T3 Sistem Hukum Indonesia (050303972) Welly Dwi Yulianto

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

NAMA : WELLY DWI YULIANTO

NIM : 050303972

PRODI : ILMU KOMUNIKASI

Ditemukan sesosok jenazah, yang berdasarkan rekaman Closed Circuit Television (CCTV) nampak
pelaku pembunuhan tersebut.

Pertanyaan: Mengapa rekaman Closed Circuit Television (CCTV) dapat dijadikan sebagai alat bukti di
persidangan dan mempunyai kekuatan pembuktian, mengingat bahwa alat bukti dalam hukum acara
pidana telah ditentukan secara limitatif pada Pasal 184 KUHAP. Jelaskan pendapat Anda.

JAWABAN

Rekaman Closed Circuit Television (CCTV) dapat dijadikan sebagai alat bukti di persidangan dan
mempunyai kekuatan pembuktian meskipun alat bukti dalam hukum acara pidana telah ditentukan
secara limitatif pada Pasal 184 KUHAP. Berikut adalah penjelasan mengapa rekaman CCTV dapat
digunakan sebagai alat bukti dan mempunyai kekuatan pembuktian

1. Pengembangan Teknologi dan Evolusi Alat Bukti

Meskipun Pasal 184 KUHAP menyebutkan jenis-jenis alat bukti yang diterima (keterangan saksi,
keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa), hukum juga perlu beradaptasi dengan
perkembangan teknologi. Rekaman CCTV adalah bentuk bukti teknologi modern yang dapat
memberikan informasi visual yang konkret tentang suatu kejadian, dan sering kali bisa lebih akurat
dibandingkan dengan alat bukti tradisional.

2. Kedudukan Rekaman CCTV sebagai Alat Bukti Petunjuk

Rekaman CCTV dapat digolongkan sebagai alat bukti petunjuk sebagaimana diatur dalam Pasal 188
KUHAP. Alat bukti petunjuk diperoleh dari keterangan saksi, surat, atau keadaan tertentu yang
berkaitan dengan tindak pidana. Rekaman CCTV, yang menunjukkan kejadian atau tindakan yang
relevan dengan tindak pidana, bisa dianggap sebagai keadaan tertentu yang memiliki hubungan erat
dengan peristiwa pidana tersebut.

3. Pendapat Ahli

Dalam banyak kasus, rekaman CCTV dapat dianalisis oleh ahli forensik yang dapat memberikan
keterangan ahli di pengadilan. Pendapat ahli yang menganalisis rekaman tersebut dapat memberikan
penjelasan tentang keaslian dan interpretasi dari rekaman CCTV tersebut, yang kemudian menjadi
alat bukti sah dalam persidangan.
4. Yurisprudensi dan Praktik Peradilan

Praktik peradilan di Indonesia menunjukkan bahwa rekaman CCTV sering kali diterima sebagai alat
bukti. Yurisprudensi (putusan-putusan pengadilan terdahulu) yang menerima rekaman CCTV sebagai
alat bukti membantu memperkuat posisi hukum dari bukti jenis ini.

5. Keandalan dan Akurasi

Rekaman CCTV dianggap sebagai bukti yang dapat diandalkan karena menyediakan bukti visual yang
dapat diverifikasi. Hal ini dapat membantu mengurangi ketidakpastian atau kesalahan dalam
kesaksian saksi manusia, yang bisa dipengaruhi oleh faktor subjektif atau lupa.

6. Pengakuan Global

Banyak sistem hukum di seluruh dunia mengakui rekaman CCTV sebagai bukti yang sah dalam
pengadilan. Ini juga dapat mempengaruhi penerimaan rekaman CCTV di sistem hukum Indonesia,
mengingat pentingnya menyesuaikan dengan praktik internasional dan standar pembuktian yang
berkembang.

Kesimpulan

Dengan alasan-alasan tersebut, meskipun Pasal 184 KUHAP memberikan batasan yang ketat
terhadap jenis alat bukti yang diterima, pengadilan dapat menerima rekaman CCTV sebagai alat bukti
petunjuk atau surat yang dapat memperkuat bukti lain dalam proses pembuktian. Adaptasi dan
fleksibilitas hukum dalam menanggapi perkembangan teknologi dan kebutuhan praktik peradilan
yang adil dan efisien adalah hal yang penting dalam sistem hukum pidana modern.

Sumber Referensi :

Peranan Closed Circuit Television (Cctv) Sebagai Alat Bukti Dalam Persidangan Perkara Pidana
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum/article/view/1749/1309

William A. Analisis Pembuktian Alat Bukti Closed Circuit Television (CCTV) Sebagai Alat Bukti
Petunjuk. Jurnal Hukum Adigama
https://journal.untar.ac.id/index.php/adigama/article/download/2741/1681/6182

Anda mungkin juga menyukai