Bab I
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Zakat adalah kewajiban bagi setiap umat Islam untuk memberikan sebagian harta
kekayaannya kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu yang telah diatur
didalam al-Qur’an dan hadist. Salah satu rukun Islam yang pertama adalah zakat. Zakat
bertujuan untuk membersihkan jiwa dari sifat sombong, kikir, dan sifat iri dengki yang sering
muncul di masyarakat, serta membersihkan harta dari bercampurnya dengan hak orang lain.
Melalui bantuan yang diberikan dan pertolongan yang mereka perlukan, hal ini dapat
menumbuhkan perasaan kasih sayang dan solidaritas sosial terhadap fakir miskin dan
golongan yang lemah lainnya. Hakikatnya tujuan disyariatkan zakat adalah untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan pintu masuk bagi para muzakki yang menafkahkan
Ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam menetapkan harta yang menjadi
sumber atau objek zakat. Apabila harta kekayaan setiap muslim belum memenuhi salah satu
ketentuan zakat, maka harta tersebut tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Tetapi ajaran Islam
telah membuka pintu yang sangat luas bagi umat muslim yang dapat dilakukan dalam situasi
dan kondisi, yaitu infak dan sedekah. Jika seseorang sudah berhasil memperoleh penghasilan
harta, maka perlu diingat bahwa didalam harta tersebut terdapat hak yang harus diberikan
Dalam memberdayakan potensi zakat diperlukan lembaga yang mampu mengelola dana
zakat kemudian mendistribusikan tepat sasaran. Lembaga zakat telah ada dan dikenal pada
zaman nabi Muhammad SAW dengan nama baitul mal. Ketika zakat diserahkan langsung
dari muzakki kepada mustahik, meskipun secara hukum syariah adalah sah. Hal itu akan
1
terabaikannya hikmah dan fungsi zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat
pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian zakat kepada mustahiq, adalah Badan Amil
Zakat (BAZ) dari tingkat nasional sampai tingkat daerah. Selain itu ada juga lembaga amil
zakat non pemerintah yang disebut Lembaga Amil Zakat (LAZ), maka hal ini memudahkan
pengelolaan zakat yang isinya secara spesifik memberi amanat kepada BAZNAS sebagai
pendayagunaan zakat serta keuangan yang telah diaudit kepada BAZNAS. Dalam manajemen
lembaga amil zakat harus menerapkan tiga kata kunci, yaitu amanah, profesional dan
transparan. Ketiga kata kunci tersebut dinamakan prinsip “Good Organization Governance.”
Dengan menerapkan ketiga aspek tersebut maka sebuah organisasi atau lembaga pengelola
Sumatera Barat merupakan Provinsi di pulau Sumatera dengan ibukota Padang. Luas
Provinsi Sumatera Barat mencapai 42.012,89 km2. Provinsi Sumatera Barat berbatasan
langsung dengan provinsi Sumatera Utara, Riau, dan Jambi. Jumlah penduduk Sumatera
Barat per 2022 mencapai 10,18 juta jiwa yang menempatkan populasi penduduk Sumatera
Barat pada peringkat ke sebelas secara nasional. Dari jumlah penduduk Sumatera Barat
97,59% adalah umat muslim. Yang mana tentunya potensi zakat di Sumatera Barat sangatlah
tinggi.
2
oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mempunyai potensi zakat mencapai Rp 327
triliun. Namun baru terkumpul 17 triliun atau masih jauh dari potensi awal, ini diutarakan
oleh ketua BAZNAS (Noor Achmad, 2022). Sedangkan di Sumatera Barat sendiri potensi
zakat mencapai Rp475,38 miliar. Namun realisasinya mampu melebihi target awal yaitu
masyarakat lebih memilih menyalurkan langsung kepada mustahik daripada melalui lembaga
amil zakat (LAZ). Karena muzakki merasa tenang dan menyaksikan secara langsung
zakatnya tersebut telah disalurkan kepada mereka yang dianggap berhak menerimanya. Tapi
penyaluran langsung yang dilakukan oleh muzakki terkadang belum mengenai sasaran yang
tepat. Pada satu sisi masyarakat yang mempunyai kewajiban mengeluarkan zakat belum tau
atau belum mengerti bagaimana menghitung kekayaan dan penghasilan yang wajib
dikeluarkan zakatnya secara benar. Hal ini menyebabkan minat masyarakat Indonesia masih
rendah dalam membayar zakat di LAZ, padahal Indonesia mempunyai penduduk muslim
terbesar di dunia.
Minat timbul dari dalam diri seseorang atau bahkan dari lingkungan sosial. Menurut
Crow and Crow (2022) minat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu dorongan dari dalam diri, motif
sosial, dan faktor emosional. Jika setiap muslim mempunyai minat yang tinggi terhadap
membayar zakat melalui LAZ, maka potensi zakat yang sebenarnya dapat terserap dan dapat
di salurkan secara optimal. Selain itu juga dibutuhkan pemahaman yang lebih luas mengenai
Pengetahuan masyarakat yang lebih luas mengenai zakat akan mempengaruhi minat
membayar zakat di LAZ. Pengetahuan masyarakat terhadap harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya masih terbatas pada sumber- sumber konvensional yang secara jelas dinyatakan
3
dalam al-Qur’an dan hadist dengan persyaratan tertentu. Selain itu juga pemahaman umat
Nanda Suryadi (2021), menguji beberapa variabel seperti pengetahuan zakat dan
Disisi lain minat membayar zakat di LAZ sering dipengaruhi oleh pendapatan. Sumber
pendapatan terbagi atas penghasilan, bunga, gaji atau upah, dan keuntungan. Islam
menyatakan jika pendapatan yang dimiliki seseorang sudah mencapai nisab dan haulnya,
maka wajib mengeluarkan zakat. Hal ini mempengaruhi besarnya zakat yang akan
dikeluarkan muzakki.
adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Dengan membentuk
lingkungan sosial yang Islami dan mayoritas masyarakat beragama Islam, maka
Novia Dwi Safitri (2021), melakukan analisis pengaruh religiusitas, kepercayaan , lokasi,
dan pelayanan terhadap minat membayar zakat. Secara bersama-sama menghasilkan variabel
4
Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) Terhadap Minat Membayar Zakat Perdagangan.
Diperoleh hasil bahwa minat membayar zakat perdagangan di baznas (Badan Amil Zakat
Oleh karena itu topik yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Pengetahuan
Zakat, Pendapatan, dan Lingkungan Sosial terhadap Minat Muzakki Membayar Zakat
1. Untuk mengetahui dan mengalisis bagaimana pengaruh pengetahuan zakat terhadap minat
5
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan implementasi tentang
2. Bagi perusahaan
mengenai kewajiban membayar zakat dan sebagai masukan untuk membuktikan bahwa LAZ
Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab, yang masing-masing
terdiri dari :
BAB I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan
BAB II yaitu tinjauan pustaka, dalam bab ini berisi tinjauan teoritis, tinjauan penelitian
BAB III menguraikan tentang metode penelitian, dalam bab ini berisi jenis penelitian,
jenis data dan metode pengumpulan data, populasi dan sampel, defenisi operasional, teknik
BAB IV menjelaskan Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini berisi gambaran
umum lokasi atau obyek penelitian, deskripsi hasil penelitian, analisis data, pembahasan.