ASKEP AF KEL 5 BARU - Dot

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

A DENGAN

DIAGNOSA ATRIAL FIBRILASI (AF) DI RUANG ICCU

RSUD DR SOEDONO MADIUN JAWA TIMUR

Disusun Oleh :

Farhan Maulidy Syukri 23650377

Maulida Zahrotul S. 23650372

Nurjannah Hana M. 23650358

Hesti Triana S. 23650374

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2024
LAPORAN PENDAHULUAN

ATRIAL FIBRILASI (AF)

A. DEFINISI
Atrial Fibrilasi atau Fibrilasi atrium didefinisikan sebagai irama jantung yang
abnormal. Aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan mengakibatkan atrium
bekerja terus menerus menghantarkan impuls ke nodus AV sehingga respon ventrikel
menjadi ireguler. Atrial fibrilasi dapat bersifat akut maupun kronik dan umumnya terjadi
pada usia di atas 50 tahun (Berry and Padgett, 2021).
Atrial fibrilasi (AF) adalah suatu gangguan pada jantung yang paling umum
(ritme jantung abnormal) yang ditandai dengan irama denyut jantung regular dan
peningkatan frekuensi denyut jantung, yaitu sebesar 350-650 x/menit. Pada dasarnya
atrial fibrilasi (AF) merupakan suatu takikardi supraventrikuler dengan aktivasi atrial
yang tidak terkoordinasi sehingga terjadi gangguan fungi mekanik atrium. Keadaan ini
menyebabkan tidak efektifnya proses mekanik atau pompa darah jantung.

B. ETIOLOGI
Menurut (Berry and Padgett, 2012) penyebab fibrilasi atrium adalah:
1. Penyebab penyakit kardiovaskuler
a. Penyakit jantung iskemik
b. Hipertensi kronis
c. Kelainan katup mitral (stenosis mitral)
d. Perikarditis
e. Kardiomiopati, gagal jantung, Sindrome WPW, dan LVH
f. Tumor intracardiac
2. Penyebab non kardiovaskuler
a. Kelainan metabolic
- Tiroksikosis
- Alkoholakut/kronis
b. Penyakit pada paru
- Emboli paru
- Pneumonia
- PPOM
c. Kor pulmonal
d. Gangguan elektrolit : Hipokalemia, Magnesium, dan Calsium
e. Simpatomimetik obat-obatan dan listrik
f. Kelainan endokrin : Hipertiroid, Feokromositoma
C. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan laju respon ventrikel, atrial fibrilasi dibagi menjadi
a. Atrial fibrilasi respon cepat rapid response dimana laju ventrikel lebih dari 100
kali permenit.
b. Atrial fibrilasi respon lambat (slow response) dimana laju ventrikel lebih kurang
dari 60 kali permenit.
c. Atrial fibrilasi respon normal (normo response) dimana laju ventrikel antara 60-
100 kali permenit. (Irianto, 2018)
2. Berdasarkan keadaan Hemodinamik saat AF muncul, maka dapat diklasifikasikan
menjadi :
a. Atrial fibrilasi dengan hemodinamik tidak stabil (gagal jantung angina atau infark
miokard akut).
b. Atrial fibrilasi dengan hemodinamik stabil (Rampengan, 2015).

3. Klasifikasi menurut Rampengan (2015) atrial fibriasi (AF) dapat dibedakan menjadi
lima jenis menurut waktu presentasi dan durasinya, yaitu:
a. Atrial fibrilasi yang pertama kali terdiagnosis. Jenis ini berlaku untuk pasien yang
pertama kali datang dengan manifestasi klinis FA, tanpa memandang durasi atau
berat ringannya gejala yang muncul.
b. Atrial fibrilasi paroksimal adalah atrial fibilasi berlangsung kurang dari 7 hari.
Lebih kurang 50% atrial fibrilasi paroksimal akan kembali ke imma 15 simus
secara spontan dalam waktu 24 jam. Atrium fibrilasi yang episode pertamanya
kurang dari 48 jam juga disebut atrium fibrilasi Paroksimal.
c. Atrial fibrilasi persisten adalah FA dengan episode menetap hingga lebih dari 7
hari atau FA yang memerlukan kardioversi dengan obat atau listrik.
d. Atrial fibrilasi persisten lama (long standing persistent) adalah FA yang bertahan
hingga ≥1 tahun, dan strategi kendali irama masih akan diterapkan.
e. Atrial fibrilasi permanen merupakan Atrial fibrilasi yang ditetapkan sebagai
permanen oleh dokter (dan pasien) sehingga strategi kendali irama sudah tidak
digunakan lagi. Apabila strategi kendali irama masih digunakan maka FA masuk
ke kategori FA persisten lama

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Palpitasi (perasaan yang kuat dari detak jantung yang cepat atau "berdebar" dalam
dada).
2. Perasaan tidak nyaman di dada (nyeri dada).
3. Sesak napas/dispnea.
4. Pusing, atau sinkop (pingsan mendadak) yang dapat terjadi akibat peningkatan laju
ventrikel atau tidak adanya pengisian sistolik ventrikel.
5. Kelelahan, kelemahan/kesulitan berolahraga/beraktifitas.
Namun, beberapa kasus atrial fibrilasi bersifat asimptomatik. Trombus dapat
terbentuk dalam rongga atium kiri atau bagian lainnya karena tidak adanya kontraksi
atrium yang mengakibatkan stasis darah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya emboli
pada sirkulasi sistemik terutama otak dan ekstremitas sehingga atrial fibrilasi menjadi
salah satu penyebab teradinya serangan stroke. Tanda dan Gejala pada sebagian kasus
penyebabnya tidak ditemukan idiopatik atau AF saja. Insidensi AF meningkat dengan
bertambahnya usia. Denyut nadi biasanya cepat (90 sampai > 150 kali permenit) dengan
irregular. Pasien bisa asimtomatik, mengalami palpitasi cepat, atau sesak napas, atau
gagal jantung (PERKI, 2021).
E. PATOFISIOLOGI
Atrium Fibrilasi (AF) Adanya regangan akut dinding atrium dan fokus ektopik di
lapisan dinding atrium diantara vena pulmonalis atau vena cavajunctions merupakan
pencetus atrial fibrilasi. Daerah ini dalam keadaan normal memiliki aktifitas listrik yang
sinkron, namun pada regangan akut dan aktifitas impuls yang cepat, dapat menyebabkan
timbulnya after-depolarisation lambat dan aktifitas triggered. Triggered yang dijalarkan
kedalam. Miokard atrium akan menyebabkan inisiasi lingkaran-lingkaran gelombang
reentry yang pendek (wavelets of reentry) dan multiple (Hall & Guyton, 2016).
Lingkaran reentry yang terjadi pada AF tedapat pada banyak tempat (multiple) dan
benukuran mikro, sehingga menghasillkan gelombang P yang banyak dalam berbagai
ukuran dengan amplitudo yang rendah (microreentrant tachycardias). Berbeda halya
dengan flutter atrium yamg merupakan suatu lingkaran reentry yang makro dan tunggal
di dalam atrium (macroreentrant tachycardias). (PERKI, 2016).
Atrial fibrilasi dimulai dengan adanya aktifitas listrik cepat yang berasal dari
lapisan muskular dari vena pulmonalis. Arnitmia ini akan berlangsung terus dengan
adanya lingkaran sirkuit reentry yang multipel. Penurunan masa refrakter dan
terhambatnya konduksi akan memfasilitasi terjadinya reentry (Setiati et al., 2016).
Setelah AF timbul secara kontinu, maka akan terjadi remodeling listrik (electrical
remodeling) yang selanjutnya akan membuat AF permanen. Perubahan ini pada awalnya
reversibel, namun akan menjadi permanen seiring terjadinya perubahan struktur, bila AF
berlangsung lama (Setiati et al., 2016). Atrium tidak adekuat memompa darah selama AF
berlangsung. Walaupun demikian, darah akan mengalir secara pasif melalui atrium ke
dalam ventrikel, dan efisiensi pompa ventrikel akan menurun hanya sebanyak 20 30 %.
Oleh karena itu, dibanding dengan sifat yang mematikan dari fibrilasi ventrikel, orang
dapat hidup selama beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan fibrilasi atrium,
walaupun timbul penurunan cfisiensi dari seluruh daya pompa jantung (Setiati et al.,
2016).
Atrial fibrilasi (AF) biasanya menyebabkan ventrikel berkontraksi lebih cepat dari
biasanya. Ketika ini terjadi, ventrikel tidak memiliki cukup waktu untuk mengisi
sepenuhnya dengan darah untuk memompa ke paru-paru dan tubuh. Teradi penurunan
atrial low-velocities yang menyebabkan statis pada atrium kiri dan memudahkan
terbentuknya trombus. Thrombus ini meningkatkan resiko terjadinya stroke emboli dan
gangguan hemostasis, Kelainan tersebut mungkin akibat dari statis atrial tetapi mungkin
juga sebagai faktor terjadinya tromboemboli pada AF (Setiati et al., 2016).) Kelainan-
kelainan tersebut adalah peningkatan faktor von willebrand (faktor VI), fibrinogen, D-
dimer, dan fragmen protrombin 1,2. AF akan meningkatkan 22 agregasi trombosit,
koagulasi dan hal ini dipengaruhi oleh lamanya atrial fibrilasi. (PERKI, 2016).

F. KOMPLIKASI
Komplikasi Atrium Fibrilasi (AF) Menurut Askoro (2019) komplikasi penyakit
arteri koroner sangat bergantung pada ukuran dan lokasi iskemia serta infark yang
mengenai miokardium. Komplikasi tersebut meliputi hal-hal berikut:

1. Gagal jantung kongestif

2. Syok kardiogenik

3. Edema paru akut

4. Disfungsi otot papilaris

5. Defek septum ventrikel

6. Ruptur jantung

7. Aneurisma ventrikel

8. Tromboembolisme

9. Perikarditis

10. Aritmia
PATHWAYS

Penyebab penyakit kardiovaskuler Penyebab non kardiovaskuler

(penyakit jantung iskemik, hipertensi, (kelainan metabolik, penyakit paru,


stenosis mitral, perikarditis, gagal gangguan elektrolit, kelainan endokrin)

Kelainan katup
mitral
Suplai oksigen
ke otak Resistensi atrium
dextra palpitas
sinkop Volume atrium
meningkat Sesak

ADL Pengosongan atrium


inadekuat Pola nafas tidak
efektif
ATRIAL
FIBRILASI

Takikardi supraventrikel
Renal flow
dextra
menurun
Pengisian darah ke paru-paru Suplai darah ke jaringan menurun
RAA meningkat

Aldesteron meningkat Metabolisme anaerob


Atrial flow velocities menurun

Asidosis metabolik
ADH meningkat Trombus atrium sinistra

Penimbunan asam laktat


Retensi Na++H2O Disfungsi atrium sinistra dan ATP menurun

Kelebihan volume cairan Penurunan curah fatigue


Intoleransi aktivitas
hipervolemi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT AF (ATRIUM FIBRILASI )

A. Pengkajian
Perawat mengumpulkan data dasar tentang informasi status terkini dari klien melalui
pengkajin system kardiovaskular sebagai prioritas pengkajian. Pengkajian harus dilakukan
dengan sistematis, mencakup riwayat sebelumnya dan saat ini khususnya yang berhubungan
dengan gambaran gejala seperti adanya nyeri di dada, kesulitan bernapas (dispena, palpitasi,
pingsan atau sinkop), atau keringat dingin (diaphoresis) (Muttaqin, 2009).
a. Identitas Klien
Berisi tentang nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, agama, tanggal MRS, dignosa
medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien Af biasanya nyeri di area dada, perasaan sulit bernapas, dan
kelemahan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan
serangkaian pertanyaan mengenai nyeri yang ada pada kajian klien secara PQRST yang
meliputi:
a) Provoking incident : nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan
istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin
b) Quality of pain : seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Sifat
nyeri dapat seperti tertekan, diperas, atau diremas.
c) Region : lokasi nyeri didaerah substernal atau nyeri diatas pericardium.
Penyebaran nyeri dapat meluas hingga area dada. Dapat terjadi nyeri dan
ketidakmampuan menggerakan bahu dan tangan.
d) Scale of pain : klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 atau 0-10 (Visual
Analogue Scale (VAS)) dan klien akan menilai seberapa berat nyeri yang
dirasakan. Biasanya pada saat angina terjadi, skala nyeri berkisar antara 3-4 (skala
0-4) atau 7-9 (skala 0-10).
e) Time : sifat mula timbulnya (onset). Biasanya gejala nyeri timbul mendadak.
Lama timbulnya (durasi) nyeri dada umumnya dikeluhkan lebih dari 15 menit.
Nyeri oleh infark miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya
dirasakan lebih berat dan berlangsung lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai
infark miokardium meliputi dispnea, berkeringat, ansietas, dan pingsan (Setiati et
al., 2016).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu akan sangat mendukung kelengkapan data kondisi
saat ini. Data ini diperolehh dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita
nyeri dada, hipertensi, diabetes melitus, atau hyperlipidemia. Cara mengkaji sebaiknya
konsekuensi dan terinci. Tanyakan mengenai obat- obatan yang biasa diminum oleh kilen
pada masa yang lalu yang masih relevan. Catat bila terjadi adanya efek samping yang
terjadi pada masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul. Sering kali klien
menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat (Setiati et al., 2016)
e. Riwayat penyakit keluarga
Perawat senantiasa harus menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan penyebab kematian. Penyakit jantung
iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko utama
terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
f. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum klien:
Pada pemeriksaan keadaan umum, mengobservasi keadaan fisik tiap bagian tubuh
kesadaran klien AF baik atau composmentis dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan yang melibatkan perfusi system sarat pusat.
b) B1 (Breathing) /pengkajian sistem pernapasan
- Inspeksi: bentuk dada, kesimetrisan gerakan pernapasan
- Palpasi: gerakan dinding toraks saat inspirasi dan ekspirasi, taktil fremitus
- Perkusi: resonan, hiperresonan
- Auskultasi, suara napas normal: hakeobronkhial bronkovesikuler, vesikuler.
c) B2 (Blood)
Pemeriksaan jantung
- Inspeksi: menentukan bentuk prekordium dan denyut pada apeks jantung.
Denyut nadi pada dada dianggap sebagai denyut vena.
- Palpasi: mendeteksi kelainan yang tampak saat inspeksi.
- Perkusi : Perkusi dilakukan untuk menentukan adanya kardiomegali, efusi
perikardium, dan aneurisma aorta.
- Auskutasi : Auskultasi bunyi jantung yang nomal menunjukkan adanya dua
bunyi yang disebut bunyi jantung pertama (S1) dan bunyi jantung kedua (S2)
Bunyi abnomal jantung: gallop, snap dan kdik, mumur.
d) B3 (Brain)
1) Pemeriksaan kepala dan leher: difokuskan untuk mengkaji bibir dan cuping
telingan untuk mengetahui adanva sianosis.perifer atau kebiruan
2) Pemeriksaan raut muka
a) Bentuk muka: bulat, lonjong, dan sebagainya
b) Ekspresi wajah tampak sesak, gelisah, kesakitan
c) Tes saraf dengan menyeringai, mengerutkan dahi untuk memeriksa fungsi
saraf VIl
3) Pemeriksaan bibir biru (sianosis), pucat (anemia)
4) Pemeriksaan mata
- Konjungtiva: pucat (anemia), ptekie (perdarahan di bawah kulit atau
selaput lendir) pada andokarditis bacterial
- Sklera: kuning (ikterus) pada gagal jantung kanan, penyakit hati
- Komea: arkus senilis (garis melingkar putih atau abu-abu di tepi komea)
berhubungan dengan peningkatan kolesterol atau penyakit jantung coroner
- Funduskopi yaitu pemeriksaan fundus mata menggunakan opthalmoskop
untuk menilai kondisi pembuluh darah retina khususnya pada klien
hipertensi.
5) Pemeriksaan neurosensory
Pengkajian neurosensori ditujukan terhadap adnya keluhan pusing, berdenyut
selama tidur, bangun, duduk, atau istirahat. Pengkajian objektif klien meliputi
wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang,
menggeliat, menarik diri, dan kehilangan kontak mata. Demikian pula dengan
adanya respons otomatik perubahan frekuensi atau irama jantung, tekanan
darah, pernapasan, wama kulit, kelembapanya dan tingkat kesadaran.
e) B4 (Bladder)
Penurunan haluaran unin menupakan temuan signifikan yang harus dikaji lebih
lanjut untuk menentukan apakah penurunan tersebut merupakan penurunan
produksi urin yang terjadi bila perfungsi ginjal menurun) atau karena
ketidakmampuan klien buang air kecil. Daerah suprapubik harus diperiksa terhadap
adanya massa oval dan diperkusi terhadap adanya pekak yang menunjukkan
kandung kemih yang penuh (distensi kandung kemih).
f) B5 (Bowel)
Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada saat masuk umah
sakit, dan yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit. Kaji
penurunan turgor kulit, klit kering atau berkeringat, muntah, dan perubahan berat
badan. Refluks hepatojugular Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan aliran
darah balik vena yang disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi
besar, keras, tidak nyeri tekan, dan halus. Refluks hepatojugular dapat diperiksa
dengan menekan hepar secara kuat selama 30 sampai 60 detik dan akan terlihat
peninggian tekanan vena jugularis sebesar 1 cm. Peninggian ini menunjukkan
ketidakmampuan sisi kanan jatung merespons kenaikan volume.
g) B6 (Bone)
Kebanyakan klien yang menderita gangguan pada sistem kardiovaskuler juga
mengalami penyakit vaskuler perifer atau edema perifer akibat gagal ventrikel
kanan oleh karena itu, pengkajian sirkulasi arteri perifer dan aliran darah balik vena
dilakukan pada semua klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Selain itu,
tromboflebitis juga dapat terjadi akibat berbaring lama sehinggamemenlukan
pemantauan yang seksama.
1) Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut dan berdebar.
2) Keluhan sulit tidur (karena adanya ortopnea, dispnea, dispnea noktumal
paroksimal, nokturia, kerirtit malam hari).
3) Istirahat tidur kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam klien tidur
dalam 24 jam dan apakan klien mengalami sulit tidur dan bagaimana
perubahannya setelah klien mengalami gangguan pada sistem kardiovaskuler.
4) kebersihan badan, gigi dan mulut, rambut, kuku, dan pakaian; dan
kemampuan serta kemandirian dalam melakukan kebersihan diri (Setiati et
al., 2016).
B. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul
1) Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan irama jantung d.d palpitasi
2) Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan d.d dispnea
3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik d.d Dispnea saat beraktivias
4) Defisit perawatan diri b.d Kelemahan fisik d.d Tidak mampu ke kamar mandi.
C. Rencana Asuhan Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI

D.0008 L. 08066 1.02075.


1
Penurunan Curah Jantung
Perawatan Jantung
Curah Jantung Setelah diberikan asuhan
Penyebab : keperawatan 3x24 jam
Tndakan
1. Perubahan irama dihrapkan curah jantung
jantung meningkat dengan kriteria Observasi
2. Perubahan hasil:
1. Identifikasi gejala penrunan
frekuensi jantung 1. Kekuatan nadi
curah jantung
3. Perubahan perifer meningkat
2. Monitor tekanan darah
kontraktilitas 2. SVI meningkat
3. Monitor keluhan nyeri dada
4. Perubahan preload 3. Palpitasi menurun.
4. Monitor nilai laboratorium
5. Perubahan 4. Bradikardi
5. Monitor aritmia
afterload menurun
5. Takikardia
Terapeutik
Gejala dan tanda Mayor
menurun
6. EKG aritmia 6. Posisikan semifowler
1. Perubahan Irama
menurun 7. Fasilitasi pasien dan keluarga
Jantung
untuk memodifikasi gaya
7. Lelah menurun hidup sehat.
S: - palpitasi
8. Edema menurun 8. Berikan dukungan emosional
O: -
9. Dispnea menurun dan spiritual
Bradikardia/Takikardia
10. Oliguria menurun
2. Perubahan preload Edukasi
11. Sianosis menurun
S: -Lelah
12. Ortopnea
9. Anjurkan aktivitas sesuai
O: - edema
menurun
toleransi
- Distensi vena
13. Batuk menurun
10. Anjurkan aktvitas secara
jugularis 14. Suara jantung S3
bertahap
- Hepatomegali menurun
11. Anjurkan berhenti merokok
3. Perubahan 15. Suara jantung s4
Afterload menurun Kolaboasi
S: - Dispnea 16. Mur mur jantung
0: - tekanan darah 12. Kolaborasi pemberian
meningkat/menurun amtiaritmia
- Nadi perifer teraba 13. Rujuk ke pemograman rehab
lemah jantung
- CRT >3 detik
- Oliguria
- Sianosis
4. Perubahan
Kontraktilitas
S: - Paoxysmal noctumal
dispnea
- - Ortopnea
- Batuk
O: - Terdengar suara
jantung S3 Atau S 44
- Ejection fraCtion
(EF)
Gejala dan tanda Minor

1. Perubahan preload
S: tidak tersedia
O: - Mur mur jantung
- BB naik
- Pulmonary artery
wedge presure
menurun
2. Perubahan
Afterload
S: tidak tersedia
O: - pulmonary vasculer
rsistance ( PVR)
- Systemik vasculer
resitance
meningkat.
Menurun
3. Perubahan
Kontraktilitas
S: - tidak tersedia
0: - Cardiac indek (CI)
menurun
- Left ventriculer
stroke work index
mrnurun
4. Perubahan
Emosional
S: - cemas
- - Gelisah
O: - Tidak tersedia

D. Implementasi Keperawatan
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitas koping. Beberapa pertimbangan dalam implementasi keperawatan antara
lain:
1) Indivisualisasi klien dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu
implementasi keperawatan
2) Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki penyakitnya
hakikat stresor keadaan sosiopsikokultural, pengertian terhadap penyakit dan
intervensi
3) Pencegahan komplikasi yang mungkin muncul
4) Mempertahankankondisitubuhagarpenyakittidakmenjadilebihparah dan upaya
peningkatan kesehatan
5) Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi Keutuhannya
E. Evaluasi
Dilaksanankan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan
atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian
ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga tercapai juga
sebagai atau timbul masalah baru (Muttaqin, 2009).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN

DIAGNOSA ATRIAL FIBRILASI (AF) DI RUANG ICCU

RSUD DR SOEDONO MADIUN JAWA TIMUR

1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
No Reg : 68XXXX
Umur : 83 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Magetan
Tgl MRS : 21 Februari 2024 (08.00)
Tgl pengkajian : 22 Februari 2024 (12.00)
b. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan utama
Saat MRS : Pasien mengeluh dada berdebar
Saat pengkajian : pasien masih mengeluh dada berdebar
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 21 februari 2024 klien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD DR.
Soedono madiun dengan keluhan dada berdebar sejak 3 hari, sesak nafas sejak 3
hari dan nafsu makan menurun sejak kemarin. Saat di IGD dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital meliputi TD : 156/105 mmHg, RR : 24X/menit, S : 36,2 °C,
SpO2 : 100 % dan GCS 456. Saat di IGD diberikan injeksi furesemid dan injeksi
ranitidine, dilakukan pemasangan infus 12 tpm dan oksigen nasal. Lalu pasien di
pindah di ruang ICCU pukul 10.00 WIB, untuk dilaksanakan perawatan intensif
selanjutnya. Saat pengkajian pasien mengatakan masih berdebar dan sesak.
TD:141/105 mmHg, N: 120X/menit, S : 36 °C, RR : 25 X/ menit, SpO2 : 100
%. Pasien tampak lemah
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi kurang lebih 10 tahun.
4. Riawayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan ada ibu pasien juga menderita penyakit hipertensi.
5. Genogram

Keterangan

: Perempuan

: Laki-laki

: Pasien

: Meninggal

--------- : tinggal serumah


2. Pengkajian Review Of System ( ROS)
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : composmetis GCS : 456
3. TTV
TD : 141/105 mmHg
N : 120X/menit
S : 36 °C
RR : 25 X/ menit
SpO2 : 100 %

Breath
Pergerakan dada Pergerakan dada simetris
(B1)

Pemakaian otot bantu nafas Tidak ada otot bantu nafas

Suara nafas vesikuler

Batuk Tidak ada batuk

Sputum Tidak ada sputum

Alat bantu nafas Terpasang selang nasal 4 Lpm

Masalah Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif

Blood
Suara jantung Suara jantung I, II = tunggal
(B2) Irama jantung Irama jantung irreguler

CRT ≤ 2 detik

JVP Tidak ada pembesaran JVP

CVP Tidak ada

Edema Tidak ada edema

Ictus cordis Ictus cordis tidak teraba

Perdarahan Tidak ada perdarahan

Masalah Keperawatan Penurunan Curah Jantung

Brain
Tingkat kesadaran Kesadaran composmetis GCS 456
( B3)

Reaksi pupil ada

Kanan Diameter ± 2 mm

Kiri Diameter ± 2 mm

Terdapat reflek
Reflek fisiologis
- Bisep (+)
- Trisep (+)
- Patella (+)

Reflek patologis Tidak ada reflek babinski, chadock


- Kernig (-)
Meningeal sign
- Kaku kuduk (+)
- Brudzinski (-)

NI : Px mampu membedakan bau


Nervus kranial
NII : Px mampu melihat dengan jelas

NIII : bola mata pasien mengikuti

NIV : Px mampu menggerakan bola


mata

NV : Px mampu mengunyah

NVI : Px dapat melirik kekanan & kiri

NVII : Px dapat mengerutkan dahi

NVIII : Px mampu mendengar dengan


jelas

NIX : Px dapat membedakan rasa

NX : Px dapat berbicara

NXI : Px mampu menahan bahu

NXII : Px mampu menggerakkan lidah

Masalah Keperawatan Tidak terdapat masalah keperawatan

Bladder
Urine Urine 1400cc/24 jam
(B4) Kateter Terpasang kateter sejak 21/02/24

Kesulitan BAK Tidak ada kesulitan BAK

Masalah Keperawatan Risiko infeksi

Bowel
Mukosa bibir Mukosa bibir kering
(B5)

Lidah Lidah bersih

Keadaan gigi Gigi asli tidak ada gigi palsu

Nyeri telan Tidak ada nyeri telan

Abdomen Tidak distensi

Peristaltic usus 18x/menit

Sebelum MRS : Pasien makan


Diit
3x/sehari

Saat sakit : Nasi rendah garam


3x/sehari kurang lebih 3 sendok

Mual/ muntah Tidak ada mual/muntah

Hematemesis Tidak hematemesis

Melena Tidak ada


Terpasang NGT Tidak terpasang NGT

Diare/ konstipasi Belum BAB selama di RS

Asites Tidak asites

Masalah Keperawatan Risiko Defisit Nutrisi

Bone (B6) Turgor baik

Perdarahan kulit Tidak ada perdarahan kulit

Icterus Tidak icterus

Akral Akral hangat

Pergerakan sendi Normal

Fraktur Tidak ada fraktur

Luka Tidak ada luka

Kekuatan otot 5 5

5 5
Aktivitas fisik & kemampuan Aktivitas fisik terbatas, klien mudah
lelah

Perawatan diri Perawatan diri total care

Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas

3. Pemeriksaan Penunjang
- Hasil EKG
Gambaran EKG menunjukkan irama aritmia AF rapid 136x/menit
- Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik
Nama : Tn. A
No.Reg : 688xxxx
Tgl Pemeriksaan : 22 Februari 2024

JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI ACUAN

HEMATOLOGI

Hemoglobin 12.6 g/dl 13.4-17.7

Hitung leukosit 6.71 103/ul 4.3-10.3

Trombosit 173 103/ul 142-424


Hematokrit 38.7 % 40-47

Hitung eritrosit 4.21 106/ul 4.0-5.5

MCV 92.0 FL 80-93

MCH 29.8 Pg 27-31

MCHC 32.4 g/dl 32-36

-Eosinofil 4.4 % 0-3

-Basofil 2.0 % 0-1

-Neutrofil 62.9 % 50-62

-Limfosit 23.5 % 25-40

-Monosit 7.1 % 3-7

NLR (Neutrofil Limfosit 2.7


Ratio)

ALC (Absolut Limfosit 1577


Count)

KIMIA KLINIK

SGOT 29 u/L 8-31

SGPT 30 u/L 6-40


BUN 24.4 mg/dl 10-20

Creatinin 1.44 mg/dl 0.6-1.1

GDS 132 mg/dl <140

Natrium Darah 137 mmol/L 136-145

Kalium darah 3.40 mmol/L 3.5-5.1

Chloride/ Cl darah 106 mmol/L 97-111

- Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik

Nama : Tn. A

No.Reg : 688xxxx

Tgl Pemeriksaan : 22 Februari 2024

JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI ACUAN

KIMIA KLINIK

Protein total 5.70 g/dl 6.0-8.0

Albumin 3.40 g/dl 3.5-5

Globumin 2.30 g/dl 2.9-4.5

Cholesterol total 196 mg/dL <200


Cholesterol HDL Direst 51.5 mg/dL 40-60

LDL Direct 122.00 mg/dL <150

Trigliserida 92 mg/dL <200

Asam urat 10.00 mg/dL 2.6-6.0

Gula darah puasa 90 mg/dL <100

Gula darah 2 jam PP 157 mg/dL <140

4. Terapi

NO NAMA OBAT DOSIS FUNGSI

1. Furosemid 3x20mg untuk menurunkan tekanan darah tinggi, mencegah


stroke, serangan jantung, dan gangguan ginjal

2. Spironolacton 25mg untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi


beban jantung.

3. ISDN 2x5mg untuk memperlebar pembuluh darah untuk mengatasi


(Isosorbide masalah berkurangnya aliran darah ke jantung.
Dinitrate)

4. Captopril 3x25mg untuk mengatasi tekanan darah tinggi dan gagal


jantung

5. Warfarin 2mg untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah atau


disebut juga sebagai obat pengencer darah

6. KSR 1x600mg ntuk mengobati atau mencegah jumlah kalium yang


rendah dalam darah.

7. Alprazolam 1 mg obat penenang untuk mengatasi gangguan


kecemasan dan gangguan panik.

ANALISA DATA
Nama : Tn. A
No.Reg : 688xxxx
Ruang : ICCU

NO TGL/JAM KELOMPOK DATA MASALAH PENYEBAB

S: Perubahan irama
1. 22/02/2024 Penurunan curah
px mengatakan dadanya jantung
jantung
berdebar

O:
Takikardi
 pemeriksaan EKG
aritmia AF rapid
dengan rate
136x/menit Palpitasi
 tekanan darah 141/105
mmHg
 tampak palpitasi Penurunan curah
jantung

S: Penurunan energi
2. 22/02/2024 Pola nafas tidak
Px mengatakan sesak
efektif
O:
Dispnea
 Tampak sesak
 Terpasang oksigen
nasal 4 lpm
Pola nafas tidak efektif
 Pola nafas abnormal
 RR : 25x/menit
S: Kelemahan fisik
3. 22/02/2024 Intoleransi
 Px mengatakan
aktivitas
tubuhnya lemas
 Px mengatakan sesak
Dispnea saat
saat mencoba
beraktifitas
beraktifitas

O:
Intoleransi aktivitas
 Tampak Lemah
 Gambaran EKG
aritmia
 Nadi : 120x/menit
 TD : 141/105 mmHg
 Kekuatan otot

5 5

5 5

S: Kelemahan fisik
4. 22/02/2024 Defisit
Px mengatakan badannya
perawatan diri
lengket karena tidak mandi

O: Tidak mampu ke
kamar mandi
 Px tidak mampu ke
kamar mandi
Personal hygiene tidak
 Tampak lemah
terpenuhi
 Rambut lepek
 Badan tampak lengket

Defisit perawatan diri

Ds : Kelemahan
5. 22/02/2024
Pasien mengatakan tidak
nafsu makan
Do. Nafsu makan menurun
 Membran mukosa
kering
 Albumin 3,40 Resiko defisit nutrisi
 Makan kurang lebih 3
sendok
 Peristaltik usus
18x/menit
DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Nama : Tn. A
No.Reg : 688xxxx
Ruang : ICCU

NO TGL MUNCUL DIAGNOSA TGL TERATASI TT


KEPERAWATAN

1. 22/02/2024 Penurunan curah jantung


b.d perubahan irama
jantung d.d palpitasi

Pola nafas tidak efektif


2. 22/02/2024
b.d depresi pusat
pernafasan d.d
dispnea

Intoleransi aktivitas b.d


3. 22/02/2024
Kelemahan fisik
d.d Dispnea saat
beraktifitas

4. 22/02/2024 Defisit perawatan diri b.d


Kelemahan fisik d.d Tidak
mampu ke kamar mandi
5. 22/02/2024 Resiko defisit nutrsi b.d
kelemahan d.d nafsu
makan menurun
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. A

Umur : 83 tahun

No. Reg : 688xxxx

NO DIAGNOSA TUJUAN/ KRITERIA INTERVENSI


HASIL

D.0008 L.02008 I.02015


1.
Penurunan Curah Jantung Perawatan Jantung
curah jantung
Setelah dilakukan tindakan Observasi
b.d penurunan
keperawatan selama 2x24
irama jantung
 Mengidentifikasi tanda/gejala primer
jam diharapkan curah
d.d palpitasi
penurunan curah jantung
jantung meningkat, kriteria
 Mengidentifikasi tanda/gejala primer
hasil :
penurunan curah jantung
Palpitasi menurun  Memonotor tekanan darah
EKG aritmia menurun  Memonotor saturasi oksigen
Lelah menurun  Memonitor keluhan nyeri dada
Dyspnea menurun  Memonitor gambaran EKG
 Memonitor aritmia
 Memonitor nilai lab jantung

Terapeutik

 Memposisikan semi fowler /fowler


 Memberikan diet yang sesuai
 Memberikan terapi relaksasi
 Memberikan dukungan
emosional/spiritual
 Memberikan oksigen

Edukasi

 Menganjurkan aktivitas fisik bertahap


 Menganjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi

Kolaborasi

 Mengkolaborasi antiaritmia

D.0005 L. 01004 I.01012


2.
Pola nafas tidak Pola Nafas Manajemen Jalan Nafas
efektif b.d
Setelah dilakukan intervensi Observasi
depresi pusat
keperawatan selama 2x24
pernafasan d.d
 Memonitor pola napas (frekuensi,
jam diharapkan pola nafas
dispnea
kedalaman, usaha napas)
membaik, kriteria hasil :
 Memonitor bunyi napas tambahan
dyspnea menurun (misalnya: gurgling, mengi, wheezing,
otot bantu nafas menurun ronchi kering)
cuping hidung menurun  Memonitor sputum (jumlah, warna,
ventilasi semenit meningkat aroma)

Terapeutik

 Mempertahankan kepatenan jalan napas


dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust
jika curiga trauma fraktur servikal)
 Memposisikan semi-fowler atau fowler
 Memberikan minum hangat
 Melakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Melakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
 Memberikan oksigen, jika perlu

Edukasi

 Menganjurkan asupan cairan 2000


ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
 Mengajarkan Teknik batuk efektif

Kolaborasi

 Mengkolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. A

Umur : 83 tahun

No. Reg : 688xxxx

NO TANGGAL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TT

21/02/24 - Mengidentifikasi tanda dan gejala primer


1
penurunan curah jantung
12.00
- Respon : terdapat dyspnea, kelelahan saat
beraktivitas
- Mengidentifikasi tanda &gejala sekunder
penurunan curah jantung
Respon : terdapat palpitasi
- Memonitor tekanan darah
Respon : TD : 156/105 mmHg

21/02/24 - Memonitor pola nafas


2
Respon : pasien terpasang o2 nasal 4 Lpm
12.10
- Memonitor bunyi nafas tambahan
Respon : tidak ada bunyi nafas tambahan
- Memonitor sputum
Respon : sputum kental berwarna putih

22/02/24 - Memonitor tekanan darah


1.
Respon : 141/105 mmHg
21.00
- Memonitor saturasi oksigen
Respon : RR : 20 X/menit
- Memonitor aritmia
Respon : pasien kooperatif

22/02/24 - Memonitor pola nafas


2.
Respon : pasien terpasang o2 nasal 4 Lpm
21.10
- Memposisikan semi fowler/fowler
Respon : pasien tampak nyaman
- Memberikan oksigen
Respon : pasien terpasang o2 nasal 4 Lpm

23/02/24 - Memonitor tekanan darah


1.
Respon : 146/92 mmHg
05.30
- Memonitor saturasi oksigen
Respon : RR : 20 X/menit
- Memberikan dukungan emosional/spiritual
Respon : pasien mampu menerima dukungan
emosi dan spiritual

23/02/24 - Memonitor pola nafas


2.
Respon : pasien terpasang o2 nasal 4 Lpm
05.40
- Memposisikan semi fowler/fowler
Respon : pasien tampak nyaman
- Memberikan oksigen
Respon : pasien terpasang o2 nasal 4 Lpm
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Tn. A

Umur : 83 tahun

No. Reg : 688xxxx

NO TANGGAL/JAM PERKEMBANGAN TT

21/02/24 S : pasien mengatakan dredek, dadanya berdebar


1.
13.00 O:

- Pasien tampak palpitasi


- Gambaran EKG aritmia
- Tekanan darah 141/105 mmHg

A : Masalah penurunan curah jantung

P : Lanjutkan intervensi

- Mengidentifikasi tanda & gejala primer penurunan


curah jantung
- Mengidentifikasi tanda & gejala sekunder
penurunan curah jantung
- Memonitor tekanan darah

21/02/24 S : Pasien mengatakan sesak


2.
13.10 O:

- Pasien tampak sesak


- Terpasang o2 nasal 4 Lpm

A : Masalah pola nafas tidak efektif

P : Lanjutkan intervensi

- Memonitor pola nafas


- Memonitor bunyi nafas tambahan
- Memonitor sputum

22/02/24 S : Pasien mengatakan dadanya masih berdebar tetapi sudah


1.
sedikit berkurang disbanding kemarin
23.00
O:

- Tampak masih palpitasi


- Tampak dyspnea
- Gambaran EKG aritmia

A : Masalah penurunan curah jantung masih ada

P : Lanjutkan intervensi

- Memonitor tekanan darah


- Memonitor saturasi oksigen
- Memonitor aritmia

22/02/24 S : Paisen mengatakan masih sesak


2.
23.15 O:

- Pasien tampak sesak


- Terpasang o2 nasal 5 Lpm

A : Masalah pola nafas tidak efektif masih ada

P : Lanjutkan intervensi

- Memonitor pola nafas


- Memposisikan semi fowler
- Memberikan oksigen

23/02/24 S : Pasien mengatakan dada berdebar sudah berkurang


1.
07.00 O:

- Palpitasi menurun
- Gambaran EKG aritmia
- Tekanan darah menurun 136/90 mmHg

A : Masalah penurunan curah jantung teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

- Memonitor TD
- Memonitor SPO2
- Memberikan dukungan emosional dan spiritual

23/02/24 S : Pasien mengatakan sesak berkurang


2.
07.00 O:

- Sesak menurun
- Terpasang O2 nasal 4 Lpm

A : Masalah pola nafas tidak efektif teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

- Memonitor pola nafas


- Memposisikan semi fowler
- Memberikan oksigen

Anda mungkin juga menyukai