ASKEP AF KEL 5 BARU - Dot
ASKEP AF KEL 5 BARU - Dot
ASKEP AF KEL 5 BARU - Dot
A DENGAN
Disusun Oleh :
2024
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Atrial Fibrilasi atau Fibrilasi atrium didefinisikan sebagai irama jantung yang
abnormal. Aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan mengakibatkan atrium
bekerja terus menerus menghantarkan impuls ke nodus AV sehingga respon ventrikel
menjadi ireguler. Atrial fibrilasi dapat bersifat akut maupun kronik dan umumnya terjadi
pada usia di atas 50 tahun (Berry and Padgett, 2021).
Atrial fibrilasi (AF) adalah suatu gangguan pada jantung yang paling umum
(ritme jantung abnormal) yang ditandai dengan irama denyut jantung regular dan
peningkatan frekuensi denyut jantung, yaitu sebesar 350-650 x/menit. Pada dasarnya
atrial fibrilasi (AF) merupakan suatu takikardi supraventrikuler dengan aktivasi atrial
yang tidak terkoordinasi sehingga terjadi gangguan fungi mekanik atrium. Keadaan ini
menyebabkan tidak efektifnya proses mekanik atau pompa darah jantung.
B. ETIOLOGI
Menurut (Berry and Padgett, 2012) penyebab fibrilasi atrium adalah:
1. Penyebab penyakit kardiovaskuler
a. Penyakit jantung iskemik
b. Hipertensi kronis
c. Kelainan katup mitral (stenosis mitral)
d. Perikarditis
e. Kardiomiopati, gagal jantung, Sindrome WPW, dan LVH
f. Tumor intracardiac
2. Penyebab non kardiovaskuler
a. Kelainan metabolic
- Tiroksikosis
- Alkoholakut/kronis
b. Penyakit pada paru
- Emboli paru
- Pneumonia
- PPOM
c. Kor pulmonal
d. Gangguan elektrolit : Hipokalemia, Magnesium, dan Calsium
e. Simpatomimetik obat-obatan dan listrik
f. Kelainan endokrin : Hipertiroid, Feokromositoma
C. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan laju respon ventrikel, atrial fibrilasi dibagi menjadi
a. Atrial fibrilasi respon cepat rapid response dimana laju ventrikel lebih dari 100
kali permenit.
b. Atrial fibrilasi respon lambat (slow response) dimana laju ventrikel lebih kurang
dari 60 kali permenit.
c. Atrial fibrilasi respon normal (normo response) dimana laju ventrikel antara 60-
100 kali permenit. (Irianto, 2018)
2. Berdasarkan keadaan Hemodinamik saat AF muncul, maka dapat diklasifikasikan
menjadi :
a. Atrial fibrilasi dengan hemodinamik tidak stabil (gagal jantung angina atau infark
miokard akut).
b. Atrial fibrilasi dengan hemodinamik stabil (Rampengan, 2015).
3. Klasifikasi menurut Rampengan (2015) atrial fibriasi (AF) dapat dibedakan menjadi
lima jenis menurut waktu presentasi dan durasinya, yaitu:
a. Atrial fibrilasi yang pertama kali terdiagnosis. Jenis ini berlaku untuk pasien yang
pertama kali datang dengan manifestasi klinis FA, tanpa memandang durasi atau
berat ringannya gejala yang muncul.
b. Atrial fibrilasi paroksimal adalah atrial fibilasi berlangsung kurang dari 7 hari.
Lebih kurang 50% atrial fibrilasi paroksimal akan kembali ke imma 15 simus
secara spontan dalam waktu 24 jam. Atrium fibrilasi yang episode pertamanya
kurang dari 48 jam juga disebut atrium fibrilasi Paroksimal.
c. Atrial fibrilasi persisten adalah FA dengan episode menetap hingga lebih dari 7
hari atau FA yang memerlukan kardioversi dengan obat atau listrik.
d. Atrial fibrilasi persisten lama (long standing persistent) adalah FA yang bertahan
hingga ≥1 tahun, dan strategi kendali irama masih akan diterapkan.
e. Atrial fibrilasi permanen merupakan Atrial fibrilasi yang ditetapkan sebagai
permanen oleh dokter (dan pasien) sehingga strategi kendali irama sudah tidak
digunakan lagi. Apabila strategi kendali irama masih digunakan maka FA masuk
ke kategori FA persisten lama
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Palpitasi (perasaan yang kuat dari detak jantung yang cepat atau "berdebar" dalam
dada).
2. Perasaan tidak nyaman di dada (nyeri dada).
3. Sesak napas/dispnea.
4. Pusing, atau sinkop (pingsan mendadak) yang dapat terjadi akibat peningkatan laju
ventrikel atau tidak adanya pengisian sistolik ventrikel.
5. Kelelahan, kelemahan/kesulitan berolahraga/beraktifitas.
Namun, beberapa kasus atrial fibrilasi bersifat asimptomatik. Trombus dapat
terbentuk dalam rongga atium kiri atau bagian lainnya karena tidak adanya kontraksi
atrium yang mengakibatkan stasis darah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya emboli
pada sirkulasi sistemik terutama otak dan ekstremitas sehingga atrial fibrilasi menjadi
salah satu penyebab teradinya serangan stroke. Tanda dan Gejala pada sebagian kasus
penyebabnya tidak ditemukan idiopatik atau AF saja. Insidensi AF meningkat dengan
bertambahnya usia. Denyut nadi biasanya cepat (90 sampai > 150 kali permenit) dengan
irregular. Pasien bisa asimtomatik, mengalami palpitasi cepat, atau sesak napas, atau
gagal jantung (PERKI, 2021).
E. PATOFISIOLOGI
Atrium Fibrilasi (AF) Adanya regangan akut dinding atrium dan fokus ektopik di
lapisan dinding atrium diantara vena pulmonalis atau vena cavajunctions merupakan
pencetus atrial fibrilasi. Daerah ini dalam keadaan normal memiliki aktifitas listrik yang
sinkron, namun pada regangan akut dan aktifitas impuls yang cepat, dapat menyebabkan
timbulnya after-depolarisation lambat dan aktifitas triggered. Triggered yang dijalarkan
kedalam. Miokard atrium akan menyebabkan inisiasi lingkaran-lingkaran gelombang
reentry yang pendek (wavelets of reentry) dan multiple (Hall & Guyton, 2016).
Lingkaran reentry yang terjadi pada AF tedapat pada banyak tempat (multiple) dan
benukuran mikro, sehingga menghasillkan gelombang P yang banyak dalam berbagai
ukuran dengan amplitudo yang rendah (microreentrant tachycardias). Berbeda halya
dengan flutter atrium yamg merupakan suatu lingkaran reentry yang makro dan tunggal
di dalam atrium (macroreentrant tachycardias). (PERKI, 2016).
Atrial fibrilasi dimulai dengan adanya aktifitas listrik cepat yang berasal dari
lapisan muskular dari vena pulmonalis. Arnitmia ini akan berlangsung terus dengan
adanya lingkaran sirkuit reentry yang multipel. Penurunan masa refrakter dan
terhambatnya konduksi akan memfasilitasi terjadinya reentry (Setiati et al., 2016).
Setelah AF timbul secara kontinu, maka akan terjadi remodeling listrik (electrical
remodeling) yang selanjutnya akan membuat AF permanen. Perubahan ini pada awalnya
reversibel, namun akan menjadi permanen seiring terjadinya perubahan struktur, bila AF
berlangsung lama (Setiati et al., 2016). Atrium tidak adekuat memompa darah selama AF
berlangsung. Walaupun demikian, darah akan mengalir secara pasif melalui atrium ke
dalam ventrikel, dan efisiensi pompa ventrikel akan menurun hanya sebanyak 20 30 %.
Oleh karena itu, dibanding dengan sifat yang mematikan dari fibrilasi ventrikel, orang
dapat hidup selama beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan fibrilasi atrium,
walaupun timbul penurunan cfisiensi dari seluruh daya pompa jantung (Setiati et al.,
2016).
Atrial fibrilasi (AF) biasanya menyebabkan ventrikel berkontraksi lebih cepat dari
biasanya. Ketika ini terjadi, ventrikel tidak memiliki cukup waktu untuk mengisi
sepenuhnya dengan darah untuk memompa ke paru-paru dan tubuh. Teradi penurunan
atrial low-velocities yang menyebabkan statis pada atrium kiri dan memudahkan
terbentuknya trombus. Thrombus ini meningkatkan resiko terjadinya stroke emboli dan
gangguan hemostasis, Kelainan tersebut mungkin akibat dari statis atrial tetapi mungkin
juga sebagai faktor terjadinya tromboemboli pada AF (Setiati et al., 2016).) Kelainan-
kelainan tersebut adalah peningkatan faktor von willebrand (faktor VI), fibrinogen, D-
dimer, dan fragmen protrombin 1,2. AF akan meningkatkan 22 agregasi trombosit,
koagulasi dan hal ini dipengaruhi oleh lamanya atrial fibrilasi. (PERKI, 2016).
F. KOMPLIKASI
Komplikasi Atrium Fibrilasi (AF) Menurut Askoro (2019) komplikasi penyakit
arteri koroner sangat bergantung pada ukuran dan lokasi iskemia serta infark yang
mengenai miokardium. Komplikasi tersebut meliputi hal-hal berikut:
2. Syok kardiogenik
6. Ruptur jantung
7. Aneurisma ventrikel
8. Tromboembolisme
9. Perikarditis
10. Aritmia
PATHWAYS
Kelainan katup
mitral
Suplai oksigen
ke otak Resistensi atrium
dextra palpitas
sinkop Volume atrium
meningkat Sesak
Takikardi supraventrikel
Renal flow
dextra
menurun
Pengisian darah ke paru-paru Suplai darah ke jaringan menurun
RAA meningkat
Asidosis metabolik
ADH meningkat Trombus atrium sinistra
A. Pengkajian
Perawat mengumpulkan data dasar tentang informasi status terkini dari klien melalui
pengkajin system kardiovaskular sebagai prioritas pengkajian. Pengkajian harus dilakukan
dengan sistematis, mencakup riwayat sebelumnya dan saat ini khususnya yang berhubungan
dengan gambaran gejala seperti adanya nyeri di dada, kesulitan bernapas (dispena, palpitasi,
pingsan atau sinkop), atau keringat dingin (diaphoresis) (Muttaqin, 2009).
a. Identitas Klien
Berisi tentang nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, agama, tanggal MRS, dignosa
medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien Af biasanya nyeri di area dada, perasaan sulit bernapas, dan
kelemahan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan
serangkaian pertanyaan mengenai nyeri yang ada pada kajian klien secara PQRST yang
meliputi:
a) Provoking incident : nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan
istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin
b) Quality of pain : seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Sifat
nyeri dapat seperti tertekan, diperas, atau diremas.
c) Region : lokasi nyeri didaerah substernal atau nyeri diatas pericardium.
Penyebaran nyeri dapat meluas hingga area dada. Dapat terjadi nyeri dan
ketidakmampuan menggerakan bahu dan tangan.
d) Scale of pain : klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 atau 0-10 (Visual
Analogue Scale (VAS)) dan klien akan menilai seberapa berat nyeri yang
dirasakan. Biasanya pada saat angina terjadi, skala nyeri berkisar antara 3-4 (skala
0-4) atau 7-9 (skala 0-10).
e) Time : sifat mula timbulnya (onset). Biasanya gejala nyeri timbul mendadak.
Lama timbulnya (durasi) nyeri dada umumnya dikeluhkan lebih dari 15 menit.
Nyeri oleh infark miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya
dirasakan lebih berat dan berlangsung lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai
infark miokardium meliputi dispnea, berkeringat, ansietas, dan pingsan (Setiati et
al., 2016).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu akan sangat mendukung kelengkapan data kondisi
saat ini. Data ini diperolehh dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita
nyeri dada, hipertensi, diabetes melitus, atau hyperlipidemia. Cara mengkaji sebaiknya
konsekuensi dan terinci. Tanyakan mengenai obat- obatan yang biasa diminum oleh kilen
pada masa yang lalu yang masih relevan. Catat bila terjadi adanya efek samping yang
terjadi pada masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul. Sering kali klien
menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat (Setiati et al., 2016)
e. Riwayat penyakit keluarga
Perawat senantiasa harus menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan penyebab kematian. Penyakit jantung
iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko utama
terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
f. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum klien:
Pada pemeriksaan keadaan umum, mengobservasi keadaan fisik tiap bagian tubuh
kesadaran klien AF baik atau composmentis dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan yang melibatkan perfusi system sarat pusat.
b) B1 (Breathing) /pengkajian sistem pernapasan
- Inspeksi: bentuk dada, kesimetrisan gerakan pernapasan
- Palpasi: gerakan dinding toraks saat inspirasi dan ekspirasi, taktil fremitus
- Perkusi: resonan, hiperresonan
- Auskultasi, suara napas normal: hakeobronkhial bronkovesikuler, vesikuler.
c) B2 (Blood)
Pemeriksaan jantung
- Inspeksi: menentukan bentuk prekordium dan denyut pada apeks jantung.
Denyut nadi pada dada dianggap sebagai denyut vena.
- Palpasi: mendeteksi kelainan yang tampak saat inspeksi.
- Perkusi : Perkusi dilakukan untuk menentukan adanya kardiomegali, efusi
perikardium, dan aneurisma aorta.
- Auskutasi : Auskultasi bunyi jantung yang nomal menunjukkan adanya dua
bunyi yang disebut bunyi jantung pertama (S1) dan bunyi jantung kedua (S2)
Bunyi abnomal jantung: gallop, snap dan kdik, mumur.
d) B3 (Brain)
1) Pemeriksaan kepala dan leher: difokuskan untuk mengkaji bibir dan cuping
telingan untuk mengetahui adanva sianosis.perifer atau kebiruan
2) Pemeriksaan raut muka
a) Bentuk muka: bulat, lonjong, dan sebagainya
b) Ekspresi wajah tampak sesak, gelisah, kesakitan
c) Tes saraf dengan menyeringai, mengerutkan dahi untuk memeriksa fungsi
saraf VIl
3) Pemeriksaan bibir biru (sianosis), pucat (anemia)
4) Pemeriksaan mata
- Konjungtiva: pucat (anemia), ptekie (perdarahan di bawah kulit atau
selaput lendir) pada andokarditis bacterial
- Sklera: kuning (ikterus) pada gagal jantung kanan, penyakit hati
- Komea: arkus senilis (garis melingkar putih atau abu-abu di tepi komea)
berhubungan dengan peningkatan kolesterol atau penyakit jantung coroner
- Funduskopi yaitu pemeriksaan fundus mata menggunakan opthalmoskop
untuk menilai kondisi pembuluh darah retina khususnya pada klien
hipertensi.
5) Pemeriksaan neurosensory
Pengkajian neurosensori ditujukan terhadap adnya keluhan pusing, berdenyut
selama tidur, bangun, duduk, atau istirahat. Pengkajian objektif klien meliputi
wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang,
menggeliat, menarik diri, dan kehilangan kontak mata. Demikian pula dengan
adanya respons otomatik perubahan frekuensi atau irama jantung, tekanan
darah, pernapasan, wama kulit, kelembapanya dan tingkat kesadaran.
e) B4 (Bladder)
Penurunan haluaran unin menupakan temuan signifikan yang harus dikaji lebih
lanjut untuk menentukan apakah penurunan tersebut merupakan penurunan
produksi urin yang terjadi bila perfungsi ginjal menurun) atau karena
ketidakmampuan klien buang air kecil. Daerah suprapubik harus diperiksa terhadap
adanya massa oval dan diperkusi terhadap adanya pekak yang menunjukkan
kandung kemih yang penuh (distensi kandung kemih).
f) B5 (Bowel)
Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada saat masuk umah
sakit, dan yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit. Kaji
penurunan turgor kulit, klit kering atau berkeringat, muntah, dan perubahan berat
badan. Refluks hepatojugular Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan aliran
darah balik vena yang disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi
besar, keras, tidak nyeri tekan, dan halus. Refluks hepatojugular dapat diperiksa
dengan menekan hepar secara kuat selama 30 sampai 60 detik dan akan terlihat
peninggian tekanan vena jugularis sebesar 1 cm. Peninggian ini menunjukkan
ketidakmampuan sisi kanan jatung merespons kenaikan volume.
g) B6 (Bone)
Kebanyakan klien yang menderita gangguan pada sistem kardiovaskuler juga
mengalami penyakit vaskuler perifer atau edema perifer akibat gagal ventrikel
kanan oleh karena itu, pengkajian sirkulasi arteri perifer dan aliran darah balik vena
dilakukan pada semua klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Selain itu,
tromboflebitis juga dapat terjadi akibat berbaring lama sehinggamemenlukan
pemantauan yang seksama.
1) Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut dan berdebar.
2) Keluhan sulit tidur (karena adanya ortopnea, dispnea, dispnea noktumal
paroksimal, nokturia, kerirtit malam hari).
3) Istirahat tidur kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam klien tidur
dalam 24 jam dan apakan klien mengalami sulit tidur dan bagaimana
perubahannya setelah klien mengalami gangguan pada sistem kardiovaskuler.
4) kebersihan badan, gigi dan mulut, rambut, kuku, dan pakaian; dan
kemampuan serta kemandirian dalam melakukan kebersihan diri (Setiati et
al., 2016).
B. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul
1) Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan irama jantung d.d palpitasi
2) Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan d.d dispnea
3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik d.d Dispnea saat beraktivias
4) Defisit perawatan diri b.d Kelemahan fisik d.d Tidak mampu ke kamar mandi.
C. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Perubahan preload
S: tidak tersedia
O: - Mur mur jantung
- BB naik
- Pulmonary artery
wedge presure
menurun
2. Perubahan
Afterload
S: tidak tersedia
O: - pulmonary vasculer
rsistance ( PVR)
- Systemik vasculer
resitance
meningkat.
Menurun
3. Perubahan
Kontraktilitas
S: - tidak tersedia
0: - Cardiac indek (CI)
menurun
- Left ventriculer
stroke work index
mrnurun
4. Perubahan
Emosional
S: - cemas
- - Gelisah
O: - Tidak tersedia
D. Implementasi Keperawatan
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitas koping. Beberapa pertimbangan dalam implementasi keperawatan antara
lain:
1) Indivisualisasi klien dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu
implementasi keperawatan
2) Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki penyakitnya
hakikat stresor keadaan sosiopsikokultural, pengertian terhadap penyakit dan
intervensi
3) Pencegahan komplikasi yang mungkin muncul
4) Mempertahankankondisitubuhagarpenyakittidakmenjadilebihparah dan upaya
peningkatan kesehatan
5) Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi Keutuhannya
E. Evaluasi
Dilaksanankan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan
atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian
ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga tercapai juga
sebagai atau timbul masalah baru (Muttaqin, 2009).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
No Reg : 68XXXX
Umur : 83 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Magetan
Tgl MRS : 21 Februari 2024 (08.00)
Tgl pengkajian : 22 Februari 2024 (12.00)
b. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan utama
Saat MRS : Pasien mengeluh dada berdebar
Saat pengkajian : pasien masih mengeluh dada berdebar
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 21 februari 2024 klien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD DR.
Soedono madiun dengan keluhan dada berdebar sejak 3 hari, sesak nafas sejak 3
hari dan nafsu makan menurun sejak kemarin. Saat di IGD dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital meliputi TD : 156/105 mmHg, RR : 24X/menit, S : 36,2 °C,
SpO2 : 100 % dan GCS 456. Saat di IGD diberikan injeksi furesemid dan injeksi
ranitidine, dilakukan pemasangan infus 12 tpm dan oksigen nasal. Lalu pasien di
pindah di ruang ICCU pukul 10.00 WIB, untuk dilaksanakan perawatan intensif
selanjutnya. Saat pengkajian pasien mengatakan masih berdebar dan sesak.
TD:141/105 mmHg, N: 120X/menit, S : 36 °C, RR : 25 X/ menit, SpO2 : 100
%. Pasien tampak lemah
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi kurang lebih 10 tahun.
4. Riawayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan ada ibu pasien juga menderita penyakit hipertensi.
5. Genogram
Keterangan
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien
: Meninggal
Breath
Pergerakan dada Pergerakan dada simetris
(B1)
Blood
Suara jantung Suara jantung I, II = tunggal
(B2) Irama jantung Irama jantung irreguler
CRT ≤ 2 detik
Brain
Tingkat kesadaran Kesadaran composmetis GCS 456
( B3)
Kanan Diameter ± 2 mm
Kiri Diameter ± 2 mm
Terdapat reflek
Reflek fisiologis
- Bisep (+)
- Trisep (+)
- Patella (+)
NV : Px mampu mengunyah
NX : Px dapat berbicara
Bladder
Urine Urine 1400cc/24 jam
(B4) Kateter Terpasang kateter sejak 21/02/24
Bowel
Mukosa bibir Mukosa bibir kering
(B5)
Kekuatan otot 5 5
5 5
Aktivitas fisik & kemampuan Aktivitas fisik terbatas, klien mudah
lelah
3. Pemeriksaan Penunjang
- Hasil EKG
Gambaran EKG menunjukkan irama aritmia AF rapid 136x/menit
- Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik
Nama : Tn. A
No.Reg : 688xxxx
Tgl Pemeriksaan : 22 Februari 2024
HEMATOLOGI
KIMIA KLINIK
Nama : Tn. A
No.Reg : 688xxxx
KIMIA KLINIK
4. Terapi
ANALISA DATA
Nama : Tn. A
No.Reg : 688xxxx
Ruang : ICCU
S: Perubahan irama
1. 22/02/2024 Penurunan curah
px mengatakan dadanya jantung
jantung
berdebar
O:
Takikardi
pemeriksaan EKG
aritmia AF rapid
dengan rate
136x/menit Palpitasi
tekanan darah 141/105
mmHg
tampak palpitasi Penurunan curah
jantung
S: Penurunan energi
2. 22/02/2024 Pola nafas tidak
Px mengatakan sesak
efektif
O:
Dispnea
Tampak sesak
Terpasang oksigen
nasal 4 lpm
Pola nafas tidak efektif
Pola nafas abnormal
RR : 25x/menit
S: Kelemahan fisik
3. 22/02/2024 Intoleransi
Px mengatakan
aktivitas
tubuhnya lemas
Px mengatakan sesak
Dispnea saat
saat mencoba
beraktifitas
beraktifitas
O:
Intoleransi aktivitas
Tampak Lemah
Gambaran EKG
aritmia
Nadi : 120x/menit
TD : 141/105 mmHg
Kekuatan otot
5 5
5 5
S: Kelemahan fisik
4. 22/02/2024 Defisit
Px mengatakan badannya
perawatan diri
lengket karena tidak mandi
O: Tidak mampu ke
kamar mandi
Px tidak mampu ke
kamar mandi
Personal hygiene tidak
Tampak lemah
terpenuhi
Rambut lepek
Badan tampak lengket
Ds : Kelemahan
5. 22/02/2024
Pasien mengatakan tidak
nafsu makan
Do. Nafsu makan menurun
Membran mukosa
kering
Albumin 3,40 Resiko defisit nutrisi
Makan kurang lebih 3
sendok
Peristaltik usus
18x/menit
DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Nama : Tn. A
No.Reg : 688xxxx
Ruang : ICCU
Nama : Tn. A
Umur : 83 tahun
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Mengkolaborasi antiaritmia
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Mengkolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. A
Umur : 83 tahun
Nama : Tn. A
Umur : 83 tahun
NO TANGGAL/JAM PERKEMBANGAN TT
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
- Palpitasi menurun
- Gambaran EKG aritmia
- Tekanan darah menurun 136/90 mmHg
P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor TD
- Memonitor SPO2
- Memberikan dukungan emosional dan spiritual
- Sesak menurun
- Terpasang O2 nasal 4 Lpm
P : Lanjutkan intervensi