Rizki Erlina Putri

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 134

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. R DENGAN ASAM URAT


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGELANG UTARA
KOTA MAGELANG

HALAMAN SAMPUL
KTI

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir


Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang

Oleh:

RIZKI ERLINA PUTRI


NIM. P 1337420514054

PROGAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2016

i
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. R DENGAN ASAM URAT


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGELANG UTARA
KOTA MAGELANG

HALAMAN JUDUL

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat Tugas Akhir


Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang

Oleh:
RIZKI ERLINA PUTRI
NIM. P. 1337420514054

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2016

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rizki Erlina Putri

NIM : P 1337420514054

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan kasus yang saya tulis ini adalah

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil

alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau

pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan kasus ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Magelang, Desember 2016

Yang membuat Pernyataan

Rizki Erlina Putri

iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan

laporan kasus karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga

Dengan Asam Urat Di Wilayah Kerja Puskesmas Magelang Utara Kota Magelang”

tepat pada waktunya.

Selama pembuatan laporan kasus karya tulis ilmiah penulis banyak

menghadapi masalah dan hambatan. Tetapi, berkat bantuan, arahan serta

bimbingan dari berbagai pihak maka laporan kasus karya tulis ilmiah ini dapat

diselesaikan tepat waktu. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Sugiyanto, S.Pd. M. App. Sc, Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk

melaksanakan studi khususnya dalam pembuatan laporan kasus Karya Tulis

Ilmiah.

2. Putrono S.Kep, Ns, M.Kes., Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.

3. Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns, M.Kes., Ketua Program Studi DIII

Keperawatan Magelang.

4. Adi Isworo, S.KM., M.PH., Pembimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

5. Drs. Moh. Hanafi, M.Kes., dan Pramono Giri Kriswoyo, S.Pd.,M.PH., Dosen

penguji Karya Tulis Ilmiah peminatan komunitas.

vii
6. Perpustakaan Prodi Keperawatan Magelang, atas bantuan informasi yang

penulis dapatkan.

7. Ibu Ernawati, Bapak Supriyadi, Ryan Pratama Adi Saputra, keluarga penulis

yang selalu memberikan doa dan motivasi, dukungan moral dan material

untuk segera menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Sahabat-sahabat yang telah memberikan semangat dan doa untuk segera

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari dalam penulisan laporan kasus Karya Tulis Ilmiah ini

masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

dari pembaca tentu diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Semoga dapat bermanfaat untuk semua pihak, khususnya para pembaca.

Magelang, Maret 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................ i


HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..........................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan......................................................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan....................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6
A. Konsep Dasar Penyakit ............................................................................................... 6
B. Konsep Dasar Keluarga ............................................................................................ 20
D. Konsep Lansia........................................................................................................... 45
E. Pengkajian Lansia ..................................................................................................... 52
BAB III METODA PENULISAN .................................................................................... 66
A. Jenis Penulisan .......................................................................................................... 66
B. Sampel ...................................................................................................................... 66
C. Lokasi dan waktu penelitian ..................................................................................... 67
D. Teknik pengumpulan data ......................................................................................... 67
E. Analisis data.............................................................................................................. 68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 70
A. HASIL ....................................................................................................................... 70

ix
B. PEMBAHASAN ....................................................................................................... 85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 94
A. Simpulan ................................................................................................................... 94
B. Saran ......................................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 1

x
DAFTAR TABEL

Tabel komposisi keluarga

Tabel 2.1 ................................................................................................................ 31

Tabel kriteria masalah keluarga

Tabel 2.2 ................................................................................................................ 40

Tabel Pemeriksaan Fisik

Tabel 2.3………………………………………………………………….………77

Tabel Skala prioritas nyeri akut

Tabel 2.4...…………………………..……………………………………………81

Tabel Skala prioritas defisiensi pengetahuan

Tabel 2.5...……………..…………………………………………………………81

xi
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 3.1 ............................................................................................. 32


2. Pathway .................................................................................................. 65
3. Gambar 3.2 ............................................................................................. 71
4. Gambar 3.3 ............................................................................................. 75

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit gout (asam urat) adalah penyakit yang berhubungan

dengan tingginya kadar asam urat dalam darah. Seseorang akan di katakan

menderita asam urat jika kadar asam urat dalam darahnya di atas 7 mg/dl

pada laki- laki dan di atas 6 mg/dl pada wanita. Penyakit gout terjadi jika

timbunan kristal asam urat yang mengendap dalam persendian, meningkat.

Peningkatan tersebut, dapat di sebabkan ginjal yang mengalami gangguan

membuang asam urat dalam jumlah yang banyak (Wijayakusuma, 2008).

Menurut Badan Kesehatan Dunia, penderita asam urat pada tahun

2008 diperkirakan mencapai 230 juta. Prevalensi asam urat di dunia sangat

bervariasi dan penelitian epidemiologi menunjukkan peningkatan kejadian

asam urat, terutama di Negara maju karena sering mengkonsumsi makanan

yang mengandung kadar purin tinggi. Diketahui bahwa kadar purin yang

tinggi dapat diperoleh dari makanan yang mengandung lemak. Sehingga

tidak hanya berisiko menimbulkan asam urat, makanan yang mengandung

purin tinggi juga mengakibatkan risiko berat badan berlebih. (Achmad,

2008).

Di Indonesia gout diderita pada usia lebih awal dibandingkan

dengan penderita di luar negeri yaitu sebesar 32% serangan terjadi pada

usia dibawah 34 tahun. Sementara diluar negeri rata-rata diderita oleh


2

kaum pria diatas usia tersebut. Asam urat menduduki urutan kedua setelah

osteoartritis. Namun, di Indonesia prevalensi penyakit asam urat belum

diketahui secara pasti dan cukup bervariasi antara satu daerah. Penyakit

gout ini pada umumnya dapat mengganggu aktivitas harian penderitanya.

(Dalimarta, 2008).

Penelitian Darmawan (2009), di Jawa tengah terhadap 4.683 orang

yang diteliti, 0,8% menderita asam urat tinggi (1,7% pria dan 0,05%

wanita). Mayoritas responden mengaku melakukan aktivitas berat tetapi

tidak tentu frekuensinya, sehingga menimbulkan masalah hambatan

mobilitas fisik.

Penderita asam urat di wilayah Magelang kota selama bulan

Januari sampai dengan November 2016 , tepatnya di puskesmas Magelang

Utara menurut data yang diperoleh sebesar 446 penderita. (Data Pengguna

Obat Puskesmas Magelang Utara, 2016). Bahaya asam urat yang paling

banyak diketahui masyarakat adalah rasa sakit pada bagian persendian

terutama bagian lutut dan jari. Nyeri tersebut biasa muncul pada pagi hari.

Karena sering terjadi kemiripan gejala dengan reumatik, maka

sedikit orang yang menderita penyakit asam urat untuk melakukan upaya

penanganan secara serius. Akhirnya asam urat yang diderita menjadi

semakin bertambah parah bahkan terjadi komplikasi pada ginjal.

(Ramdhani Santosa, 2014).

Berdasarkan kasus tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat

kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asam Urat


3

(Gout) Di Wilayah Kerja Puskesmas Magelang Tengah Kota Magelang

Tahun 2017”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Mengetahui dan mampu mengaplikasikan penatalaksanaan asuhan

keperawatan keluarga Tn. R dengan masalah asam urat.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian keluarga, meliputi biodata pasien dan

keluarga, mencakup riwayat kesehatan pasien dan keluarga,

review sistem terkait, data umum : hasil pemeriksaan data fokus,

dan data pemeriksaan penunjang.

b. Menentukan masalah keperawatan yang ditemukan pada keluarga

dengan asam urat.

c. Menentukan perencanaan untuk memecahkan masalah yang

ditemukan pada keluarga dengan asam urat.

d. Melakukan implementasi asuhan keperawatan keluarga dengan

asam urat.

e. Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah

diberikan.

f. Membahas kesenjangan antara teori dan kasus asam urat di lahan

praktik.
4

C. Manfaat Penulisan

1. Penulis

Menambah ilmu pengetahuan, wawasan dan ketrampilan dalam

menangani kasus asam urat sehingga dapat menjadi bekal nantinya

sebagai pelaku pemberi asuhan keperawatan di dunia kerja.

2. Institusi Kesehatan

Menjadi tambahan pengelola bagi institusi pelayanan kesehatan,

khususnya Puskesmas Magelang Tengah untuk dapat menangani

masalah asam urat dan melaksanakan tindakan pencegahan maupun

pengobatan penyakit yang terjadi di wilayah Magelang Tengah.

3. Institusi Pendidikan

Memberikan gambaran pada mahasiswa keperawatan untuk

mendalami asuhan keperawatan keluarga khususnya masalah asam

urat.

4. Perpustakaan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang

Prodi Keperawatan Magelang. Menambah jumlah referensi atau

pustaka dan sebagai bahan perbandingan dengan asuhan keperawatan

lain guna kemajuan yang lebih baik.

5. Pasien

Memberikan penjelasan tentang pengertian, penyebab, tanda dan

gejala asam urat serta tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah

penyakit.
5

6. Pembaca

Memberikan pengetahuan dan sebagai bahan pertimbangan karya tulis

ilmiah selanjutnya.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian Asam Urat

Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit

gout/penyakit pirai (arthritis pirai) adalah senyawa nitrogen yang

dihasilkan dari proses katabolisme (pemecahan) purin baik dari diet

ataupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA).

Asam urat sebagian besar diekskresi melalui ginjal dan hanya sebagian

kecil melalui saluran cerna (Syukri, 2007).

Asam urat merupakan zat hasil metabolisme purin dalam tubuh.

Zat asam urat ini biasanya dihasilkan ginjal melalui urin dalam kondisi

normal. Namun dalam keadaan tertentu, ginjal tidak bisa

mengeluarkan zat asam urat secara normal sehingga terjadi kelebihan

darah. Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun

di berbagai persendian. Adapun bentuknya berupa kristal kecil

(Ramdhani, 2014).

Purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok

struktur kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama

purin, yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang

didapatkan dari asupan makanan. Zat purin yang diproduksi oleh tubuh

jumlahnya mencapai 85%. Untuk mencapai 100%, tubuh manusia


7

hanya memerlukan asupan purin dari luar tubuh (makanan) sebesar

15%. Ketika asupan purin masuk kedalam tubuh melebihi 15%, akan

terjadi penumpukan zat purin. Akibatnya, asam urat akan ikut

menumpuk. Hal ini menimbulkan risiko penyakit asam urat

(Noviyanti, 2015).

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan pengertian

asam urat adalah bagian dari metabolisme purin, namun apabila tidak

berlangsung secara normal maka akan terjadi sebuah proses

penumpukan kristal asam urat pada persendian yang bisa

mengakibatkan rasa sakit yang cukup tinggi.

2. Macam-macam penyakit gout

Terdapat bebrapa macam gout menurut Muttaqin (2008) diantara lain:

a. Artritis gout akut

Serangan arthritis gout akut ini terjadi secara tiba-tiba pada malam

hari selama 2-10 hari. Pada penyakit ini ditemukan rasa panas,

kemerahan, nyeri, kekeringan pada kulit akibat pelebaran vena

pada sendi yang kemudian menjadi normal bila klien beristirahat.

Kadang-kadang timbul anoreksia, pireksia, dan malaise yang

menyertai gejala diatas. Kelainan pada sendi metatarsofangeal

terjadi pada 50%-70% dari serangan pertama dan sebagian kecil

mengenai sendi besar panggul dan bahu_ serta sendi-sendi lainnya.


8

b. Gout kronis

Gout kronis terjadi karena remisi yang tidak sempurna dari

penyakit. Pada fase ini, frekuensi serangan makin meningkat, nyeri

sendi makin terasa, dan adanya pembengkakan ireguler. Ukuran

tofus mula-mula kecil dan lunak yang kemudian menjadi keras dan

dapat sebesar 7 cm.

c. Gout apatik

1) Gambaran klinis sebagai berikut:

a) Bila tangan terkena akan terjadi arthritis kronis yang

gambaran klinis dan radiologisnya meyerupai arthritis

rheumatoid tetapi disertai adanya sejumlah nodul akibat

pembentukan tofus

b) Efusi lutut. Biasanya ada riwayat bengkak pada ibu jari

kaki, namun kadang klien tidak menyadarinya. Cairan sendi

akan terlihat keruh dan mengandung kristal urat.

c) Gout pada jaringan lunak. Kadang-kadang tofus dapat

terjadi pada daerah kornea, jantung, lidah, bronkus, dan

pleura.

2) Gambaran radiologis

Pada stadium dini, tidak terlihat perubahan yang berarti dan

mungkin terlihat osteoporosis ringan. Pada kasus lebih lanjut,

terlihat erosi tulang-tulang seperti lubang kecil (punch out).


9

3. Penyebab Asam Urat

Faktor penyebab asam urat menurut (Ramadhani Santosa, 2014) yaitu:

a. Penyebab Primer

1) Potensi Genetik

Asam urat adalah penyakit yang bersifat menurun. Ini artinya

mereka yang memiliki anggota keluarga berpenyakit asam urat

berisiko mengalami kondisi yang sama.

2) Ketidakseimbangan hormon

Ketidakseimbangan hormon bisa mempengaruhi proses

pembentukan purin dalam tubuh. Maka dari itu metabolisme

zat purin yang tidak seimbang akan meningkatkan zat asam

urat.

b. Faktor Sekunder

1) Makanan Tinggi Purin

Produksi asam urat meningkat karena kita mengkonsumsi

nutrisi yang tinggi kadar purinnya. Tingginya purin dalam

darah tentu akan menaikkan hasil samping dari metabolism zat

tersebut, yaitu zat asam urat.

2) Alkohol

Alkohol juga mengandung purin. Selain itu, alkohol akan

memicu pengeluaran cairan sehingga meningkatkan kadar asam

urat didalam darah. Alkohol dapat memicu enzim tertentu

didalam liver yang memecah protein dan menghasilkan lebih


10

banyak asam urat. Alkohol juga bisa menyebabkan

pembuangan asam urat lewat urin terganggu sehingga asam

urat tetap bertahan didalam darah.

3) Obat-obatan Kimia

Demikian juga dengan obat-obatan kimia. Di satu sisi obat-

obatan kimia bisa membantu menyembuhkan penyakit tapi

disisi lain dia sangat berbahaya bagi organ-organ vital dalam

tubuh seperti ginjal, liver, dan organ lainnya. Menggunakan

obat-obatan kimia ibaratnya seperti kita menggunakan pisau

bermata dua.

4. Cara Mencegah Dan Mengatasi Asam Urat

Cara mencegah dan mengatasi gout menurut Ramdhani Santosa

(2014):

a. Hindari makanan yang kaya purin. Dalam hal ini, kebiasaan anda

mengkonsumsi makanan yang memiliki tingkat purin yang tinggi,

maka cobalah tukar dengan makanan rendah purin atau yang kadar

purinnya sedang-sedang saja. Cara ini cukup efektif untuk

menghindari lonjakan asam urat.

b. Kurangi asupan minuman beralkohol, terutama bir, merupakan

jenis minuman dengan kadar purin tinggi. Jika tidak dapat

meninggalkan alkohol, minumlah dengan porsi sedang, yaitu tidak

lebih dari satu atau dua gelas sehari.


11

c. Perbanyak minum air putih. Minumlah yang diionisasi atau yang

mengandung mineral, sangat baik untuk kesehatan serta kekebalan

tubuh kita. Minumlah delapan hingga 12 gelas sehari. Kurangi

konsumsi air bersoda sebab mengandung garam.

d. Minum susu dan jus jeruk. Menurut beberapa riset, susu

menurunkan kadar asam urat. Jika anda potensial menderita asam

urat, resikonya dapat diturunkan bila minum segelas susu setiap

hari. Satu gelas susu dapat menurunkan asam urat hingga 0,25

mg/dl.

e. Dalam beberapa penelitian, didapat hasil bahwa kopi dapat

menurunkan resiko asam urat. Kopi juga dapat sedikit menurunkan

resiko terkena asam urat untuk mereka yang telah terkena.

5. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan secara farmakologi (Price dan Wilson, 2006)

Pemeriksaan biokimia darah biasanya normal, kecuali pada klien

dengan hiperkalsemia atau hiperfosfatemia. Pada pemeriksaan

cairan sendi, dapat ditemukan peningkatan leukosit

polimorfonuklear. Kristal KHA (kalsium hidrosiapatite) dapat

dideteksi dengan electro probe atau mikroskop elektron transmisi.

Pada peri-artritis akut penangan yang dapat dilakukan menurut

Muttaqin (2008) adalah sebagai berikut:

1) Istirahat
12

2) Pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid. Untuk kasus yang

terjadi pada orang tua biasanya diberikan injeksi kortikosteroid

intra-artikular

3) Tindakan operatif dapat dilakukan pada nyeri yang menetap

dengan mengangkat timbunan atau melalui dekompresi pada

tendo/ligamen

4) Bila destruksi tulang yang progresif dilakukan perbaikan

jaringan lunak disekitarnya, pada sendi panggul biasanya

dilakukan penggantian seluruh sendi

b. Penatalaksanaan non farmakologi

Dengan banyaknya keluhan asam urat akhirnya ditemukan solusi

bagaimana menyembuhkannya dengan pengobatan alternatif yang

sederhana, mudah dan praktis. Ada beberapa cara yang efektif

untuk penyembuhan asam urat (Ramdhani Santosa, 2014), diantara

lain:

1) Bekam

Bekam membantu membersihkan darah yang berada di

permukaan kulit paling luar. Hal ini sangat membantu

berkurangnya kadar sam urat yang ada pada permukaan kulit.

Darah di permukaan kulit ini kebanyakan tidak kembali ke hati

untuk disaring dan diperbarui.


13

2) Mengatur pola makan

Pengaturan pola makan tampaknya merupakan metode yang

sangat efektif untuk jangka panjang guna mengurangi serangan

gout. Makanan yang kaya purin harus dihindari. Misalnya hati,

daging merah dan jeroan.

3) Penggunaan bahan herbal alami untuk mengatasi penyakit

diyakini bisa memberikan dampak kesembuhan secara

menyeluruh dan optimal. Beberapa ramuan herbal dapat

digunakan untuk mengatasi asam urat, diantara lain yaitu:

a) Daun tempuyung

Daun tempuyung ternyata memiliki khasiat dalam

membantu proses penyembuhan penyakit asam urat.

Kandungan herbal didalam daun tempuyung berpotensi

menghambat lajunya gerak asam urat.

b) Kayu manis

Diantara sekian banyak manfaat kayu manis bagi tubuh,

kayu manis yang dikenal selama ini sebagai rempah-

rempah ternyata mempunyai manfaat meredakan nyeri pada

penderita asam urat.

c) Daun salam

Kaitannya dengan penyembuhan asam urat, daun salam

ternyata memiliki khasiat luar biasa untuk menetralisir

asam urat.
14

d) Jahe merah

Jahe merah membantu mengurangi peradangan di sendi dan

membuang tumpukan asam urat dengan memperlancar

aliran darah.

6. Patofisiologi Asam Urat

Penyakit asam urat atau arthritis pirai adalah penyakit yang

disebabkan oleh beberapa faktor, diantara lain faktor genetik, sekresi

urat yang berkurang, dan produksi asam urat yang berlebih. Asam urat

berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang memicu

peningkatan kadar asam urat dalam darah dalam darah

(hiperurisemia). Sehingga jika dibiarkan terus menerus akan

menimbulkan risiko syok bagi penderita. Peran keluarga dalam

mencegah syok pada penderita asam urat sangatlah penting. Sebagian

keluarga yang tidak mengenali gejala asam urat maka akan timbul

masalah ketidakmampuan keluarga mengenali masalah kesehatan

keluarga yang lain.

Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal

monosodium urat yang menjadikan penimbunan asam urat di dalam

korteks reaksi inflamasi pada ginjal, serta dapat menimbulkan

penimbunan kristal pada membran sinovia dan tulang rawan artikular.

Pada kasus inflamasi di dalam ginjal terjadi fibrosis (jaringan ikat)

pada glomerulus sehingga dapat mengakibatkan nefritis kronis.

Dengan demikian, sangat mungkin terjadi gagal ginjal kronis,


15

hipertensi, dan sklerosis dikarenakan terbentuknya batu asam urat

didalam ginjal.

Sedangkan pada penimbunan kristal pada membran sinova dan

tulang menimbulkan erosi pada tulang rawan. Degenerasi tersebut

yang menyebabkan nyeri pada persendian yang harus segera

mendapatkan perawatan. Selain itu akan timbul gangguan mobilitas

fisik jika keluarga tidak mampu memelihara lingkungan disekitar

rumah, karena mobilitas seseorang membutuhkan peralatan dan

bantuan yang ada disekitarnya. Gangguan yang lain adalah kecemasan

apabila penyakit tidak kunjung sembuh. Peran keluarga untuk

mengurangi kecemasan yaitu segera mengambil keputusan bagi

keluarga yang sedang membutuhkan pertolongan. Degenerasi tulang

sendi juga berakibat pada terbentuknya tofus serta menimbulkan

perubahan bentuk tubuh pada tulang dan sendi, sehingga pasien harus

dilakukan intoleran terhadap aktivitas sehari-harinya.

7. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga memelihara lingkungan rumah yang mempengaruhi

kesehatan.

c. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengambil keputusan dalam melakukan tindakan.


16

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kemampuan keluarga

menggunakan pelayanan kesehatan.

e. Risiko syok masalah yang diketahui berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenali masalah kesehatan keluarga.

8. Intervensi keperawatan

a. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.

Kriteria hasil (NOC):

1) Menggambarkan faktor penyebab.

2) Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesik.

3) Menggunakan tindakan pencegahan.

4) Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri.

5) Menggunakan analgesik yan direkomendasikan.

Intervensi (NIC):

1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau

beratnya nyeri, dan faktor pencetus.

2) Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan

pemantauan yang ketat.

3) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri,

berapa lama nyeri yang dirasakan, dan antisipasi dari

ketidaknyamanan akibat prosedur.


17

4) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu

menurunkan nyeri.

5) Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan

pengetahuan dan respon keluarga terhadap nyeri.

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga memelihara lingkungan rumah yang mempengaruhi

kesehatan

Kriteria hasil (NOC):

1) Gerakan otot tidak tidak terganggu.

2) Gerakan sendi tidak terganggu.

3) Berjalan tidak terganggu.

4) Bergerak dengan mudah tidak terganggu.

Intervensi (NIC):

1) Kaji kesadaran asien tentang abnormalitas muskuloskeletalnya

dan efek yang mungkin timbul pada jaringan otot dan postur.

2) Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi latihan postur

tubuh yang sesuai.

3) Beri informasi tentang kemungkinan posisi penyebab nyeri otot

dan sendi.

4) Kolaborasi dengan dalam mengembangkan peningkatan

mekanisme tubuh sesuai indikasi.

c. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengambil keputusan dalam melakukan tindakan.


18

Kriteria hasil (NOC):

1) Tidak dapat beristirahat tidak ada.

2) Perasaan gelisah tidak ada.

3) Serangan panic tidak ada .

4) Rasa takut yang disampaikan secara lisan tidak ada.

5) Rasa cemas yang disampaikan secara lisan tidak ada.

6) Peningkatan tekanan darah tidak ada.

Intervensi (NIC):

1) Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan

jangka panjang yang tepat.

2) Berikan penilaian mengenai pemahaman pasien terhadap

proses penyakit.

3) Dukung kemampuan mengatasi situasi secara berangsur-

angsur.

4) Dukung verbalisasi perasaan, persepsi, dan rasa takut.

5) Intruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi sesuai

kebutuhan.

6) Dukung keluarga untuk memverbalisasi perasaan mengenai

anggota keluarga yang sakit.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kemampuan keluarga

menggunakan pelayanan kesehatan.

Kriteria Hasil (NOC):

1) Toleransi dalam menaiki tangga tidak terganggu


19

2) Kekuatan tubuh bagian atas tidak terganggu

3) Kekuatan tubuh bagian bawah tidak terganggu

4) Kecepatan berjalan tidak terganggu

5) Jarak berjalan tidak terganggu

Intervensi (NIC):

1) Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan

dalam level aktivitas tertentu.

2) Instruksikan klien dan keluarga untuk mempertahankan fungsi

dan kesehatan terkait peran dalam beraktivitas secara fisik,

sosial, spiritual, dan kognisi

3) Berikan aktivitas untuk meningkatkan perhatian dan

berkonsultasi dengan terapis

e. Risiko syok berhubungan hubungan ketidakmampuan keluarga

mengenali masalah kesehatan keluarga:

Kriteria hasil (NOC):

1) Kecemasan tidak ada

2) Lesu tidak ada

3) Gelisah tidak ada

4) Penurunan suhu tubuh tidak ada

Intervensi

1) Anjurkan pasien dan keluarga mengenai langkah-langkah

yang harus dilakukan terhadap timbulnya gejala syok


20

2) Anjurkan pasien dan keluarga mengenai tanda/gejala syok

yang mengancam jiwa

3) Catat adanya memar, petechiae, dan kondisi membrane

mukosa

4) Monitor berat badan, masukan, dan keluaran tiap hari

B. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian

Menurut Baylon dan Maglaya 1978 (dalam Rasmun, SKp 2009)

keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan

darah, perkawinan atau adopsi yang hidup dalam satu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain dalam perannya untuk menciptakan dan

mempertahankan suatu budaya.

Menurut WHO (1969) keluarga adalah anggota rumah tangga yang

saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan

didalamnya perannya masing-masing dan menciptakan serta

mempertahankan suatu kebudayaan (Menurut Salvicion dan Ara Celis

dalam buku Setiawati 2005)

Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa

yang dimaksudkan dengan keluarga adalah dua orang atau lebih yang
21

memiliki ikatan perkawinan dan tinggal bersama dalam satu atap serta

memiliki peran masing-masing.

2. Ciri dan Sifat Keluarga

Menurut Struart (2001), lima sifat keluarga yang dijabarkan adalah sebagai

berikut:

a. Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu system.

b. Keuarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap

perlindungan, makanan, dan sosialisasi anggotanya.

c. Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota

keluarga.

d. Setiap anggota keluarga dapat atau tidak dapat saling berhubungan dan

dapat atau tidak dapat tinggal dalam satu atap.

e. Keluarga bisa memiliki anak atau tidak.

3. Pembagian tipe keluarga menurut Sussman (1974) dan Maclin (1988)

dalam buku Dion dan Betan (2013) yakni sebagai berikut:

a. Secara Tradisional

1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri

dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi.

2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah

(kakek, nenek, paman, bibi).


22

b. Secara Modern

1) Traditional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu, anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan

oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau

keduanya dapat bekerja di luar rumah.

2) Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-

anaknya baik itu bawaan dari perkawinan yang lama maupun hasil

dari perkawinan yang baru.

3) Niddle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja

di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah

ataupun perkawinan.

4) Dyiadic Nuclear

Suami istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang kedua

atau salah satu bekerja di dalam rumah.

5) Single Parent

Satu orang tua akibat perceraian atau kematian pasangannya dan

anak-anaknya dapat tinggal dirumah maupun diluar rumah.

6) Dual Carrier

Suami dan istri bekerja sebagai orang karir dan tanpa anak.
23

7) Commuter Married

Suami atau istri atau kedunya adalah orang karir dan tinggal

terpisah pada jarak tertentu.

8) Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk kawin.

9) Three Generation

Yaitu tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.

10) Institusional

Yaitu anak-anak atau orang dewasa yang tinggal dalam satu panti.

11) Comunall

Satu rumah yang terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogam dengan anak-anaknya dan bersama menyediakan

fasilitas.

12) Group Marriage

Perumahan yang terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam

satu kesatuan keluarga dan tiap individu menikah dengan yang lain

dan semua adalah orang tua dari anak.

13) Unmaried Parent and Child

Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya hasil

dari adopsi.
24

14) Cohibing Couple

Dua orang atau pasangan yang hidup bersama tanpa ikatan

pernikahan.

15) Gay and Lesbian Family

Keluarga atau pasangan yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis

kelamin sama.

4. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menunjukkan bagaimana keluarga tersebut

diorganisasikan. Selain itu, struktur dalam keluarga dapat menggambarkan

bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga tersebut di masyarakat.

Menurut Mubarak dkk (2006), ciri-ciri dari struktur keluarga sebagai

berikut:

a. Terorganisasi

Keluarga adalah cerminan sebuah organisasi, dimana setiap anggota

keluarga mempunyai peran dan fungsinya masing-masing sehingga

tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan

adanya hubungan yang kuat antr anggota sebagai bentuk saling

ketergntungan dalam mencapai tujuan.

b. Keterbatasan

Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan

tanggung jawabnya masing-masing, sehingga dalam berinteraksi setiap

anggota tidak bisa semena-mena tetapi memiliki keterbatasan yang

dilandaskan pada tanggung jawab masing-masing setiap anggota.


25

c. Perbedaan dan Kekhususan

Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan bahwa

masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang

berbeda dank has seperti halnya peran ayah sebagai pencari utama dan

peran ibu sebagai anggota keluarga yang merawat anak-anak.

5. Fungsi Keluarga

Terdapat beberapa fungsi keluarga menurut (Friedman, 1998) sebagai

berikut:

a. Fungsi Afektif

Merupakan awal mula pembentukan dan berlangsungnya unit keluarga

yang dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikologis anggota

keluarga. Komponen yang diperlukan dalam melaksanakan fungsi

afektif adalah adanya saling asuh, menerima, menghormati dan

mendukung antar anggota keluarga.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi yaitu fungsi yang mengembangkan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah

dan berhubungan dengan orang lain. Anggota keluarga belajar budaya

dan perilaku melalui hubungan sosial dan interaksi dalam lingkup

keluarganya sendiri.

c. Fungsi Ekonomi

Kebutuhan yang harus dipenuhi dalam keluarga mencangkup

kebutuhan makan, pakaian, tempat berlindung yang aman dan nyaman


26

(rumah). Yang dilakukan keluarga dalam menjalani fungsinya adalah

mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

menabung untuk memenuhi kebutuhan di hari tua.

d. Fungsi Reproduksi

Keluarga mempunyai fungsi untuk menjaga kelangsungan generasi

dan juga untuk keberlangsungan masyarakat. Komponen yang

dilaksanakan keluarga dalam melaksanakan fungsinya adalah

meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,

memenuhi gizi keluarga, merawat anggota keluarganya.

e. Fungsi Perawatan Keluarga

Fungsi perawatan keluarga merupakan fungsi untuk melindungi

keamanan dan kesehatan anggota keluarga serta menjamin pemenuhan

kebutuhan perkembangan fidik, mental, dan spiritual dengan cara

memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi

sakit tiap anggota keluarga.

6. Peran Keluarga

Berbagai peran formal dalam keluarga menurut Nasrul Effendy (1998)

dalam buku Dion dan Betan (2013) adalah:

a. Peranan ayah adalah suami dari istri dan ayah dari anak-anak berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman.

Peran ayah juga sebagai kepala keluarga, sebagai anggota kelompok

dari kelompok sosialnya serta menjadi anggota masyarakat di

lingkungannya.
27

b. Peranan ibu sebagai istri dari suami dan ibu bagi anak-anak berperan

untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi

anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial.

c. Peranan anak adalah melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

7. Tugas Keluarga

Perlu digarisbawahi bahwa 5 tugas keluarga berikut harus dijalankan.

Tentu apabila salah satu atau beberapa tugas tidak dijalankan justru akan

menimbulkan maslah kesehatan dalam keluarga. Tugas kesehatan keluarga

menurut Friedman (1998) dalam Efendi & Makhfudli (2009) tersebut

antara lain:

a. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan,

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua

perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang

dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang

dialami anggota keluarga, secara tidak langsung akan menjadi

perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya

perubahan, keluarga perlu mencatat kapan terjadinya, perubahan apa

yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

b. Membuat Keputusan Yang Tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus mengkaji keadaan


28

keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam membuat

keputusan. Berikut beberapa hal yang perlu dikaji perawat:

1) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti sifat dan luasnya

masalah

2) Apakah keluarga merasakan ada masalah kesehatan

3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami

4) Apakah keluarga merasa takut terhadap penyakit

5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah

kesehatan

6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap petugas kesehatan

7) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan

dalam mengatasi masalah

c. Memberi Perawatan pada Anggota Keluarga yang Sakit

Ketika memberikan perawatan kepada keluarganya yang sakit,

keluarga harus mengetahui hal-hal seperti berikut:

1) Keadaan penyakit (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan

perawatannya)

2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan

3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkn untuk perawatan

4) Sumbr-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang

bertanggung jawab, sumber keuangan atau financial, fasilitas fisik,

psikososial).

5) Sikap keluarga terhadap keluarga yang sakit.


29

d. Mempertahankan atau Mengusahakan Suasana Rumah yang Sehat

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah

sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:

1) Sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga.

2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.

3) Pentingnya higiene sanitasi.

4) Upaya pencegahan penyakit.

5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi.

6) Kekompakan antar-anggota keluarga.

e. Mengunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Ada di Masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus

mengetahui hal-hal berikut ini:

1) Keberadaan fasilitas keluarga.

2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan.

3) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan.

4) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.

5) Fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh keluarga.

C. Konsep Asuhan Keluarga

1. Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang

diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk

membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan (Setyowati dan Arita,

2008).
30

2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatan secara mandiri.

b. Tujuan Khusus

Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam:

1) Mengenal masalah keperawatan keluarga.

2) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah

kesehatan keluarga.

3) Melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota

keluarga keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi

tubuh, dan membutuhkan bantuan/asuhan keperawatan.

4) Memelihara lingkungan (fisik, psikis, dan sosial) sehingga

dapat menunjang peningkatan kesehatan keluarga.

5) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat misalnya:

puskesmas, puskesmas pembantu, kartu sehat, dan posyandu

untuk memperoleh pelayan kesehatan.

3. Sasaran

Menurut Setyowati dan Arita (2008) sasaran dari asuhan keperawatan

keluarga adalah keluarga-keluarga yang rawan kesehatan yaitu:

keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang beresiko

terhadap timbulnya masalah kesehatan.


31

4. Proses Pengkajian Keperawatan Keluarga

Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family

Centre Nursing Friedman, meliputi 7 komponen pengkajian yaitu:

a. Data Umum

1) Identitas kepala keluarga

a) Nama Kepala Keluarga (KK) :

b) Umur (KK) :

c) Pekerjaan Kepala Keluarga (KK) :

d) Pendidikan Kepala Keluarga (KK) :

e) Alamat dan nomor telpon :

2) Komposisi anggota keluarga

Tabel 1.1

Macam-macam komposisi keluarga

Nama Umur Sex Hub dengan KK Pendidikan Pekerjaan Ket

3) Genogram:

Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi harus tertera

nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar.

Terhadap keterangan gambar dengan symbol berbeda

(Friedman, 1998) seperti:


32

Laki-laki Perempuan Klien sakit

Meninggal Menikah Pisah

Cerai Tinggal bersama Anak Angkat


tanpa ikatan

Aborsi Kembar Tinggal serumah

Gambar 2.1. Simbol-simbol genogram menurut Friedman

(dalam Achjar, 2010, p. 15)

4) Tipe keluarga

Suku bangsa

a) Asal suku bangsa keluarga

b) Bahasa yang dipakai keluarga

c) Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat

mempengaruhi kesehatan

5) Agama:

a) Agama yang dianut keluarga

b) Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

6) Status sosial ekonomi keluarga:

a) Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga

b) Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan

c) Tabungan khusus kesehatan


33

d) Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot,

transportasi)

e) Aktivitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak

tertua)

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

3) Riwayat keluarga inti:

a) Riwayat terbentuknya keluarga inti

b) Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit

menular atau penyakit menular keluarga)

4) Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri):

a) Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menu;ar di

keluarga

b) Riwayat kebiasaan/ gaya hidup yang mempengaruhi

kesehatan

c. Lingkungan

1) Karakteristik rumah:

a) Ukuran rumah (luas rumah)

b) Kondisi dalam dan luar

c) Kebersihan rumah

d) Ventilasi rumah

e) Saluran pembuangan air limbah


34

f) Air bersih

g) Pengelolaan sampah

h) Kepemilikan rumah

i) Kamar mandi/wc

j) Denah rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal:

a) Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja

b) Aturan dan kesepakatan penduduk setempat

c) Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan

3) Mobilitas geografis keluarga:

a) Apakah keluarga sering pindah rumah

b) Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah

menyebabkan stress)

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Perkumpulan/organisasi social yang diikuti oleh anggota

keluarga

5) System pendukung keluarga

Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami

masalah

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga:

a) Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga

b) Cara keluarga memecahkan masalah


35

2) Struktur kekuatan keluarga:

a) Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang

mengalami masalah

b) Power yang digunakan keluarga

3) Struktur peran (formal dan informal):

Peran seluruh anggota keluarga

4) Nilai dan norma keluarga

e. Fungsi keluarga:

1) Fungsi afektif:

a) Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih

saying

b) Perasaan saling memiliki

c) Dukungan terhadap anggota keluarga

d) Saling menghargai, kehangatan

2) Fungsi sosialisasi

a) Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan

dunia luar

b) Interaksi dan hubungan dalam keluar

3) Fungsi perawatan kesehatan:

a) Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga

(bukan hanya kalau sakit diapakan tetapi bagaimana

prevensi)
36

b) Bila ditemui data maladaptive, langsung dilakukan

penjajagan tahap II (berdasar 5 tugas keluarga seperti

bagaimana keluarga mengenal masalah, mengambil

keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi

lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan).

f. Stress dan koping keluarga

a) Stresor jangka panjang dan sensor jangka pendek serta

kekuatan keluarga

b) Respon keluarga terhadap stress

c) Strategi koping yang digunakan

d) Strategi adaptasi yang disfungsional:

Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara maladaptif

g. Pemeriksaan fisik (head to toe)

a) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan.

b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota

keluarga.

c) Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata

mulut THT, leher, thorax, abdomen, ekstremitas atas dan

bawah, sistem genitalia.

d) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.

h. Harapan keluarga

a) Terhadap masalah kesehatan keluarga


37

b) Terhadap petugas kesehatan yang ada

5. Analisa data dan diagnosa

Menurut Efendi (1998) dalam (Mubarak & Santoso, 2006) etiologi dari

diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan

ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan

dan keperawatan sebagai berikut:

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga

disebabkan karena :

1) Kurang pengetahuan atau ketidaktahuan fakta.

2) Rasa takut akibat masalah yang diketahui.

3) Sikap dan falsafah hidup.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam

melakukan tindakan yang tepat, disebabkan :

1) Tidak memahami mengenai sifat,berat dan luasnya masalah.

2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol.

3) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang

pengetahuan dan kurangnya pengetahuan keluarga.

4) Tidak sanggup memilih tindakan dari berbagai pilihan.

5) Ketidakcocokan pendapat dari anggota keluarga.

6) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada.

7) Takut dari akibat tindakan.

8) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan.

9) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau.


38

10) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan.

11) Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

disebabkan karena:

1) Tidak mengetahui tentang keadaan penyakit, misalnya sifat,

penyebab, penyebaran, perjalanan penyakit, gejala dan

perawatannya.

2) Tidak mengetahui perkembangan, perawatan yang dibutuhkan.

3) Kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk

perawatan.

4) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga,

misalnya keuangan, anggota keluarga yang bertanggung jawab.

5) Sikap negatif terhadap yang sakit.

6) Konflik individu dalam keluarga.

7) Sikap dan pandangan hidup.

8) Perilaku yang mementingkan dirinya sendiri.

d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota

keluarga, disebabkan karena:

1) Sumber-sumber keluarga tidak cukup diantaranya, keuangan,

tanggung jawab atau wewenang, keadaan fisik rumah yang

tidak memenuhi syarat.

2) Kurang dapat melihat manfaat pemeliharaan lingkungan.


39

3) Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan.

4) Konflik personal dalam keluarga.

5) Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit.

6) Sikap dan pandangan hidup.

7) Ketidak kompakan keluarga, karena sikap mementingkan diri

sendiri, tidak ada kesempatan, acuh terhadap anggota keluarga

yang mempunyai masalah.

e. Ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan di masyarakat

guna memelihara kesehatan, disebabkan karena:

1) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada.

2) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh.

3) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga

kesehatan.

4) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan.

5) Rasa takut pada kaib at dari tindakan

6) Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan.

7) Tidak ada fasilitas yang diperlukan.

8) Rasa acuh dan tidak adanya dukungan dari masyarakat.

9) Sikap dan falsafah hidup

6. Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga

Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga,

selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada perlu diprioritaskan

bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber


40

dana yang dimiliki keluarga. Prioritas masalah asuhan keperawatan

keluarga seperti table berikut (Komang, 2010)

Tabel 2.2

Kriteria masalah keluarga

KRITERIA BOBOT SKOR

Sifat masalah 1 Aktual =3


Resiko = 2
Potensial = 1

Kemungkinan masalah umtuk 2 Mudah = 2


dipecahkan Sebagian = 1
Tidak dapat = 0

Potensi masalah untuk 1 Tinggi = 3


dicegah Cukup = 2
Rendah = 1

Menonjolkannya msalah 1 Segera diatasi = 2


Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah = 0

7. Perencanaan

Menurut (Ali, 2010) menyatakan perencanaan keperawatan keluarga

adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk

dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan

yang telah diidentifikasi. Fokus intervensi menurut (Ali, 2010)

masalah keperawatan yang mungkin timbul pada keluarga sesuai tugas

keluarga sebagai etiologinya, dengan anggotanya keluarga yang

menderita asam urat :


41

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asam urat

1) Gali pengetahuan keluarga mengenal preeklamsi.

2) Berikan penjelasan secara sederhana tentang pengertian,

penyebab, tanda dan gejala asam urat.

3) Bantu keluarga untuk mengenal tanda dan gejala asam urat

yang terdapat pada anggota keluarga.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil tindakan kesehatan yang

tepat untuk mengatasi asam urat

1) Diskusikan bersama keluarganya akibat asam urat.

2) Jelaskan alternatif tindakan yang dapat dipilih untuk mengatasi

masalah asam urat

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan asam

urat

1) Kaji sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang mengalami asam urat

2) Jelaskan tentang cara perawatan asam urat

3) Demonstrasikan tentang cara pembuatan obat tradisional dan

manfaatnya.

d. Ketidakmampuan keluarga memelihara dan memodifikasi

lingkungan untuk mencegah asam urat

1) Beri penjelasan tentang pengaruh lingkungan terhadap penyakit

asam urat
42

2) Jelaskan pada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan

untuk mencegah asam urat

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan guna memelihara kesehatan yang berhubungan dengan

asam urat

1) Beri tahu keluarga, macam-macam fasilitas kesehatan.

2) Kaji tingkat kepercayaan keluarga pada pelayanan kesehatan.

3) Diskusikan bersama keluarga manfaat mendatangi fasilitas

kesehatan.

8. Implementasi Keperawatan

Secara sederhana implementasi adalah melaksanakan tindakan

keperawatan yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam melaksanakan

tindakan kepperawatan seperti ini, perawat seharusnya tidak boleh

bekerja sendiri dan melibatkan keluarga serta disiplin ilmu yang lain.

a. Tahap-tahap tindakan

1) Persiapan alat: tugas perawat adalah mempersiapkan alat-alat

apa saja yang dibutuhkan selama melakukan perawatan.

2) Persiapan pasien: tugas perawat adalah melakukan kontrak

dengan pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan

dilakukan (waktu, jenis tindakan, dll).

3) Persiapan tempat: tugas perawat adalah mempersiapkan tempat

yang aman bagi pasien jika melakukan tindakan yang perlu

menjaga privasi pasien.


43

4) Pelaksanaan tindakan: dalam melaksanakan tindakan, perawat

harus benar-benar melibatkan klien dan keluarga.

b. Tipe tindakan

1) Tindakan diagnostik:

a) Wawancara dengan klien.

b) Observasi dan pemeriksaan fisik.

c) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana, misalnya:

cek kadar asam urat.

2) Tindakan terapeutik:

Yang dimaksudkan adalah segala tindakan untuk mencegah,

mengurangi, dan mengatasi masalah klien.

Misalnya: Melakukan tindakan untuk tidak terjadi gangguan

nyeri pada sendi

3) Tindakan edukatif:

Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien, seperti:

menjelaskan kepada klien tentang tata cara pengobatan kepada

pasien asam urat.

4) Tindakan merujuk:

Yaitu tindakan yang didalamnya melakukan kerjasama dengan

tim kesehatan lainnya.

c. Dokumentasi

Setelah pelaksanaan tindakan keperawatan, harus melakukan

dokumentasi yang lengkap dan akurat.


44

9. Evaluasi

Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai

tujuan. Terdapat dua jenis evaluasi dalam melaksanakan asuhan

keperawatan keluarga, yaitu sebagai berikut:

a. Evaluasi Formulatif

Evaluasi yang dilakukan sesaat setelah pelaksanaan tindakan

keperawatan. Penulisannya lebih dikenal dengan menggunakan

format SOAP.

b. Evaluasi Sumatif

Evaluasi akhir apabila waktu perawatan sudah sesuai dengan

perencanaan. Bila terdapat ketidaksesuaian dalam hasil yang

dicapai, keseluruhan proses mulai dari pengkajian sampai dengan

tindakan perlu ditinjau kembali.

Ada beberapa metode yang perludilaksanakan dalam melakukan

evaluasi, diantaranya:

1) Observasi langsung

2) Wawancara

3) Memeriksa laporan

4) Latihan simulasi

Komponen yang perlu dievaluasi dalam keperawatan keluarga

meliputi komponen kognitif, afektif, dan psikomotor dengan

penentuan keputusan sebagai berikut:


45

1) Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan sesuai dengan

tujuan dan standar, sehingga rencana dihentikan.

2) Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan,

sehingga perlu penambahan waktu, sumber, dan intervensi

sebelum tujuan berhasil.

3) Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan,

sehingga perlu:

a) Mengkaji ulang masalah masalah atau respon yang lebih

akurat

b) Membuat out comes yang baru, mungkin yang sebelumnya

tidak realistis atau tidak dikehendaki keluarga sehingga

susah untuk dicapai.

c) Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal

ketepatan untuk mencapai tujuan sebelumnya.

D. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun keatas

(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999; 8). Pada lanjut usia akan terjadi

proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri

atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara

perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan


46

memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). (Dalam

buku Asuhan Keperawatan Gerontik, Sunaryo dkk, 2016).

2. Batasan Umur Lansia

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009), batasan-batasan

umur yang mencangkup batasan umur lansia sebagai berikut:

a. Menurut WHO (dalam Sunaryo dkk, 2016)

a) Usia pertengahan (middle age): 45-59 tahun

b) Lanjut usia (elderly): 60-74 tahun

c) Lanjut usia tua (old): 75-90 tahun

d) Usia sangat tua (very old): diatas 90 tahun

b. Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad

a) Masa bayi: 0-1 tahun

b) Masa prasekolah: 1-6 tahun

c) Masa sekolah: 6-10 tahun

d) Masa pubertas: 10-20 tahun

e) Masa dewasa: 20-40 tahun

f) Masa setengah umur (prasenium): 40-65 tahun

g) Masa lanjut usia (senium): 65 tahun ke atas

3. Tipe Lansia

Lansia memiliki berbagai tipe yang dipengaruhi oleh karakter,

pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, serta

ekonomi, menurut Widyanto (2014), beberapa tipe lansia yang umum

yaitu :
47

a. Tipe arif bijaksana, ditandai dengan lansia yang kaya dengan hikmah,

pengalaman, mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,

mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,

dermawan, memenuhi undangan, serta mampu menjadi panutan yang

baik untuk untuk keluarga dan masyarakat.

b. Tipe mandiri, ditandai dengan lansia yang mampu mengganti kegiatan

yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan,

bergul dengan teman, serta memenuhi undangan.

c. Tipe tidak puas, ditandai dengan lansia yang memiliki konflik lahir

batin dengan menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,

tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak

menuntut.

d. Tipe pasrah, ditandai dengan lansia yang mau menerima dan

menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan

pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung, ditandai dengan lansia yang kaget, kehilangan

kepribdian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak

acuh.

4. Proses Penuaan dan perubahan yang terjadi pada Lansia

Menurut Mubarak dkk (2012), aging process atau proses menua

merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari dan akan

dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki


48

diri atau mengganti serta mempertahankan struktur dan fungsi secara

normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk adanya infeksi. Proses

penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,

misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf,

dan jaringan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya

tidak ada batasan yang tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan

seseorang mulai menurun. Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat

tubuh yang sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi

tersebut maupun saat menurunnya. Umumnya fungsi fisiologis tubuh

mencapai puncaknya pada 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi

alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian

menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usisa.

Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap

kehidupan, yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat

dihindari oleh setiap individu. Pertambahan usia akan menimbulkan

perubahan-perubahan pada struktur dan fisiologis dari berbagai

sel/jaringan/organ dan sistem yang ada pada tubuh manusia. Proses ini

menjadikan kemunduran fisik ditandai dengan kulit mengundur, rambut

memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan

lambat, dan kelainan berbagai fungsi organ vital. Sedangkan kemunduruan

psikis terjadi peningkatan sensitivitas emosional, menurunnya gairah,

bertambahnya minat terhadap diri sendiri, berkurangnya minat terhadap

penampilan, meningkatnya minat terhadap material, dan minat kegiatan


49

rekreasi tidak berubah (hanya orientasi dan subjek saja yang berbeda).

Namun, hal di atas tidak harus menimbulkan penyakit. Oleh karena itu,

lansia harus senantiasa berada dalam kondisi sehat, yang diartikan sebagai

kondisi :

a. Bebas dari penyakit fisik, mental, dan sosial.

b. Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

c. Mendapatkan dukungan secara sosial dari anggota keluarga dan

masyarakat.

Adapun dua proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan

penuaan secara sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat

perubahan pada tingkat sel, sedangkan penuaan sekunder merupakan

proses penuaan akibat faktor lingkungan fisik dan sosial, stress fisik/psikis,

serta gaya hidup dan diet dapat mempercepat proses menjadi tua. Secara

umum, perubahan fisiologis proses penuaan adalah sebagai berikut :

a. Perubahan mikro merupakan perubahan yang terjadi dalam sel :

1) Berkurangnya cairan dalam sel.

2) Berkurangnya ukuran sel.

3) Berkurangnya jumlah sel.

b. Perubahan makro, yaitu perubahan yang jelas dapat diamati atau

terlihat seperti :

1) Mengecilnya kelenjar mandibula.

2) Erosi pada permukaan sendi-sendi.

3) Terjadinya osteoporosis.
50

4) Otot-otot mengalami atrofi.

5) Sering dijumpai adanya emfisema polmonum.

6) Presbiopi.

7) Adanya arteriosklerosis.

8) Menopause pada manusia.

9) Kulit tidak elastis lagi.

10) Rambut memutih.

5. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menurut Mubarak dkk,

(2012) :

a. Perubahan kondisi fisik

Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia :

1) Mudah jatuh, mudah lelah.

2) Nyeri pada dada, berdebar-debar.

3) Sesak nafas pada saat melakukan aktivitas atau kerja fisik.

4) Nyeri pinggang atau punggung dan nyeri sendi pinggul.

5) Sulit tidur, sering pusing dan berat badan menurun.

6) Gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran dan sukar

menahan kencing.

b. Perubahan kondisi mental

1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

2) Kesehatan umum.

3) Lingkungan.

4) Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.


51

5) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan

teman dan keluarga.

6) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri, dan konsep diri.

c. Perubahan psikososial

Pensiunan, merasakan atau sadar akan kematian, perubahan cara hidup

memasuki rumah perawatan, penghasilan menurun, biaya hidup

meningkat, tambahan biaya pengobatan, penyakit kronis,

ketidakmampuan, kesepian akibat pengasingan diri dari lingkungan

sosial, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya

kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep diri, serta kematian

pasangan hidup.

d. Perubahan kognitif

Perubahan fungsi kognitif pada lansia meliputi fungsi daya ingat,

fungsi intelektual, dan kemampuan untuk belajar. Lansia memiliki

kemampuan untuk mengingat jangka pendek tetapi tidak dengan

kemampuan mengingat masa lampau. Sedangkan lansia mengalami

peningkatan kemampuan untuk mengintegrasi, informasi dan

pengetahuan terkait dengan pengalaman, pengertian komunikasi, dan

juga pemikiran terkait kebutuhan kehidupan sehari-hari.

e. Perubahan spiritual

Perubahan yang terjadi pada aspek spiritual lansia meliputi:


52

1) Usia lanjut makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini

terlihat dalam cara berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-

hari.

2) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut fowler adalah

universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah

berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara

mencintai dan bersikap adil.

E. Pengkajian Lansia

1. Pengkajian keperawatan lansia meliputi:

a. Anamnesis

Langkah-langkah pada saat melakukan pengkajian dengan

anamnesis sebagai berikut:

1) Perawat membuka dengan memperkenalkan diri dan

menjelaskan tujuan dan lama anamnesis

2) Berikan waktu yang cukup kepada klien untuk menjawab,

berkaitan dengan kemunduran kemampuan merespon verbal

3) Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan

latar belakang sosiokulturalnya.

4) Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena klien lansia

kesulitan dalam berpikir abstrak.


53

5) Perawat dapat memperhatikan dukungan dan perhatian dengan

memberikan respons nonverbal seperti kontak mata secara

langsung, duduk, menyentuh pasien.

6) Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda

kepribadian klien dan distres yang ada.

7) Perawat tidak boleh berasumsi bahwa klien memahami tujuan

anamnesis.

8) Perawat harus memperhatikan respon klien dengan cermat dan

mengobservasi.

9) Tempat anamnesis tidak merupakan tempat yang baru dan

asing bagi klien.

10) Lingkungan senyaman mungkin.

11) Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada

keluarga klien.

12) Memperhatikan kondisi fisik klien pada waktu anamnesis

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, baik secara inspeksi,

palpitasi, perkusi, dan auskultasi. Beberapa tes khusus mungkin

diperluka, seperti tes neurologi. Pemeriksaan fisik ini dilakukan

secara head to toe (kepala ke kaki) dan review of system (sistem

tubuh).
54

c. Pengkajian Status Fungsional

Pengkajian status fungsional ini meliputi pengukuran

kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas kehidupan

sehari-hari, penentuan kemandirian, mengidentifikasi kemampuan

dan keterbatasan klien, serta menciptakan pemilihan intervensi

yang tepat.

Pengkajian status fungsional ini melakukan pemeriksaan

dengan instrument tertentu untuk membuat penilaian secara

objektif. Instrumen yang biasa digunakan dalam pengkajian status

fungsional adalah Indeks Kats, Barthel Indeks, dan Sullivan Indeks

Katz. Alat ini digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan

prognosis pada lansia dan penyakit kronis. Lingkup pengkajian

meliputi keadekuatan enam fungsi yaitu mandi, berpakaian,

toileting, berpindah, kontinen, dan makan.

d. Pengkajian Status Kognitif/Afektif

Pengkajian status kognitif/afektif merupakan pemeriksaan status

mental sehingga dapat memberikan gambaran perilaku dan

kemampuan mental dan fungsi intelektual.

Hal yang perlu dikaji antara lain:

1) Tanggal berapa hari ini?

2) Hari apa sekarang?

3) Apa nama tempat ini?

4) Dimana alamat anda?


55

5) Berapa anak anda?

6) Kapan anda lahir?

7) Siapakah Presiden Indonesia saai ini?

8) Siapakah Presiden Indonesia sebelumnya?

9) Siapakah nama ibu anda?

e. Pengkajian Aspek Spiritual

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Tuhan

Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang

yang percaya kepada Allah sebagai pencipta atau sebagai Maha

Kuasa.

Pengkajian objektif pada aspek spiritual yang dilakukan meliputi:

1) Afek dan sikap. Apakah pasien tampak kesepian, depresi,

marah, cemas, agatasi, dan apatis?

2) Perilaku. Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan,

membaca kitab suci atau buku keagamaan?

3) Verbalisasi. Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah

ibadah, atau topic keagamaan lainnya?

4) Hubungan interpersonal. Siapa pengunjung pasien? Bagaimana

pasien berespon terhadap pengunjung?

5) Lingkungan. Apakah pasien membawa kitab suci atau

perlengkapan ibadah lainnya?


56

f. Pengkajian Fungsi Sosial

Pengkajian fungsi sosialini lebih ditekankan pada hubungan lansia

dengan keluarga sebagai peran sentralnya dan informasi tentang

jaringan pendukung. Pengkajian aspek fungsi sosial dapat

menggunakan APGAR keluarga. Instrumen APGAR adalah:

1) Saya puas bisa kembali pada keluarga saya yang ada untuk

membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya (adaptasi).

2) Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan sesuatu

dan mengungkapkan masalah dengan saya (hubungan).

3) Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung

keinginan saya untuk melakukan aktivitas (pertumbuhan).

4) Saya puas dengan cara keluarga sayan mengekspresikan afek

dan berespons terhadap emosi saya, seperti marah, sedih, atau

mencintai (afek).

5) Saya puas dengan cara teman saya dan saya menyediakan

waktu bersama-sama.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan pada lanjut usia dapat ditinjau dari beberapa

aspek, antara lain aspek fisik atau biologis dan aspek psikososial. Salah

satu cara menentukan diagnose keperawatan dan intervensi

sebagaimana dikemukakan oleh Wilkinson (2000), yaitu dengan

menggunakan NIC dan NOC. Diagnosa keperawatan pada lansia yang

sering muncul adalah:


57

a. Fisik atau Biologis

1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan,

mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.

2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam

waktu lama, terbangun lebih awal atau terlambat bangun, dan

penurunan kemampuan fungsi yang ditandai dengan penuaan

perubahan pola tidur dan cemas.

3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

muskuloskeletal dan neuromuskular yang ditandai dengan

perubahan gaya berjalan, gerak lambat, gerak menyebabkan

tremor, dan usaha yang kuat untuk perubahan gerak.

4) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur

tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai

kepuasan seksual.

5) Keletihan berhubungan dengan kondisi fisik kurang, yang

ditandai dengan peningkatan kebutuhan istirahat.

6) Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran,

status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan status

ekonomi, yang ditandai dengan ekspresi yang mendalam dalam

perubahan hidup, mudah tersinggung, gangguan tidur.


58

7) Distres spiritual berhubungan kehilangan fungsi bagian tubuh

ditandai dengan strategi koping tidak efektif.

3. Intervensi Keperawan

a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna,

mengabsorbsi makanan karena factor biologi

Kriteria hasil (NOC):

1) Asupan gizi normal

2) Asupan makan normal

3) Asupan cairan normal

4) Energi meningkat

5) Rasio berat badan normal

6) Hidrasi normal

Intervensi (NIC):

1) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk

memenuhi kebutuhan gizi

2) Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makan yang dimiliki

pasien

3) Instruksikan psien mengenai kebutuhan nutrisi (yaitu:

membahas pedoman diet dan piramida makanan)

4) Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau piramida

makanan yang paling cocok dalam memenuhi kebutuhan


59

nutrisi (misalnya: piramida makanan vegetarian, piramida

makanan untuk lanjut usia)

5) Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan

terhadap pilihan makanan yang lebih sehat.

6) Atur diet yang diperlukan

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu

lama, terbangun lebih awal atau terlambat bangun, dan penurunan

kemampuan fungsi yang ditandai dengan penuaan perubahan pola

tidur dan cemas.

Kriteria hasil (NOC):

1) Jam tidur tidak terganggu

2) Pola tidur tidak terganggu

3) Kualitas tidur tidak terganggu

4) Nyeri tidak ada

Intervensi (NIC):

1) Tentukan pola tidur/aktivitas

2) Dorong pasien untuk menetapkan rutinitas tidur untuk

memfasilitasi perpindahan dari terjaga menuju tidur

3) Anjurkan untuk tidur siang jika diindikasikan untuk memenuhi

kebutuhan tidur.

4) Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai teknik untuk

meningkatkan tidur
60

c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

muskuloskeletal dan neuromuscular yang ditandai dengan

perubahan gaya berjalan, gerak lambat, gerak menyebabkan

tremor, dan usaha yang kuat untuk perubahan gerak.

Kriteria hasil (NOC):

1) Bergerak dari posisi berbaring ke posisi berdiri tidak terganggu

2) Bergerak dari posisi duduk ke posisi berdiri tidak terganggu

3) Berpindah dari satu sisi ke sisi lain sambil berbaring tidak

terganggu

4) Bergerak dari posisi jongkok ke posisi berdiri tidak terganggu

Intervensi (NIC):

1) Jelaskan alas an diperlukan tirah baring

2) Tempatkan matras atau kasur terapeutik dengan cara yang tepat

3) Ajarkan latihan di tempat tidur dengan cara yang tepat

4) Monitor komplikasi dari tirah baring (misalnyankehilangan

tonus otot, nyeri punggung, konstipasi, peningkatan stress,

depresi, dan kebingungan)

5) Balikkan pasien yang tidak dapat mobilisasi paling tidak setiap

2 jam

d. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur

tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai

kepuasan seksual.
61

Kriteria hasil (NOC):

1) Mencapai gairah seksual secara konsisten

2) Mengekspresikan kepercayaan diri secara konsisten

3) Mengekspresikan kepercayaan diri secara konsisten

4) Mengekspresikan rasa hormat kepada pasangan secara

konsisten

5) Mengkomunikasikan kenyamanan dengan pasangan secara

konsisten

Intervensi (NIC):

1) Berikan privasi dan jaminan kerahasiaan

2) Informasikan pada pasien di awal hubungan bahwa seksualitas

merupakan bagian yang penting dalam kehidupan

3) Bantu pasien untuk mengekspresikan kesedihan dan kemarahan

mengenai perubahan dalam fungsi bagian tubuh

4) Hindari memperlihatkan keengganan pada bagian tubuh yang

mengalami perubahan

5) Tentukan besarnya perasaan bersalah terkait seksual

dihubungkan dengan persepsi pasien mengenai faktor penyebab

dari penyakitnya

6) Libatkan pasangan pasien pada saat konseling sesuai kebutuhan

e. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisik kurang, yang ditandai

dengan peningkatan kebutuhan istirahat.


62

Kriteria hasil (NOC):

1) Penurunan energi

2) Gangguan dengan aktivitas sehari-hari

3) Gangguan pada rutinitas

4) Gangguan aktivitas fisik

5) Gangguan kinerja peran

6) Pesimis dengan kesehatan saat ini

Intervensi (NIC):

1) Kaji status fisiologi pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai

dengan konteks usia dan perkembangan

2) Anjurkan pesien mengungkapkan perasaan secara verbal

mengenai keterbatasan yang dialami

3) Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan untuk

menjaga ketahanan

4) Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energy

yang adekuat

5) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dialami pasien yang bisa

mempengaruhi fungsi kognitif

6) Anjurkan tidur siang bila dibutuhkan

f. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status

kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan status ekonomi,

yang ditandai dengan ekspresi yang mendalam dalam perubahan

hidup, mudah tersinggung, gangguan tidur


63

Kriteria hasil (NOC):

1) Menghindari situasi sosial tidak ada

2) Menghindari orang yang tidak dikenal tidak ada

3) Antisipasi cemas dalam menghadapi orang yang tidak dikenal

tidak ada

4) Persepsi diri yang negatif terhadap penerimaan orang lain tidak

ada

5) Takut berinterksi dengan anggota jenis kelamin yang berbeda

tidak ada

6) Gejala panik dalam situasi social tidak ada

7) Gangguan dengan hubungan tidak ada

8) Tidak nyaman selama menghadapi sosial tidak ada

Intervensi (NIC):

1) Pertimbangkan metode yang biasa digunakan klien dalam

pemecahan masalah

2) Bantu klien memutuskan siapa yang akan memecahkan

masalah

3) Bantu pasien untuk beradaptasi dengan adanya perubahan

peran

4) Libatkan keluarga maupun orang-orang terdekat klien jika

memungkinkan

5) Latih teknik yang digunakan untuk beradaptasi terhadap

perkembangan situasi kritis dengan klien secara tepat


64

g. Distres spiritual berhubungan kehilangan fungsi bagian tubuh

ditandai dengan strategi koping tidak efektif.

Kriteria hasil (NOC):

1) Kualitas harapan tidak terganggu

2) Arti dan tujuan hidup tidak terganggu

3) Perasaan kedamaian tidak terganggu

4) Berpartisipasi dengan bacaan spiritual tidak terganggu

5) Berinteraksi dengan orang lain untuk berbagi ide, perasaan, dan

keyakinan tidak terganggu

6) Keterkaitan dengan diri pribadi tidak terganggu

7) Keterkaitan dengan orang lain tidak terganggu

Intervensi (NIC):

1) Gunakan komunikasi terapeutik dalam membangun hubungn

saling percaya dan caring

2) Dorong individu untuk meninjau ulang masa lalu dan berfokus

pada kejadian dan hubungan yang memberikan dukungan dan

kekuatan spiritual

3) Dengarkan perasaan klien

4) Tunjukkan empati terhadap ekspresi perasaan klien

5) Terbuka pada perasaan individu terkait dengan penyakit dan

kematian

6) Berbagi mengenai perspektif spiritual yang baik

7) Dorong partisipasi dalam dukungan kelompok.


65

9. Pathway
Sekresi asam urat Produksi asam urat
Genetik yang berkurang yang berlebih

Gangguan
metabolisme purin

Gout
Ketidakmampuan
keluarga mengenali
Risiko syok
masalah kesehatan
keluarga
Hiperurisemia

Penimbunan asam Penimbunan kristal pada


urat pada ginjal membrane sinovia dan
tulang rawan
Terjadi fibrinosis
pada glomerulus Erosi tulang rawan

Nefritis kronis Degenerasi


tulang rawan
sendi
Terbentuknya batu
asam urat
Terbentuknya
fibrinosis pada tulang

Nyeri b.d Hambatan mobilitas fisik Ansietas b.d Perubahan bentuk tubuh
ketidakmampuan b.d ketidakmampuan klg ketidakmampuan pada tulang dan sendi
keluarga merawat memelihara lngkngn rmh klg mengambil
anggota klg yang yg mempengaruhi keputusan dlm
Intoleransi aktivitas b.d
sakit kesehatan melakukan tindakan
ketidakmampuan klg
mnggnkn plynn kes

Gambar 2.2 Pathway


Keluarga dengan Asam Urat

Sumber : Pathway Hipertensi dihubungkan dengan


tugas-tugas kesehatan keluarga dikembangkan dari
Achjar (2010), Mubarak(2012), Muttaqin(2008)
66

BAB III

METODA PENULISAN

A. Jenis Penulisan

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam karya tulis ilmiah yang

berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Asam Urat Di Wilayah Kerja

Magelang Tengah Kota Magelang Tahun 2017” adalah jenis penelitian

studi kasus dengan pendekatan kualitatif dengan rancangan

B. Sampel

Sampel adalah sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2006) dan disini penulis memilih sampel salah satu

responden dengan masalah asam urat di wilayah Kota Magelang dan

mengikutsertakan keluarga yang tinggal satu rumah untuk di analisa lebih

lanjut.

1. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan penulis yaitu dengan cara

conveniene sampling method (non-propbability sampling technique)

dimana subjek dipilih karena kemudahan data yang tersedia dan sesuai

dengan permasalahan yang diambil penulis.

2. Besar sampel

Besar sampel yang digunakan penulis dalam pembuatan karya tulis

ilmiah adalah satu responden laki-laki atau perempuan yang memiliki


67

masalah asam urat di wilayah Kota Magelang terutama di Magelang

Tengah.

C. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian dan waktu penelitian

Lokasi penelitian adalah di wilayah Magelang Tengah Kota Magelang.

Waktu pelaksanaan penelitian adalah 12-19 Desember 2016.

2. Alasan pemilihan lokasi

Sesuai dengan alasan penulis yang mana ingin meneliti kasus asam

urat, wilayah Magelang Kota merupakan salah satu wilayah kota yang

direkomendasikan oleh berbagai pihak karena banyaknya kasus yang

terjadi di area Magelang Kota.

D. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data menurut Basfort dan Slevin (2006)

menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga melalui tahap-

tahap sebagai berikut:

1. Lembar/format asuhan keperawatan keluarga

2. Observasi

Mendapatkan informasi menggunakan panca indra. Perawat secara

konstan mengobservasi selama memberikan perawatan. Observasi

sistematik dan berorientasi tujuan memerlukan identifikasi isyarat

spesifik dapat diinterpretasikan


68

3. Riwayat keperawatan

Meliputi wawancara sistematik dan berorientasi tujuan berdasarkan

pada partisipasi dan kerjasama antara pasien dan perawat. Selama

wawancara, perawat akan mengumpulkan fakta yang relevan untuk

merencanakan perawatan yang akan diberikan.

4. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan perawatan sering kali merupakan salah satu dari komponen

kumpulan data yang paling penting.

5. Kolaborasi

Kolaborasi adalah penunjang yang perlu dan penting dalam

pengumpulan data. Selama fase pengkajian penting sekali untuk

konsultasi kepda profesi yang pernah merawat pasien di situasi

sebelumnya. Pendapat dan pandangan profesi lain dapat membantu

dalam menentukan area spesifik untuk mengumpulkan informasi

penunjang, yang dapat secara khusus berharga dalam menentukan

tujuan dan tindakan perawatan.

E. Analisis data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.

Berbagai data yang sudah ada dianalisis menggunakan metode deskriptif

analitik. Tahapan analisis data menurut Miles dan Humberman dalam

Kurniawan (2010) diantaranya yaitu :


69

1. Pengumpulan data

Penulis mencatat semua data secara objektif dan apa adanya

sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan.

2. Reduksi data

Reduksi data adalah memilah-milah hal-hal pokok yang sesuai

dengan fokus penulisan yaitu masalah kehamilan yang tidak

diinginkan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasikan data-data yang telah direduksi sehingga

memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil

pengamatan.

3. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang

memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Bentuk penyajian data dalam karya tulis ilmiah ini

adalah asuhan keperawatan dengan kasus kehamilan yang tidak

diinginkan.

4. Pengambilan keputusan atau verifikasi

Setelah data disajikan, maka perlu penarikan kesimpulan atau

verifikasi. Verifikasi dapat dilakukan dengan keputusan yang

didasarkan pada reduksi data. Bentuk dari verifikasi dalam karya

tulis ilmiah ini adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan

dengan kasus asam urat.


70

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Biodata Klien
Klien bernama Ny. S, bertempat tinggal di Sentul, Magelang. Ia

berusia 49 tahun, sudah menikah dengan Tn. R yang berusia 53 tahun

dan mempunyai seorang anak perempuan bernama Nn. U berumur 22

tahun. Klien adalah seorang ibu rumah tangga. Beliau memeluk agama

Islam dan pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Dasar.

2. Pengkajian

Pengkajian dilaksanakan pada hari Kamis, 15 Desember 2016

pukul 13.30 WIB. Tipe dari keluarga adalah nuclear family dengan

anggota berjumlah tiga orang yang terdiri dari Tn. R sebagai kepala

keluarga, Ny. S sebagai istri. Nn. U sebagai anak satu-satunya berusia

22 tahun yang saat ini masih berkuliah.

Semua anggota keluarga merupakan keturunan suku Jawa, bangsa

Indonesia. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa.

Suami klien bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan Ny. S bekerja

sebagai ibu rumah tangga dan mengurus anaknya. Keluarga hidup

dengan berkecukupan, mampu mengatur antara pendapatan dan

pengeluaran. Pendapatan suami satu bulan sekitar Rp.4.000.000,00.

Mereka biasanya menghabiskan waktu luang dengan berekreasi dan

menonton televisi bersama.


71

Tahap perkembangan keluarga klien adalah perkembangan anak

dewasa muda, dengan fungsinya yaitu memperluas inti menjadi besar,

menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga,

mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian

anaknya, menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh

bagi anak-anaknya.

Gambar 3.2: Genogram

Keterangan :

: Laki laki : Menikah : Tinggal satu rumah

: Perempuan : Klien : Meninggal

: Cerai

Riwayat kesehatan keluarga antara lain yaitu Ny. S sudah sekitar 1

minggu yang lalu yaitu pada tanggal 8 Desember 2016 sering

merasakan nyeri pada kaki dan jari-jari tangan kanan yang sakit jika

digerakkan, nyeri timbul akibat asam urat yang tinggi yaitu 7,8 mg/dL,
72

Ny. S menderita nyeri seperti ditusuk-tusuk. Tidak ada yang

mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular yang mengancam

kesehatan, hanya saja Tn. R mempunyai riwayat hipertensi sejak tahun

2014 dan masih mengkonsumsi obat penurun tensi amlodipine secara

rutin selama 2 tahun. Sedangkan Nn. U tidak memiliki masalah

kesehatan. Ketika salah satu yang mengalami sakit biasanya dibawa ke

Puskesmas Magelang Utara berjarak sekitar 1 kilometer. Klien pergi

ke Puskesmas diantar suaminya menggunakan kendaraan roda dua.

Menurut klien dengan adanya Puskesmas sangat membantu dalam

mengontrol asam urat.

Tn. R tinggal di pemukiman yang jarak antara satu rumah dengan

yang lain kurang dari 2 meter. Hubungan dengan masyarakat sekitar

baik. Tetangga sekitar ramah, saling tolong menolong dan berinteraksi

dengan baik. Keluarga tersebut aktif mengikuti kegiatan di masyarakat

seperti arisan PKK dan pengajian.

Sistem komunikasi yang digunakan sistem komunikasi terbuka,

pengambilan keputusan dengan cara musyawarah dan bebas

menyampaikan pendapat.

Pengkajian fungsi perawatan kesehatan, kemampuan keluarga

mengenal masalah asam urat, Ny. S dan keluarga mengetahui bahwa

pasien menderita asam urat. Klien mengetahui bahwa dirinya sakit

asam urat dan ketika makan sesuatu yang mengandung kadar purin

tinggi seperti kacang tanah, kacang panjang, daun bayam klien merasa
73

nyeri. Namun saat ditanya mengenai komplikasi, dan diet asam urat

keluarga tidak bisa menjawab. Klien juga tidak mengetahui bagaimana

cara pencegahan dan cara mengatasi asam urat.

Kemampuan keluarga mengambil keputusan, ketika Ny. S merasa

nyeri biasanya langsung memeriksakan ke Puskesmas karena menurut

klien nyeri itu sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Saat obat asam

urat habis biasanya kontrol ke Puskesmas atau membeli obat di

apotek. Jika anggota yang lain sakit seperti masuk angin biasanya

meningkatkan istirahat atau memeriksakan ke Puskesmas. Dalam

memasak Ny. S dan Tn. R memperhatikan pola makan agar tidak

terjadi kekambuhan.

Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit, klien biasanya

mengeluh nyeri pada persendian, namun saat ditanya tidak tahu cara

mengatasinya. Saat sakit biasanya hanya memberi balsam atau sejenis

minyak untuk menghangatkan bagian yang nyeri. Pasien rutin minum

obat asam urat saat sakit, jika obat habis biasanya kontrol dan

mengecheck kadar asam urat melalui pemeriksaan laborat. Ny. S

kurang mengetahui bagaimana cara pengobatan tradisional asam urat.

Klien hanya mendapat sedikit informasi mengenai pengobatan

tradisional dari teman dan tetangga.

Kemampuan memelihara/memodifikasi lingkungan, keadaan

lingkungan rumah Tn. R bersih dan rapi. Penataan barang-barang

tertata rapi. Modifikasi lingkungan dalam hal diet masih belum baik.
74

Tn. R, Ny. S, dan Nn. U kurang paham mengenai diet pasien asam

urat. Saat dikaji Ny. S dan Nn. U masih memasak makanan yang

mengandung hijau daun yang penyakit klien kambuh kembali.

Dari hasil pengkajian lingkungan, keluarga Tn. R tinggal di rumah

dinas SD Negeri. Terdapat 8 ruangan dalam rumah, yaitu 1 ruang

tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang keluarga dan 1

ruang makan terdapat 1 buah garasi yang berada di samping rumah.

Bentuk rumah permanen dengan lantai terbuat dari keramik. Sebagian

langit-langit berupa eternit bercat putih, atapnya berupa genteng dan

asbes, terdapat jendela dan ventilasi yang cukup, pencahayaan siang

hari berasal dari sinar matahari dan malam berasal dari listrik, serta

pembuangan sampah di tempat sampah sementara kemudian setiap

paginya diambil oleh petugas kebersihan. Sumber air untuk MCK dan

memasak menggunakan air dari sumur yang dipasangi sanyo. Kondisi

air untuk memasak dan mencuci bersih, tidak berbau, tidak berwarna

dan tidak berasa. Sudah memiliki jamban sendiri dengan jenis jamban

leher angsa. Kebersihan jamban cukup baik. Untuk pembuangan

limbah keluarga menggunakan septictank, yang menjadi satu dengan

pembuangan dari jamban. Jarak septictank dengan sumber air sekitar 5

meter.
75

Gambar 3.3 Denah Rumah

1
3
2

4 U

5 7

6 8

Keterangan:

1 = Gudang 5 dan 6 = Kamar

2 = Kamar mandi WC (Water Closet) 7 = Ruang TV

3 = Dapur 8 = Ruang tamu

4 = Ruang makan = Jendela

= Pintu

Hubungan antara anggota keluarga dan masyarakat tampak baik

dan harmonis. Klien tinggal di daerah dimana jarak antara rumah yang

satu dengan yang lainnya dekat dan lingkungan disekitarnya

merupakan kelompok sosial ekonomi cukup. Jika berpergian keluarga

menggunakan sepeda motor milik sendiri. Tn. R, Ny. S, dan Nn. U

menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia dalam berkomunikasi.


76

Dalam anggota keluarga diterapkan untuk selalu terbuka, jika ada

permasalahan dipecahkan bersama-sama secara musyawarah.

Fungsi ekonomi Ny. S mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari

untuk makan dengan cukup dari penghasilan yang diperoleh Tn. R.

Ny. S berharap keluarganya selalu sehat dan bahagia, dan berharap

anaknya segera lulus dan mendapat pekerjaan. Apabila ada masalah

maka diselesaikan dengan cara musyawarah dan dicari jalan keluar

yang terbaik serta tidak lupa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Harapan terhadap petugas kesehatan mengenai masalah asam urat

adalah bisa mendapat pengetahuan mengenai penyakit asam urat

seperti pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, dan diet

asam urat. Keluarga juga berharap tenaga kesehatan khusunya

Puskesmas dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan bisa

melakukan kunjungan rumah kepada orang-orang yang perlu

mendapatkan perawatan di rumah.

Stres jangka panjang yang dialami yaitu mendidik anaknya sampai

lulus kuliah dan menjadi anak yang sukses dan membanggakan kedua

orang tuanya, sedangkan stressor jangka pendeknya merasa khawatir

jika ada anggota yang sakit.

Tabel 2.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaa Tn. R Ny. S Nn. U


n Fisik
Tekanan 130/80 mmHg 120/70 mmHg 110/80 mmHg
Darah
Nadi 80 x/menit 82x/menit 78x/menit
Suhu 36,5 °C 36,7 0C 36,2 °C
77

Pemeriksaa Tn. R Ny. S Nn. U


n Fisik
Pernapasan 20 x/menit 22x/menit 19 x/menit
(Respirasi
Rate)
Berat 70 Kg 44 kg 49 Kg
Badan
Tinggi 169 cm 155 cm 160 cm
Badan
Kepala bentuk bentuk bentuk
mesochepal, mesochepal, mesochepal,
tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka,
kulit bersih kulit bersih kulit bersih
Rambut bersih, lurus, bersih, ber- bersih, lurus,
warna hitam, gelombang, warna hitam,
distribusi pendek, warna distribusi
merata, hitam, merata, tidak
beruban distribusi beruban
merata, tidak
beruban
Telinga bentuk bentuk bentuk simetris,
simetris, simetris, bersih, tidak ada
bersih, tidak bersih, tidak pe-numpukan
ada pe- ada serumen,
numpukan penumpukan pendengaran
serumen, pen- serumen, baik
dengaran baik pendengaran
baik
Mata simetris, simetris, simetris,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva
tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,
sklera tidak sklera tidak sklera tidak
ikterik, ikterik, ikterik,
penglihatan penglihatan penglihatan
baik baik baik
Hidung bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak ada
ada polip, ada polip, tidak polip, tidak ada
tidak ada ada lender lendir
lender
Mulut mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir
lembab, tidak lembab, tidak lembab, tidak
ada stomatitis ada stomatitis ada stomatitis

Leher tidak ada tidak ada tidak ada


pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tyroid kelenjar tyroid kelenjar tyroid
78

Pemeriksaa Tn. R Ny. S Nn. U


n Fisik
Dada : Paru I: tidak ada I: tidak ada I: tidak ada
lesi, ekspansi lesi, ekspansi lesi, ekspansi
dada simetris dada simetris dada simetris
P: vocal P: vocal P : vocal
fremitus teraba fremitus teraba fremitus teraba
kanan dan kiri kanan dan kiri kanan dan kiri
sama sama sama
P : resonan P : resonan P : resonan
A :vesikuler A : vesikuler A: vesikuler

Jantung I : tidak ada lesi, I : tidak ada I : tidak ada lesi,


ictus cordis lesi, ictus cordis
tidak tampak, ictus cordis tidak tampak,
P : ictus cordis tidak tampak, P : ictus cordis
teraba di P : ictus cordis teraba di inter-
inter-costae 5 teraba di costae 5
P : sonor intercostae 5 P : sonor
A : S1 dan S2 P : sonor A : S1 dan S2
reguler A : S1 dan S2 reguler
reguler
Abdomen I : datar, tidak I : datar, tidak I : datar, tidak
acites acites acites
A:peristaltik 12 A : peristaltik A:peristaltik usus
x/menit usus 11x/menit,
P : tidak ada 10x/menit P : tidak ada
nyeri tekan, P : tidak ada nyeri tekan,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran tidak ada pembesaran
hepar pembesaran hepar
P: tympani hepar P: tympani
P: tympani
Ekstremitas tidak ada tidak ada tidak ada
oedema, tidak oedema, tidak oedema, tidak
ada lesi, ada lesi, ada lesi,
ekstremitas ekstremitas ekstremitas atas
atas dan bawah atas dan bawah dan bawah
dapat dapat dapat
digerakkan digerakkan digerakkan
Integumen warna coklat, warnacoklat, warnacoklat,
bersih bersih bersih
79

3. Analisa Data

Keluarga belum mampu dalam merawat anggota yang sakit,

dikarenakan kurang informasi mengenai perawatan. Klien mengatakan

kaki dan jari-jari tangan terasa nyeri dan hanya mengandalkan obat

yang diperoleh dari Puskesmas dan belum mengetahui bagaimana cara

penanganan ketika nyeri timbul dan perawatan supaya tidak terjadi

kekambuhan serta menanyakan obat tradisional. Dari data diatas dapat

diambil diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit asam urat.

Berdasarkan pengkajian ditemukan data bahwa Ny. S sudah

mengetahui apa itu asam urat, tanda gejala, dan penyebab. Namun

mengatakan belum mengetahui lebih lanjut tentang diit dan

komplikasi, dibuktikan dengan ketika diberi pertanyaan mengenai diit

dan komplikasi namun tidak mampu menjawab. Tn. R, Ny. S , dan Nn.

U mengatakan ingin mengetahui tentang Arthritis Gout. Mereka

tampak antusias dan banyak bertanya tentang penyakit yang diderita

klien. Dari data diatas dapat diambil diagnosa keperawatan yaitu

defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah asam urat.

Ketika salah satu dari anggota mengalami sakit biasanya dibawa ke

Puskesmas atau ke Rumah Sakit, tergantung keluhannya, apabila

ringan cukup kontrol ke Puskesmas dan memperbanyak istirahat.


80

4. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan merawat

anggota keluarga yang sakit asam urat

b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah asam urat

5. Prioritas Masalah

Hasil analisa data menunjukkan dua masalah keperawatan yang

muncul. Yang pertama yaitu nyeri akut dan kedua adalah defisiensi

pengetahuan. Masalah keperawatan tersebut dijelaskan menggunakan

tabel skala prioritas masalah berikut ini

Tabel 2.4: Skala prioritas masalah nyeri akut berhubungan dengan

ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit asam urat

No. Kriteria Scoring Pembenaran


1. Sifat masalah 3 Masalah ini adalah aktual
x1=1
3
Skala: sehingga dikategorikan
Tidak/kurang sehat tidak/kurang sehat.
2. Kemungkinan masalah 2 x 2 = 2 Masalah dapat diubah
2
dapat diubah dengan dilakukan
Skala: perawatan penyakit asam
Mudah urat dengan benar
3. Potensial masalah bila 2 x 1 = 2 Masalah lebih lanjut masih
3 3
dicegah dapat dicegah dengan pola
Skala: hidup sehat.
Cukup
4. Menonojolnya masalah 1 x 1 = 1 Keluarga menganggap
2 2
Skala: masalah asam urat bukan
Ada masalah, tetapi merupakan masalah yang
tidak perlu segera mengancam jiwa.
ditangani
Total Skor 1
4 6
81

Tabel 2.5: Skala prioritas masalah defisiensi pengetahuan berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asam urat

No. Kriteria Scoring Pembenaran


1. Sifat masalah 3 Masalah ini adalah
x1=1
3
Skala : aktual sehingga
Tidak/kurang sehat dikategorikan
tidak/kurang sehat.
2. Kemungkinan masalah 1 Masalah dapat diubah
x2=1
2
dapat diubah karena keluarga yang
Skala : belum mengetahui
Sebagian sepenuhnya tentang
asam urat ingin
mengetahui secara
jelas.
3. Potensial masalah untuk 2 2 Masalah lebih lanjut
x1=3
3
dicegah masih dapat dicegah
Skala : jika keluarga mampu
Cukup merawat anggota
keluarga yang
menderita asam urat.
4. Menojolnya masalah 1 1 Keluarga menganggap
x1=2
2
Skala : masalah asam urat
Ada masalah tetapi bukan merupakan
tidakperlu ditangani masalah yang
mengancam jiwa.
Total Skor 1
3 6

6. Rencana Keperawatan

Perencanaan pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit asam urat

dilakukan pada tanggal 15 Desember 2016 pukul 18.30 WIB. Rencana

tindakan mempunyai tujuan umum setelah dilakukan tindakan


82

keperawatan berupa pendidikan kesehatan dan demonstrasi kompres

hangat diharapkan klien dan keluarga dapat mencegah kekambuhan

asam urat. Rencana tindakan tersebut meliputi:

a. Bantu dalam mencari dan menyediakan dukungan

Rasional: Memberikan informasi

b. Ajarkan metode nonfarmakologi untuk meminimalisir sakit

Rasional: Mengajarkan kompres hangat

c. Gali faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat

Rasional: Mengetahui pantangan makanan dan diit untuk asam urat

d. Kolaborasi dengan ahli dalam melanjutkan pengobatan

farmakologi allupurinol

Rasional: Melanjutkan pengobatan

Perencanaan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu defisiensi

pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah asam urat dilakukan pada tanggal 16 Desember

2016 pukul 15.00 WIB. Rencana tindakan mempunyai tujuan umum

yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa pendidikan

kesehatan, diharapkan keluarga mengetahui secara menyeluruh tentang

penyakit arthritis gout.

Tujuan khusus setelah dilakukan keperawatan pada 1 kali

pertemuan selama 20 menit, diharapkan mampu menjelaskan kembali

pengertian, penyebab, tanda gejala, cara penanganan di rumah,


83

diit/makanan yang dianjurkan dan tidak boleh dikonsumsi, serta

komplikasi. Rencana tindakan meliputi:

a. Bantu pasien dan masyarakat untuk menjelaskan keyakinan dan

nilai-nilai

Rasional: Meningkatkan pengetahuan

b. Diskusikan dengan klien tentang tanda gejala

Rasional: mengetahui tanda gejala asam urat yang dialami

c. Berikan pendidikan kesehatan tentang asam urat (pengertian,

penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, diit, cara pencegahan dan

penanganan)

Rasional: memberikan pengetahuan

d. Evaluasi pemahaman pasien tentang penjelasan yang diberikan

(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penatalaksanaan

farmakologis dan non farmakologis, diit)

Rasional: mengetahui pemahaman klien dan keluarga tentang asam

urat setelah diberikan pendidikan kesehatan.

7. Implementasi

Implementasi untuk masalah nyeri akut berhubungan dengan

ketidakmampuan merawat anggota yang sakit dilakukan pada tanggal

16 Desember 2016 pukul 18.35 WIB antara lain mendemonstrasikan

kompres hangat menggunakan baskom kecil berisi air hangat dan

handuk kecil, lalu melakukan kompres di daerah yang nyeri kurang

lebih 5-10 menit. Klien mengatakan akan melakukan kompres hangat.


84

Selanjutnya mencontohkan bahan makanan yang mengandung purin

tinggi seperti sayuran bayam dan kacang-kacangan. Ny. S mengatakan

akan mengurangi mongkonsumsi makanan yang mengandung purin

tinggi. Selain itu memberikan pengarahan kepada pasien untuk

melanjutkan pengobatan allupurinol.

Implementasi untuk masalah defisiensi pengetahuan berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asam urat

dilakukan pada tanggal 17 Desember 2016 antara lain menjelaskan

kepada klien dan keluarga tentang pentingnya kesehatan. Selanjutnya

mendiskusikan bagaimana pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

komplikasi, diit asam urat, cara pencegahan dan penanganan asam

urat. Metode yang digunakan untuk pendidikan kesehatan yaitu

metode ceramah dan tanya jawab dengan media menggunakan lembar

balik. Semua antusias mendengarkan ceramah.

8. Evaluasi

Evaluasi dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan 16 Desember

2016 dan 17 Desember 2016. Evaluasi pertama tanggal 16 Desember

2016 pukul 19.00 WIB untuk masalah nyeri akut berhubungan dengan

ketidakmampuan merawat anggota yang sakit, sebagai berikut:

S: Ny. S mengatakan perawatan secara nonfarmakologis antara lain

kompres hangat. Klien mengatakan akan melakukan kompres hangat


85

O: Klien dan keluarga tampak antusias dalam melakukan kompres

hangat. Ny. S mampu memperagakan kembali teknik kompres hangat

dengan benar

A: Masalah nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan merawat

anggota yang sakit rematik teratasi sebagian

P: Pertahankan teknik kompres hangat

Pada tanggal kedua 17 Desember 2016 pukul 19.15 WIB dilakukan

evaluasi untuk masalah defisiensi pengetahuan berhubungan dengan

ketidakmampuan mengenal masalah asam urat, sebagai berikut:

S: Ny. S mengatakan belum mengetahui diit dan komplikasi. Klien

mengatakan akan mengurangi makan makanan yang tinggi purin.

O: Klien dan keluarga tampak antusias dan memperhatikan saat

diberikan penyuluhan. Mereka mampu menyebutkan penyebab, diit,

dan komplikasi asam urat secara lengkap.

A: Masalah keperawatan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah teratasi

P: Pertahankan dalam mengkonsumsi makanan yang rendah purin

B. Pembahasan
Pada bab ini dibahas tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. R

Dengan Asam Urat (Gout) Di Kelurahan Kramat Selatan, Kecamatan

Magelang Utara, Kota Magelang. Pembahasan kasus berikut, penulis akan

menguraikan pembahasan yang meliputi kesenjangan-kesenjangan antara

hal-hal yang ditemukan di lapangan dengan teori yang ada selama


86

dilakukan proses keperawatan. Proses keperawatan yang dilakukan antara

lain; pengkajian, analisa data dan perumusan diagnosa, intervensi,

implementasi, serta evaluasi. Hal ini sesuai dengan tahap proses

keperawatan keluarga menurut Mubarak (2012).

1. Pengkajian

Langkah awal yang dilakukan penulis yaitu melakukan pengkajian

pada tanggal 15 Desember 2016 pukul 13.30 WIB. Pengkajian yang

dilakukan penulis dengan melalui wawancara, pengamatan,

pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi.

Tipe dari keluarga adalah traditional nuclear atau keluarga inti

dengan jumlah anggota keluarga terdiri dari 3 orang, Tn. R sebagai

kepala keluarga, Ny. S sebagai istri, dan Nn. U sebagai anak kandung.

Hal ini sesuai dengan teori dari Sussman dan Maclin (2016) yaitu

nuclear family, keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan anak.

Pada pengkajian tanda-tanda vital didapat tekanan darah 120/70

mmHg, sedangkan pada pemeriksaaan fisik ditemukan bahwa klien

mengeluh nyeri pada kaki dan jari-jari tangan yang hilang timbul, akan

tetapi tidak terdapat kemerahan, rasa panas dan kekeringan pada kulit.

Hal tersebut tidak sesuai dengan teori Muttaqin (2008) yang

mengatakan bahwa penyakit gout ditemukan rasa panas, kemerahan,

kekeringan pada kulit.

Pada tanggal 15 Desember 2016 data subjektif yang diperoleh Ny.

S mengatakan nyeri pada kaki dan jari-jari tangan kanan yang sakit
87

jika digerakkan, nyeri timbul akibat asam urat yang tinggi yaitu 7,8

mg/dL. Sedangkan menurut teori Mutia Sari (2010) angka normal

asam urat pada wanita 2,6 – 6 mg/dL, sedangkan pada pria berkisar

antara 3,5 – 7 mg/dL. Klien dan keluarga juga belum mengetahui

tentang diit asam urat dan komplikasi yang terjadi pada penderita asam

urat. Menurut Ramdhani Santosa (2014) pengaturan pola makan

tampaknya merupakan metode yang sangat efektif untuk jangka

panjang guna mengurangi serangan gout. Makanan yang kaya purin

harus dihindari. Misalnya hati, daging merah dan jeroan.

Sedangkan pengkajian keluarga didapatkan Tn. R mempunyai

riwayat hipertensi dan Nn. U tidak memiliki masalah kesehatan.

Dalam tugas keluarga yang tercantum pada teori yang

dikemukakan Friedman (1998) dalam buku Efendi dan Makhfudli

(2009) yaitu keluarga mengambil keputusan yang tepat ketika Ny. S

merasa pegal-pegal biasanya langsung memeriksakan ke Puskesmas.

Jika anggota keluarga yang lain mengeluh masuk angin biasanya

hanya meningkatkan istirahat atau memeriksakan ke Puskesmas.

Sesuai dengan dalam buku Dion & Betan (2013), setelah

pengumpulan data, lakukan analisa dengan mengaitkan data dan

menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk

membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan

keperawatan
88

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Achjar (2010) diagnosa keperawatan keluarga dikaitkan

dengan tugas dan fungsi keluarga yaitu ketidakmampuan keluarga

dalam melaksanakan tugas–tugas kesehatan dan keperawatan.

Berdasarkan dari data yang didapat dari pengkajian, terdapat 2

diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit asam

urat dan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah asam urat. Menurut teori Dion dan Betan

(2013) skala untuk menentukan prioritas masalah keperawatan

keluarga antara lain sifat masalah dengan rentang skor 1-3,

kemungkinan masalah dapat diubah dengan rentang skor 0-2, potensi

masalah untuk dapat dicegah dengan rentang skor 1-3, dan yang

terakhir yaitu menonjolnya masalah dengan rentang skor 0-2.

Diagnosa pertama menjadi prioritas karena dalam skoring

mendapatkan 4 1/6, sedangkan pada diagnosa kedua mendapat skor 3

1/6. Hal ini dikarenakan dari data pada pasien sudah memenuhi kriteria

diagnosis yaitu adanya nyeri dan kurang pengetahuan mengenai diit

dan komplikasi asam urat saat dilakukan pengkajian.

Menurut Komang Ayu Henny Achjar (2010) menyebutkan bahwa

ada 5 kelompok masalah keperawatan keluarga yaitu ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah, ketidakmampuan keluarga mengambil

keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, ketidakmampuan


89

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, ketidakmampuan

memelihara lingkungan rumah yang bisa mempengaruhi dan

pengembangan pribadi anggota, dan ketidakmampuan menggunakan

fasilitas kesehatan. Tetapi pada keadaan sesungguhnya, dilapangan

hanya didapatkan dua masalah keperawatan keluarga, yaitu

ketidakmampuan merawat anggota yang sakit dan ketidakmampuan

mengenal masalah. Ketiga diagnosa yang tidak muncul yaitu

ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan

kesehatan yang tepat, ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah

yang bisa mempengaruhi dan pengembangan pribadi anggota, dan

ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan tidak dimunculkan

dikarenakan sudah memenuhi tugas tersebut.

Sedangkan pada diagnosa keperawatan gout terdapat risiko syok,

hambatan mobilitas fisik, ansietas, nyeri, dan defisiensi pengetahuan.

Pada kasus Ny. S didapatkan 2 diagnosa keperawatan yaitu nyeri dan

defisiensi pengetahuan. Diagnosa yang tidak muncul yaitu ansietas,

hambatan mobilitas fisik, dan syok. Ketiga diagnosa tersebut tidak

dimunculkan karena dalam pengkajian tidak didapatkan data yang

dapat menunjang.

3. Intervensi

Rencana tindakan mempunyai tujuan umum yaitu setelah dilakukan

tindakan keperawatan diharapkan masalah nyeri pada Ny. S dapat


90

teratasi serta klien dan keluarga mampu mengetahui lebih jauh

mengenai penyakit asam urat.

Pada intervensi pertama yang dilakukan tanggal 15 Desember 2016

sesuai dengan teori NIC dan NOC (2015) meliputi: bantu keluarga

dalam mencari dan menyediakan dukungan, ajarkan metode

nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri, ajarkan klien minum obat

secara rutin, dan gali bersama klien faktor-faktor yang dapat

menurunkan atau memperberat nyeri. Pada pengkajian yang dilakukan

diantaranya mengkaji nyeri yang meliputi karakteristik, lokasi, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas dan faktor pencetus. Metode

nonfarmakologi yang digunakan pada kesempatan ini yaitu kompres

hangat. Seperti yang orang-orang tau selama ini kompres hangat

adalah cara alternatif untuk meredakan nyeri. Dari pema paran yang

disampaikan Herliana (2013) kompres hangat merupakan cara

alternatif untuk meredakan nyeri pada penderita asam urat. Betapa

pentingnya rencana keperawatan dilakukan agar pasien dapat

meringankan gejala asam urat dengan metode nonfarmakologi, selain

nonfarmakologi klien dimotivasi untuk minum obat secara rutin,

kepatuhan pasien dalam meminum obat akan mengurangi gejala nyeri

pada klien sesuai dengan teori Kozier (2010) obat-obatan NSAID

(Non-Steroid Antiinflamation Drugs) meredakan nyeri dengan bekerja

pada ujung syaraf tepi dan menurunkan tingkat mediator inflamasi di

tempat cidera.
91

Selanjutnya pada tanggal 16 Desember 2016 dilakukan rencana

tindakan yang kedua yaitu meliputi: bantu pasien dan keluarga untuk

menjelaskan keyakinan dan nilai, diskusikan dengan klien dan

keluarga tentang tanda dan gejala yang dialami, berikan pendidikan

kesehatan, untuk mevaluasi pemahaman klien dan keluarga tentang

penjelasan yang diberikan. Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan

guna menyampaikan pesan kesehatan kepada individu maupun

kelompok agar mereka memperoleh pengetahuan kesehatan sehingga

dapat berpengaruh terhadap sikap dan perubahan perilaku

kesehatannya. Hal ini sesuai dengan teori menurut Achjar (2010)

mengatakan bahwa pendidikan kesehatan (health promotion),

merupakan kegiatan penyampaian pesan kesehatan kepada individu,

keluarga, kelompok ataupun masyarakat agar mereka memperoleh

pengetahuan kesehatan sehingga nantinya berpengaruh terhadap sikap

dan perubahan perilaku kesehatannya.

4. Implementasi

Tindakan keperawatan dilakukan pada tanggal 16 - 17 Desember

2016, pada tanggal 16 Desember penulis melakukan implementasi

pada pukul 18.35 WIB antara lain mendemonstrasikan kompres hangat

menggunakan baskom kecil berisi air hangat dan handuk kecil, lalu

melakukan kompres di daerah yang nyeri kurang lebih 5-10 menit.

Implementasi melibatkan seluruh anggota keluarga dari Tn. R yang

meliputi Tn. R, Ny. S, dan Nn. U. Hal ini sejalan dengan salah satu
92

prinsip perawatan keluarga menurut Effendy dalam Mubarak (2012),

yaitu dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga

perawat melibatkan peran serta aktif seluruh anggota keluarga dalam

merumuskan masalah dan kebutuhan.

Implementasi berikutnya dilakukan pada tanggal 17 Desember

2016 yaitu mendiskusikan bagaimana pengertian, penyebab, tanda dan

gejala, komplikasi, diit asam urat, cara pencegahan dan penanganan

asam urat. Metode yang digunakan adalah ceramah menggunakan

leaflet asam urat.

Klien dan keluarga tampak antusias dan mengatakan kesiapan

untuk merubah kebiasaan hidup sehat untuk mencegah komplikasi

penyakit yang lain. Perubahan perilaku sehat dapat dikatakan berhasil

jika klien dan keluarga mampu menerapkan pola hidup yang positif

untuk mendukung tercapainya derajat kesehatan yang optimal. Sesuai

dengan teori Notoatmodjo (2007) tujuan pendidikan yaitu memelihara

dan meingkatkan kesehatan yang kondusif.

5. Evaluasi

Evaluasi pertama dilakukan pada tanggal 16 Desember 2016 pukul

19.00 WIB, setelah dilakukan implementasi, secara subjektif klien

mengatakan akan melakukan tindakan nonfarmakologi berupa

kompres hangat. Ramdhani Santosa (2014) memaparkan tindakan

nonfarmakologi sangat membantu mengatasi nyeri yang timbul akibat


93

asam urat. Kompres hangat adalah tindakan pertama yang dilakukan

untuk membantu meredakan nyeri dikarenakan asam urat yang dialami

Ny. S tidak dapat ditangani dengan teknik relaksasi distraksi. Respon

keluarga sangat bagus dan ketika memperagakan kompres hangat klien

dan keluarga mampu melakukan dengan benar.

Setelah itu dilanjutkan evaluasi kedua Tanggal 17 Desember pada

pukul 19.15 WIB setelah dilakukan pendidikan kesehatan, klien dan

keluarga mampu menyebutkan penyebab, diit, dan komplikasi asam

urat secara lengkap. Keluarga dapat menjawab pertanyaan evaluasi

dengan baik dan benar.

Menindaklanjuti implementasi maka penulis memotivasi Ny. S dan

keluarga untuk menjaga pola makan agar tidak terjadi kekambuhan.

Tidak lupa untuk melakukan kompres hangat ketika timbul nyeri

sebagai penanganan pertama. Hal ini sesuai dengan teori Mubarak

(2012) bahwa setiap tahap evaluasi dilakukan secara formatif dan

sumatif.
94

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil laporan kasus Asuhan Keperawatan pada Ny. S

dengan Asam Urat di Wilayah Kerja Puskesmas Magelang Utara Kota

Magelang diambil kesimpulan sebagai berikut:

Proses keperawatan keluarga Ny. S diawali dari pengkajian pada

tanggal 15 Desember 2016 dengan metode wawancara dan observasi

meliputi identitas klien dan keluarga klien, riwayat keperawatan dan

pengkajian fokus. Pada pengkajian didapatkan data yaitu klien mengeluh

nyeri akibat asam urat, ketika dicek kadar asam urat dalam darah 7,2

mg/dL. Ny. S beserta keluarga belum memahami penyebab, diit dan

komplikasi asam urat. Terbukti ketika ditanyai masalah penyebab, diit dan

komplikasi asam urat klien beserta keluarga tidak mampu menjawab.

Setelah dilakukan pengkajian didapatkan diagnosa yang muncul yaitu

nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit asam urat mangingat Ny. S mengeluh nyeri

pada jari-jari tangan serta pada kaki. Masalah keperawatan yang kedua

yaitu defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah asam urat karena Ny. S dan keluarga belum

mengerti diit dan komplikasi asam urat.


95

Rencana keperawatan yang pertama dilakukan pada tanggal 15

Desember 2016 yaitu mengajarkan kepada klien kompres hangat.

Pemberian kompres hangat dinilai efisien dalam meredakan nyeri pada

penderita asam urat. Selanjutnya pada tanggal 16 Desember 2016

dilakukan intervensi kedua yaitu pendidikan kesehatan mengenai

pengertian asam urat, gejala, komplikasi yang terjadi, penatalaksanaan,

dan pemberian diit yang tepat bagi penderita.

Implementasi pertama tanggal 16 Desember 2016 yaitu

mendemonstrasikan kompres hangat menggunakan baskom kecil berisi air

hangat dan handuk kecil, lalu melakukan kompres di daerah yang nyeri

kurang lebih 5-10 menit.

Selanjutnya pada implementasi kedua tanggal 17 Desember 2016

dilakukan diskusi bagaimana pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

komplikasi, diit, cara pencegahan dan penanganan. Metode yang

digunakan adalah ceramah menggunakan leaflet asam urat.

Klien dan keluarga tampak antusias dan mengatakan kesiapan untuk

merubah kebiasaan hidup sehat untuk mencegah komplikasi penyakit yang

lain

Tahap evaluasi akhir pada tanggal 16 Desember 2016 dan 17

Desember 2016 didapatkan bahwa klien dan keluarga mampu

mempraktekkan kompres hangat dan mengerti materi yang disampaikan.


96

Hambatan penulis melakukan tindakan keperawatan adalah klien dan

keluarga masih gemar mengkonsumsi sayuran yang menjadi pantangan

bagi penderita asam urat seperti daun bayam dan daun ketela.

B. Saran
Dalam penyusunan karya tulis imliah, penulis memiliki beberapa yang

ingin disampaikan yaitu:

1. Bagi Keluarga

Diharapkan keluarga mampu merawat menggunakan teknik

nonfarmakologi untuk keluarga lain yang memiliki masalah kesehatan

2. Bagi Institusi

Diharapkan institusi mampu menyediakan literatur yang lengkap

sehubungan dengan penulisan karya tulis ilmiah

3. Bagi Pembaca

Diharapkan bagi pembaca agar dapat melakukan penatalaksaan apabila

menemui kasus demikian.


DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.H., (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:


Sagung Seto.
Achmad., (2008). (www.scribe.com diakses tahun 2016).
Basford, L. & Slevin, O. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan
Intergal Pada Asuhan Pasien. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria, M. dkk., (2016). Nursing Interventions Classification (NIC).
Terjemahan Nurjanah, I. & Tumanggor. Singapore: Elsevier.
Dalimarta., (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar
Asam Urat (Gout) Pada Laki-Laki Dewasa. Diakses tanggal 1 Desember
2016.
Darmawan., (2009). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kadar Asam Urat
Dalam Darah Pasien Gout. Thesis unpublished. Kudus: STIKES
Muhammadiyah Kudus.
Data Pengguna Obat Allopurinol Puskesmas Magelang Utara. (2016).
Rekapitulasi Angka Kejadian Asam Urat 1Januari-30November 2016.
Magelang: Magelang Tengah.
Dion. Y. & Betan, Y., (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan
Praktek. Yogyakarta: Nuha Medika.
Herdman, T. & Kamitsuru, S., (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi &
Klasifikasi (NANDA). Terjemahan Keliat, B. dkk. Jakarta: EGC.
Herliana., (2013). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan
Skala Nyeri Pada Penderita Gout. Diakses Pada Tanggal 11 Maret 2017

Moorhead, S. dkk., (2016). Nursing Outcome Classification (NOC). Terjemahan:


Nurjanah, I. & Tumanggor. Singapore: Elsevier.
Muttaqin, A., (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Santosa. R., (2014). Ramuan Ajaib Berkhasiat Dashsyat (Tumpas Asam Urat,
Diabetes, dan Hipertensi). Yogyakarta: Pinang Merah.
Sari M., (2010). Sehat dan Bugar tanpa Asam Urat, cetakan 1. Jakarta: Araska
Publisher.
Setyowati, S. & Nurwani, A., (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan
Aplikasi Kasus. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Sunaryo. Wijayanti R, dkk., (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
Andi Offset.
Wilson, Mc, L., Price (2006)., Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Terjemahan oleh: Pendit, U. B. dkk. edisi 6. Jakarta: EGC.
LAPORAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYAKIT ASAM URAT

DISUSUN OLEH

Nama : Rizki Erlina Putri

NIM : P1337420514054

Kelas : Sadewa 2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asam urat adalah senyawa turunan purina. Kelebihan

(hiperurisemia, hyperuricemia) atau kekurangan (hipourisemia,

hyporuricemia) kadar asam urat dalam plasma darah ini sering menjadi

indikasi adanya penyakit atau gangguan pada tubuh manusia. Pada

manusia, asam urat adalah produk terakhir lintasan katabolisme nukleotida

purina, sebab tiadanya enzim urikase yang mengkonversi asam urat

menjadi alantoin. Kadar asam urat yang berlebih kemudian akan

menimbulkan batu ginjal dan atau pirai di persendian.

Penyakit asam urat merupakan akibat dari konsumsi zat purin

secara berlebihan. Purin diolah tubuh menjadi asam urat, tapi jika kadar

asam urat berlebih, ginjal tidak mampu mengeluarkan sehingga kristal

asam urat menumpuk dipersendian. Akibatnya sendi terasa nyeri, bengkak

dan meradang. Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan
makanan yang berasal dari tibuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam

tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena makhluk tersebut

dimakan, maka zat tersebut pindah ketubuh yang memakannya. Berbagai

tumbuhan dan buahan juga terdapat zat purin. Selain itu purin juga dapat

berasal dari perusakan sel-sel tubuh secara normal ataupun karena adanya

penyakit.

Penyakit asam urat biasanya menyerang pada usia lanjut. Dewasa

ini penyakit asam urat sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat

terutama masyarakat di perkampungan atau pedesaan. Banyak masyarakat

yang menderita penyakit asam urat tidak mengetahui penyebab dari

penyakit asam urat dan tidak mengetahui makanan atau apa saja yang

harus dihindari untuk dikonsumsi. Oleh karena itu penyuluhan ini

dilakukan untuk memberikan edukasi ke masyarakat agar masyarakat lebih

mengerti dan memahami apa itu penyakit asam urat serta apa yang harus

dihindari atau pencegahannya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah proses penyuluhan, masyarakat/ bapak-ibu dapat mengerti dan

mampu menjelaskan tentang Peyakit Asam Urat.

2. Tujuan Khusus

Setelah proses penyuluhan, siswa dapat mengerti dan mampu

menjelaskan tentang :

a) Pengertian Asam Urat


b) Pengertian Penyakit Asam Urat

c) Penyebab Penyakit Asam Urat

d) Akibat Penyakit Asam Urat

e) Cara Pencegahan Penyakit Asam Urat

C. Sasaran

Sasaran dari penyuluhan ini adalah Tn. R, Ny. S, dan Nn. U

D. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan penyuluhan :

Hari : Sabtu

Tanggal : 17 Desember

Pukul : 19.00 WIB – selesai

Tempat : Rumah Tn. R

E. Media dan Alat

Media dan alat yang digunakan :

1. Laptop

2. Leaflet Asam Urat

F. Metode

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN

1. 19.00 WIB Pembukaan


1. Salam perkenalan
2. Menyebutkan tujuan penyuluhan
3. Menawarkan kontrak waktu
4. Menanyakan kesiapan
2. 19.05 WIB Penyajian
1. Penyampaian materi
2. Tanya jawab
3. 19.30 WIB Penutup
1. Evaluasi

G. MATERI

1. Pengertian asam urat

2. Gejala asam urat

3. Penyebab asam urat

4. Makanan yang harus dihindari

5. Cara pengobatan asam urat

6. Cara pencegahan asam urat

BAB II
ISI
1. Pengertian Asam Urat

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), penderita asam urat

pada tahun 2008 diperkirakan mencapai 230 juta. Prevalensi asam urat

di dunia sangat bervariasi dan penelitian epidemiologi menunjukkan


peningkatan kejadian asam urat, terutama di Negara maju karena

sering mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar purin tinggi.

Diketahui bahwa kadar purin yang tinggi dapat diperoleh dari makanan

yang mengandung lemak. Sehingga tidak hanya berisiko menimbulkan

asam urat, makanan yang mengandung purin tinggi juga

mengakibatkan risiko berat badan berlebih.

2. Gejala Asam Urat

Beberapa gejala asam urat yang biasa dialami oleh penderita penyakit

asam urat:

a. Pada waktu pagi yaitu pada saat bangun tidur dan pada waktu

malam hari biasanya persendian terasa nyeri.

b. Rasa nyeri pada sendi biasanya terjadi berulang kali.

c. Tanda yang ditimbulkan seperti rasa nyeri di persendian, linu,

ngilu, kesemutan, membengkak dan meradang berwarna

kemerahan.

d. Nyeri di persendian biasanya terjadi di bagian seperti jari tangan,

jari kaki, pergelangan tangan, siku, tumit dan dengkul.

e. Untuk kasus yang lebih parah persendian akan mengalami sakit

saat mengalami pergerakan.

3. Penyebab Asam Urat

a. Faktor dari luar

Penyebab asam urat yang paling utama adalah makanan atau faktor

dari luar. Asam urat dapat meningkat dengan cepat antara lain
disebabkan karena nutrisi dan konsumsi makanan dengan kadar

purin tinggi.

b. Faktor dari dalam

Adapun faktor dari dalam adalah terjadinya proses penyimpangan

metabolisme yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana

usia diatas 40 tahun atau manula beresiko besar terkena asam urat.

Selain itu, asam urat bisa disebabkan oleh penyakit darah, penyakit

sumsum tulang dan polisitemia, konsumsi obat – obatan, alkohol,

obesitas, diabetes mellitus jugabisa menyebabkan asam urat.

4. Makanan penyebab asam urat dan pantangan bagi penderita asam urat:

a. Makanan jeroan: hati, otak, babat, ginjal, limpa, usus,dan paru.

b. Daging: daging sapi, daging kuda dan daging kambing.

c. Ekstrak daging: dendeng dan abon.

d. Seafood: kepiting, cumi-cumi, kerang, sotong, remis, ikan sarden,

ikan teri,tiram, udang.

e. Bebek: kalkun dan angsa.

f. Makanan kaleng: sarden, kornet sapi dll.

g. Buah-buahan: nanas dan durian.

h. Sayuran: bayam, buncis, kembang kol, jamur kuping, daun pepaya,

daun singkong, kangkung dan asparagus.

i. Kacang-kacangan: kacang tanah, tauge, kacang hijau, melinjo,

emping, kacang kedelai termasuk kedelai olahan seperti

tempe,susu kedelai, oncom dan tauco.


j. Makanan gorengan, makanan yang dimasak dengan mentega atau

margarin, makanan bersantan.

k. Makanan yang mengandung lemak dan protein tinggi.

l. Keju, kaldu, kuah daging yang kental, es krim, air kelapa dan telur.

5. Cara mengobati dan mencegah asam urat

a. Segera kurangi atau kalau bisa hentikan mengkonsumsi

makanan yang tinggi purin

b. Perbanyaklah minum air putih. Banyak minum air putih akan

membantu untuk mengencerkan dan melarutkan kadar asam

urat. Dengan demikian ginjal akan lebih ringan didalam

mengeluarkan purin dari tubuh melalu urine

c. Banyak mengkonsumsi buah-buahan yang

mengandung vitamin C seperti jeruk, strawberry, pepaya.

d. Makanlah makanan yang banyak mengandung potasium seperti

pisang, yughurt dan kentang.

e. Banyaklah mengkonsumsi karbohidrat kompleks seperti roti,

singkong, ubi dan nasi.

f. Mengurangi mengkonsumsi permen, gula, sirup, arum manis,

gulali.

Anda mungkin juga menyukai