) Think (berpikir)

Siswa membaca teks berupa soal (kalau memungkinkan

dimulai dengan soal yang berhubungan dengan permasalahan

sehari-hari atau kontekstual). Pada tahap ini siswa secara

individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi


10

penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang

terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahami dengan

menggunakan bahasanya sendiri.

2) Talk (berbicara)

Siswa diberi kesempatan untuk membicarakan hasil

penyelidikan pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa

merefleksikan, menyusun, serta menguji ide-ide dalam kegiatan

diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat

pada dialognya dalam berdiskusi, baik dalam bertukar ide

dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang

diungkapkan kepada orang lain.

3) Write (menulis)

Pada tahap ini, siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya

dan kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas

landasan konsep yang digunakan, keterkaitann dengan materi

sebelumnya, strategi penyelesaiannya, dan solusi yang

diperolehnya.

b. Karakteristik Pembelajaran Think Talk Write

Menurut Arista (2019) ada tiga aktivitas yang harus dilakukan

dalam pembelajaran Think Talk Write yang sekaligus menjadi

karakteristik Think Talk Write tersebut yaitu :


11

1) Think

Aktivitas belajara dalam fase ini adalah aktifitas berpikir (Think)

dapat dilaihat dari proses membaca suatu teks matematika atau

berisi cerita matematika kemudian membuat catatan apa yang

telah dibaca. Dalam membuat atau menulis catatan siswa

membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks

bacaan, kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri.

2) Talk

Aktivitas belajarnya adalah berkomunikasi dengan menggunakan

kata-kata dan bahasa yang mereka pahami.

3) Write

Aktivitas belajarnya yaitu menuliskan hasil diskusi dialog pada

lembar kerja yang disediakan (Lembar Akrtivitas Siswa)

c. Langkah-langkah pembelajaran model Think Talk Write

Menurut Budhiandie (2020) menjelaskan bahwa langkah-

langkah dalam menggunakan model pembelajaran Think Talk Write

yaitu:

1) Siswa membahas teks dan membuat catatan dari hasil bacaan

secara individual (think), untuk dibawa ke forum diskusi.

2) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup

untuk membahas isis catatan (talk). Dalam kegiatan ini mereka

menyampaikan gagasannya dalam diskusi. Pemahaman dibangun

melalui interaksi dalam diskusi, karena itu diskusi diharapkan


12

dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan.

3) Siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan yang memuat

pemahaman dan komunikasi dalam bentuk tulisan (write).

4) Kegiatan akhir pembelajaran adalah mebuat refleksi dan

kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu, dipilih satu

atau beberapa siswa sebagai perwakilan kelompok untuk

menyajikan jawaban, sedangkan kelompok lain diminta untuk

memberikan tanggapan

d. Keunggulan dan Kelemahan pembelajaran model Think Talk


Write

1. Keunggulan

Sebagai suatu model pembelajaran, TTW memiliki beberapa

keunggulan, di antaranya :

a) Siswa aktif dalam belajar

b) Melatih daya ingat siswa tentang suatu konsep/informasi

c) Melatih daya pikir yang lebih baik siswa terhadap suatu

masalah.

d) Memberikan pengalaman belajar kepada siswa, karena

siswa banyak berperan aktif dalam pembelajaran sehingga

pembelajaran menjadi bermakna

2. Kelemahan

Disamping keunggulan model pembelajaran TTW juga

memiliki kelemahan, diantaranya:

a) Membutuhkan persiapan matang dari guru untuk


13

menggunakan model ini.

b) Menuntut siswa untuk terus berpikir, berkomunikasi, dan

menulis.

c) Memerlukan banyak waktu.

d) Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan model

pembelajaran TTW (Fauziyah, 2017).

2. Belajar

a. Definisi Belajar

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku.

Perubahan tersebut disebabkan oleh seringnya interaksi antar

stimulus dan respons. Sedangkan belajar menurut pandangan teori

kognitif diartikan sebagai proses membangun persepsi seseorang

dari sebuah obyek yang dilihat. Adapun menurut pandangan teori

konstruktivisme belajar adalah upaya untuk membangun

pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang dialami siswa

(Mozo, 2017).

Berdasarkan ketiga teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan interaksi antara respons dengan stimulus. Kedua

hal ini akan ada apabila terjadi interaksi didalamnya. Misalnya,

seorang guru memberikan materi kepada muridnya berarti guru

tersebut telah memberikan stimulus kepada siswa, maka siswa akan

meresponsnya. Pemahaman akan materi tergantung pada baik atau

tidaknya stimulus dengan respons. Sedangkan dari teori kognitif


14

dapat diketahui bahwa belajar itu tergantung pada proses bukan

hasil. Jadi, pada teori ini lebih mementingkan proses dari pada hasil.

Misalnya, seorang murid belajar dengan rajin dan semangat karena

akan menghadapi ujian akan tetapi setelah dilakukan evaluasi murid

tersebut mendapatkan nilai yang rendah. Maka dalam hal ini belajar

rajin dan semangat dalam belajar yang dipentingkan dari pada hasil

evaluasi karena rajin dan semangat dalam belajar merupakan proses.

Adapun apabila dilihat dari pengertian belajar teori konstruktivisme

diatas maka belajar itu memberikan pengalaman yang nyata yang

dapat dirasakan siswa.

Menurut nurfitrianah & faridatul ( 2013) belajar merupakan

proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,

keterampilan, dan sikap, aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan

atau pengalaman-pengalaman.

b. Ciri-Ciri Belajar

Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku, adanya

perubahan perilaku, perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat

diamati pada waktu proses belajar sedang berlangsung, perubahan

perilaku tersebut bersifat potensial, perubahan tingkah laku

merupakan hasil latihan atau pengalaman, pengalaman atau latihan

itu dapat memberikan penguatan. Belajar juga memiliki prinsip-

prinsip, yaitu apapun yang dipelajari siswa dialah yang harus belajar
15

bukan orang lain, setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat

kemampuannya, motivasi belajar, penguasaan yang sempurna,

mendapatkan penguatan langsung pada setiap langkah proses belajar

(Savira & Suharsono, 2013).

3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

a. Definisi

Pembelajaran adalah proses kegiatan belajar mengajar yang

melibatkan guru dan siswa dalam pencapaian tujuan/indikator yang

telah ditentukan (Hamzah Uno dan Nurdin, 2014). Menurut Eveline

Siregar dan Hartini Nara (2017) mengungkapkan bahwa

pembelajaran memiliki ciri sebagai berikut : (1) merupakan upaya

sadar dan direncana; (2) pembelajaran harus membuat siswa belajar;

(3) tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses

dilaksanakan; (4) pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu,

proses, maupun hasilnya. Metode keilmuwan merupakan dasar

pemahaman terhadap hakikat IPA dapat diperoleh dan diterapkan

melalui pembelajaran IPA.

Hakikat IPA menyatakan bahwa terdapat keterampilan proses

intelektual yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam

pembelajaran IPA yaitu (1) membangun prinsip melalui induksi; (2)

menjelaskan dan meramalkan; (3) pengamatan dan mencatat data;

(4) identifikasi dan mengendalikan variabel; (5) membuat grafik

untuk menemukan hubungan; (6) perancangan dan melaksanakan


16

penyelidikan ilmiah; (7) menggunakan teknologi dan matematika

selama penyelidikan; (8) menggambarkan simpulan dari bukti-bukti

(Rochmah & Mawaddatur, 2019).

Pembelajaran IPA harus menghantarkan peserta didik

menguasai konsep-konsep IPA dan keterkaitannya untuk dapat

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai

dengan sikap IPA. Peserta didik diharapkan tidak hanya sekedar tahu

(knowing) dan hafal (memorizing) tentang konsp-konsep IPA, tetapi

harus mengerti dan paham (to understand) terhadap konsep-konsep

tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan

konsep lain.

Rochmah & Mawaddatur (2019) mengemukakan bahwa

hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu sebagai berikut.

1) Sikap, yaitu rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam,

makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan

masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang

benar, IPA bersifat open ended. 2) Proses, yaitu prosedur

pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah

meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau

percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

3) Produk, yaitu berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.

4) Aplikasi, yaitu penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam

kehidupan sehari-hari.
17

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA

merupakan interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru beserta

sumber belajar yang menggabungkan berbagai bidang kajian IPA

agar peserta didik mempelajari diri sendiri dan alam sekitar secara

utuh melalui metode ilmiah untuk memecahkan masalah serta

mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Indikator Pembelajaran IPA

Adapun indikator pembelajaran IPA adalah :

1) Inditifikasi organ gerak pada manusia.

2) Mengetahui otot-otot pada manusia.

3) Menggambar organ gerak.

4.Berfikir Kritis

a. Definisi

Berpikir kritis merupakan suatu kegiatan mental yang dialami

seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau yang

harus dipecahkan. Berpikir kritis adalah suatu pemikiran yang cepat

dan tepat yang dilakukan oleh seseorang terhadap masalah yang ada

di hadapannya atau yang sedang ia hadapi pada saat itu.

Berpikir dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain,

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Berpikir logis

dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir untuk menarik

kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan

bahwa kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-


18

pengetahuan sebelumnya yang telah diketahui. Berpikir analitis

adalah kemampuan berpikir untuk mengurai, merinci, dan

menganalisis informasi-informasi yang digunakan untuk memahami

suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang

logis. Berpikir sistematis adalah berpikir sesuai dengan langkah dan

urutan. Didalam penelitian ini hanya mengunakan berpikir kritis.

Menurut Jhonson berpikir kritis adalah sebuah proses terarah dan

jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan

masalah, mengambil keputusan, membujuk, mengambil asumsi, dan

melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis tidak hanya dilakukan

dengan menghafal konsep-konsep, melainkan lebih dari pada itu

seperti melibatkan aspek-aspek kognitif seperti aplikasi, analisis

sistematis dan evaluasi.

b. Ciri-ciri Berfikir Kritis

Adapun ciri-ciri berpikir kritis adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan mengidentifikasi

Pada tahapan ini terdiri atas mengumpulkan dan menyusun

informasi yang diperlukan, mampu menentukan pikiran utama

dari suatu teks atau script, dan dapat menjelaskan hubungan

sebab akibat dari suatu pernyataan.

2. Kemampuan mengevaluasi
19

Hal ini terdiri atas dapat membedakan informasi relevan dan

tidak relevan, mendeteksi penyimpangan, dan mampu

mengevaluasi pernyataan-pernyataan.

3. Kemampuan menyimpulkan

Hal ini terdiri atas mampu menunjukkan pernyataan yang benar

dan salah, mampu membedakan antara fakta dan nilai dari suatu

pendapat atau pernyataan, dan mampu merancang solusi

sederhana berdasarkan naskah

4. Kemampuan mengemukakan pendapat

Hal ini terdiri atas dapat memberikan alasan yang logis, mampu

menunjukkan fakta-fakta yang mendukung pendapatnya, dan

mampu memberikan ide-ide atau gagasan yang baik (Hardianti,

2019).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kritis

Fauziyah (2017) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir kritis adalah

interaksi antara pengajar dan siswa. Siswa memerlukan suasana

akademik yang memberikan kebebasan dan rasa aman bagi siswa

untuk mengekspresikan pendapat dan keputusannya selama

berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Adapun Faktor-faktor

yang mempengaruhi berpikir kritis siswa adalah sebagai berikut:


20

1) Kondisi fisik

Kondisi fisik adalah kebutuhan fisiologi yang paling dasar bagi

manusia untuk menjalani kehidupan. Ketika kondisi fisik siswa

terganggu, sementara ia dihadapkan pada situasi yag menuntut

pemikiran yang matang untuk memecahkan suatu masalah maka

kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya. Ia tidak

dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak

memungkinkan untuk bereaksi terhadap respon yanga ada.

2) Motivasi

Motivasi merupakan hasil faktor internal dan eksternal. Motivasi

adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan

ataupun pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat sesuatu

atau memperlihatkan perilaku tertentu yang telah direncanakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menciptakan

minat adalah cara yang sangat baik untuk memberi motivasi

pada diri demi mencapai tujuan. Motivasi yang tinggi terlihat

dari kemampuan atau kapasitas atau daya serap dalam belajar,

mengambil resiko, menjawab pertanyaan, menentang kondisi

yang tidak mau berubah kearah yang lebih baik,

mempergunakan kesalahan sebagai kesimpulan belajar, semakin

cepat memperoleh tujuan dan kepuasan, mempeerlihatkan tekad.

3) Kecemasan
21

Kecemasan merupakan keadaan emosional yang ditandai

dengan kegelisahan dan ketakutan terhadap kemungkinan

bahaya. Menurut Frued dalam Riasmini kecemasan timbul

secara otomatis jika individu menerima stimulus berlebih yang

melampaui untuk menanganinya (internal, eksternal). Reaksi

terhadap kecemasan dapat bersifat konstruktif dan destruktif.

4) Perkembangan intelektual

Intelektual atau kecerdasan merupakan kemampuan mental

seseorang untuk merespon dan menyelesaikan suatu persoalan,

menghubungkan satu hal dengan yang lain dan dapat merespon

dengan baik setiap stimulus. Perkembangan intelektual tiap

orang berbeda-beda disesuaikan dengan usia dan tingkah

perkembanganya. Menurut Piaget dalam Purwanto semakin

bertambah umur anak, semakin tampak jelas kecenderungan

dalam kematangan proses.

d. Indikator Berfikir Kritis

Menurut (Arikunto dalam Rachmantika, 2019)

mengidentifikasi lima indikator yang sistematis dalam berpikir

kritis, yaitu sebagai berikut:

1) Keterampilan Menganalisis

Keterampilan menganalisis merupakan keterampilan

menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen

agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. Kata-kata


22

operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir kritis,

diantaranya: memerinci, menyusun diagram, membedakan

mengidentifikasi, mengilustrasikan, menyimpulkan,

menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan, dan

membagi.

2) Keterampilan Mensintesis

Keterampilan mensintesis adalah keterampilan

menggabungkan bagian- bagian menjadi sebuah bentukan atau

susunan yang baru. Pernyataan sintesis menuntut pembaca untuk

menyatupadankan semua informasi yang diperoleh dari materi

bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak

dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya. Kata-kata

operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir

sintesis, diantaranya: mengategorikan, mengombinasikan,

mengarang, menciptakan, menjelaskan,

mengorganisasikan, menyusun, menghubungkan, merevisi,

menuliskan kembali dan menceritakan.

3) Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah

Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep

kepada beberapa pengertian baru. Keterampilan ini menuntut

pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehingga

setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap

beberapa pikiran pokok bacaan sehingga mampu mempola


23

sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini adalah agar pembaca

mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam

permasalahan. Kata-kata operasional yang mengindikasikan

keterampilan mengenal dan memecahkan masalah diantaranya

mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengoperasikan,

meramalkan, menyiapkan, menghasilkan dan menghubungkan,

4) Keterampilan Menyimpulkan

Keterampilan menyimpulkan menuntut pembaca untuk

mampu menguraikan dan memahami bebagai aspek secara

bertahap agar sampai kepada suatu formula baru, yaitu sebuah

kesimpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri dapat

menempuh dua cara, yaitu : deduksi dan induksi. Jadi,

kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang

memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk

menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru.

Kata-kata operasional yang mengindikasikan kemampuan

menyimpulkan adalah: menjelaskan, memerinci,

menghubungkan, mengategorikan, memisah dan menceritakan

5) Keterampilan mengevaluasi atau menilai

Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam

menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada.

Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan

penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan


24

standar tertentu. Dalam taksonomi Bloom, keterampilan

mengevaluasi merupakan tahap berpikir kognitif yang paling

tinggi. Pada tahap ini siswa dituntut agar ia mampu

mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai

sebuah fakta atau konsep.

Sedangkan Indikator berpikir kritis menurut Alec Fisher,

diantaranya yaitu:

1) Mengenal masalah

2) Mencari cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani

masalah-masalah itu

3) Mengumpulkan data dan menyusun informasi yang

diperlukan

4) Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak

dinyatakan

5) Memahami dan menggunakan bahasa secara tepat, jelas dan

khas

6) Menganalisis data

7) Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan

8) Mengenal adanya hubungan yang logis antar masalah-

masalah

9) Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan

yang diperlukan
25

10) Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan

yang seseorang ambil

11) Memnyusun kembali pola-pola kenyakinan seseorang

berdasarkan pengalaman yang lebih luas

12) Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal yang

kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

B. Penelitian yang Relevan

a. Kusuma (2018) penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap hasil belajar

Mahasiswa STIE Bina Bangsa Pada Mata Kuliah Matematika

Ekonomi”. Studi ini dirancang dalam bentuk eksperimen dengan

disain pretest-postest control group design yang bertujuan

menelaah hasil belajar mahasiswa yang menggunakan

pembelajaran think talk write (TTW) dibandingkan dengan yang

menggunakan pembelajaran biasa. Sampel dalam penelitian ini

adalah mahasiswa semester I jurusan akuntansi di STIE Bina

Bangsa Serang Banten yang kemudian dipilih dua kelas secara

acak kelas dari kelas yang ada. Kemudian dari kedua kelas tersebut

ditetapkan secara acak yang menjadi kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Diperoleh harga P sebesar 0,015 yaitu P < 0,05 atau

dengan kata lain Ho ditolak. Dalam hal ini berarti hasil belajar

mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan think talk write

lebih baik dari pada yang menggunakan pembelajaran biasa. Hal


26

ini terlihat dari hasil belajar mahasiswa yang diberikan lembar

kerja pada pembelajaran think talk write, yaitu mahasiswa terbiasa

menghadapi sekaligus menyelesaikan masalah khususnya materi

matematika ekonomi. Terlebih lembar kerja yang diberikan melatih

mahasiswa untuk memahami materi dengan proses pemahaman

bukan hapalan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Jaka Wijaya

Kusuma adalah sama-sama meneliti model pembelajaran think talk

write hasil belajar. Sedangkan persamaannya terletak pada sampel,

pada penelitian Jaka Wijaya Kusuma model pembelajaran think talk

write diberikan kepada mahasiswa, dan pada penelitian ini diberikan

pada siswa SD.

b. Syarifudin (2020) dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan

Kemampuan Bepikir Analisis Peserta Didik Menggunakan Model

Cooperative Learning Tipe Think Talk Write Hasil penelitian ini

ialah dengan Peningkatan kemampuan berpikir analisis peserta didik

setelah diterapkan model cooperative learning tipe think talk write.

Kemampuan berpikir analisis peserta didik kelas eksperimen

memperoleh peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata

kemampuan awal sebelum diberikan perlakuan yaitu sebesar 35,51

sedangkan rata-rata nilai akhir setelah diterapakan model cooperative

learning tipe Think Talk Write yaitu sebesar 74,29. Peningkatan

kemampuan berpikir analisis peserta didik kelas eksperimen


27

memperoleh peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

peserta didik yang menggunakan model pembelajaran konvensional

dapat dilihat dari hasil kemampuan akhir peserta didik setelah

diberikan perlakuan yang berbeda. Rata-rata kemampuan awal kelas

eksperimen sebesar 35,51 dan kelas kontrol sebesar 36,87. Rata-rata

kemampuan akhir kelas eksperimen sebesar 74,28 dan kelas kontrol

sebesar 63,12.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Cyntia Meilani

adalah sama-sama meneliti model pembelajaran think talk write

dalam melihat hasil kemampuan akhir peserta didik Sedangkan

persamaannya terletak pada kelompok pembelajaran dimana pada

penelitian Cyntia menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok

eksperiment dan konvensional sedangkan pada penelitian ini

menggunakan 1 kelompok..

c. Asih Winarti (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Model

Pembelajaran Think Talk Write Meningkatkan Prestasi Belajar

Mata Pelajaran IPA SD” . Penelitian ini merupakan. Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dalam dua siklus (perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi, dan refleksi). Penelitian ini mengambil

populasi seluruh kelas V semester II tahun pelajaran 2017/2018 di

SDN 3 Ngadirejo Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek.

Subjek yang diteliti berjumlah 26 siswa yang terdiri dari siswa

laki-laki 15 dan siswa perempuan 11 siswa Ngadirejo Kec. Pogalan


28

Kab. Trenggalek 2017/2018. Hasil penelitian siswa, Pada akhir

siklus I siswa tuntas mencapai 22 siswa (85%). Pada siklus II siswa

tuntas mencapai 24 siswa (92%). Kenaikan atau peningkatan

ketuntasan belajar dari siklus I ke sisklus II pertemuan sebanyak

7%. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus I adalah 80.

Pada siklus II sebesar 84. Dari hasil yang telah diperolah dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar mata

pelajaran IPA materi alat optik melalui model pembelajaran Think

Talk Write.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Winarti adalah

sama-sama meneliti model pembelajaran think talk write dalam

peningkatan prestasi belajar mata pelajaran IPA. Sedangkan

persamaannya terletak pada kelas dan jumlah sampel. Pada

penelitian Winarti diberikan pada anak kelas V dan jumlah sampel

26 orang. Sedangkan pada penelitian ini diberikan pada anak kelas

IV dengan sampel 22 orang..

C. Kerangka Pemikiran

Guru sudah seharusnya lebih kreatif dan inovatif dalam

menciptakan pembelajaran. Guru perlu menggunakan model serta media

pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran yang disesuaikan

dengan karakteristik siswa sehingga pembelajaran dapat berjalan secara

optimal dan menyenangkan.

Penerapan model Think Talk Write merupakan salah satu alternatif


29

untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran,

khususnya pada pembelajaran IPA. Model Think Talk Write diharapkan

dapat membuat siswa lebih aktif. Siswa dilibatkan langsung dalam proses

pembelajarannya. Keterlibatan tersebut diharapkan akan menumbuhkan

motivasi dan keterampilan siswa sehingga dapat berpengaruh terhadap

hasil yang optimal. Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka

penelitian yang akan dilaksanakan dapat digambarkan sebagai berikut:

Kondisi Awal (Pra Tindakan)

Permasalahan:
1. Siswa kurang memperhatikan
penjelasan guru pada setiap
pembelajaran,
2. Konsentrasi siswa kurang
terfokus pada pembelajaran Kemampuan berfikir kritis
Biologi, yang masih rendah
3. Kurangnya kesadaran siswa
dalam pembelajaran IPA,
4. Siswa kurang aktif dan Penggunaan Model
komunikatif Pembelajaran Think Talk
Write

Keterampilan
berfikir kritis siswa Kondisi Akhir
Kelas IV di SDN (Pasca Tindakan)
008 Langgini
Bangkinang Kota

Gambar 2.1 Skema Kerangka Befikir


30

D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara terhadap

permasalahan, hipotesis pada penelitian eksperimen ini dapat

dirumuskan sebagai berikut “jika diterapkan metode pembelajaran

Think Talk Write (TTW) keterampilan berfikir kritis siswa Kelas IV di

SDN 008 Langgini Bangkinang Kota akan meningkat”


31

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan

Peneliti melakukan observasi terlebih dahulu untuk mengetahui

permasalahan yang ada. Pada saat observasi peneliti melakukan

wawancara tidak terstruktur kepada guru kelas dan beberapa siswa serta

melakukan pengamatan saat proses belajar berlangsung. Adapun hasil dari

pengamatan tersebut ditemukan masalah dalam keterampilan berpikir

kritis siswa, yaitu kurangnya memperhatikan penjelasan guru saat setiap

pembelajaran, siswa kurang focus pada saat pembelajaran IPA, kurangnya

kesadaran siswa dalam pembelajaran IPA, siswa kurang aktif dan

komunikatif serta siswa tidak jarang bertanya saat pembelajaran. Hal ini

terbukti saat proses pembelajaran berlangsung di siswa kelas V SDN 008

Langgini yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu

75.

Penelitian ini menggunakan Jenis penelitian tindakan kelas (PTK).

Penelitian ini berkolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan proses

pembelajaran dan bekerjasama sebagai observer dan kolaborator. Tujuan

penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilanberpikir kritis pada

mata pelajaran IPA kelas V SDN008 Langgini. Penelitian ini dilaksankan

dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dimana

setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).

Adapun nilai-nilai siswa yang di peroleh dapat dikategorikan

menjadi kategori nilai sangat baik, baik, cukup, kurang,dan sangat kurang.
32

Pada materi ini, peneliti menetapkan KKM 75 tujuan untuk mengetahui

perbedaan sebelum diadakan penerapan pembelajaran menggunakan

model pembelajaran TTW dan sesudah diadakan.

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus

1. Siklus 1

Siklus 1 dalam pertemuan ini terdiri dari 2 pertemuan. Masing-

masing pertemuan berlangsung kurang lebih selama 70 menit (2x 35

menit) atau 2 jam pelajaran. Pertemuan pertama pada siklus 1

dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2022, dan kedua dilaksanakan

pada tanggal 27 Agustus 2022. Setiap prosedur penelitian terdiri dari

tahap perencanaan, pelaksanaan dan observasi, serta refleksi yang di

jelaskan sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan ini peneliti terlebih dahulu

merencanakan Siklus 1 pada keterampilan berpikir kritis siswa

dengan menggunakan model pembelajaran TTW pada materi

sistem dan fungsi pernapasan hewan dan manusia pada siswa kelas

V SDN008 Langgini. Setelah dirumuskan prosedur perencanaan

Siklus 1 maka disusunlah perencanaan pelaksanaan Siklus 1 sesuai

jadwal yang ditentukan yaitu pada tanggal 25 Agustus 2022.

Sebelum melakukan penelitian peneliti terlebih dahulu menyusun

instrument dan lembaran lainnya yang akan digunakan saat

penelitian. Apun instrumen yang di gunakan adalah Silabus, RPP,


33

Lembar Obesrvasi Guru dan Siswa, Rubrik Penilaian. Setelah

menyusun semua instrument peneliti langsung meminta surat izin

untuk turun penelitian kepada pihak kampus dan pihak sekolah.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Pertemuan I (25 Agustus 2022)

Pembelajaran IPA juga merupakan pelajaran inti, maka

proses pembelajaran dilakukan 2 kali dalam 1 minggu dengan 2

jam setiap pertemuan. Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan

pada hari Senin tanggal 25 Agustus 2022 pukul 07.30- 08.40

WIB, di SDN008 Langgini. Sebelum pelaksanaan

pembelajaran dimulai, peneliti mengatur para siswa agar siap

menerima pelajaran.

a) Kegiatan Awal

Kegiatan awal diawali dengan mengucapkan salam,

siswa berdoa dan membaca ayat pendek yang dibimbing

oleh peneliti, menyanyikan lagu wajib nasional, guru selalu

meminta siswa agar selalu menjaga kebersihan kelas dan

kerapian meja, setelah itu menanyakan kabar siswa,

kemudian peneliti mengabsen siswa dan semua siswa hadir,

dan peneliti menanyakan kesiapan siswa, melakukan

apersepsi dan memotivasi siswa agar berpartisipasi aktif

dalam pelajaran. Setelah itu peneliti menyampaikan tujuan


34

pembelajaran yang ingin dicapai. Sedikit cuplikan dialog

peneliti dengan siswa didalam kelas.

Guru : Sebelum kita mulai pembelajaran bapak mau


bertanya, Apakah anak-anak bapak tau alat
pernapasan pada manusia?
Siswa : Tau pak... (Siswa menjawab dengan semangat dan
serentak)
Guru : Siapa yang sudah tau ?
Siswa : Alat pernapasan pada manusia paru-paru pak..
(Jawab beberapa orang siswa dengan serentak)
Guru : Ya benar nak... alat pernapasan pada manusia adalah
paru-paru, tapi bagaimana dengan alat pernapasan
pada hewan, apakah anak bapak sudah tau?
Siswa : (Ada yang menjawab tau ada yang menjawab tidak)
Guru : Kalau begitu ayo kita perhatikan vidio yang bapak
sediakan agar anak-anak bapak tau.

b) Kegiatan Inti

Siswa kemudian memperhatikan vidio yang di

tayangkan guru mengenai sistem dan fungsi pernapasan

pada hewan dan manusia. Setelah menyaksikan vidio

Siswa diminta membaca teks mengenai sistem dan fungsi

pernapasan pada hewan dan manusia. Siswa membuat

catatan kecil mengenai teks yang sudah dibacanya untuk di

diskusikan ke dalam forum. Siswa berinteraksi dengan

teman kelompoknya dan membahas isi catatan kecil yang

sudah dibuat. Kemudian siswa menuliskan hasil dari

diskusi tersebut ke dalam catatannya. Lalu masing-masing

kelompok menunjuk perwakilan kelompoknya untuk

menyampaikan hasil diskusinya ke depan kelas dan

kelompok yang lain memberikan tanggapan.


35

c) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir dilakukan selama (10 menit).

Peneliti bersama siswa menyimpulkan hasil belajar

mengenai sistem dan fungsi pernapasan pada hewan dan

manusia. Siswa yang belum paham diberikan kesempatan

untuk bertanya. Kemudian peneliti menutup pembelajaran

dengan mengucapkan hamdalah bersama-sama dan siswa

berdoa untuk menutup pembelajaran dan mengucapkan

salam. Pertemuan pertama, proses pembelajaran cukup

berjalan sesuai dengan rencana peneliti, namun masih

terlihat ada siswa yang melakukan aktivitas diluar

pembelajaran dan ada juga siswa yang tidak mendengarkan

dan menjawab pertanyaan peneliti dan peneliti masih

kurang menguasai kelas.

2) Pertemuan II (27 Agustus 2022)

a) Kegiatan Awal

Pertemuan 2 siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus

selama 2 jam pembelajaran (2x 35 Menit) dimulai dari jam

07.30- 08.40 WIB. Kegiatan dilakukan seperti biasa diawali

dengan mengucapkan salam, siswa berdoa dan membaca ayat

pendek yang dibimbing oleh peneliti, menyanyikan lagu wajib

nasional, peneliti selalu mengingatkan siswa untuk selalu

menjaga kebersihan kelas dan kerapian meja, menanyakan kabar


36

siswa, kemudian peneliti mengabsen siswa, dan peneliti

menanyakan kesiapan siswa, melakukan apersepsi dan

memotivasi siswa agar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Adapun cuplikan dialog peneliti dengan siswa dapat dilihat

sebagai berikut :

Guru : Pernakah anak-anak bapak melihat proses pernapasan


pada manusia ?
Siswa : (ada yang jawab pernah dan ada yang menjawab belum).
Guru : Sepertinya banyak yang belum pernah ya ?
Siswa : Pernah pak tapi lupa ( jawab beberapa siswa)
Guru : Ha kalau begitu silakan saksikan vidio yang akan bapak
tayang kan ini dengan baik.

b) Kegiatan Inti

Siswa memperhatikan vidio yang di tayangkan guru

mengenai proses pernapasan pada manusia. Setelah

menyaksikan vidio Siswa diminta membaca teks mengenai

proses pernapasan pada manusia. Siswa membuat catatan kecil

mengenai teks yang sudah dibacanya untuk di diskusikan ke

dalam forum. Siswa berinteraksi dengan teman kelompoknya

dan membahas isi catatan kecil yang sudah dibuat. Kemudian

siswa menuliskan hasil dari diskusi tersebut ke dalam

catatannya. Lalu masing-masing kelompok menunjuk

perwakilan kelompoknya untuk menyampaikan hasil diskusinya

ke depan kelas dan kelompok yang lain memberikan tanggapan

c) Kegiatan Akhir
37

Diakhir kegiatan peneliti bersama siswa menyimpulkan

hasil belajar mengenai proses pernapasan pada manusia. Siswa

yang belum paham diberikan kesempatan untuk bertanya.

Kemudian peneliti menutup pembelajaran dengan

mengucapkan hamdalah bersama-sama dan siswa berdoa untuk

menutup pembelajaran dan mengucapkan salam. Pertemuan

pertama, proses pembelajaran cukup berjalan sesuai dengan

rencana peneliti, namun masih terlihat ada siswa yang

melakukan aktivitas diluar pembelajaran dan ada juga siswa

yang tidak mendengarkan dan menjawab pertanyaan peneliti

dan peneliti masih kurang menguasai kelas.

Berdasarkan hasil dari lembar observasi guru dan siswa

dalam pembelajaran, diketahui bahwa pembelajaran berjalan

dengan lancar, siswa antusias mengikuti pembelajaran,

meskipun masih ada siswa yang ribut. Hasil observasi guru,

dapat dikatakan bahwa sudah baik dalam melaksanakan

pembelajaran. Sementara itu, hasil observasi terhadap siswa

juga diketahui sudah cukup baik dalam mengikuti

pembelajaran.

d) Tahap Observasi

Observasi pelaksanaan tindakan siklus 1 dilakukan oleh

guru kolaborasi. Aktivitas yang dilakukan adalah mengamati

aktivitas guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran


38

menggunakan model pembelajaran TTW. Observasi dilakukan

dengan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.

a) Penggunaan model pembelajaran TTW sudah cukup baik untuk

menyampaikan materi.

b) Aktivitas guru dalam memberikan arahan, mendemonstrasikan,

dan memotivasi siswa belum maksimal.

c) Aktivitas belajar siswa cukup baik.

d) Sewaktu diberikan tugas siswa bisa mengerjakannya dengan

sendiri. Namun dalam tugas kelompok masih didominasi oleh

siswa yang pintar, siswa yang lain masih kurang dalam

partisipasi.

Adapun hasil keterampilan berpikir kritis siswa siklus 1

pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1
Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Siklus 1 Pertemuan 1

No Kategori Rentang Nilai Jumlah


Siswa
1 Sangat Kritis 90-100 1
2 Kritis 80-89 7
3 Cukup Kritis 70-79 6
4 Kurang Kritis < 69 9
RATA-RATA 70,08
39

JUMLAH SISWA 23
KATEGORI Cukup Kritis
JUMLAH YANG TUNTAS 11 47,82%
JUMLAH YANG TIDAK 12 52,18%
TUNTAS
Sumber : Hasil tes 2022

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat rata-rata keseluruhan

berpikir kritis siswa hanya 70,08. Dari 23 orang siswa hanya 11

orang siswa yang tuntas dengan nilai diatas KKM. Sementara 12

siswa lagi tidak tuntas karena nilai yang diperoleh dibawah KKM

atau tidak mencapai KKM. Siswa yang tidak tuntas ini sebagian

besar disebabkan karena siswa tidak membaca soal dengan baik

dan tidak fokus dalam belajar.

Adapun hasil keterampilan berpikir kritis siswa pada siklus

1 pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2
Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Siklus 1 Pertemuan 2

No Kategori Rentang Nilai Jumlah


Siswa
1 Sangat Kritis 90-100 1
2 Kritis 80-89 11
3 Cukup Kritis 70-79 4
4 Kurang Kritis < 69 7
RATA-RATA 74,04
JUMLAH SISWA 23
KATEGORI Cukup Kritis
JUMLAH YANG TUNTAS 14 60,86 %
40

JUMLAH YANG TIDAK 9 39,13 %


TUNTAS
Sumber : Hasil tes 2022

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat rata-rata berpikir kritis siswa

hanya 74,04. Dari 23 orang siswa hanya 14 orang siswa yang tuntas

dengan nilai diatas KKM. Sementara 9 siswa lagi tidak tuntas karena nilai

yang diperoleh dibawah KKM atau tidak mencapai KKM.

e) Refleksi siklus 1

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada siklus 1

keterampilanberpikir kritis siswa telah menunjukan peningkatan.

Kemudian peneliti dan guru melakukan evaluasi mengenai proses

pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dengan

menggunakan model pembelajaran TTW.

Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru, ada

beberapa kendala atau masalah yang masih perlu diperbaiki. Masalah

tersebut antara lain adalah guru masih sulit mengkondisikan siswa.

Dilihat dari langkah-langkah TTW guru sudah melakukan sesuai dengan

RPP yang sudah dirancang. Namun dalam kegiatan berdiskusi hanya

beberapa siswa yang melakukan diskusi dengan baik, sementara siswa

lain masih sibuk dengan urusannya dan tidak terlalu berpartisipasi.

Adapun masalah lain yang terdapat dari siswa dalam hal berpikir kritis

adalah siswa masih sulit dalam menganalisis dan mensintesis soal atau
41

masalah yang di berikan, masih banyak siswa yang kurang fokus, masih

rebut saat belajar.

Berdasarkan hasil pengamatan serta hasil refleksi yang

dilakukan maka perlu dilakukan beberapa tindakan untuk

mengatasinya. Maka secara umum hasil tindakan pada siklus 1

menunjukkan keterampilan berpikir kritis siswa sudah meningkat.

Namun, persentase keterampilan berpikir kritis siswa belum mencapai

indicator yang diinginkan. Dengan demikian, disusunlah perbaikan

yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya yaitu siklus II. Adapun

perbaikan yang akan dilakukan atau diterapkan pada siklus II adalah

dengan memastikan semua siswa berpartisipasi dalam diskusi dengan

cara lebih memfasilitasi atau memperhatikan siswa saat berdiskusi.

Sementara untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa

dalam menganalisis dan mensintesis peneliti akan memberikan dan

menjelaskan materi dalam bentuk video maupun yang lainnya dengan

lebih menarik dari siklus 1. Peneliti meminta siswa agar lebih berhati-

hati dalam membaca soal yang diberikan.

2. SIKLUS 2

Siklus 2 dalam penelitian ini terdiri dari 2 kali pertemuan.

Yang mana masing-masing pertemuan berlangsung selama kurang

lebih selama 70 menit (2x 35 menit) atau 2 jam pelajaran. Pertemuan 1

siklus 2 dilaksanakan pada tangal 01 september 2022 sedangkan

pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 03 September 2022. Prosedur


42

penelitian pada siklus 2 ini sama dengan prosedur penelitian pada

siklus 1, yaitu tahap perencanaan , tahap tindakan dan observasi, serta

tahap refleksi.

a. Tahap perencanaan

Tahap pelaksanaan tindakan siklus II ini hampir sama

dengan tahap perencanaan tindakan pada siklus 1 yaitu peneliti

membuat RPP terlebih dahulu, sebelum memulai proses

pembelajaran, dan RPP tersebut terlebih dahulu di konsultasikan

kepada guru. RPP yang dibuat tetap menggunakan model

pembelajaran TTW. Peneliti juga mempersiapkan lembar tes yang

digunakan siswa untuk mengukur keterampilansiswa serta alat

pengumpulan data berupa lembar observasi guru dan lembar

observasi siswa untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas.

Sama halnya dengan siklus 1 Sebelum melakukan

penelitian peneliti terlebih dahulu menyusun instrument dan

lembaran lainnya yang akan digunakan saat penelitian. Apun

instrumen yang di gunakan adalah Silabus, RPP, Lembar Obesrvasi

Guru dan Siswa, Rubrik Penilaian. Setelah menyusun semua

instrument peneliti langsung meminta surat izin untuk turun

penelitian kepada pihak kampus dan pihak sekolah.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Pertemuan 1 (01 September 2022)

a) Kegiatan awal
43

Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada

tanggal 01 September 2022 selama 2 jam pelajaran (2x35

menit) tepatnya jam pertama dimulai pada pukul 07.30-

08.40 WIB, kegiatan seperti biasanya diawali dengan

mengucapkan salam, siswa berdoa dan membaca ayat

pendek yang dibimbing oleh peneliti, menyanyikan lagu

wajib nasional, siswa di ingatkan untuk selalu menjaga

kebersihan kelas dan kerapian meja, menanyakan kabar

siswa, kemudian peneliti mengabsen siswa, dan peneliti

menanyakan kesiapan siswa, melakukan apersepsi dan

memotivasi siswa agar berpartisipasi aktif dalam pelajaran.

Berikut adalah cuplikan dialog peneliti dengan siswa :

Guru : Apakah anak-anak bapak tau penyebab gangguan


organ pernapasan pada manusia ?
Siswa : Tau pak.. ( jawab sebagian siswa secara serentak)
Guru : Kalau anak bapak tau coba sebutkan ?
Siswa : Merokok kan pak ? (jawab beberapa siswa)
Guru : iya betul, merokok juga merupakan salah satu
penyebabnya nak. Agar anak bapak tau lebih
banyak lagi simak baik-baik vidio yang bapak
tayangkan ini.

b) Kegiatan Inti

Siswa memperhatikan vidio yang di tayangkan guru

mengenai penyebab gangguan organ pernapasan manusia.


44

Setelah menyaksikan vidio Siswa diminta membaca teks

mengenai penyebab gangguan organ pernapasan manusia.

Siswa membuat catatan kecil mengenai teks yang sudah

dibacanya untuk di diskusikan ke dalam forum. Siswa

berinteraksi dengan teman kelompoknya dan membahas isi

catatan kecil yang sudah dibuat. Kemudian siswa

menuliskan hasil dari diskusi tersebut ke dalam catatannya.

Lalu masing-masing kelompok menunjuk perwakilan

kelompoknya untuk menyampaikan hasil diskusinya ke

depan kelas dan kelompok yang lain memberikan

tanggapan

c) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir ini peneliti bersama siswa

menyimpulkan hasil belajar mengenai penyebab gangguan

organ pernapasan pada manusia. Siswa yang belum paham

diberikan kesempatan untuk bertanya. Kemudian peneliti

menutup pembelajaran dengan mengucapkan hamdalah

bersama-sama dan siswa berdoa untuk menutup

pembelajaran dan mengucapkan salam. Pertemuan pertama,

proses pembelajaran cukup berjalan sesuai dengan rencana

peneliti, namun masih terlihat ada siswa yang melakukan

aktivitas diluar pembelajaran dan ada juga siswa yang tidak


45

mendengarkan dan menjawab pertanyaan peneliti dan

peneliti masih kurang menguasai kelas.

Berdasarkan hasil dari lembar observasi guru dan

siswa dalam pembelajaran, diketahui bahwa pembelajaran

berjalan dengan lancar, siswa antusias mengikuti

pembelajaran, meskipun masih ada siswa yang ribut. Hasil

observasi guru, dapat dikatakan bahwa sudah baik dalam

melaksanakan pembelajaran. Sementara itu, hasil observasi

terhadap siswa juga diketahui sudah cukup baik dalam

mengikuti pembelajaran.

2) Pertemuan II (03 September 2022)

a) Kegiatan awal

Pertemuan ke II siklus 2 dilaksanakan pada 03

September 2022 selama 2 jam pelajaran (2x 35 menit)

dimulai dari pukul 07.30- 08.40 WIB. Sebelum memulai

proses pembelajaran kegiatan seperti biasanya diawali

dengan mengucapkan salam, siswa berdoa dan membaca

ayat pendek yang dibimbing oleh peneliti, menyanyikan

lagu wajib nasional, peneliti menginatkan siswa untuk

selalu menjaga kebersihan dan kerapian meja, menanyakan

kabar siswa, kemudia peneliti mengabsen siswa, dan


46

peneliti menanyakan kesiapan siswa, melakukan apersepsi

dan memotivasi siswa agar berpartisipasi aktif dalam

pelajaran. Berikut adalah cuplikan dialog peneliti dengan

siswa :

Guru : Apakah anak-anak bapak tau bagaimana cara


memelihara kesehatan organ pernapasan manusia ?
Siswa : Tau pak… ( jawab siswa secara serentak)
Guru : Kalau tau apakah anak-anak bapak sudah menjaga
organ pernapasan dengan baik ?
Siswa : Sudah pak.. ( jawab sebagian siswa)
Guru : Benarkah ? kalau begitu bagaimana caranya nak ?
Siswa : Dengan tidak merokok, menjauhi berbagai bentuk
asap, makan makanan bergizi (masih banyak lagi
jawaban lainnya dari sebagian siswa yang
menjawab secara serentak)

b) Kegiatan inti

Siswa memperhatikan vidio yang di tayangkan guru

mengenai cara menjaga kesehatan organ pernapasan

manusia. Setelah menyaksikan vidio Siswa diminta

membaca teks mengenai cara menjaga kesehatan organ

pernapasan manusia. Siswa membuat catatan kecil

mengenai teks yang sudah dibacanya untuk di diskusikan

ke dalam forum. Siswa berinteraksi dengan teman

kelompoknya dan membahas isi catatan kecil yang sudah

dibuat. Kemudian siswa menuliskan hasil dari diskusi

tersebut ke dalam catatannya. Lalu masing-masing

kelompok menunjuk perwakilan kelompoknya untuk


47

menyampaikan hasil diskusinya ke depan kelas dan

kelompok yang lain memberikan tanggapan

d) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir ini peneliti bersama siswa

menyimpulkan hasil belajar mengenai cara menjaga

kesehatan organ pernapasan manusia. Siswa yang belum

paham diberikan kesempatan untuk bertanya. Kemudian

peneliti menutup pembelajaran dengan mengucapkan

hamdalah bersama-sama dan siswa berdoa untuk menutup

pembelajaran dan mengucapkan salam. Pertemuan kedua,

proses pembelajaran cukup berjalan sesuai dengan rencana

peneliti, dan siswa sudah baik dalam menjawab atau

menyelesaikan soal yang diberikan.

c) Tahap observasi

Hasil lembar observasi guru, dapat diketahui bahwa guru

sudah baik dalam melaksanakan pembelajaran. Begitu juga dengan

hasil observasi terhadap hasil siswa dapat diketahui bahwa siswa

sudah baik dalam proses pembelajaran dan hasilnya meningkat

pada setiap pertemuan dan siklus.

Hasil pembelajaran pada pertemuan kedua siklus II

menunjukan keterampilan berpikir kritis siswa mengalami

peningkatan. Selain itu, proses pembelajaran pun mengalami

peningkatan yaitu siswa sudah bisa focus dalam menjawab soal


48

yang diberikan dengan baik. Dari hasil observasi dan evaluasi

siklus II peneliti bersama guru kolaborator didapatkan data

keterampilanberpikir kritis siswa siswa kelas V SDN 008

Langgini.

Adapun hasil keterampilan berpikir kritis siswa pada siklus

II pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3
Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Siklus II Pertemuan 1

No Kategori Rentang Nilai Jumlah


Siswa
1 Sangat Kritis 90-100 3
2 Kritis 80-89 9
3 Cukup Kritis 70-79 6
4 Kurang Kritis < 69 5
RATA-RATA 78,43
JUMLAH SISWA 23
KATEGORI Cukup Kritis
JUMLAH YANG TUNTAS 16 69.56%
JUMLAH YANG TIDAK 7 30,44%
TUNTAS
Sumber : Hasil tes 2022

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat rata-rata berpikir

kritis siswa mencapai 78,43 dan masih dalam kategori cukup kritis.

Dari 23 orang siswa ada 16 orang siswa yang tuntas dengan nilai

diatas KKM. Sementara 7 siswa lagi tidak tuntas karena nilai yang

diperoleh dibawah KKM atau tidak mencapai KKM.

Sementara hasil keterampilan berpikir kritis siswa siklus II

pertemuan II dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut :


49

Tabel 4.4
Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Siklus II Pertemuan 2

No Kategori Rentang Nilai Jumlah


Siswa
1 Sangat Kritis 90-100 9
2 Kritis 80-89 9
3 Cukup Kritis 70-79 5
4 Kurang Kritis < 69 0
RATA-RATA 84,47
JUMLAH SISWA 23
KATEGORI Cukup Kritis
JUMLAH YANG TUNTAS 20 86,95%
JUMLAH YANG TIDAK 3 13,05%
TUNTAS
Sumber : Hasil tes 2022

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat rata-rata berpikir kritis

siswa sudah dengan kategori kritis yaitu 84,47. Dari 23 orang siswa

ada 20 orang siswa yang tuntas dengan nilai diatas KKM. Sementara 3

siswa lagi tidak tuntas karena nilai yang diperoleh dibawah KKM atau

tidak mencapai KKM.

c. Refleksi Siswa Siklus II

Setelah dilakukan siklus II aktivitas guru berjalan dengan baik.

Aktivitas guru pada siklus I dan siklus II sangat mempengaruhi

keterampilan berpikir kritis siswa. Sebagaimana diketahui rata-rata

siswa pada siklus 1 pertemuan I sebesar 70,08 dan meningkat pada

pertemuan II sebesar 74,04. Kemudian pada siklus II pertemuan I

mengalami peningkatan 78, 43. Lalu meningkat lagi pada pertemuan II

menjadi 84, 47. Adapun rata-rata klasikal keterampilan berpikir kritis


50

siswa pada siklus I pertemuan 1 adalah 47,82% dan meningkat pada

pertemuan II sebesar 60,86%. Kemudian pada siklus II pertemuan I

mengalami peningkatan 69,56% dan meningkat pada pertemuan II

86,95% .

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II ini peneliti dan guru

tidak perlu melakukan siklus selanjutnya. Karena guru sudah

menguasai kelas dengan baik. Siswa sudah melakukan diskusi dengan

baik dan semua siswa sudah berpartisipasi dalam diskusi. Siswa juga

sudah bisa menganalisis dan mensintesis soal maupun masalah yang di

berikan kepadanya. Peneliti memutuskan untuk tidak melakukan

penelitian selanjutnya karena sudah jelas langkah-langkah yang sudah

di susun di dalam RPP sudah dilakukan dengan baik dan keterampilan

berpikir kritis siswa sudah mencapai indikator yang diinginkan.

C. Perbandingan

1. Perbandingan Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Antar

Siklus

Perbandingan keterampilan berpikir kritis siswa pada Tematik

muatan IPA dengan tema 2 udarah bersih bagi kesehatan siklus I dan

siklus II dengan menggunakan model pembelajaran TTW dapat dilihat

pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5
Rekapitulasi Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Kelas V SDN 008 Langgini
Menggunakan Model pembelajaran TTW Siklus 1 dan Siklus II
51

SIKLUS 1 SIKLUS 2
Katego Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II
Skor
ri Tidak Tidak Tidak Tidak
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
90-100 Sangat
1 - 1 - 3 - 9 -
Kritis
89-90 Kritis 7 - 11 - 9 - 9 -
79-70 Cukup
3 3 2 - 4 - 3 3
Kritis
<69 Kurang
- 9 - 9 - 7 - -
Kritis
Jumlah 11 12 14 9 16 7 20 3
Persentase 42,82 52,18 60,86 39,14 69,56 30,44 86,95 13,05
Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
Kategori Kritis
Kritis Kritis Kritis Kritis Kritis Kritis Kritis
Sumber : Data Hasil Olahan 2022

Dilihat dari tabel 4.5 terdapat peningkatan pada keterampilan

berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran TTW

kelas V SDN 008 Langgini. Diketahui bahwa ketuntasan siswa pada

siklus 1 pertemuan I sebesar 47,82% dengan kategori kurang kritis dan

meningkat pada pertemuan II sebesar 60,86% dengan kategori masih

kurang kritis kemudian pada siklus II pertemuan I mengalami

peningkatan 69,56% dengan kategori juga kurang kritis, dan

meningkat pada pertemuan II 86,95% dengan kategori kritis. Adapun

nilai rata-rata siswa pada siklus 1 pertemuan I sebesar 70,08 dengan

kategori cukup kritis dan meningkat pada pertemuan II sebesar 74,04

dengan kategori cukup kritis. Kemudian pada siklus II pertemuan I

mengalami peningkatan 78,43 dengan kategori masih cukup kritis.

Lalu meningkat lagi pada pertemuan II menjadi 84,47 dengan kategori

kritis.
52

Untuk mengetahui perkembangan hasil keterampilan berpikir

kritis yang dipeoleh siswa dari siklus 1 dan 2 pada siswa kelas V SDN

008 Langgini secara jelas dapat dilihat tabel 4.6

Tabel 4.6
Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis Siklus 1 dan Siklus II
Pada Tema 2 Subtema 2 muatan IPA
Siswa kelas V SDN 008 Langgini

Siklus 1 Siklus 2
No Keterangan Pertemua Pertemua Pertemuan
Pertemuan II
nI n II I
Nilai Rata-
1 70,08 74,04 78,43 84,47
rata
Presentase
2 47,82% 60,86% 69,56% 86,95%
kalsikal
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas

dan nilai hasil keterampilan berpikir kritis siswa dari setiap siklus dan

setiap pertemuan mengalami peningkatan dari kategori cukup kritis

menjadi kategori kritis.

Untuk mengetahui secara jelas peningkatan setiap tindakan

dapat dilihat pada grafik 4.1.


53

100
90
80
70
60
ketuntasan klasikal
50 rata-rata
Column1
40
30
20
10
0
siklus 1 siklus 2 siklus 3 siklus 4
Gambar 4.1
Grafik KeterampilanBerpikir Kritis Siswa
Siklus I Dan Siklus II
Setelah melihat rekapitulasi, perbandingan keterampilan berpikir

kritis siswa dan gambar 4.1 dapat dilihat adanya peningkatan keterampilan

berpikir kritis siswa dari dari tiap siklus dan pertemuan.

D. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus dan setiap siklus terdiri

dari 2 kali pertemuan. Sebelum peneliti pergi meneliti peneliti terlebih

dahulu menyusun perencanaan sebelum melakukan penelitian. Adapun

perencanaan yang peneliti lakukan adalah menyusun perangkat pelajaran.

Menentukan tempat dan waktu penelitian. Adapun tempat penelitian

adalah di SDN 008 Langgini, dan dilaksanakan dibulan akhir bulan

Agustus dan di awal bulan September. Setelah menyusun perangkat

pembelajaran, menentukan tempat dan waktu peneliti meminta izin kepada

pihak kampus dan pihak sekolah.


54

Penelitian siklus 1 peneliti lakukan pada tanggal 25 dan 27

Agustus, sedangkan penelitian siklus 2 peneliti lakukan pada tanggal 01

dan 03 September Peneliti menggunakan model pembelajaran TTW untuk

meningkatkan hasil belajar muatan IPA. Dalam pelaksanaan penelitian

peneliti melakukan kegiatan berdasarkan RPP yang sudah peneliti

rancang. Saat proses penelitian peneliti berkolaborasi dengan guru dan

teman sejawat. Guru dan teman sejawat melakukan penilaian terhadap

proses penelitian berdasarkan lembar observasi yang telah peneliti susun

berdasarkan RPP.

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah diuraikan pada

tabel 4.1 sampai 4.4 menjelaskan bahwa dengan menggunakan model

pembelajaran TTW secara benar maka keterampilan berpikir kritis siswa

menjadi meningkat. Diperoleh hasil diatas dikarenakan dalam

pembelajaran menggunakan model pembelajaran TTW, siswa mengasah

keterampilanberpikir kritisnya, siswa mengerjakan soal IPA dengan baik

dan benar. Hal ini akan banyak membantu siswa dalam meningkatkan

keterampilanberpikir kritis siswa, karena dalam model TTW ini siswa

diminta berdiskusi dan membahas materi secara berkelompok sebelum

menjawab soal yang sudah peneliti sediakan. sehingga ketika dalam

menjawab soal mereka bisa menyelesaikan soal dengan baik dan tujuan

pembelajaran tercapai sebagaimana yang diharapkan.

Tidak hanya ketuntasan klasikal nilai belajar tetapi juga ketuntasan

keterampilan ketuntasan klasikal berpikir kritis siswa mengalami


55

peningkatan. Hal ini dapat di lihat pada lampiran 22 sampai lampiran 25.

Yang mana siswa mengalami peningkatan dari kategori kurang kritis

menjadi kategori cukup kritis. Meskipun belum mencapai kategori kritis

tetapi sudah mencapai ketuntasan yang telah di tentukan yakninya 75 nilai

ketuntasan dan 78 nilai yang di peroleh.

Berdasarkan data-data tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 masih belum berhasil dan peneliti

menggunakan cara memotivasi siswa dan memberikan Reward untuk

meningkatkan semangat siswa dalam mendengarkan dan mengikuti

pembelajaran dengan lebih baik lagi. Untuk itu peneliti dan observer

melaksanakan tindakan pada siklus berikutnya dengan melakukan refleksi,

kekurangan-kekurangan yang muncul pada siklus 1 akan diperbaiki pada

siklus berikutnya yaitu siklus II. Pada siklus II, nilai IPA siswa dalam

proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TTW

berjalan dengan sangat baik. Hal itu dapat dibuktikan pada siklus II nilai

IPA siswa mengalami peningkatan yaitu mencapai 80% yang termasuk

dalam kategori kritis karena sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal.

Penelitian ini masih ada 3 siswa yang belum tuntas, hal ini

disebabkan karena siswa tersebut belum lancer membaca sehingga

membuatnya susah dalam mengisi soal yang ada. Peneliti menyimpulkan

bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sudah dikatakan berhasil.

Oleh karena itu, peneliti menyudahi pelaksanaan tindakan hanya sampai

siklus II. Secara keseluruhan menggunakan model pembelajaran TTW


56

untuk meningkatkan keterampilanberpikir kritis siswa kelas V SDN 008

Langgini telah mencapai titik keberhasilan. Keberhasilan siswa kelas V

SDN 008 Langgini ini ditandai dengan adanya peningkatan dan perubahan

pada setiap siklus.

Anda mungkin juga menyukai