LP Post Op App (MELATI 2)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

APPENDISITIS

Disusun guna memenuhi tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Keperawatan Dasar Profesi

Oleh :
M.OCTAVIANO EKA MAHENDA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
Jl. Ganesa I purwosari Telp./Faks. (0291) 437 218 Kudus 5931
LAPORAN PENDAHULUAN
APPENDISITIS

A. Pengertian
Appendisitis adalah peradangan pada appendiks vermiformis
(Grace, & Borley, 2012, h. 107). Appendisitis adalah inflamasi pada
appendiks yang dapat terjadi karena obstruksi appendiks oleh feses atau
akibat terpuntirnya appendiks dan pembuluh darahnya (Corwin, 2014, h.
607). Sjamsuhidajat (2012, h. 640) Appendisitis adalah meruapakan infeksi
bakteri pada appendiks. Appendisitis biasanya disebabkab karena
sumbatan lumen appendiks,hiperplasia jaringan limfa, fekalit, dan cacing
askaris yang menyebabkan sumbatan.
Sesuai ketiga di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
Appendisitis merupakan peradangan pada appendiks yang disebabkan
karena penyumbatan pada appendiks. Sedangkan apendiktomi merupakan
pengangkatan appendiks yang mengalami peradangan.
B. Etiologi
Menurut Irga (2012) dalam Jitowiyono (2018, h. 03) Terjadinya
Appendisitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun banyak
sekali faktor pencetus penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada
lumen appendiks. Obstruksi pada lumen appendiks ini biasanya disebabkan
karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan
limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer
dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen
appendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.
Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan Appendisitis yaitu
erosi mukosa karena parasit seperti E. Histolitica, zat kebiasaan makanan
rendah serat dan pengaruh kontipasi (Sjamsuhidajat, 2012, h. 866).
C. Manifestasi klinis
Sjamsuhidajat ( 2012, h. 641 ) mengatakan manifestasi klinis dari
Appendisitis adalah:
1. Tanda awal
Nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai mual dan
anoreksia.
2. Nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukan tanda rangsangan
peritoneum lokal dititik Mc Burney
a. Nyeri tekan
b. Nyeri lepas
c. Defans muskuler
3. Nyeri rangsangan peritonium tidak langsung
a. Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri
b. Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan
c. Nyeri kanan bawah bila peritonium bergerak seperti nafas
dalam,berjalan, batuk, mengedan.

D. Patofisiologi
Appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen
appendiks oleh hiperplasia folokel limfoid, fekalit, benda asing, striktutur
karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma.Obstruksi
tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas
dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri,
dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi Appendisitis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritonium setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Keadaan ini disebut dengan Appendisitis supuraktif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
appendiks yang diikuti dengan gengren. Stadium disebut dengan
Appendisitis gangrenosa. Bila dinding yang rapuh itu pecah, akan terjadi
Appendisitis perforasi. Bila proses di atas berjalan lambat, omentum dan
usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga timbul suatu
massa lokal yang di sebut infiltrat apendikularis. Oleh karena itu tindakan
yang paling tepat adalah apendiktomi, jika tidak dilakukan tindakan segera
mungkin maka peradangan appendiks tersebut dapat menjadi abses atau
menghilang (mansjoer, 2018, h. 307)
Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat
atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau
benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal,
menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif,
dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari
abdomen. Akhirnya appendiks yang terinflamasi berisi pus (Munir,2016).
E. Pathways
Appendiks terinflamasi

Peningkatan tekanan intraluminal

Menghambat aliran limfe

Ulserasi pada dinding mukosa

Gangguan dan perforasu

Appendiktomy

Luka Post Op

Resiko tinggi
Nyeri akut
infeksi

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Diagnosis berdasarkan klinis, namun sel darah putih (hampir selalu
leukositosis) dan CRP (biasanya meningkat) sangat membantu
2. Ultrasonografi untuk massa appendiks dan jika masuh ada keraguan
untuk menyingkirkan kelainan pelvis lainnya (misalnya kista ovarium)
3. Laparoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan ovarium
sebelum dilakukan apendisektomi pada wanita muda
4. CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau di mana penyebab lain
masih mungkin (Grace, & Borley, 2014, h. 107).
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Appendisitis menurut Mansjoer , 2018, h. 208-209,
yaitu:
1. Tindakan sebelum operasi
a. Observasi
b. Intubasi bila perlu
c. Antibiotik
2. Tindakan operasi : Apendiktomi
3. Tindakan pasca operasi
Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
pendarahan didalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan.
Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien
dipuasakan bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi
atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali
normal. Kemudian berikan minum mulai 15 ml per jam selama 4-5 jam,
lalu naikkan menjadi 30 ml per jam. Keesokan harinya diberikan
makanan lunak. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk
tegak ditempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat
berdiri dan duduk diluar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan
pasien diperbolehkan pulang.
H. Pengkajian
1. Pengkajian pasien (post oeprasi) Appendisitis menurut Edy,2013 yaitu :
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam
masuk rumah sakit, nomer register, diagnosa, nama orang tua,
umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan suku bangsa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayar penyakit sekarang klien dengan post appendiktomi
mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi abdomen.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti
hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk
rumah sakit, obat-obatan yang pernah digunakan apakah
mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah
didapatkan.
d. Riwayat keperawatan keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya upaya yang
dilakukan dan bagaimana genogramnya.
e. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol
dan kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status
ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi
penyembuhan luka.
2) Pola tidur dan istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat
sehingga dapat menggganggu kenyamanan pola tidur klien.
3) Pola aktivitas
Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena
rasa nyeri luka operasi, aktivitas biasanya terbatas karena
harus badrest berapa waktu lama seterlah pembedahan.
4) Pola hubungan dan peran.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam
masyarakat. Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
5) Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, peran serta
pendengaran, kemampuan, berfikir, mengingat masa lalu,
orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola penanggulangan stres
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana
cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
f. Pemerikasan fisik.
1) Status kesehatan umum.
Kesadaran biasanya compos mentis, ekspresi wajah menahan
sakit ada tidaknya kelemahan.
2) Integumen
Ada tidaknya oedema, sianosis, pucat, pemerahan luka
pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah.
3) Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan, pada konjungtiva apakah ada warna
pucat.
4) Thorak dan paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,
gerakan cuping hidung maupun alat bantu nafas, frekwensi
pernafasan biasanya normal ( 16-20 kali permenit). Apakah ada
ronchi , whezing, stidor.
5) Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik
pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan
mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi
supra pubis, periksa apakah menglir lancar, tidak ada
pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
6) Ekstermitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri
yang hebat dan apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien post
operasi Appendisitis adalah :
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan; perforasi/ruptur pada appendiks,
peritonotis; pemebentukan abses, prosedur invasif, insisi bedah
1) Kriteria hasil yang diharapkan maningkatkan penyembuhan
luka dengan benar, bebas tanda infeksi atau inflamasi, drainase
prupulen, eritema, dan demam.
2) Intervensi
a) Awasi tanda vital, perhatikan demam, mengigil,
berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri
abdomen
Rasional : dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses,
peritonitis
b) Lakukan pencucian tangan yang baik dan perewatan luka
aseptik
Rasional : menurunkan resiko penyebaran infeksi
c) Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik drainase
luka/drain (bila dimasukkan), eritema
Rasional : memberikan deteksi dini terjadinya proses
infeksi, dan pengawasan penyembuhan peritonitis yang
telah ada sebelumnya.
d) Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien atau orang
terdekat
Rasional : pengetahuan tentang kemajuan situasi
memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan
ansietas.
e) Berikan perawatan luka insisi
Rasional : perawatan untuk mepercepat penyembuhan luka
sehingga dapat menurunkan resiko infeksi seperti
mengganti balutan luka insisi.
f) Kolaborasi berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional : munkin diberikan secara profillaktik atau
menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah
ada sebelumnya) untuk menurunkan penyebaran dan
pertumbuhannya pada rongga abdomen.
b. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, laporan nyeri,
wajah mengkerut, otot tegang, perilaku distraksi.
1) Kriteria hasil yang diharapkan melaporkan nyeri
hilang/terkontrol, tampak rileks, mempu tidur atau istirahat
dengan cepat.
2) Intervensi
a) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10).
Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan
obat, kemajuan penyembuhan.
b) Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler.
Rasional : grafitasi melokalisasi eksudat dalam
abdomen bawah/pervis, menghilangkan ketegangan
abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.
c) Dorong ambulansi dini.
Rasional : meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh
merangsang peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan
ketidaknyamanan abdomen.
d) Berikan aktivitas hiburan.
Rasional : fokus perhatian kembali, meningkatkan
relaksasi, dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
e) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgesik
sesuai indikasi.
Rasional : menghilangkan nyeri.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah
interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
1) Kriteria hasil yang diharapkan menyatakan pemahaman proses
penyakit, pengobatan, dan potensial komplikasi, Berpartisipasi
dalam program pengobatan.
2) Intervensi
a) Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi.
Rasional : memberikan informasi pada pasien untuk
merencanakan kembali rutinitas biasa tanpa menimbulkan
masalah.
b) Dorong aktivitas sesuai dengan periode istirahat periodik.
Rasional : mencegah kelamahan, meningkatkan
penyembuhan dan mempermudah kembali ke aktivitas
normal.
c) Diskuskan perawatan insisi. Termasuk mengganti balutan,
pembatasan mandi, dan kembali ke dokter untuk
mengangkat jahitan.
Rasional : pemahaman meningkatkan kerjasama dengan
program terapi. Meningkatkan penyembuhan dan proses
perbaikan.
d) Identifikasi gerjala yang memerlukan evaluasi medik,
contohnya peningkatan nyeri, edema/eritema luka, adanya
drainase, demam.
Rasional : upaya intervensi menurunkan resiko komplikasi
serius, contoh lambatnya penyembuhan, peritonitis.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J. 2014. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Edy. (2013). Askep post op appendisitis,
http://wbciart.blogspot.com/2011/12/askep-post-op-Appendisitis .html,
diperoleh pada tanggal 13 juni 2012.
Grace, P.A & Borley, NR. 2012 . At a glance ilmu bedah. Jakarta: Erlangga.
Jitowiyono, S., & Kristiyanasari, W. 2018. Asuhan Keperawatan Post Operasi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Mansjoer, A. 2018. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.
Munir. (2016). Appendisitis , http://kti-munir.blogspot.com/2011/03/Appendisitis .
html)
NANDA.2015. Diagnosa Keperawatan. PSIK-FK UGM: Yogyakarta.
Sjamsuhidajat, R. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Media Aesculapus.

Anda mungkin juga menyukai