Tugas 1 Bahasa Indonesia MKWU4108.227
Tugas 1 Bahasa Indonesia MKWU4108.227
Tugas 1 Bahasa Indonesia MKWU4108.227
Jawaban no 2.
Masih, karena bahasa Indonesia itu lambang dari Negara dan sebagai bahasa nasional yang tidak
akan terganti.
Bahasa Indonesia menjadi identitas Negara yang mempunyai nilai-nilai sosial, budaya luhur
bangsa. Dengan adanya nilai tersebut mencerminkan bangsa Indonesia,yang menggambarkan ciri
khas dan karakter bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia menjadi alat penghubung bagi suku – suku yang ada di Indonesia dengan
adanya bahasa indonesia seseorang dapat saling berkomunikasi untuk segala aspek kehidupan.
bagi pemerintah, semua kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan mudah diinformasikan kepada warga.
Bahasa Indonesia juga menjadi alat pemersatu bangsa karena dengan lihat luasnya indonesia,
maka tidak heran indonesia memiliki keberagaman suku dan budaya, dan tentunya memiliki
keberagaman bahasa. dengan keberagaman tersebut, maka diperlukan bahasa pemersatu bangsa
yang bisa membuat seluruh warga negara yang diwilayah indonesia bisa mengerti dan
memahami satu sama lain.
Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi. Kedudukan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan penyebaran ilmu pengetahuan dan
teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah
maupun media cetak lainnya.
Jawaban no 3.
No. 1
4 jenis gaya parenting
Gaya asuh orangtua di Jepang
No. 2
Apa dampak negatif dari anak yang tidur bersama dengan orang tua, dan ada beberapa
fakta yang menunjukan bahwa seharusnya kita mendidik anak tidur sendiri dan
mempunya banyak manfaat lebih untuk anak?
Dilihat dari gaya asuh otoriter apakah masih layak untuk diterapkan sebagai gaya asuh
yang baik?
Gaya asuh overprotektif mempunyai tujuan baik yaitu di mana orangtua sangat
melindungi putra-putrinya dari segala hal buruk, rasa sakit, pengalaman yang buruk, dan
lain-lain. Karena itu banyak membatasi putra-putrinya di berbagai aspek. Namun,
bukankan jika gaya asuh ini terus dilakukan akan berdampak buruk bagi anak?
Dilihat dari lingkungan sekitar, masih banyak orang tua yang menjadikan gaya asuh
overprotektif dan gaya asuh otoriter yang menjadikan anak tidak mempunyai keberanian
untuk melakukan hal yang dia dinginkan dan tidak mempunyai keberanian membuka
pendapat sendiri. Bagaimana cara mengatasi hal tersebut, dan apa yang harus diubah agar
tidak ada lagi yang menggunakan gaya asuh tersebut.
No 3.
Yang saya peroleh dari bacaan artikel diatas yaitu saya mengetahui macam macam gaya asuh
untuk anak. Dan banyak hal yang baik ditiru dari gaya asuh orang tua Jepang.
No 4.
Gaya asuh terbagi menjadi 4 yaitu gaya asuh otoriter, gaya asuh berwibawa, gaya asuh
premisif, dan gaya asuh overprotektif.
Gaya asuh otoriter adalah gaya asuh dimana orang tua memaksakan kehendaknya tanpa
begitu memperhatikan atau memperdulikan prespektif anak.
Gaya asuh berwibawa adalah gaya asuh dimana orang tua menjadi panutan yang teladan,
memberi batasan yang cermat untuk putra-putrinya, dan memberikan pujian untuk upaya apa
yang telah dilakukannya.
Gaya asuh premisif adalah gaya asuh dimana orangtua tidak memberi batasan kepada anak –
anaknya semisal tidak memberi garis jelas apa yang tidak boleh dilakukan atau tidak.
Mempercayakan putra-putrinya untuk melakukan apa yang ingin ia lakukan, cenderung tidak
mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat serius.
Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh dimana orang tua sangat melindungi putra-putrinya
dari segala hal buruk, rasa sakit, pengalaman yang buruk, dan lain – lainnya. Karena itu banyak
yang membatasi putra-putrinya di bebagai aspek.
Gaya asuh orang tua di Jepang
Hubungan orang tua dan anak sangat dekat
Bisa dilihat dari cara orang tua yang tidur bersama anak sampai 5 tahun. Perempuan yang
telah menjadi orang tua rela berhenti kerja untuk fokus mendidik anak. Membiarkan anak
melakukan apa saja untuk bereksplorasi dengan kegiatan yang ingin dia lakukan yang
dimulai dari usia 0-5 tahun. Diajak untuk mulai bersosialisasi dengan keluarga dan
kerabat sehingga dapat lebih mengenal saudara dan sosial.
Orang tua adalah cerminan anak
Jepang cenderung mentransmisikan apa yang ia lakukan kepada anaknya, sehingga orang
tua sepenuhnya menjadi role model bagi anaknya. fase usia 5 tahun di mana anak boleh
bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun anak mulai diajari untuk
melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan melakukan
apa yang dilakukan oleh orangtua.
Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang telah
dilakukan secara turun temurun. Fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas
mengenai hak dan kewajiban, apa yang boleh dilakukan atau tidak.
Orang tua setara dengan anak
Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang untuk anak dapat lebih
mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Fase ini
untuk mempersiapkan anak melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan
keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak
diajarkan untuk mulai independen dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang
dewasa.
Memperhatikan tentang perasaan dan emosi
anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati perasaanya
sendiri. Orangtua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak
mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati anaknya di
muka umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas.
Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya.
Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap empati dan saling menghormati orang lain.
No 5.
Belum, masih banyak informasi untuk melengkapi artikel di atas. Selain hal positif yang
disajikan seharusnya ada hal negative untuk kita bisa mempertimbangkan cara pengasuhan yang
baik bagi anak kita nanti agar kita tidak salah memilih gaya asuh untuk anak dan menjadikan
anak menjadi manusia yang berguna untuk dirinya dan untuk sekitarnya.
Referensi:
Bahan ajar cetak Bahasa Indonesia MKWU4108 Edisi 2 Modul 2 Hal. 2.14
https://repository.unja.ac.id/6452/1/Intan%20Anisa%20Ramadani_A1D118035_R-001.pdf