Ta Naskah 13 Mei 2019

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 79

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pantai adalah daerah pertemuan antara darat, laut dan udara dimana terjadi
interaksi dinamis antara air, angin, dan material penyusun didalamnya. Hal ini
menyebabkan pantai rentan terhadap perubahan, dimana perubahan tersebut dapat
menjadi penyebab kerusakan pada daerah pesisir pantai. (Azhar, 2012).
Kerusakan pantai dapat diakibatkan oleh gerakan angin, arus sehingga
terjadi bangkitan gelombang dan dapat menyebabkan terjadinya perubahan garis
pantai. Perubahan garis pantai umumnya disebabkan tidak saja oleh faktor alam
tetapi juga akibat kegiatan manusia antara lain adalah kegiatan pembangunan
pelabuhan, pertambangan, pengerukan, perusakan vegetasi pantai, pertambakan,
perlindungan pantai, reklamasi pantai, dan kegiatan wisata pantai.
Menurut Triatmodjo B.,1999 kerusakan yang terjadi pada daerah pantai
sering dipengaruhi oleh faktor-faktor alamiah seperti arus pantai, angkutan
sedimen pantai, perubahan kenaikan muka air laut dan gelombang laut.
Gelombang laut biasanya dibangkitkan oleh banyak hal, misalnya oleh angin,
pasang surut, arus dan lain-lain. Gelombang laut yang menghantam pantai terdiri
dari suatu rentetan gelombang. Apabila suatu deretan gelombang bergerak menuju
pantai, gelombang tersebut akan mengalami perubahan bentuk yang disebabkan
oleh transformasi gelombang. Terjadinya erosi atau abrasi pun sebagai akibat dari
perubahan bentuk gelombang laut. Fenomena tersebut dapat merusak garis pantai
dan mengancam infrastruktur wilayah pesisir pantai.
Karakteristik gelombang yang dibangkitkan oleh angin memiliki tiga faktor
penentu utama, yaitu lama angin bertiup (durasi angin), kecepatan angin dan fetch
(jarak yang ditempuh oleh angin dari arah pembangkit gelombang) (Davis R.A Jr.,
1991). Gelombang yang dibangkitkan oleh angin dan pasang surut berperan dalam
proses perencanaan dan desain pelabuhan, struktur pantai, alur pelayaran dan
kegiatan pantai lainnya.
Pesisir pantai di Provinsi Nusa Tenggara Timur sepanjang 4.800 km dimana
untuk Kota Kupang sepanjang 9,5 kilometer pantai teridentifikasi sebagai pantai

Teknik Sipil, FST, UNDANA


2

kritis yang terdiri dari 6 titik kritis yaitu Pantai Namosain, Pantai Oeba, Pantai
Pasir Panjang, Pantai Paradiso, dan Pantai Lasiana (Balai Wilayah Sungai II,
Subdit Pengamanan Pantai, Direktorat Rawa dan Pantai). Permasalahan yang
terjadi pada pantai-pantai kritis adalah terjadinya erosi dan abrasi pada sebagian
garis pantai tersebut yang mengakibatkan daerah aktifitas nelayan dan penduduk
sepanjang pantai semakin sempit, hilangnya lahan permukiman, pertambakan,
terganggunya ruas jalan raya dan hilangnya lapangan pekerjaan.
Daerah Pantai Namosain sebagian besar penduduknya adalah nelayan
dimana permukiman penduduk sangat dekat dengan garis pantai bahkan ada
penduduk yang membangun rumah di pinggir pantai. Di sepanjang Pantai
Namosain juga dilintasi oleh jalur jalan, dermaga tradisional dan tempat
pariwisata yang tentunya akan sangat terganggu apabila terjadi erosi pantai.
Berdasarkan penetapan dari Balai Wilayah Sungai II bahwa Pantai Namosain
tergolong dalam pantai kritis dan dalam rangka pengembangan dan pengaman
daerah pesisir pantai, maka penulis melakukan penelitian tentang “ANALISIS
KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH MENGGUNAKAN METODE
HINDCASTING DI PANTAI NAMOSAIN KOTA KUPANG ”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Berapakah besar persentase kejadian angin dari Tahun 2008 - 2017 di Pantai
Namosain Kupang?
2. Berapakah panjang fetch efektif yang menghasilkan tinggi gelombang di
pantai Namosain Kupang?
3. Berapakah tinggi gelombang signifikan dan periode gelombang yang
diperoleh dari hasil peramalan gelombang laut dalam?
4. Berapakah tinggi gelombang setelah mengalami deformasi?

1.3 Batasan Masalah


Untuk membatasi permasalahan yang ditinjau agar studi dapat terarah sesuai
tujuan yang diharapkan, maka digunakan batasan masalah sebagai berikut :

Teknik Sipil, FST, UNDANA


3

1. Lokasi tinjauan adalah lokasi Pantai Namosain Kota Kupang yang dijadikan
areal permukiman, tempat wisata, dermaga tradisional dan tempat tambat
perahu nelayan.
2. Karakteristik gelombang yang ditinjau adalah tinggi, periode, refraksi dan
shoaling dengan Metode Hindcasting. Difraksi dan refleksi tidak
diperhitungkan dengan asumsi belum ada bangunan pengaman pantai di
Pantai Namosain Kota Kupang.
3. Data angin dan pasang surut yang digunakan pada analisa gelombang laut
yaitu data angin dan pasang surut Tahun 2008 - 2017 yang diperoleh dari
TNI Angkatan Laut VII Kupang.
4. Analisis gelombang pecah dilakukan pada kedalaman 41 meter sampai
dengan 1 meter pada kedalaman laut.

1.4 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui besar persentase kejadian angin dari Tahun 2008 - 2017 di
Pantai Namosain Kupang.
2. Untuk mengetahui panjang fetch efektif yang menghasilkan tinggi gelombang
di pantai Namosain Kupang.
3. Untuk mengetahui besarnya tinggi gelombang signifikan dan periode
gelombang yang diperoleh dari hasil peramalan gelombang laut dalam.
4. Untuk mengetahui besarnya gelombang setelah mengalami deformasi.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak,
yaitu penulis, Pemerintah Kota Kupang, dan masyarakat. Manfaat dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan kontribusi ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan bidang Teknik Pantai selain itu, penelitian ini diajukan sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.
2. Bagi Pemerintah Kota Kupang

Teknik Sipil, FST, UNDANA


4

Melalui penelitian ini, Pemerintah Kota Kupang mendapatkan solusi untuk


pembangunan bangunan pengaman pantai.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini memberikan informasi kepada masyarakat tentang gelombang
laut dan karakteristiknya serta penanganan akan erosi yang ditimbulkan oleh
gelombang.

1.6 Definisi Operasional


Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran judul dan untuk
memberikan kesamaan pengertian tentang konsep yang diangkat dalam penelitian
ini, maka definisi operasionalnya adalah sebagai berikut :
1. Analisis : kajian terhadap sesuatu atau peristiwa dengan
menggunakan beberapa metode atau prinsip kerja
2. Gelombang pecah : gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju
pantai mengalami perubahan bentuk karena adanya
pengaruh perubahan kedalaman laut.
3. Aplikasi Windrose Plot : aplikasi yang digunakan untuk menyajikan gambaran
statistik data angin.
4. Metode hindcasting : metode yang digunakan untuk melakukan peramalan
tinggi gelombang (H), periode gelombang (T), dan
durasi gelombang berdasarkan data tegangan angin
dan fetch.

Jadi judul Tugas Akhir saya adalah “Analisis Karakteristik Gelombang


Pecah Menggunakan Metode Hindcasting Di Pantai Namosain Kota Kupang.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pantai
2.1.1 Definisi pantai
Pantai adalah daerah pertemuan antara darat, laut dan udara dimana terjadi
interaksi dinamis antara air, angin, dan material penyusun didalamnya. Pantai juga
merupakan suatu daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang
tertinggi dan air surut terendah.

Dalam buku Triatmodjo B.,1999 ada dua istilah tentang kepantaian yaitu
pesisir (coast) dan pantai (shore). Berdasarkan pada Gambar 2.1 dapat dijelaskan
mengenai beberapa definisi tentang kepantaian adalah sebagai berikut.
1. Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut,
seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.
2. Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi
dan air surut terendah.
3. Daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan
daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi.
4. Daerah lautan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut
dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian
bumi dibawahnya.
5. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana
posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut
dan erosi pantai yang terjadi.
6. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya sesuai
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m dari titik pasang
tertinggi ke arah daratan.
7. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk memperhitungkan batasan fungsi pantai.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


6

Gambar 2.1 Kawasan Pantai dan Definisi Pantai


Sumber : Triatmodjo, B.,1999; 2

Selain definisi di atas, beberapa definisi yang berkaitan dengan karakteristik


gelombang di daerah sekitar pantai juga perlu diketahui. Gelombang yang
merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan bentuk karena
pengaruh perubahan kedalaman laut. Berkurangnya kedalaman laut menyebabkan
semakin berkurangnya panjang gelombang dan bertambahnya tinggi gelombang.
Pada saat perhitungan gelombang mencapai batas maksimum, gelombang
akan pecah. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 2.2.
1. Garis gelombang pecah merupakan batas perubahan perilaku gelombang dan
juga transpor sedimen pantai.
2. Offshore adalah daerah dari garis gelombang pecah ke arah laut.
3. Breaker zone (daerah gelombang pecah) adalah daerah di mana gelombang
yang datang dari laut (lepas pantai) mencapai ketidak-stabilan dan akhirnya
pecah.
4. Surf zone adalah daerah yang terbentang antara bagian dalam dari gelombang
pecah dan batas naik-turunnya gelombang di pantai.
5. Swash zone adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi naiknya
gelombang dan batas terendah turunnya gelombang di pantai.
6. Inshore adalah daerah yang membentang ke arah laut dari foreshore sampai
tepat di luar breaker zone.
7. Longshore bar yaitu gundukan pasir yang memanjang dan kira-kira sejajar
dengan garis pantai. Longshore bar terbentuk karena proses gelombang pecah
di daerah inshore.
8. Foreshore adalah daerah yang terbentang dari garis pantai pada saat muka air
rendah sampai batas atas dari uprush pada saat air pasang tinggi.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


7

9. Backshore adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore dan garis pantai yang
terbentuk pada saat terjadi gelombang badai bersamaan dengan muka air tinggi.

Gambar 2.2 Bagian - Bagian Pantai


Sumber : Triatmodjo, B.,1999; 3

2.1.2 Proses pembentukan pantai


Pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian sehingga
mampu menghancurkan energi gelombang yang datang. Penyesuaian bentuk
tersebut merupakan tanggapan dinamis alami pantai terhadap laut. Ada dua tipe
tanggapan tentang pantai dinamis terhadap gerak gelombang yaitu tanggapan
tentang kondisi gelombang normal dan tanggapan terhadap kondisi gelombang
badai. Kondisi gelombang normal terjadi dalam waktu yang lebih lama dan energi
gelombang dengan mudah dapat dihancurkan oleh mekanisme pertahanan alami
pantai. Pada saat badai terjadi gelombang yang mempunyai energi besar. Sering
pertahanan pantai tidak mampu menahan serangan gelombang, sehingga pantai
dapat tererosi. Erosi pantai dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar dengan
rusaknya kawasan permukiman dan fasilitas– fasilitas yang ada di wilayah
tersebut. Tetapi ada kalanya pantai yang tererosi tersebut tidak kembali ke bentuk
semula karena material pembentuk pantai terbawah arus ke tempat lain dan tidak
kembali ke lokasi semula.
Penyesuaian bentuk pantai merupakan tanggapan yang dinamis alami
pantai terhadap laut. Proses dinamis pantai sangat dipengaruhi oleh littoral
transport, yang didefinisikan sebagai gerak sedimen di daerah dekat pantai
(nearshore zone) oleh gelombang dan arus. Littoral transport dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu transpor sejajar pantai (longshore transport) dan
transport tegak lurus pantai (onshore - offshore transport). Material pasir yang
ditranspor disebut dengan littoral drift. Transpor tegak lurus pantai terutama

Teknik Sipil, FST, UNDANA


8

ditentukan oleh kemiringan gelombang terhadap garis pantai, ukuran sedimen dan
kemiringan pantai. Transpor sejajar pantai ditentukan oleh pasang surut air laut.

2.2 Gelombang Laut


Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada
gaya pembangkitnya. Jenis-jenis gelombang tersebut adalah sebagai berikut.
1. Gelombang angin yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan angin di
permukaan laut. Angin berhembus sejauh jarak seret angin (fetch) dengan
kecepatan yang semakin besar dan durasi tertentu yang menyebabkan terjadinya
pembangkitan penuh tinggi gelombang yang disebut dengan fully developed sea.

Gambar 2.3 Bentuk Gelombang


Sumber : Triatmodjo, B. 2010, Perencanaan Pelabuhan

2. Gelombang pasang surut yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh gaya tarik
benda-benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi.
3. Gelombang tsunami yaitu gelombang yang terjadi karena letusan gunung berapi
atau gempa di laut.
Gelombang yang dibahas dalam tugas akhir ini yaitu gelombang angin dan
pasang surut. Gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk arus dan
transpor sedimen dalam arah tegak lurus pantai serta menyebabkan gaya-gaya
yang bekerja pada bangunan pantai. Pasang surut juga merupakan faktor penting
karena bisa menimbulkan arus yang cukup kuat terutama di daerah yang sempit,
misalnya di teluk, estuari dan muara sungai. Selain itu elevasi muka air pasang
dan air surut juga sangat penting untuk merencanakan bangunan-bangunan pantai.

2.2.1 Pengaruh gelombang


Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch

Teknik Sipil, FST, UNDANA


9

pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal


pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut.
Semakin panjang jarak fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar.
Angin juga mempunyai pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang.
Angin yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar.

Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke pantai
akan mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut.
Apabila gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian
bawah yang berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari
friksi/gesekan antara air dan dasar pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di
permukaan air akan terus melaju. Semakin menuju ke pantai, puncak gelombang
akan semakin tajam dan lembahnya akan semakin datar. Fenomena ini yang
menyebabkan gelombang tersebut kemudian pecah.

2.2.2 Arus di sekitar pantai (Nearshore Circulation)


Gelombang yang datang menuju pantai membawa massa air dan momentum
searah penjalaran gelombangnya. Hal ini menyebabkan terjadinya arus di sekitar
kawasan pantai. Penjalaran gelombang menuju pantai akan melintasi daerah-
daerah lepas pantai (offshore zone), daerah gelombang pecah (surf zone), dan
daerah deburan ombak di pantai (swash zone).
Di antara ketiga daerah tersebut, Triatmodjo B.,2010 menjelaskan bahwa
karakteristik gelombang di daerah surf zone dan swash zone adalah yang paling
penting didalam analisis proses pantai.

Gambar 2.4 Daerah Penjalaran Gelombang Menuju Pantai


Sumber : Triatmodjo, B. 2010, Perencanaan Pelabuhan

Teknik Sipil, FST, UNDANA


10

Menurut Dean dan Dalrymple (2002) perputaran arus disekitar pantai


dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu: arus sepanjang pantai (longshore
current), arus seret (rip current), dan aliran balik (back flows/cross-shore flows).
Sistem sirkulasi arus tersebut seringkali tidak seragam antara ketiganya
bergantung kepada arah/sudut gelombang datang. Pada kawasan pantai yang

diterjang gelombang menyudut (αb> 5o) terhadap garis pantai, arus dominan yang

akan terjadi adalah arus sejajar pantai (longshore current).

Gambar 2.5 Longshore Current


Sumber : Triatmodjo, B. 2010, Perencanaan Pelabuhan

2.3 Gelombang laut dangkal


Apabila suatu deretan gelombang bergerak menuju pantai (laut dangkal),
maka gelombang tersebut akan mengalami deformasi atau perubahan bentuk
gelombang yang disebabkan oleh proses refraksi, difraksi, refleksi, dan
gelombang pecah.

2.3.1 Analisa parameter gelombang


Analisa parameter gelombang diselesaikan menggunakan program refraksi
gelombang sesuai teori gelombang amplitudo kecil (small amplitude wave theory).
Klasifikasi gelombang berdasarkan kedalaman (Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Persamaan Parameter Gelombang Amplitudo Kecil

Sumber : Triatmodjo, B.,1999

Teknik Sipil, FST, UNDANA


11

Dimana :
d : kedalaman perairan
L : panjang gelombang
H : tinggi gelombang
T : periode gelombang
C,Co : cepat rambat gelombang
Cg : kecepatan group gelombang
g : kecepatan gravitasi

2.3.2 Refraksi dan wave shoaling


2.3.2.1 Refraksi
Refraksi terjadi karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Di
daerah dimana kedalaman air lebih besar dari setengah panjang gelombang, yaitu
di laut dalam, gelombang menjalar tanapa di pengaruhi dasar laut. Tetapi di laut
transisi dan dalam dasar laut mempengaruhi gelombang. Di daerah ini, apabila di
tinjau suatu garis puncak gelombang yang berada di air yang lebih dangkal akan
menjalar dengan kecepatan yang lebih kecil daripada bagian di air yang lebih
dalam. Akibatnya garis puncak gelombang akan membelok dan berusaha sejajar
dengan garis kedalaman laut. Garis ortogonal gelombang, yaitu garis yang tegak
lurus dengan garis puncak gelombang dan menunjukkan arah penjalaran
gelombang juga akan membelok dan berusaha untuk menuju tegak lurus dengan
garis kontur dasar laut. Refraksi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
tinggi dan arah datang gelombang serta distribusi energi gelombang sepanjang
pantai (Triatmodjo, B. 2010, Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset. Yogyakarta).
Refraksi dapat menentukan tinggi gelombang di suatu tempat berdasarkan
karakteristik gelombang datang.

Sehingga koefisien refraksi adalah :

b0 cos  0
Kr   …………………………………………………………(2.1)
b cos 
Dimana pada hukum Snell berlaku apabila ditinjau gelombang di laut dalam
dan di suatu titik yang ditinjau yaitu :

Teknik Sipil, FST, UNDANA


12

C 
Sin    sin  0 …………………………………………………………(2.2)
 C0 
Dimana :
Kr = koefisien refraksi
α = sudut antara garis puncak gelombang dan garis kontur dasar laut dititik
yang ditinjau
αo = sudut antara garis puncak gelombang dilaut dalam dan garis pantai
C = kecepatan rambat gelombang
Co = kecepatan rambat gelombang di laut dalam

2.3.2.2 Wave shoaling


Wave shoaling terjadi dikarenakan adanya pengaruh perubahan kedalaman
dasar laut. Wave shoaling mempunyai fungsi yang sama dengan refraksi
gelombang yaitu untuk menentukan tinggi gelombang di suatu tempat
berdasarkan karakteristik gelombang datang.

no Lo
Ks  …………………………………………………………………(2.3)
nL
Dimana :
Ks = koefisien shoaling (pendangkalan)
L = panjang gelombang
Lo = panjang gelombang
n = diperoleh dari Lampiran A-1 berdasarkan nilai d/Lo
no = 0.5 (di laut dalam)

2.3.2.3 Tinggi gelombang laut dangkal


Tinggi gelombang di laut dangkal terjadi akibat pengaruh refraksi
gelombang dan wave shoaling (pendangkalan gelombang) diberikan oleh rumus
berikut.
H =Ks x Kr x Ho ……………………………………………………………...(2.4)
Dimana :
H = tinggi gelombang laut dangkal
Ks = koefisien shoaling (pendangkalan)

Teknik Sipil, FST, UNDANA


13

Kr = koefisien refraksi
Ho = tinggi gelombang laut dalam

2.3.2.4 Gelombang pecah


Gelombang pecah adalah gelombang yang menjalar dari laut dalam
menuju pantai mengalami perubahan bentuk karena adanya pengaruh perubahan
kedalaman laut. Pengaruh kedalaman laut mulai terasa pada kedalaman lebih kecil
dari setengah kali panjang gelombang. Profil gelombang di laut dalam adalah
sinusoidal. Semakin menuju ke perairan yang lebih dangkal puncak gelombang
semakin tajam dan lembah gelombang semakin datar. Selain itu, kecepatan dan
panjang gelombang berkurang secara berangsur-angsur sementara tinggi
gelombang bertambah. Gelombang pecah (Hb) diperoleh dari hasil plot antara
H 'o
nilai dan kemiringan pantai (m) pada grafik “Penentuan Tinggi Gelombang
gT 2
Pecah”. Nilai H’o diperoleh melalui Persamaan (2.5) sedangkan g adalah
percepatan gravitasi 9.8 m/s dan T adalah periode gelombang.
Ks
H’o = …………………………………….…………………………… (2.5)
Ho
Dimana :
Ks = koefisien shoaling (pendangkalan)
Ho = tinggi gelombang laut dalam
Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya yaitu perbandingan
antara tinggi dan panjang gelombang. Gelombang maksimum di laut dalam
dimana gelombang mulai tidak stabil diberikan oleh persamaan berikut.
H0 1
= ……………………………………..…………..……………..(2.6)
L0 7
Dimana :
H0 : Gelombang di laut dalam (m)

L0 : Panjang gelombang laut dalam (m)

Kedalaman gelombang pecah (db) dan tinggi gelombang pecah diberi notasi
Hb. Munk (1949, dalam CERC) memberikan persamaan untuk menentukan tinggi
dan kedalaman gelombang pecah sebagai berikut.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


14

H 1
= 1
…………………… ………………………………(2.7)
H '0
 Ho  3
3.3 
 Lo 
Dimana :
H : Tinggi gelombang (m)
H '0 : Tinggi gelombang laut dalam ekivalen
Lo : Panjang gelombang laut dalam (m)
Parameter Hb/Ho’ disebut dengan indeks tinggi gelombang pecah.
Gambar 2.6 menunjukkan hubungan antara Hb/Ho’ dan Ho/Lo’ untuk berbagai
kemiringan dasar laut. Gambar 2.6 menunjukkan hubungan antara db/Hb dan
Hb/gT2 untuk berbagai kemiringan dasar. Grafik yang diberikan pada Gambar 2.8
dapat dituliskan dalam rumus sebagai berikut.
db 1
= ……………………………………….…….………(2.8)
Hb  aHb 
b 2 
 gT 
Dimana a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai m dan diberikan oleh
persamaan berikut.
a = 43,75 (1 – e-19m) ………………………………………..……......(2.9)

1.56
b = …………………………………………………….…(2.10)
1  e 19.5 m

Gelombang pecah dapat dibedakan menjadi:


1. Spilling terjadi apabila gelombang dengan kemiringan yang kecil menuju ke
pantai yang datar, gelombang mulai pecah pada jarak yang cukup jauh dari
pantai dan pecahnya berangsur-angsur.
2. Plunging terjadi apabila kemiringan gelombang dan dasar laut bertambah,
gelombang akan pecah dan puncak gelombang akan memutar dengan masa
air pada puncak gelombang akan terjun ke depan.
3. Surging terjadi pada pantai dengan kemiringan yang cukup besar seperti yang
terjadi pada pantai berkarang, daerah gelombang pecah sangat sempit dan
energi dipantulkan kembali ke laut dalam.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


15

Gambar 2.6 adalah gambar grafik penentuan tinggi gelombang pecah.

Gambar 2.6 Grafik Penentuan Tinggi Gelombang Pecah


Sumber : Triatmodjo, B.,1999; 96

2.3.2.5 Gelombang signifikan


Untuk keperluan perencanaan bangunan-bangunan pantai perlu dipilih
tinggi dan periode gelombang individu yang dapat mewakili suatu spektrum
gelombang. Apabila tinggi gelombang dari suatu pencatatan diurutkan dari nilai
tertinggi ke terendah atau sebaliknya, maka akan dapat ditentukan tinggi Hn yang
merupakan rerata dari n persen gelombang tertinggi. Bentuk yang paling banyak
digunakan adalah H33 atau tinggi rerata dari 33% nilai tertinggi pencatatan
gelombang yang disebut sebagai tinggi gelombang signifikan Hs.
penjumlahan data gelombang n 33%
Hs =
n data 33%
penjumlahan data periode gelombang n 33%
T =
n data 33%
Dimana :
n data 33% = 33% x jumlah data
Penjumlahan data gelombang n 33% = penjumlahan data dari tertinggi ke
terendah sebanyak 33% dari data
Penjumlahan data gelombang n 33% = penjumlahan data dari tertinggi ke
terendah sebanyak 33% dari data

2.4 Fluktuasi Muka Air Laut


Fluktuasi muka air laut merupakan parameter yang sangat penting di dalam
perencanaan bangunan pantai. Muka air laut berfluktuasi dengan periode yang
lebih besar dari periode gelombang angin. Fluktuasi muka air laut dapat

Teknik Sipil, FST, UNDANA


16

disebabkan oleh wave set-up (kenaikan muka air karena gelombang), wind set-up
(kenaikan muka air karena angin), tsunami, storm surge (gelombang badai),
pemanasan global dan pasang surut.

Gambar 2.7 Profil Muka Air Karena Adanya Gelombang


Sumber : Triatmodjo, B.,1999; 22

Gambar 2.8 Penentuan Kedalaman Gelombang Pecah


Sumber : Triatmodjo, B.,1999; 97

2.4.1 Kenaikan muka air laut dan turunnya muka air laut
Gelombang yang datang dari laut menuju pantai menyebabkan fluktuasi
muka air di daerah pantai terhadap muka air diam. Pada waktu gelombang pecah
akan terjadi penurunan elevasi muka air rerata terhadap elevasi muka air diam di
sekitar gelombang pecah.

Kemudian dari titik dimana gelombang pecah permukaan air rerata miring
ke atas ke arah pantai. Turunnya muka air disebut wave set-down, sedangkan
naiknya muka air disebut wave set-up, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.9.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


17

Gambar 2.9 Wave Set-Up dan Wave Set-Down


Sumber : Triatmodjo, B.,1999; 107

Wave set-up dapat dihitung dengan menggunakan teori Longuer-Higgins


dan Stewart. Besarnya wave set-down di daerah gelombang pecah diberikan
melalui persamaan berikut.

0.536 H b2 / 3
Sb =- …………………………………..……………………(2.11)
g 1 / 2T

Sw = S  Sb …………………………………..…………………………(2.12)

 S  0 . 15 d b …………………………………..……….……………………(2.13)

Hb
Sw = 0,19 [1 - 2.82 ] Hb…………………………………..………(2.14)
gT 2

Dimana :
Sb = set-down di daerah gelombang pecah
Sw = set-up di daerah gelombang pecah
T = periode gelombang
Hb = tinggi gelombang pecah
db = kedalaman gelombang pecah
g = percepatan gravitasi

2.5 Pasang Surut


Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik
benda- benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di
bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, teteapi karena

Teknik Sipil, FST, UNDANA


18

jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik terhadap
bumi lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari.
Pengetahuan tentang pasang surut adalah penting di dalam perencanaan
pelabuhan. Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan muka air terendah (surut)
sangat penting untuk perencanaan bangunan pelabuhan. Sebagai contoh, elevasi
puncak bangunan pemecah gelombang dan dermaga ditentukan oleh elevasi
muka air pasang, sementara kedalaman alur pelayaran dan perairan pelabuhan
ditentukan oleh muka air surut. Beberapa definisi elevasi muka air laut yaitu
sebagai berikut.

2.5.1 Kurva pasang surut


Gambar 2.10 menunjukkan contoh hasil pencatatan muka air laut sebagai
fungsi waktu (kurva pasang surut).

Gambar 2.10 Kurva Pasang Surut


Sumber : Triatmodjo B.,1999; 116

Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air
pasang) dan air terendah (lembah air surut) yang berturutan. Periode pasang surut
adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air rerata ke posisi yang sama
berikutnya. Periode pasang surut bisa 12 jam 25 menit atau 24 jam 50 menit, yang
tergantung pada tipe pasang surut. Variasi muka air menimbulkan arus yang
disebutkan dengan arus pasang surut yang mengangkut massa air dalam jumlah
sangat besar. Arus pasang terjadi pada periode pasang dan air surut terjadi pada
periode air surut. Titik balik ini bisa terjadi pada saat muka air tertinggi dan muka
air terendah.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


19

2.5.2 Beberapa tipe pasang surut


Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Di suatu daerah dalam
satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum pasang
surut di berbagai daerah dapat dibedakan dalam empat tipe, yaitu :
1. Pasang surut harian ganda beraturan (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut dengan tinggi
yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan dan secara teratur
(Gambar 2.11.a). Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang
surut jenis ini terdapat di selat Malaka sampai di laut Andaman.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut (Gambar 2.11.d).
Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di
selat Karimata.
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing
semidiurnal)
Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut tetapi tinggi dan
periodenya berbeda (Gambar 2.11.b). Pasang surut jenis ini banyak terdapat di
perairan Indonesai Timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing
diurnal)
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut, tetapi
kadang- kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasng dan dua kali surut
dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda (Gambar 2.11.c). Pasang surut
jenis ini terdapat di selat Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.

Gambar 2.11 Tipe Pasang Surut


Sumber : Triatmodjo B.,1999; 120

Teknik Sipil, FST, UNDANA


20

2.5.3 Pasang surut purnama dan perbani


Proses terjadinya pasang surut purnama dan perbani ini dapat jelaskan
sebagai berikut. Seperti telah dijelaskan, dengan adanya gaya tarik bulan dan
matahari maka lapisanair yang semula berbentuk bola berubah menjadi elips.
Karena peredaran bumi dan bulan pada orbitnya, maka posisi bumi - bulan -
matahari selalu berubah setiap saat. Revolusi bulan terhadap bumi di tempuh
dalam waktu 29,5 hari (jumlah hari dalam satu bulan menurut kalender tahun
kamariah, yaitu tahun yang di dasarkan pada peredaran bulan). pada setiap sekitar
tanggal 1 dan 15 (bulan muda dan bulan purnama) posisi bumi-bulan-matahari
kira-kira berada pada satu garis lurus (Gambar 2.12.a), sehingga gaya tarik bulan
dan matahari terhadap bumi saling memperkuat. Dalam keadaan ini pasang surut
purnama (pasang besar, spring tide), dimana tinggi pasang surut sangat besar di
banding pada hari-hari yang lain. Sedangkan pada sekitar tanggal 7 dan 21
(seperempat dan tiga perempat revolusi bulan terhadap bumi) di mana bulan dan
matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi (Gambar 2.12.b), maka gaya
tarik bulan terhadap bumi saling mengurangi. Dalam keadaan ini terjadi pasang
surut perbani (pasang kecil, neap tide) di mana tinggi pasang surut kecil di
banding dengan hari-hari yang lain. Gambar 2.13 menunjukkan variasi pasang
surut selama satu bulan yang menunjukkan terjadinya pasang surut purnama dan
perbani.

Gambar 2.12 Kedudukan Bumi - Bulan - Matahari Saat Pasang Surut Purnama (a)
dan Pasang Perbani (b)
Sumber : Triatmodjo B.,1999; 122

Teknik Sipil, FST, UNDANA


21

Gambar 2.13 Variasi Pasang Surut Karena Perubahan Posisi


Bumi - Bulan - Matahari
Sumber : Triatmodjo B.,1999; 123

2.6 Beberapa defenisi elevasi muka air


Mengingat elevasi muka air selalu berubah setiap saat, maka diperlukan
suatu elevasi yang ditetapkan berdasar data pasang surut, yang dapat digunakan
sebagai pedoman di dalam perencanaan suatu pelabuhan. Beberapa defenisi
elevasi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Muka air tinggi (high water level), muka air tertinggi yang dicapai pada saat
air pasang dalam satu siklus pasang surut.
2. Muka air rendah (low water level), kedudukan air terendah dicapai pada saat
air surut dalam satu siklus pasang surut.
3. Muka air rerata (mean high water level, MHWL), adalah muka air tinggi
selama periode 19 tahun.
4. Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), rerata dari muka air
rendah selama periode 19 tahun.
5. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), muka air rerata antara muka air
tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi digunakan sebagai referensi
untuk elevasi di daratan.
6. Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL), adalah air tertinggi
pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
7. Air rendah terendah (lowest low water level, LLWL), adalah air rendah
terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


22

Beberapa defenisi muka air tersebut banyak digunakan dalam


perencanaan bangunan pantai dan pelabuhan, misalnya MHWL atau HHWL
digunakan untuk menentukan elevasi puncak pemecah gelombang dermaga,
panjang rantai pelampung penambat, dan sebagainya. Sedangkan LLWL
diperlukan untuk menentukan kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan.

2.6.1 Elevasi muka air pasang surut rencana


Perencanaan bangunan pantai di batasi oleh waktu, biasanya 6 bulan
sampai 1 tahun atau lebih yang tergantung pada volume pekerjaan dan
permasalahannya. Dengan demikian untuk mendapatkan data pasang surut di
lokasi pekerjaan sepanjang 19 tahun tidak dapat dilakukan. Dalam hal ini elevasi
muka air laut (MHWL, MLWL, MSL ) ditentukan berdasarkan pengukuran pasang
surut selama minimum 15 hari. Pengukuran di lakukan dengan sistem topografi
lokal di lokasi pekerjaan. Dengan pengamatan selama 15 hari tersebut telah
tercakup satu siklus pasang surut yang meliputi pasang purnama dan perbani.
Pengamatan lebih lama (30 hari atau lebih) akan memberikan data yang lebih
lengkap. Gambar 2.14 adalah contoh hasil pengamatan pasang surut selama 30
hari di muara Sungai Donan, Cilacap. Dari kurva pasang surut tersebut dapat
ditentukan beberapa elevasi muka air yaitu, MHWL, MLWL, MSL, HHWL dan
LLWL.

Gambar 2.14 Kurva Pasang Surut dan Beberapa Elevasi Muka Air
Sumber : Triatmodjo B.,1999; 126

2.6.2 Elevasi muka air laut rencana


Elevasi muka air laut rencana merupakan parameter yang sangat penting
di dalam perencanaan bangunan pantai. Elevasi tersebut merupakan penjumlahan

Teknik Sipil, FST, UNDANA


23

dari beberapa parameter yang telah dijelaskan di depan yaitu pasang surut,
tsunami, wave set up, wind set up, dan kenaikan muka air karena pemanasan suhu
global.

2.7 Angin
2.7.1 Distribusi kecepatan angin

Distribusi kecepatan angin di atas permukaan laut terbagi dalam yiga arah
sesuai dengan elevasi di atas permukaan. Di daerah geostropik yang berada di
atas 1000 m kecepatan angin adalah konstan, di bawah elevasi tersebut terdapat
dua daerah yaitu daerah Ekman yang berada pada elevasi 100 m - 1000 m daerah
di mana tegangan konstan yang berada pada elevasi 10 - 100 m. Di daerah
tegangan konstan, profil vertikal dari tegangan angin mempunyai bentuk sebagai
berikut :

U.   y   y 
U(y) = ln      …………………………………………………(2.13)
K   y0   L 

Dimana :
U. = kecepatan geser
K = koefisien von Karman (=0.4)
y = elevasi terhadap permukaan air
y0 = tinggi kekasaran permukaan
L = panjang campur yang tergantung pada perbedaan temperatur antara air
dan udara ( Tas )

 = fungsi yang tergantung pada perbedaan temperatur antara air dan udara
Untuk memperkirakan pengaruh kecepatan angin terhadap pembangkitan
gelombang, parameter Tas , U. , dan y0 harus diketahui. Beberapa rumus atau

grafik untuk memprediksi gelombang di dasarkan pada kecepatan angin yang di


ukur pada y = 10 m. Apabila angin tidak di ukur pada elevasi 10 m, maka
kecepatan angin harus di konversi pada elevasi tersebut. Persamaan 2.13 agak
 y
sulit karena terlebih dahulu harus ditentukan parameter U. , y0, dan    . Untuk
L

Teknik Sipil, FST, UNDANA


24

memudahkan hitungan dapat digunakan persamaan yang lebih sederhana berikut


ini.

1/ 7
 10 
U(10) = U (y)   ………………………………………………………(2.14)
 y

Berlaku untuk y lebih kecil dari 20 m.

Dimana :

U = kecepatan geser

y = elevasi terhadap permukaan air


2.7.2 Data angin
Data angin yang digunakan untuk peramalan gelombang adalah data di
permukaan laut pada lokasi pembangkitan. Data tersebut dapat diperoleh dari
pengukuran langsung di atas permukaan laut (menggunakan kapal yang sedang
berlayar) atau pengukuran di darat (dilapangan terbang) di dekat lokasi
peramalan yang kemudian dikonversi menjadi data angin laut. Kecepatan angin
diukur dengan anemometer dan biasanya dinyatakan dalam knot. Satu knot
adalah panjang satu menit garis bujur melalui khatulistiwa yang ditempuh dalam
satu jam, atau 1 knot = 1,852 km/jam = 0,514 m/dt. Data angin yang diperlukan
merupakan hasil pengamatan beberapa tahun yang disajikan dalam bentuk tabel
dengan jumlah data yang sangat besar kemudian diolah dan disajikan dalam
bentuk tabel (ringkasan) atau diagram yang disebut windrose (mawar-angin)
seperti pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Mawar Angin (Windrose)


Sumber : Triatmodjo B.,1999; 153

Teknik Sipil, FST, UNDANA


25

2.7.3 Konversi kecepatan angin


Biasanya data angin dapat di peroleh dari pencatatan di permukaan laut
dengan kapal yang sedang berlayar atau pengukuran di darat yang biasanya di
bandara (lapangan terbang). Pengukuran data angin di permukaan laut adalah
yang paling sesuai untuk peramalan gelombang. Data angin dari pengukuran
dengan kapal perlu di koreksi dengan menggunakan persamaan berikut.

U = 2.16U s7 / 9 …………………………………………………………………(2.15)

Dimana :

Us = kecepatan angin yang di ukur oleh kapal (knot)

U = kecepatan angin terkoreksi (knot)

Biasanya pengukuran angin di lakukan di daratan, padahal di dalam


rumus-rumus pembangkitan gelombang data angin yang digunakan adalah yang
di ada di atas permukaan laut. Oleh karena itu diperlukan transformasi dari data
angin di atas daratan yang terdekat dengan lokasi studi ke data angin di atas
permukaan laut. Hubungan antara angin di atas laut dan angin di atas daratan
terdekat diberikan oleh RL = Uw/UL seperti pada Gambar 2.16. Rumus-rumus dan
grafik-grafik pembangkitan gelombang mengandung variabel UA, yaitu faktor
tegangan angin (wind stress factor) yang dapat dihitung dari kecepatan angin.
Kecepatan angin dikonversikan pada faktor tegangan angin dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

1,23
UA= 0,71 (U) ……………………………………………………………………(2.16)

Dimana :
UA = kecepatan angin dalam m/dt

Teknik Sipil, FST, UNDANA


26

Gambar 2.16 Hubungan Antara Kecepatan Angin di Laut dan Darat


Sumber : Triatmodjo B.,1999; 154

2.8 Fetch
Dalam tinjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh bentuk
daratan yang mengelilingi laut. Di daerah pembentukan gelombang, gelombang
tidak hanya di bangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin tetapi juga
dalam berbagai sudut terhadap arah angin. Gambar 2.17 menunjukkan cara untuk
mendapatkan fetch efektif. Fetch efektif diberukan oleh persamaan berikut.

Feff =  Xi cos  ……………………………………………….………… (2.17)


 cos 
Dimana :
Feff = fetch rerata efektif

Xi = panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke


ujung akhir fetch
α = deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan
pertambahan sudut 6ºsampai 42º pada kedua sisi dari arah angin

Teknik Sipil, FST, UNDANA


27

Gambar 2.17 Fetch


Sumber : Triatmodjo B.,1999

2.9 Metode Hindcasting Gelombang


Hindcasting gelombang adalah teknik peramalan gelombang dengan
menggunakan data angin pada masa lampau. Hindcasting gelombang akan
menghasilkan perkiraan tinggi (H) dan periode (T) gelombang akibat adanya
angin dengan besar, arah dan durasi tertentu.

2.9.1 Peramalan gelombang laut dalam


Berdasarkan pada kecepatan angin dan fetch seperti yang telah dijelaskan di
depan, dilakukan permalan gelombang dengan menggunakan grafik pada Gambar
2.18. Dari grafik tersebut apabila panjang fetch (F), faktor tegangan angin (UA)
dan durasi diketahui maka tinggi dan periode gelombang signifikan dapat di
hitung.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


28

Gambar 2.18 Grafik Peramalan Gelombang


Sumber : Triatmodjo B.,1999; 157

Teknik Sipil, FST, UNDANA


29

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Namosain, Kelurahan Namosain,
Kecamatan Alak, Kota Kupang.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian


Sumber : Google, 2018

3.2 Waktu Penelitian


Waktu pelaksanaan Tugas Akhir dijadwalkan dari bulan Maret sampai
Februari 2019. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei 2018 - Juni 2018
kemudian dilanjutkan dengan proses analisa data. Data yang diperoleh berupa
data sekunder yang diambil dari Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika
Stasiun El Tari Kupang dan TNI Angkatan Laut VII Kupang.

3.3 Objek Penelitian


Objek penelitian pada tugas akhir ini adalah karakteristik gelombang untuk
perencanaan bangunan pengaman Pantai Namosain Kota Kupang.

3.4 Jenis Data


Jenis data yang digunakan peneliti dalam penyusunan Tugas Akhir ini
adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari
sumber yang sudah ada antara lain berupa dokumen atau arsip. Data sekunder

Teknik Sipil, FST, UNDANA


30

yang diperoleh adalah data angin, data pasang surut, data gelombang serta data
kontur kedalaman laut (bathimetry) di Pantai Namosain Kota Kupang.

3.5 Teknik Pengambilan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian dan dikarenakan jenis data yang
dipergunakan peneliti adalah data sekunder, maka peneliti melakukan
pengambilan data dengan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah teknik
pengambilan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan teori-teori
yang menunjang penelitian.

3.6 Teknik Analisa Data


Analisa data sesuai dengan standar perhitungan tinggi gelombang dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Mengolah data angin
Pengolahan data angin dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
a. Membuat urutan kejadian arah dan kecepatan angin berdasarkan data BMKG.
Data yang diperoleh dari BMKG Stasiun El Tari Kupang adalah data
kejadian angin dari Tahun 2008 - Tahun 2017. Data tersebut berisikan data
kecepatan angin maksimum (ff maks), kecepatan angin minimum (ff min), arah
angin pada saat terjadi kecepatan angin maksimum (dd maks) dan arah angin pada
saat terjadi kecepatan angin minimum (dd min).

b. Urutan kejadian angin berdasarkan data BMKG


Setelah mengurutkan kejadian angin bulanan, maka data kejadian angin
dimasukkan dalam tabel yang sudah dirincikan kejadian angin pada jam 01.00
sampai dengan jam 24.00.

c. Memasukkan data BMKG yang sudah diurutkan ke format program excel


Setelah melakukan urutan arah angin dan kecepatan angin pada setiap jam
sesuai tanggal kejadian, maka hasilnya dimasukkan ke dalam format program
excel dari aplikasi Windrose Plot.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


31

d. Memasukkan data BMKG ke aplikasi WRplot


Data kejadian angin pada format program excel di input ke kolom program
excel file di aplikasi WRPlot. Setelah melakukan input data, maka dilakukan
pengisian stasiun di mana kejadian angin berada yaitu latitude, longitude dan time
zone.

e. Memperoleh data frekuensi dan windrose dari aplikasi WRplot


Setelah memasukan data, maka diperoleh data frekuensi kejadian angin
dalam satu bulan serta tampilan windrose sesuai dengan arah yang disimbolkan
dengan warna dan besarnya kecepatan pada warna tersebut.

f. Membuat persentase kejadian angin selama 10 tahun


g. Menentukan kecepatan angin maksimum berdasarkan data BMKG.

2. Menentukan fetch efektif


Fetch ditentukan dengan melakukan beberapa tahapan sebagai berikut :
a. Menentukan arah angin maksimum serta persentase kejadian angin terbesar.
b. Menggambarkan fetch sesuai dengan arah angin maksimum
c. Membuat garis fetch untuk arah maksimum dengan pertambahan 60 sampai
420 ke arah kanan dan kiri.
d. Menghitung panjang garis fetch dan menentukan fetch efektif dengan

menggunakan rumus ada Persamaan (2.14) yaitu Feff =


 Xi cos  .
 cos 

3. Analisa peramalan gelombang


Peramalan gelombang atau hindcasting dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
a. Menentukan kecepatan angin maksimum periode tahunan dari Tahun 2008 -
Tahun 2017 dan kemudian di urutkan dari nilai tertinggi sampai dengan
terendah. Kecepatan angin yang terjadi merupakan kecepatan angin yang
diukur di darat (UL).

Teknik Sipil, FST, UNDANA


32

b. Melakukan konversi kecepatan angin di darat (UL) menjadi kecepatan angin


di laut (UW) dengan menggunakan grafik pada Gambar 2.15.
c. Menentukan nilai faktor tegangan angin (UA) dengan rumus pada Persamaan
(2.13) yaitu UA= 0,71 (U)1,23 .
d. Menentukan nilai tinggi gelombang, periode gelombang dan durasi
gelombang dengan memasukan nilai fetch efektif serta faktor tegangan angin
(UA) ke dalam grafik peramalan gelombang pada Gambar 2.17.

4. Analisa refraksi
Analisa refraksi dilakukan untuk menentukan nilai koefisien refraksi (Kr).
Koefisien refraksi dapat ditentukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menentukan nilai tinggi gelombang signifikan (Hs)
b. Menentukan panjang gelombang di laut dalam (L0)
c. Menentukan kedalaman laut dengan interval jarak tertentu dan di hubungkan
dengan panjang gelombang di laut dalam untuk mendapatkan nilai koefisien
refraksi.
d. Menghitung koefieisen refraksi dengan menggunakan rumus pada Persamaan

b0 cos  0
(2.1) yaitu Kr   .
b cos 

5. Perhitungan tinggi gelombang pecah


Penentuan tinggi gelombang pecah di tentukan oleh grafik hubungan antara
H 'o Hb
2
, kemiringan pantai (m) dan yang dapat dilihat pada grafik dalam
gT H 'o

Gambar 4.21.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


33

3.7 Diagram Alir Penelitian


Tahapan penelitian dapat dilihat pada diagram alir sebagai berikut.

Mulai

Tinjauan Pustaka

Pengumpulan Data

Data Sekunder

Data angin Tahun Data pasang surut Peta lokasi dan


2008 - 2017 Tahun 2008 - 2017 Data batimetri

Analisis data angin Analisis data pasang surut

Aplikasi Windrose Plot

Penentuan fetch efektif (Feff)

Analisis peramalan
gelombang

Analisis koefieisen refraksi (Kr)


dan koefisien shoalling (Ks)

Analisis perhitungan gelombang pecah


(Hb)

Hasil analisis
1. Gelombang pecah (Hb)
2. Elevasi pasang surut
3. Peta batimetri

SELESAI

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian


Sumber : Hasil rancangan,2018

Teknik Sipil, FST, UNDANA


34

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum


Kota Kupang adalah Ibukota Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di
pesisir Teluk Kupang, paling barat dari Pulau Timor. Secara astronomis Kota
Kupang terletak pada 100 36’ 14”- 100 39’ 58” lintang Selatan dan 1230 32’ 23” -
1230 37’ 01” Bujur Timur. Luas Kota Kupang yaitu 180.27 km2 dengan jumlah
penduduk sebanyak 402.286 jiwa. Peta Kota Kupang ditunjukkan pada Gambar
4.1 (Sumber : Google earth).

Gambar 4.1 Peta Kota Kupang


Sumber : Google Earth

Mata pencaharian penduduk sepanjang Teluk Kupang sebagian besarnya


adalah nelayan dimana pada sepanjang pesisir Pantai Teluk Kupang terbangun 4
(empat) Pelabuhan yaitu Pelabuhan Tenau, Pelabuhan Bolok, Pelabuhan rakyat
Namosain dan Pelabuhan Ikan Oeba. Pantai Namosain sebagai lokasi tinjauan
terletak pada 100 10’ 17.23” S dan 1230 33’ 51.79” E. Gambar 4.2 menunjukkan
lokasi tinjauan pantai Namosain Kupang. Permasalahan yang terjadi pada pantai-
pantai kritis adalah terjadinya erosi dan abrasi pada sebagian garis pantai tersebut,
yang mengakibatkan daerah aktifitas nelayan dan penduduk sepanjang pantai
semakin sempit, hilangnya lahan permukiman, pertanian, pertambakan,
terganggunya ruas jalan raya dan hilangnya lapangan pekerjaan. Pada umumnya
pantai-pantai yang ada di Nusa Tenggara Timur sebagian besar merupakan pantai
berkarang, dengan dinding pantai dari batu karang berongga dan mudah lapuk

Teknik Sipil, FST, UNDANA


35

apabila dihantam gelombang dan perubahan iklim, mengakibatkan terjadinya


abrasi serta erosi yang cukup besar.

Gambar 4.2 Peta Pantai Namosain Kupang


Sumber : Google earth

Pesisir pantai Kupang memiliki berbagai potensi untuk masyarakat Kota


Kupang namun perlu adanya penanganan dan perlindungan terhadap pantai.
Bangunan pengaman pantai perlu di bangun dikarenakan pesisir pantai Kupang
langsung berhadapan dengan gelombang dari arah laut lepas.

4.2 Data Arah dan Kecepatan Angin Pantai Namosain Kupang


Angin sebagai pembangkit gelombang merupakan parameter penting dalam
perencanaan bangunan pengaman pantai. Untuk mendapatkan nilai kecepatan
angin di Pantai Namosain maka diperlukan data arah dan kecepatan angin yang
dapat diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun
Meteorologi El Tari Kupang. Peramalan tinggi gelombang memerlukan data arah
dan kecepatan angin selama 10 tahun yaitu dari Tahun 2008 sampai dengan Tahun
2017 yang dapat dilihat pada Lampiran 1.
Berdasarkan data pada Lampiran 1 (Data angin Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika Provinsi NTT), maka dilakukan analisa dengan
menggunakan Aplikasi WRplot untuk memperoleh frekuensi dan windrose setiap
bulan selama periode 10 tahun. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam
menghitung persentase kejadian angin dengan mengambil contoh untuk bulan
Januari Tahun 2008.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


36

1. Melakukan input data angin dari BMKG bulan Januari Tahun 2008.
Data angin dari BMKG untuk bulan Januari Tahun 2008 diinput pada format
excel untuk mengetahui kejadian angin setiap hari dalam waktu 24 jam.
Tabel 4.1 Data Angin BMKG Bulan Januari 2008
Januari
Tanggal
Tahun
(08.00-08.00)
ff rata-rata dd ff min ff max dd max jam ffmin jam ffmax
2008 1-2 7 304 3 10 315 04.00 - 06.00 12.00 - 15.00
2-3 10 292 5 14 292 19.00 - 21.00 01.00 - 03.00
3-4 9 281 6 12 292 17.00 - 22.00 06.00 - 08.00
4-5 8 270 5 10 270 01.00 - 03.00 06.00 - 08.00
5-6 8 270 5 10 270 02.00 - 03.00 16.00 - 20.00
6-7 8 270 5 10 270 02.00 - 03.00 16.00 - 20.00
7-8 7 202 3 10 202 04.00 - 05.00 20.00 - 22.00
8-9 7 225 4 10 225 04.00 - 05.00 22.00 - 23.00
9-10 7 225 4 10 225 04.00 - 05.00 22.00 - 23.00
10-11 8 292 5 11 292 02.00 - 04.00 11.00 - 12.00
11-12 7 180 5 8 180 06.00 - 07.00 00.00 - 01.00
12-13 8 90 5 10 90 07.00 - 08.00 23.00 - 02.00
13-14 7 112 4 10 112 07.00 - 08.00 01.00 - 02.00
14-15 7 112 5 8 112 07.00 - 08.00 01.00 - 02.00
15-16 8 112 5 10 112 07.00 - 08.00 01.00 - 02.00
16-17 5 0 0 10 340 07.00 - 08.00 01.00 - 02.00
17-18 10 337 7 13 340 18.00 - 20.00 13.00 - 15.00
18-19 5 337 2 7 340 04.00 - 06.00 21.00 - 23.00
19-20 7 315 5 9 315 01.00 - 03.00 20.00 - 21.00
20-21 8 315 5 10 315 01.00 - 03.00 20.00 - 21.00
21-22 8 90 5 10 90 03.00 - 05.00 21.00 - 22.00
22-23 7 180 4 10 180 15.00 - 20.00 03.00 - 05.00
23-24 4 45 2 6 45 05.00 - 06.00 22.00 - 23.00
24-25 7 315 4 10 315 07.00 - 08.00 22.00 - 23.00
25-26 9 270 4 14 270 06.00 - 07.00 22.00 - 24.00
26-27 7 0 5 8 340 20.00 - 22.00 01.00 - 03.00
27-28 10 315 5 15 315 03.00 - 04.00 20.00 - 21.00
28-29 5 0 2 8 350 20.00 - 21.00 01.00 - 03.00
29-30 10 337 5 14 350 04.00 - 06.00 22.00 - 00.00
30-31 6 292 4 8 350 04.00 - 06.00 20.00 - 23.00
31-1 6 292 4 8 350 04.00 - 06.00 17.00 - 20.00
Sumber : BMKG Stasiun El Tari Kupang,2018

Dimana :
dd = Arah angin (derajat)̊
ff = Kecepatan angin (knots)
ff rata-rata = Kecepatan angin rata-rata (knots)
ff min = Kecepatan angin minimum(knots)
ff max = Kecepatan angin maksimum (knots)
dd max = Arah angin maksimum (derajat)̊

2. Melakukan input data angin ke format excel untuk aplikasi Windrose Plot.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


37

Tabel 4.2 Urutan Data Arah dan Kecepatan Angin Bulan Januari 2008
JAM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff
1 310 7 310 7 292 14 287 9 270 5 270 8 270 8 202 7 225 7 225 7
2 310 7 310 7 292 14 287 9 270 5 270 5 270 5 202 7 225 7 225 7
3 310 7 310 7 292 14 287 9 270 5 270 5 270 5 202 7 225 7 225 7
4 310 7 304 3 292 10 287 9 270 8 270 8 270 8 202 3 225 4 225 4
5 310 7 304 3 292 10 287 9 270 8 270 8 270 8 202 3 225 4 225 4
6 310 7 304 3 292 10 292 12 270 10 270 8 270 8 202 7 225 7 225 7
7 310 7 310 7 292 10 292 12 270 10 270 8 270 8 202 7 225 7 225 7
8 310 7 310 7 292 10 292 12 270 10 270 8 270 8 202 7 225 7 225 7
9 310 7 292 10 287 9 270 8 270 8 270 8 202 7 225 7 225 7 292 8
10 310 7 292 10 287 9 270 8 270 8 270 8 202 7 225 7 225 7 292 8
11 310 7 292 10 287 9 270 8 270 8 270 8 202 7 225 7 225 7 292 11
12 315 10 292 10 287 9 270 8 270 8 270 8 202 7 225 7 225 7 292 11
13 315 10 292 10 287 9 270 8 270 8 270 8 202 7 225 7 225 7 292 8
14 315 10 292 10 287 9 270 8 270 8 270 8 202 7 225 7 225 7 292 8
15 315 10 292 10 287 9 270 8 270 8 270 8 202 7 225 7 225 7 292 8
16 310 7 292 10 287 9 270 8 270 10 270 10 202 7 225 7 225 7 292 8
17 310 7 292 10 281 6 270 8 270 10 270 10 202 7 225 7 225 7 292 8
18 310 7 292 10 281 6 270 8 270 10 270 10 202 7 225 7 225 7 292 8
19 310 7 292 5 281 6 270 8 270 10 270 10 202 7 225 7 225 7 292 8
20 310 7 292 5 281 6 270 8 270 10 270 10 202 10 225 7 225 7 292 8
21 310 7 292 5 281 6 270 8 270 8 270 8 202 10 225 7 225 7 292 8
22 310 7 292 10 281 6 270 8 270 8 270 8 202 10 225 10 225 10 292 8
23 310 7 292 10 287 9 270 8 270 8 270 8 202 7 225 10 225 10 292 8
24 310 7 292 10 287 9 270 8 270 8 270 8 202 7 225 7 225 7 292 8

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff
292 8 180 8 90 10 112 10 112 8 112 10 340 10 339 10 339 5 315 5
292 5 180 7 90 10 112 10 112 8 112 10 340 10 339 10 339 5 315 5
292 5 180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 339 10 339 5 315 5
292 5 180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 339 10 337 2 315 7
292 8 180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 339 10 337 2 315 7
292 8 180 5 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 339 10 337 2 315 7
292 8 180 5 90 5 112 4 112 5 112 5 0 0 339 10 339 5 315 7
292 8 180 7 90 5 112 4 112 5 112 5 0 0 339 10 339 5 315 7
180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 339 10 339 5 315 7 315 8
180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 339 10 339 5 315 7 315 8
180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 339 10 339 5 315 7 315 8
180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 339 10 339 5 315 7 315 8
180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 340 13 339 5 315 7 315 8
180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 340 13 339 5 315 7 315 8
180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 340 13 339 5 315 7 315 8
180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 339 10 339 5 315 7 315 8
180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 339 10 339 5 315 7 315 8
180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 337 7 339 5 315 7 315 8
180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 337 7 339 5 315 7 315 8
180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 337 7 339 5 315 9 315 10
180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 339 10 340 7 315 9 315 10
180 7 90 8 112 7 112 7 112 8 170 5 339 10 340 7 315 7 315 8
180 7 90 10 112 7 112 7 112 8 170 5 339 10 340 7 315 7 315 8
180 8 90 10 112 7 112 7 112 8 170 5 339 10 339 5 315 7 315 8

Teknik Sipil, FST, UNDANA


38

Lanjutan Tabel 4.2 Urutan Data Arah dan Kecepatan Angin Bulan Januari 2008
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff
315 5 90 8 180 7 45 4 315 7 270 9 340 8 315 10 350 8 344 10 321 6
315 5 90 8 180 7 45 4 315 7 270 9 340 8 315 10 350 8 344 10 321 6
315 5 90 5 180 10 45 4 315 7 270 9 340 8 315 5 350 8 344 10 321 6
315 8 90 5 180 10 45 4 315 7 270 9 170 7 315 5 175 5 337 5 292 4
315 8 90 5 180 10 45 2 315 7 270 9 170 7 315 10 175 5 337 5 292 4
315 8 90 8 180 7 45 2 315 7 270 4 170 7 315 10 175 5 337 5 292 4
315 8 90 8 180 7 45 4 315 4 270 4 170 7 315 10 175 5 344 10 321 6
315 8 90 8 180 7 45 4 315 4 270 9 170 7 315 10 175 5 344 10 321 6
90 8 180 7 45 4 315 7 270 9 170 7 315 10 175 5 344 10 321 6 321 6
90 8 180 7 45 4 315 7 270 9 170 7 315 10 175 5 344 10 321 6 321 6
90 8 180 7 45 4 315 7 270 9 170 7 315 10 175 5 344 10 321 6 321 6
90 8 180 7 45 4 315 7 270 9 170 7 315 10 175 5 344 10 321 6 321 6
90 8 180 7 45 4 315 7 270 9 170 7 315 10 175 5 344 10 321 6 321 6
90 8 180 7 45 4 315 7 270 9 170 7 315 10 175 5 344 10 321 6 321 6
90 8 180 4 45 4 315 7 270 9 170 7 315 10 175 5 344 10 321 6 321 6
90 8 180 4 45 4 315 7 270 9 170 7 315 10 175 5 344 10 321 6 321 6
90 8 180 4 45 4 315 7 270 9 170 7 315 10 175 5 344 10 321 6 350 8
90 8 180 4 45 4 315 7 270 9 170 7 315 10 175 5 344 10 321 6 350 8
90 8 180 4 45 4 315 7 270 9 170 7 315 10 175 5 344 10 321 6 350 8
90 8 180 4 45 4 315 7 270 9 0 5 315 15 0 2 344 10 350 8 350 8
90 10 180 7 45 4 315 7 270 9 0 5 315 15 0 2 344 10 350 8 321 6
90 10 180 7 45 6 315 10 270 14 0 5 315 10 175 5 350 14 350 8 321 6
90 8 180 7 45 6 315 10 270 14 170 7 315 10 175 5 350 14 350 8 321 6
90 8 180 7 45 4 315 7 270 14 170 7 315 10 175 5 350 14 321 6 321 6

Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Dimana :
dd = Arah angin (derajat)̊
ff = Kecepatan angin (knots)

3. Melakukan input data angin ke format excel untuk aplikasi Windrose Plot.
Tabel 4.3 Format Excel Aplikasi Windrose Plot Bulan Januari 2008
Tahun Bulan Tanggal Jam Arah Kecepatan 2008 1 1 19 310 7
2008 1 1 1 310 7 2008 1 1 20 310 7
2008 1 1 2 310 7 2008 1 1 21 310 7
2008 1 1 3 310 7 2008 1 1 22 310 7
2008 1 1 4 310 7 2008 1 1 23 310 7
2008 1 1 5 310 7 2008 1 1 24 310 7
2008 1 1 6 310 7 2008 1 2 1 310 7
2008 1 2 2 310 7
2008 1 1 7 310 7
2008 1 2 3 310 7
2008 1 1 8 310 7
2008 1 2 4 304 3
2008 1 1 9 310 7
2008 1 2 5 304 3
2008 1 1 10 310 7
2008 1 2 6 304 3
2008 1 1 11 310 7
2008 1 2 7 310 7
2008 1 1 12 315 10 2008 1 2 8 310 7
2008 1 1 13 315 10 2008 1 2 9 292 10
2008 1 1 14 315 10 2008 1 2 10 292 10
2008 1 1 15 315 10 2008 1 2 11 292 10
2008 1 1 16 310 7 2008 1 2 12 292 10
2008 1 1 17 310 7 2008 1 2 13 292 10
2008 1 1 18 310 7 2008 1 2 14 292 10

Teknik Sipil, FST, UNDANA


39

Lanjutan Tabel 4.3 Format Excel Aplikasi Windrose Plot Bulan Januari 2008
2008 1 2 15 292 10 2008 1 3 11 287 9
2008 1 2 16 292 10 2008 1 3 12 287 9
2008 1 2 17 292 10 2008 1 3 13 287 9
2008 1 2 18 292 10 2008 1 3 14 287 9
2008 1 2 19 292 5 2008 1 3 15 287 9
2008 1 3 16 287 9
2008 1 2 20 292 5
2008 1 3 17 281 6
2008 1 2 21 292 5
2008 1 3 18 281 6
2008 1 2 22 292 10
2008 1 3 19 281 6
2008 1 2 23 292 10
2008 1 3 20 281 6
2008 1 2 24 292 10
2008 1 3 21 281 6
2008 1 3 1 292 14 2008 1 3 22 281 6
2008 1 3 2 292 14 2008 1 3 23 287 9
2008 1 3 3 292 14 2008 1 3 24 287 9
2008 1 3 4 292 10 2008 1 4 1 287 9
2008 1 3 5 292 10 2008 1 4 2 287 9
2008 1 3 6 292 10 2008 1 4 3 287 9
2008 1 3 7 292 10 2008 1 4 4 287 9
2008 1 3 8 292 10 2008 1 4 5 287 9
2008 1 3 9 287 9 2008 1 4 6 292 12
2008 1 3 10 287 9 2008 1 4 7 292 12

2008 1 4 8 292 12 2008 1 5 5 270 8


2008 1 4 9 270 8 2008 1 5 6 270 10
2008 1 4 10 270 8 2008 1 5 7 270 10
2008 1 4 11 270 8 2008 1 5 8 270 10
2008 1 4 12 270 8 2008 1 5 9 270 8
2008 1 4 13 270 8 2008 1 5 10 270 8
2008 1 4 14 270 8 2008 1 5 11 270 8
2008 1 4 15 270 8
2008 1 5 12 270 8
2008 1 4 16 270 8
2008 1 5 13 270 8
2008 1 4 17 270 8
2008 1 5 14 270 8
2008 1 4 18 270 8
2008 1 5 15 270 8
2008 1 4 19 270 8
2008 1 4 20 270 8
2008 1 5 16 270 10
2008 1 4 21 270 8 2008 1 5 17 270 10
2008 1 4 22 270 8 2008 1 5 18 270 10
2008 1 4 23 270 8 2008 1 5 19 270 10
2008 1 4 24 270 8 2008 1 5 20 270 10
2008 1 5 1 270 5 2008 1 5 21 270 8
2008 1 5 2 270 5 2008 1 5 22 270 8
2008 1 5 3 270 5 2008 1 5 23 270 8
2008 1 5 4 270 8 2008 1 5 24 270 8

2008 1 6 1 270 8 2008 1 6 21 270 8


2008 1 6 2 270 5 2008 1 6 22 270 8
2008 1 6 3 270 5 2008 1 6 23 270 8
2008 1 6 4 270 8 2008 1 6 24 270 8
2008 1 6 5 270 8 2008 1 7 1 270 8
2008 1 6 6 270 8 2008 1 7 2 270 5
2008 1 6 7 270 8 2008 1 7 3 270 5
2008 1 6 8 270 8 2008 1 7 4 270 8
2008 1 6 9 270 8 2008 1 7 5 270 8
2008 1 6 10 270 8 2008 1 7 6 270 8
2008 1 6 11 270 8 2008 1 7 7 270 8
2008 1 6 12 270 8 2008 1 7 8 270 8
2008 1 6 13 270 8 2008 1 7 9 202 7
2008 1 6 14 270 8 2008 1 7 10 202 7
2008 1 6 15 270 8 2008 1 7 11 202 7
2008 1 6 16 270 10 2008 1 7 12 202 7
2008 1 6 17 270 10 2008 1 7 13 202 7
2008 1 6 18 270 10 2008 1 7 14 202 7
2008 1 6 19 270 10 2008 1 7 15 202 7
2008 1 6 20 270 10 2008 1 7 16 202 7

Teknik Sipil, FST, UNDANA


40

Lanjutan Tabel 4.3 Format Excel Aplikasi Windrose Plot Bulan Januari 2008
2008 1 7 17 202 7 2008 1 8 13 225 7
2008 1 7 18 202 7 2008 1 8 14 225 7
2008 1 7 19 202 7 2008 1 8 15 225 7
2008 1 7 20 202 10 2008 1 8 16 225 7
2008 1 7 21 202 10 2008 1 8 17 225 7
2008 1 7 22 202 10 2008 1 8 18 225 7
2008 1 7 23 202 7 2008 1 8 19 225 7
2008 1 7 24 202 7 2008 1 8 20 225 7
2008 1 8 1 202 7 2008 1 8 21 225 7
2008 1 8 2 202 7 2008 1 8 22 225 10
2008 1 8 3 202 7 2008 1 8 23 225 10
2008 1 8 4 202 3 2008 1 8 24 225 7
2008 1 8 5 202 3 2008 1 9 1 225 7
2008 1 8 6 202 7 2008 1 9 2 225 7
2008 1 8 7 202 7 2008 1 9 3 225 7
2008 1 8 8 202 7 2008 1 9 4 225 4
2008 1 8 9 225 7 2008 1 9 5 225 4
2008 1 8 10 225 7 2008 1 9 6 225 7
2008 1 8 11 225 7 2008 1 9 7 225 7
2008 1 8 12 225 7 2008 1 9 8 225 7

2008 1 9 9 225 7 2008 1 10 5 225 4


2008 1 9 10 225 7 2008 1 10 6 225 7
2008 1 9 11 225 7 2008 1 10 7 225 7
2008 1 9 12 225 7 2008 1 10 8 225 7
2008 1 9 13 225 7 2008 1 10 9 292 8
2008 1 9 14 225 7 2008 1 10 10 292 8
2008 1 9 15 225 7 2008 1 10 11 292 11
2008 1 9 16 225 7 2008 1 10 12 292 11
2008 1 9 17 225 7 2008 1 10 13 292 8
2008 1 9 18 225 7 2008 1 10 14 292 8
2008 1 9 19 225 7 2008 1 10 15 292 8
2008 1 9 20 225 7 2008 1 10 16 292 8
2008 1 9 21 225 7 2008 1 10 17 292 8
2008 1 9 22 225 10 2008 1 10 18 292 8
2008 1 9 23 225 10 2008 1 10 19 292 8
2008 1 9 24 225 7 2008 1 10 20 292 8
2008 1 10 1 225 7 2008 1 10 21 292 8
2008 1 10 2 225 7 2008 1 10 22 292 8
2008 1 10 3 225 7 2008 1 10 23 292 8
2008 1 10 4 225 4 2008 1 10 24 292 8

2008 1 11 1 292 8 2008 1 11 21 180 7


2008 1 11 2 292 5 2008 1 11 22 180 7
2008 1 11 3 292 5 2008 1 11 23 180 7
2008 1 11 4 292 5 2008 1 11 24 180 8
2008 1 11 5 292 8 2008 1 12 1 180 8
2008 1 11 6 292 8 2008 1 12 2 180 7
2008 1 11 7 292 8 2008 1 12 3 180 7
2008 1 11 8 292 8 2008 1 12 4 180 7
2008 1 11 9 180 7 2008 1 12 5 180 7
2008 1 11 10 180 7 2008 1 12 6 180 5
2008 1 11 11 180 7 2008 1 12 7 180 5
2008 1 11 12 180 7 2008 1 12 8 180 7
2008 1 11 13 180 7 2008 1 12 9 90 8
2008 1 11 14 180 7 2008 1 12 10 90 8
2008 1 11 15 180 7 2008 1 12 11 90 8
2008 1 11 16 180 7 2008 1 12 12 90 8
2008 1 11 17 180 7 2008 1 12 13 90 8
2008 1 11 18 180 7 2008 1 12 14 90 8
2008 1 11 19 180 7 2008 1 12 15 90 8
2008 1 11 20 180 7 2008 1 12 16 90 8

Teknik Sipil, FST, UNDANA


41

Lanjutan Tabel 4.3 Format Excel Aplikasi Windrose Plot Bulan Januari 2008
2008 1 12 17 90 8 2008 1 13 13 112 7
2008 1 12 18 90 8 2008 1 13 14 112 7
2008 1 12 19 90 8 2008 1 13 15 112 7
2008 1 12 20 90 8 2008 1 13 16 112 7
2008 1 12 21 90 8 2008 1 13 17 112 7
2008 1 12 22 90 8 2008 1 13 18 112 7
2008 1 12 23 90 10 2008 1 13 19 112 7
2008 1 12 24 90 10 2008 1 13 20 112 7
2008 1 13 1 90 10 2008 1 13 21 112 7
2008 1 13 2 90 10 2008 1 13 22 112 7
2008 1 13 3 90 8 2008 1 13 23 112 7
2008 1 13 4 90 8 2008 1 13 24 112 7
2008 1 13 5 90 8 2008 1 14 1 112 10
2008 1 13 6 90 8 2008 1 14 2 112 10
2008 1 13 7 90 5 2008 1 14 3 112 7
2008 1 13 8 90 5 2008 1 14 4 112 7
2008 1 13 9 112 7 2008 1 14 5 112 7
2008 1 13 10 112 7 2008 1 14 6 112 7
2008 1 13 11 112 7 2008 1 14 7 112 4
2008 1 13 12 112 7 2008 1 14 8 112 4

2008 1 14 9 112 7 2008 1 15 5 112 7


2008 1 14 10 112 7 2008 1 15 6 112 7
2008 1 14 11 112 7 2008 1 15 7 112 5
2008 1 14 12 112 7 2008 1 15 8 112 5
2008 1 14 13 112 7 2008 1 15 9 112 8
2008 1 14 14 112 7 2008 1 15 10 112 8
2008 1 14 15 112 7 2008 1 15 11 112 8
2008 1 14 16 112 7 2008 1 15 12 112 8
2008 1 14 17 112 7 2008 1 15 13 112 8
2008 1 14 18 112 7 2008 1 15 14 112 8
2008 1 14 19 112 7 2008 1 15 15 112 8
2008 1 14 20 112 7 2008 1 15 16 112 8
2008 1 14 21 112 7 2008 1 15 17 112 8
2008 1 14 22 112 7 2008 1 15 18 112 8
2008 1 14 23 112 7 2008 1 15 19 112 8
2008 1 14 24 112 7 2008 1 15 20 112 8
2008 1 15 1 112 8 2008 1 15 21 112 8
2008 1 15 2 112 8 2008 1 15 22 112 8
2008 1 15 3 112 7 2008 1 15 23 112 8
2008 1 15 4 112 7 2008 1 15 24 112 8

2008 1 16 1 112 10 2008 1 16 21 170 5


2008 1 16 2 112 10 2008 1 16 22 170 5
2008 1 16 3 112 8 2008 1 16 23 170 5
2008 1 16 4 112 8 2008 1 16 24 170 5
2008 1 16 5 112 8 2008 1 17 1 340 10
2008 1 16 6 112 8 2008 1 17 2 340 10
2008 1 16 7 112 5 2008 1 17 3 170 5
2008 1 16 8 112 5 2008 1 17 4 170 5
2008 1 16 9 170 5 2008 1 17 5 170 5
2008 1 16 10 170 5 2008 1 17 6 170 5
2008 1 16 11 170 5 2008 1 17 7 0 0
2008 1 16 12 170 5 2008 1 17 8 0 0
2008 1 16 13 170 5 2008 1 17 9 339 10
2008 1 16 14 170 5 2008 1 17 10 339 10
2008 1 16 15 170 5 2008 1 17 11 339 10
2008 1 16 16 170 5 2008 1 17 12 339 10
2008 1 16 17 170 5 2008 1 17 13 340 13
2008 1 16 18 170 5 2008 1 17 14 340 13
2008 1 16 19 170 5 2008 1 17 15 340 13
2008 1 16 20 170 5 2008 1 17 16 339 10

Teknik Sipil, FST, UNDANA


42

Lanjutan Tabel 4.3 Format Excel Aplikasi Windrose Plot Bulan Januari 2008
2008 1 17 17 339 10 2008 1 18 13 339 5
2008 1 17 18 337 7 2008 1 18 14 339 5
2008 1 17 19 337 7 2008 1 18 15 339 5
2008 1 17 20 337 7 2008 1 18 16 339 5
2008 1 17 21 339 10 2008 1 18 17 339 5
2008 1 17 22 339 10 2008 1 18 18 339 5
2008 1 17 23 339 10 2008 1 18 19 339 5
2008 1 17 24 339 10 2008 1 18 20 339 5
2008 1 18 1 339 10 2008 1 18 21 340 7
2008 1 18 2 339 10 2008 1 18 22 340 7
2008 1 18 3 339 10 2008 1 18 23 340 7
2008 1 18 4 339 10 2008 1 18 24 339 5
2008 1 18 5 339 10 2008 1 19 1 339 5
2008 1 18 6 339 10 2008 1 19 2 339 5
2008 1 18 7 339 10 2008 1 19 3 339 5
2008 1 18 8 339 10 2008 1 19 4 337 2
2008 1 18 9 339 5 2008 1 19 5 337 2
2008 1 18 10 339 5 2008 1 19 6 337 2
2008 1 18 11 339 5 2008 1 19 7 339 5
2008 1 18 12 339 5 2008 1 19 8 339 5

2008 1 19 9 315 7 2008 1 20 5 315 7


2008 1 19 10 315 7 2008 1 20 6 315 7
2008 1 19 11 315 7 2008 1 20 7 315 7
2008 1 19 12 315 7 2008 1 20 8 315 7
2008 1 19 13 315 7 2008 1 20 9 315 8
2008 1 19 14 315 7 2008 1 20 10 315 8
2008 1 19 15 315 7 2008 1 20 11 315 8
2008 1 19 16 315 7 2008 1 20 12 315 8
2008 1 19 17 315 7 2008 1 20 13 315 8
2008 1 19 18 315 7 2008 1 20 14 315 8
2008 1 19 19 315 7 2008 1 20 15 315 8
2008 1 19 20 315 9 2008 1 20 16 315 8
2008 1 19 21 315 9 2008 1 20 17 315 8
2008 1 19 22 315 7 2008 1 20 18 315 8
2008 1 19 23 315 7 2008 1 20 19 315 8
2008 1 19 24 315 7 2008 1 20 20 315 10
2008 1 20 1 315 5 2008 1 20 21 315 10
2008 1 20 2 315 5 2008 1 20 22 315 8
2008 1 20 3 315 5 2008 1 20 23 315 8
2008 1 20 4 315 7 2008 1 20 24 315 8

2008 1 21 1 315 5 2008 1 21 21 90 10


2008 1 21 2 315 5 2008 1 21 22 90 10
2008 1 21 3 315 5 2008 1 21 23 90 8
2008 1 21 4 315 8 2008 1 21 24 90 8
2008 1 21 5 315 8 2008 1 22 1 90 8
2008 1 21 6 315 8 2008 1 22 2 90 8
2008 1 21 7 315 8 2008 1 22 3 90 5
2008 1 21 8 315 8 2008 1 22 4 90 5
2008 1 21 9 90 8 2008 1 22 5 90 5
2008 1 21 10 90 8 2008 1 22 6 90 8
2008 1 21 11 90 8 2008 1 22 7 90 8
2008 1 21 12 90 8 2008 1 22 8 90 8
2008 1 21 13 90 8 2008 1 22 9 180 7
2008 1 21 14 90 8 2008 1 22 10 180 7
2008 1 21 15 90 8 2008 1 22 11 180 7
2008 1 21 16 90 8 2008 1 22 12 180 7
2008 1 21 17 90 8 2008 1 22 13 180 7
2008 1 21 18 90 8 2008 1 22 14 180 7
2008 1 21 19 90 8 2008 1 22 15 180 4
2008 1 21 20 90 8 2008 1 22 16 180 4

Teknik Sipil, FST, UNDANA


43

Lanjutan Tabel 4.3 Format Excel Aplikasi Windrose Plot Bulan Januari 2008
2008 1 22 17 180 4 2008 1 22 17 180 4
2008 1 22 18 180 4 2008 1 22 18 180 4
2008 1 22 19 180 4 2008 1 22 19 180 4
2008 1 22 20 180 4 2008 1 22 20 180 4
2008 1 22 21 180 7 2008 1 22 21 180 7
2008 1 22 22 180 7 2008 1 22 22 180 7
2008 1 22 23 180 7 2008 1 22 23 180 7
2008 1 22 24 180 7 2008 1 22 24 180 7
2008 1 23 1 180 7 2008 1 23 1 180 7
2008 1 23 2 180 7 2008 1 23 2 180 7
2008 1 23 3 180 10 2008 1 23 3 180 10
2008 1 23 4 180 10 2008 1 23 4 180 10
2008 1 23 5 180 10 2008 1 23 5 180 10
2008 1 23 6 180 7 2008 1 23 6 180 7
2008 1 23 7 180 7 2008 1 23 7 180 7
2008 1 23 8 180 7 2008 1 23 8 180 7
2008 1 23 9 45 4 2008 1 23 9 45 4
2008 1 23 10 45 4 2008 1 23 10 45 4
2008 1 23 11 45 4 2008 1 23 11 45 4
2008 1 23 12 45 4 2008 1 23 12 45 4

2008 1 24 9 315 7 2008 1 25 5 315 7


2008 1 24 10 315 7 2008 1 25 6 315 7
2008 1 24 11 315 7 2008 1 25 7 315 4
2008 1 24 12 315 7 2008 1 25 8 315 4
2008 1 24 13 315 7 2008 1 25 9 270 9
2008 1 24 14 315 7 2008 1 25 10 270 9
2008 1 24 15 315 7 2008 1 25 11 270 9
2008 1 24 16 315 7 2008 1 25 12 270 9
2008 1 24 17 315 7 2008 1 25 13 270 9
2008 1 24 18 315 7 2008 1 25 14 270 9
2008 1 24 19 315 7 2008 1 25 15 270 9
2008 1 24 20 315 7 2008 1 25 16 270 9
2008 1 24 21 315 7 2008 1 25 17 270 9
2008 1 24 22 315 10 2008 1 25 18 270 9
2008 1 24 23 315 10 2008 1 25 19 270 9
2008 1 24 24 315 7 2008 1 25 20 270 9
2008 1 25 1 315 7 2008 1 25 21 270 9
2008 1 25 2 315 7 2008 1 25 22 270 14
2008 1 25 3 315 7 2008 1 25 23 270 14
2008 1 25 4 315 7 2008 1 25 24 270 14

2008 1 26 1 270 9 2008 1 26 21 0 5


2008 1 26 2 270 9 2008 1 26 22 0 5
2008 1 26 3 270 9 2008 1 26 23 170 7
2008 1 26 4 270 9 2008 1 26 24 170 7
2008 1 26 5 270 9 2008 1 27 1 340 8
2008 1 26 6 270 4 2008 1 27 2 340 8
2008 1 26 7 270 4 2008 1 27 3 340 8
2008 1 26 8 270 9 2008 1 27 4 170 7
2008 1 26 9 170 7 2008 1 27 5 170 7
2008 1 26 10 170 7 2008 1 27 6 170 7
2008 1 26 11 170 7 2008 1 27 7 170 7
2008 1 26 12 170 7 2008 1 27 8 170 7
2008 1 26 13 170 7 2008 1 27 9 315 10
2008 1 26 14 170 7 2008 1 27 10 315 10
2008 1 26 15 170 7 2008 1 27 11 315 10
2008 1 26 16 170 7 2008 1 27 12 315 10
2008 1 26 17 170 7 2008 1 27 13 315 10
2008 1 26 18 170 7 2008 1 27 14 315 10
2008 1 26 19 170 7 2008 1 27 15 315 10
2008 1 26 20 0 5 2008 1 27 16 315 10

Teknik Sipil, FST, UNDANA


44

Lanjutan Tabel 4.3 Format Excel Aplikasi Windrose Plot Bulan Januari 2008
2008 1 27 17 315 10 2008 1 28 13 175 5
2008 1 27 18 315 10 2008 1 28 14 175 5
2008 1 27 19 315 10 2008 1 28 15 175 5
2008 1 27 20 315 15 2008 1 28 16 175 5
2008 1 27 21 315 15 2008 1 28 17 175 5
2008 1 27 22 315 10 2008 1 28 18 175 5
2008 1 27 23 315 10 2008 1 28 19 175 5
2008 1 27 24 315 10 2008 1 28 20 0 2
2008 1 28 1 315 10 2008 1 28 21 0 2
2008 1 28 2 315 10 2008 1 28 22 175 5
2008 1 28 3 315 5 2008 1 28 23 175 5
2008 1 28 4 315 5 2008 1 28 24 175 5
2008 1 28 5 315 10 2008 1 29 1 350 8
2008 1 28 6 315 10 2008 1 29 2 350 8
2008 1 28 7 315 10 2008 1 29 3 350 8
2008 1 28 8 315 10 2008 1 29 4 175 5
2008 1 28 9 175 5 2008 1 29 5 175 5
2008 1 28 10 175 5 2008 1 29 6 175 5
2008 1 28 11 175 5 2008 1 29 7 175 5
2008 1 28 12 175 5 2008 1 29 8 175 5

2008 1 29 9 344 10 2008 1 30 5 337 5


2008 1 29 10 344 10 2008 1 30 6 337 5
2008 1 29 11 344 10 2008 1 30 7 344 10
2008 1 29 12 344 10 2008 1 30 8 344 10
2008 1 29 13 344 10 2008 1 30 9 321 6
2008 1 29 14 344 10 2008 1 30 10 321 6
2008 1 29 15 344 10 2008 1 30 11 321 6
2008 1 29 16 344 10 2008 1 30 12 321 6
2008 1 29 17 344 10 2008 1 30 13 321 6
2008 1 29 18 344 10 2008 1 30 14 321 6
2008 1 29 19 344 10 2008 1 30 15 321 6
2008 1 29 20 344 10 2008 1 30 16 321 6
2008 1 29 21 344 10 2008 1 30 17 321 6
2008 1 29 22 350 14 2008 1 30 18 321 6
2008 1 29 23 350 14 2008 1 30 19 321 6
2008 1 29 24 350 14 2008 1 30 20 350 8
2008 1 30 1 344 10 2008 1 30 21 350 8
2008 1 30 2 344 10 2008 1 30 22 350 8
2008 1 30 3 344 10 2008 1 30 23 350 8
2008 1 30 4 337 5 2008 1 30 24 321 6

2008 1 30 24 321 6
2008 1 31 1 321 6
2008 1 31 2 321 6
2008 1 31 3 321 6
2008 1 31 4 292 4
2008 1 31 5 292 4
2008 1 31 6 292 4
2008 1 31 7 321 6
2008 1 31 8 321 6
2008 1 31 9 321 6
2008 1 31 10 321 6
2008 1 31 11 321 6
2008 1 31 12 321 6
2008 1 31 13 321 6
2008 1 31 14 321 6
2008 1 31 15 321 6
2008 1 31 16 321 6
2008 1 31 17 350 8
2008 1 31 18 350 8
2008 1 31 19 350 8
2008 1 31 20 350 8
2008 1 31 21 321 6
2008 1 31 22 321 6
2008 1 31 23 321 6
2008 1 31 24 321 6

Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Teknik Sipil, FST, UNDANA


45

4. Menginput ke format excel yang akan dianalisa dalam aplikasi Windrose Plot.
5. Melakukan perhitungan persentase kejadian angin dengan aplikasi Windrose
Plot.

Gambar 4.3 Frekuensi Distribusi Kejadian Angin


Sumber : Hasil Analisa Aplikasi Windrose Plot,2018

6. Membuat persentase kejadian angin untuk bulan Januari 2008


Tabel 4.4 Persentase Kejadian Angin Bulan Januari 2008
FF U TL T TG S BD B BL JUMLAH
0.97 - 4.08 0.27 0.27 0.00 0.00 0.27 0.00 0.00 0.81 1.61

4.08 - 7.00 0.40 2.96 1.48 0.00 6.32 0.54 3.23 8.06 22.98

7.00 - 11.08 1.48 0.00 14.65 0.00 10.75 5.91 18.28 21.51 72.58

11.08 - 17.11 0.40 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.48 0.67 2.55

17.11 - 21.58 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

> 21.58 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
CALM 0.27

JUMLAH 2.55 3.23 16.13 0.00 17.34 6.45 22.98 31.05 100.00

AVERAGE WIND SPEED BULAN JANUARI 2008 = 7.38 KNOTS

Sumber : Hasil Analisa Data,2018

7. Langkah yang sama pada point 1 - 4 dilakukan untuk bulan Januari - Desember
Tahun 2009 - 2017.
8. Membuat rata-rata persentase kejadian angin berdasarkan data dari bulan
Januari Tahun 2008 - Tahun 2017.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


46

Tabel 4.5 Persentase Kejadian Angin Bulan Januari 2008 - Januari 2017
Kecepatan Arah Mata Angin
Jumlah
Angin U TL T TG S BD B BL
0.97 - 4.08 2.46 0.05 0.24 0.00 0.05 0.00 0.34 0.86 4.01
4.08 - 7.00 2.89 1.09 1.90 9.95 3.31 0.34 3.02 5.83 28.32
7.00 - 11.08 1.73 0.58 6.08 10.47 6.12 2.15 11.63 15.63 54.38
11.08 - 17.11 0.22 0.00 0.35 1.20 0.12 0.62 5.97 4.37 12.84
17.11 - 21.58 0.04 0.00 0.00 0.00 0.04 0.03 0.05 0.13 0.30
> 21.58 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
CALM 0.16
JUMLAH 7.34 1.72 8.56 21.61 9.64 3.13 21.01 26.83 100.00
AVERAGE WIND SPEED BULAN JANUARI 2008 - 2017 = 7.83 KNOTS
Sumber : Hasil Analisa Data,2018

4.2.1 Persentase Kejadian Angin Bulan Januari 2008 - Januari 2017


Tabel 4.6 Persentase Kejadian Angin Bulan Januari 2008 - 2017
Kecepatan Arah Mata Angin
Jumlah
Angin U TL T TG S BD B BL
0.97 - 4.08 2.46 0.05 0.24 0.00 0.05 0.00 0.34 0.86 4.01
4.08 - 7.00 2.89 1.09 1.90 9.95 3.31 0.34 3.02 5.83 28.32
7.00 - 11.08 1.73 0.58 6.08 10.47 6.12 2.15 11.63 15.63 54.38
11.08 - 17.11 0.22 0.00 0.35 1.20 0.12 0.62 5.97 4.37 12.84
17.11 - 21.58 0.04 0.00 0.00 0.00 0.04 0.03 0.05 0.13 0.30
> 21.58 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
CALM 0.16
JUMLAH 7.34 1.72 8.56 21.61 9.64 3.13 21.01 26.83 100.00
AVERAGE WIND SPEED BULAN JANUARI 2008 - 2017 = 7.83 KNOTS
Sumber : Hasil Analisa Data,2018
Data arah dan kecepatan angin yang terjadi pada setiap bulan Januari dari
Tahun 2008 - Tahun 2017 pada data BMKG diproyeksikan dalam hitungan setiap
jam untuk dianalisa ke dalam aplikasi WRPlot. Hasil analisa data WRPlot
mengeluarkan data frekuensi kejadian angin yang terjadi pada setiap arah mata
angin sehingga melalui data tersebut dapat dilakukan perhitungan persentase
kejadian angin untuk bulan Januari 2008 - Januari 2017. Setelah melakukan
analisa data persentase bulanan, maka dapat diketahui rata-rata persentase
kejadian angin selama 10 tahun beserta windrose yang dapat dilihat pada Tabel
4.6 dan Gambar 4.4.
Pada Tabel 4.6 dapat terlihat bahwa frekuensi kejadian angin terbanyak
terjadi di arah Barat Laut, Tenggara, Barat. Frekuensi perulangan tertinggi sebesar
26.83% terjadi dari arah Barat Laut. Sedangkan untuk arah Tenggara sebesar
21.61% dan arah Barat sebesar 21.01%. Kecepatan angin rata-rata yang terjadi
untuk periode 10 tahun di bulan Januari sebesar 7.83 knots. Kecepatan angin di

Teknik Sipil, FST, UNDANA


47

atas 21.58 knots tidak terjadi selama bulan Januari 2008 sampai dengan bulan
Januari 2017 sehingga persentase kecepatan angin yang terbesar adalah diantara
17.11 - 21.58 knots yaitu sebesar 0.13% dari arah Barat Laut.
Persentase kejadian angin yang terjadi pada Tabel 4.6 juga diproyeksikan
melalui windrose pada Gambar 4.4. Pada windrose terlihat angka persentase
kejadian angin terbanyak ada pada warna merah dengan range kecepatan dari
7.00-11.08 knots terjadi di arah Barat Laut, Tenggara dan Barat. Daerah yang
berwarna biru merupakan lambang dari kecepatan angin antara 11.08 - 17.11
knots dan terlihat dominan dari arah Barat sedangkan kecepatan angin minimum
yang terjadi adalah dari arah Timur Laut.

Gambar 4.4 Windrose Bulan Januari 2008 - 2017


Sumber : Hasil Analisa Data,2018

4.2.2 Persentase Kejadian Angin Bulan Februari 2008 - Februari 2017


Tabel 4.7 Persentase Kejadian Angin Bulan Februari 2008 - 2017
FF U TL T TG S BD B BL JUMLAH
0.97 - 4.08 2.95 0.00 0.00 0.33 0.27 0.00 0.30 0.58 4.42
4.08 - 7.00 3.66 1.62 2.15 17.31 2.71 0.47 2.74 3.54 34.21
7.00 - 11.08 1.90 2.24 5.10 11.96 2.55 1.06 6.09 12.72 43.60
11.08 - 17.11 0.50 0.31 0.29 3.35 0.30 1.33 3.75 6.67 16.50
17.11 - 21.58 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.36 0.09 0.48
> 21.58 0.04 0.00 0.27 0.00 0.00 0.04 0.09 0.00 0.44
CALM 0.39
JUMLAH 9.08 4.17 7.81 32.95 5.82 2.90 13.33 23.59 100.0
AVERAGE WIND SPEED BULAN FEBRUARI 2008 - 2017 = 8.06 KNOTS
Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Data arah dan kecepatan angin yang terjadi pada setiap bulan Februari dari
Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2017 pada data BMKG diproyeksikan dalam
hitungan setiap jam untuk dianalisa ke dalam aplikasi WRPlot. Analisa data untuk

Teknik Sipil, FST, UNDANA


48

bulan Februari dilakukan sama dengan analisa data dibulan Januari. Setelah
melakukan analisa data persentase bulanan maka dapat diketahui rata-rata
persentase kejadian angin di bulan Februari selama 10 tahun beserta windrose
yang dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Windrose Bulan Februari 2008 - 2017


Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa frekuensi kejadian angin terbanyak terjadi di
arah Tenggara, Barat Laut dan Barat. Frekuensi perulangan tertinggi sebesar
32.95% terjadi dari arah Tenggara. Sedangkan untuk arah Barat Laut sebesar
23.59% dan arah Barat sebesar 13.33%. Kecepatan angin rata-rata yang terjadi
untuk periode 10 tahun di bulan Februari adalah 8.06 knots. Pada bulan Februari
2008 - Februari 2017 terjadi kecepatan angin diatas 21.58 knots dengan persentase
kejadian angin terbesar dari arah Timur yaitu sebesar 0.27%.
Persentase kejadian angin yang terjadi pada Tabel 4.7 juga diproyeksikan
melalui windrose pada Gambar 4.5. Pada windrose terlihat angka persentase
kejadian angin terbanyak dari arah Tenggara, Barat Laut dan Barat dimana
perulangan kejadian angin terbanyak terjadi dari arah Tenggara dengan nilai
persentase melebihi angka 30%. persentase kejadian angin minimum terjadi di
arah Barat Daya yang digambarkan pada area dibawah 10%.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


49

4.2.3 Persentase Kejadian Angin Bulan Maret 2008 - Maret 2017


Tabel 4.8 Persentase Kejadian Angin Bulan Maret 2008 - 2017
FF U TL T TG S BD B BL JUMLAH

0.97 - 4.08 5.24 0.43 0.00 0.63 0.24 0.00 0.13 0.07 6.75

4.08 - 7.00 3.12 6.80 5.78 21.34 4.57 0.62 0.52 1.65 44.41

7.00 - 11.08 1.57 2.70 5.40 15.36 2.43 1.14 2.70 6.47 37.78

11.08 - 17.11 0.13 0.50 0.95 2.65 0.15 0.66 1.05 3.41 9.50

17.11 - 21.58 0.16 0.00 0.27 0.00 0.04 0.00 0.00 0.04 0.51

> 21.58 0.04 0.24 0.00 0.31 0.23 0.00 0.07 0.05 0.94

CALM 0.11

JUMLAH 10.27 10.67 12.41 40.30 7.66 2.42 4.48 11.69 100.00

AVERAGE WIND SPEED BULAN MARET 2008 - 2017 = 7.24 KNOTS

Sumber : Hasil Analisa Data,2018


Data arah dan kecepatan angin yang terjadi pada setiap bulan Maret dari
Tahun 2008 - Tahun 2017 pada data BMKG diproyeksikan dalam hitungan setiap
jam untuk dianalisa ke dalam aplikasi WRPlot. Analisa data untuk bulan Maret
dilakukan sama dengan analisa data dibulan Januari dan Februari. Setelah
melakukan analisa data persentase bulanan maka dapat diketahui rata-rata
persentase kejadian angin di bulan Maret selama 10 tahun beserta windrose yang
dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.6.
Pada Tabel 4.8 terlihat bahwa frekuensi kejadian angin terbanyak terjadi di
arah Tenggara, Timur dan Barat Laut. Frekuensi perulangan tertinggi sebesar
40.30% terjadi dari arah Tenggara. Sedangkan untuk arah Timur sebesar 12.41%
dan untuk arah Barat Laut sebesar 11.69%. Kecepatan angin rata-rata yang terjadi
untuk periode 10 tahun di bulan Maret adalah 7.24 knots. Pada bulan Maret 2008 -
Maret 2017 terjadi kecepatan angin diatas 21.58 knots namun sangat kecil
persentasenya yaitu sebesar 0.94%.

Gambar 4.6 Windrose Bulan Maret 2008 - 2017


Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Teknik Sipil, FST, UNDANA


50

Persentase kejadian angin yang terjadi pada Tabel 4.8 juga diproyeksikan
melalui windrose pada Gambar 4.6. Pada windrose terlihat angka persentase
kejadian angin terbanyak dari arah Tenggara dengan nilai persentase melebihi
angka 40%. Pada gambar windrose di arah Tenggara dapat terbaca bahwa area
berwarna kuning lebih besar dibandingkan warna lainnya. Hal ini menunjukkan
besarnya persentase kejadian angin pada kecepatan 4.08 - 7.00 knots. persentase
kejadian angin minimum terjadi di arah Barat Daya, Barat dan Selatan yang
digambarkan pada area dibawah 10%.

4.2.4 Persentase Kejadian Angin Bulan April 2008 - April 2017


Tabel 4.9 Persentase Kejadian Angin Bulan April 2008 - 2017
FF U TL T TG S BD B BL JUMLAH
0.97 - 4.08 3.29 0.07 0.43 0.29 0.00 0.00 0.00 0.00 4.08
4.08 - 7.00 3.63 5.28 5.53 15.57 3.03 0.00 0.24 0.29 33.56
7.00 - 11.08 1.00 10.11 14.71 10.47 1.88 1.19 1.33 2.15 42.85
11.08 - 17.11 0.19 2.35 9.13 4.93 0.40 0.74 0.40 0.72 18.86
17.11 - 21.58 0.00 0.00 0.18 0.04 0.04 0.00 0.00 0.00 0.26
> 21.58 0.00 0.00 0.33 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33
CALM 0.06

JUMLAH 8.11 17.81 30.31 31.31 5.35 1.93 1.97 3.17 100.00
AVERAGE WIND SPEED BULAN APRIL 2008 - 2017 = 7.94 KNOTS

Sumber : Hasil Analisa Data,2018


Data arah dan kecepatan angin yang terjadi pada setiap bulan April dari
Tahun 2008 - Tahun 2017 pada data BMKG diproyeksikan dalam hitungan setiap
jam untuk dianalisa ke dalam aplikasi WRPlot. Analisa data untuk bulan April
dilakukan sama dengan analisa data dibulan Januari sampai dengan Maret.
Setelah melakukan analisa data persentase bulanan maka dapat diketahui
rata-rata persentase kejadian angin di bulan April selama 10 tahun beserta
windrose yang dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.7. Pada Tabel 4.9
terlihat bahwa frekuensi kejadian angin terbanyak terjadi di arah Tenggara, Timur
dan Timur Laut. Frekuensi perulangan tertinggi sebesar 31.31% terjadi dari arah
Tenggara. Sedangkan untuk arah Timur sebesar 30.31%, dan arah Timur Laut
sebesar 17.81%. Kecepatan angin rata-rata yang terjadi untuk periode 10 tahun di
bulan April adalah 7.94 knots. Kejadian angin dengan kecepatan angin diatas
21.58 knots sangat kecil terjadi yaitu sebesar 0.33% dari arah Timur.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


51

Gambar 4.7 Windrose Bulan April 2008 - 2017


Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Persentase kejadian angin yang terjadi pada Tabel 4.9 juga diproyeksikan
melalui windrose pada Gambar 4.7. Pada windrose terlihat angka persentase
kejadian angin terbanyak dari arah Tenggara dengan nilai persentase diatas garis
30%. Di arah Tenggara, dapat terbaca bahwa area berwarna kuning yang
melambangkan kecepatan angin 4.08 - 7.00 knots lebih besar dibandingkan warna
kuning di arah angin lainnya. Area berwarna merah dan biru yang melambangkan
kecepatan angin pada range 7.00 - 17.11 knots dominan terjadi dari arah Timur.
persentase kejadian angin minimum terjadi diarah Utara, Selatan, Barat Daya,
Barat dan Barat Laut yang digambarkan pada area dibawah 10%.

4.2.5 Persentase Kejadian Angin Bulan Mei 2008 - Mei 2017


Tabel 4.10 Persentase Kejadian Angin Bulan Mei 2008 - 2017
FF U TL T TG S BD B BL JUMLAH

0.97 - 4.08 1.61 0.00 2.35 0.78 0.09 0.00 0.00 0.00 4.84

4.08 - 7.00 0.62 3.91 7.63 7.80 1.83 0.74 0.04 0.09 22.66

7.00 - 11.08 0.39 2.69 24.38 11.69 1.83 1.49 0.47 1.01 43.95

11.08 - 17.11 0.07 0.75 16.71 5.60 0.44 1.79 0.11 0.28 25.75

17.11 - 21.58 0.00 0.00 1.56 0.24 0.00 0.00 0.00 0.09 1.90

> 21.58 0.00 0.00 0.26 0.04 0.00 0.00 0.03 0.00 0.32

CALM 0.58

JUMLAH 2.69 7.35 52.89 26.16 4.19 4.02 0.65 1.48 100.00

AVERAGE WIND SPEED BULAN MEI 2008 - 2017 = 9.00 KNOTS

Sumber : Hasil Analisa Data,2018


Data arah dan kecepatan angin yang terjadi pada setiap bulan Mei dari
Tahun 2008 - Tahun 2017 pada data BMKG diproyeksikan dalam hitungan setiap

Teknik Sipil, FST, UNDANA


52

jam untuk dianalisa ke dalam aplikasi WRPlot. Analisa data untuk bulan Mei
dilakukan sama dengan analisa data dibulan Januari sampai dengan April.
Setelah melakukan analisa data persentase bulanan maka dapat diketahui
rata-rata persentase kejadian angin dibulan Mei selama 10 tahun beserta windrose
yang dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Windrose Bulan Mei 2008 - 2017


Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Tabel 4.10 menunjukkan frekuensi angin terbesar dari arah Timur yaitu
sebesar 52.89% dimana 24.38% dari itu terjadi pada kecepatan angin 7.00 - 11.08
knots. Kecepatan angin rata-rata pada bulan Mei 2008 - bulan Mei 2017 adalah
sebesar 9.00 knots. Kejadian angin dengan kecepatan angin diatas 21.58 knots
sangat kecil terjadi yaitu sebesar 0.32% dan dominan dari arah Timur.
Persentase kejadian angin yang terjadi pada Tabel 4.10 juga diproyeksikan
melalui windrose pada Gambar 4.8. Pada windrose terlihat persentase kejadian
angin terbesar terjadi diarah Timur, hal ini ditunjukkan melalui luasan area yang
melebihi garis skala 50%. Di arah Timur, luasan area merah yang melambangkan
kecepatan pada range 7.00 - 11.08 merupakan area terbesar sesuai dengan
persentase kejadian angin yang terjadi.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


53

4.2.6 Persentase Kejadian Angin Bulan Juni 2008 - Juni 2017


Tabel 4.11 Persentase Kejadian Angin Bulan Juni 2008 - 2017
Kecepatan Arah Mata Angin
Jumlah
Angin U TL T TG S BD B BL

0.97 - 4.08 0.35 0.00 2.64 0.31 0.51 0.00 0.00 0.00 3.81

4.08 - 7.00 0.50 3.10 3.79 1.81 0.13 0.00 0.00 0.03 9.35

7.00 - 11.08 0.43 3.81 26.97 11.40 1.51 1.60 0.04 0.21 45.97

11.08 - 17.11 0.07 0.51 23.44 8.53 0.68 1.26 0.06 0.22 34.78

17.11 - 21.58 0.00 0.07 3.26 0.97 0.00 0.56 0.00 0.10 4.96

> 21.58 0.00 0.00 0.44 0.11 0.25 0.00 0.04 0.07 0.92

CALM 0.22

JUMLAH 1.35 7.49 60.56 23.13 3.08 3.42 0.14 0.63 100.00

AVERAGE WIND SPEED BULAN JUNI 2008 - 2017 = 10.33 KNOTS

Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Data arah dan kecepatan angin yang terjadi pada setiap bulan Juni dari
Tahun 2008 - Tahun 2017 pada data BMKG diproyeksikan dalam hitungan setiap
jam untuk dianalisa ke dalam aplikasi WRPlot. Analisa data untuk bulan Juni
dilakukan sama dengan analisa data dibulan Januari sampai dengan Mei.
Setelah melakukan analisa data persentase bulanan maka dapat diketahui
rata-rata persentase kejadian angin dibulan Juni selama 10 tahun beserta windrose
yang dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan Gambar 4.9.
Tabel 4.11 menunjukkan persentase kejadian angin pada bulan Juni 2008 -
bulan Juni 2017 dimana frekuensi angin terbesar terjadi dari arah Timur.
Kecepatan angin rata-rata adalah sebesar 10.33 knots. Kecepatan angin pada range
7.00 - 11.08 knots memiliki persentase kejadian angin terbesar diarah Timur. Pada
bulan Juni, frekuensi kejadian angin sangat kecil terjadi dari arah Barat.
Persentase kejadian angin yang terjadi pada Tabel 4.11 juga diproyeksikan
melalui windrose pada Gambar 4.9. Pada windrose dapat terlihat persentase
kejadian angin terbesar terjadi diarah Timur, hal ini ditunjukkan melalui luasan
area yang melebihi garis skala 60%. Di arah Timur, luasan area merah yang
melambangkan kecepatan pada range 7.00 - 11.08 merupakan area terbesar sesuai
dengan persentase kejadian angin yang terjadi.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


54

Gambar 4.9 Windrose Bulan Juni 2008 - 2017


Sumber : Hasil Analisa Data,2018

4.2.7 Persentase Kejadian Angin Bulan Juli 2008 - Juli 2017


Tabel 4.12 Persentase Kejadian Angin Bulan Juli 2008 - 2017
Kecepatan Arah Mata Angin
Jumlah
Angin U TL T TG S BD B BL
0.97 - 4.08 0.39 0.00 2.41 0.85 0.17 0.00 0.00 0.00 3.82
4.08 - 7.00 0.13 0.71 3.40 2.02 1.22 0.00 0.22 0.07 7.77
7.00 - 11.08 0.17 1.52 19.97 11.20 1.01 0.23 0.44 0.62 35.16
11.08 - 17.11 0.12 1.32 28.82 12.50 0.85 0.00 0.00 0.00 43.60
17.11 - 21.58 0.00 0.07 5.38 1.85 0.04 0.00 0.03 0.04 7.41
> 21.58 0.00 0.00 1.17 0.79 0.00 0.00 0.00 0.00 1.96
CALM 0.28
JUMLAH 0.82 3.62 61.14 29.21 3.29 0.23 0.69 0.73 100.00
AVERAGE WIND SPEED BULAN JULI 2008 - 2017 = 11.175 KNOTS

Sumber : Hasil Analisa Data,2018


Data arah dan kecepatan angin yang terjadi pada setiap bulan Juli dari
Tahun 2008 - Tahun 2017 pada data BMKG diproyeksikan dalam hitungan setiap
jam untuk dianalisa ke dalam aplikasi WRPlot. Analisa data untuk bulan Juli
dilakukan sama dengan analisa data dibulan Januari sampai dengan Juni.
Setelah melakukan analisa data persentase bulanan maka dapat diketahui
rata-rata persentase kejadian angin dibulan Juli selama 10 tahun beserta windrose
yang dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan Gambar 4.10.
Tabel 4.12 menunjukkan persentase kejadian angin pada bulan Juli 2008 -
bulan Juli 2017 dimana frekuensi angin terbesar terjadi dari arah Timur.
Kecepatan angin rata-rata adalah sebesar 11.17 knots. Kecepatan angin pada range
11.08 - 17.11 knots memiliki persentase kejadian angin terbesar dari arah Timur
yaitu sebesar 28.82%. Pada bulan Juli, frekuensi kejadian angin sangat kecil
terjadi dari arah Barat Daya.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


55

Persentase kejadian angin yang terjadi pada Tabel 4.12 juga diproyeksikan
melalui windrose pada Gambar 4.10. Pada windrose terlihat persentase kejadian
angin terbesar terjadi diarah Timur dan Tenggara. Di arah Timur, luasan area biru
yang melambangkan kecepatan pada range 11.08 - 17.11 merupakan area terbesar
sesuai dengan persentase kejadian angin yang terjadi.

Gambar 4.10 Windrose Bulan Juli 2008 - 2017


Sumber : Hasil Analisa Data,2018

4.2.8 Persentase Kejadian Angin Bulan Agustus 2008 - Agustus 2017


Tabel 4.13 Persentase Kejadian Angin Bulan Agustus 2008 - 2017
Arah Mata Angin
Kecepatan
Jumlah
Angin U TL T TG S BD B BL

0.97 - 4.08 0.13 0.04 2.30 1.10 0.00 0.00 0.00 0.03 3.60
4.08 - 7.00 0.34 0.26 4.15 2.10 1.22 1.22 0.00 0.01 9.30
7.00 - 11.08 0.09 1.05 23.06 11.91 2.28 1.09 0.44 1.22 41.16
11.08 - 17.11 0.04 1.37 24.64 7.46 1.26 1.26 0.16 1.01 37.20
17.11 - 21.58 0.00 0.15 4.15 1.49 0.30 0.00 0.00 0.08 6.17
> 21.58 0.00 0.00 1.60 0.36 0.00 0.09 0.00 0.00 2.06
CALM 0.51
JUMLAH 0.60 2.86 59.91 24.42 5.07 3.67 0.60 2.35 100.00
AVERAGE WIND SPEED BULAN AGUSTUS 2008 - 2017 = 10.786 KNOTS
Sumber : Hasil Analisa Data,2018
Data arah dan kecepatan angin yang terjadi pada setiap bulan Agustus dari
Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2017 pada data BMKG diproyeksikan dalam
hitungan setiap jam untuk dianalisa ke dalam aplikasi WRPlot. Analisa data untuk
bulan Agustus dilakukan sama dengan analisa data dibulan Januari sampai dengan
Juni.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


56

Setelah melakukan analisa data persentase bulanan maka dapat diketahui


rata-rata persentase kejadian angin di bulan Agustus selama 10 tahun beserta
windrose yang dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Windrose Bulan Agustus 2008 - 2017


Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Tabel 4.13 menunjukkan persentase kejadian angin pada bulan Agustus


2008 - bulan Agustus 2017 dimana frekuensi angin terbesar terjadi dari arah
Timur. Kecepatan angin rata-rata adalah sebesar 10.78 knots. Kecepatan angin
pada range 11.08 - 17.11 knots memiliki persentase kejadian angin terbesar dari
arah Timur yaitu sebesar 24.64%. Pada bulan Agustus, frekuensi kejadian angin
sangat kecil terjadi dari arah Barat Daya dan Utara.
Persentase kejadian angin yang terjadi pada Tabel 4.13 juga diproyeksikan
melalui windrose pada Gambar 4.11. Pada windrose terlihat persentase kejadian
angin terbesar terjadi di arah Timur dan Tenggara. Di arah Timur, luasan area biru
yang melambangkan kecepatan pada range 11.08 - 17.11 merupakan area terbesar
sesuai dengan persentase kejadian angin yang terjadi.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


57

4.2.9 Persentase Kejadian Angin Bulan September 2008 - September 2017


Tabel 4.14 Persentase Kejadian Angin Bulan September 2008 - 2017
Arah Mata Angin
Kecepatan
Jumlah
Angin U TL T TG S BD B BL

0.97 - 4.08 0.57 0.00 1.96 0.79 0.00 0.00 0.00 0.00 3.32
4.08 - 7.00 1.78 0.28 4.14 4.56 1.75 0.53 0.00 0.14 13.17
7.00 - 11.08 0.49 4.99 20.60 9.96 3.82 2.89 0.18 0.94 43.86
11.08 - 17.11 0.47 2.86 17.97 9.29 1.40 2.92 0.29 0.86 36.07
17.11 - 21.58 0.00 0.06 1.67 0.26 0.00 0.00 0.00 0.07 2.06
> 21.58 0.04 0.00 0.90 0.04 0.00 0.00 0.00 0.00 0.99
CALM 0.54
JUMLAH 3.35 8.18 47.24 24.90 6.97 6.33 0.47 2.01 100.00
AVERAGE WIND SPEED BULAN SEPTEMBER 2008 - 2017 = 10.41 KNOTS

Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Data arah dan kecepatan angin yang terjadi pada setiap bulan September
dari Tahun 2008 - Tahun 2017 pada data BMKG diproyeksikan dalam hitungan
setiap jam untuk dianalisa ke dalam aplikasi WRPlot. Analisa data untuk bulan
September dilakukan sama dengan analisa data dibulan Januari sampai dengan
Agustus.
Setelah melakukan analisa data persentase bulanan maka dapat diketahui
rata-rata persentase kejadian angin di bulan September selama 10 tahun beserta
windrose yang dapat dilihat pada Tabel 4.14 dan Gambar 4.12.
Tabel 4.14 menunjukkan persentase kejadian angin pada bulan September
2008 - September 2017 dimana frekuensi angin terbesar terjadi dari arah Timur.
Kecepatan angin rata-rata adalah sebesar 10.41 knots. Kecepatan angin pada range
11.08 - 17.11 knots memiliki persentase kejadian angin terbesar dari arah Timur
yaitu sebesar 20.60%. Pada bulan September, frekuensi kejadian angin sangat
kecil terjadi dari arah Barat.

Gambar 4.12 Windrose Bulan September 2008 - 2017


Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Teknik Sipil, FST, UNDANA


58

Persentase kejadian angin yang terjadi pada Tabel 4.14 juga diproyeksikan
melalui windrose pada Gambar 4.12. Pada windrose terlihat persentase kejadian
angin terbesar terjadi diarah Timur dan Tenggara. Di arah Timur, luasan area biru
yang melambangkan kecepatan pada range 11.08 - 17.11 merupakan area terbesar
sesuai dengan persentase kejadian angin yang terjadi.
4.2.10 Persentase Kejadian Angin Bulan Oktober 2008 - Oktober 2017
Tabel 4.15 Persentase Kejadian Angin Bulan Oktober 2008 - 2017
Arah Mata Angin
Kecepatan
Jumlah
Angin U TL T TG S BD B BL

0.97 - 4.08 1.16 0.00 1.28 0.58 0.00 0.00 0.00 0.11 3.12
4.08 - 7.00 2.57 1.72 2.61 6.05 0.86 0.98 0.00 0.79 15.58
7.00 - 11.08 0.77 4.07 11.80 15.82 7.54 4.33 0.94 2.62 47.89
11.08 - 17.11 0.17 0.81 12.43 7.26 2.65 2.02 1.42 2.70 29.46
17.11 - 21.58 0.00 0.04 1.61 1.05 0.00 0.00 0.00 0.00 2.70
> 21.58 0.00 0.00 0.74 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.74
CALM 0.51
JUMLAH 4.66 6.64 30.47 30.75 11.05 7.33 2.37 6.22 100.00
AVERAGE WIND SPEED BULAN OKTOBER 2008 - 2017 = 11.175 KNOTS

Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Data arah dan kecepatan angin yang terjadi pada setiap bulan Oktober dari
Tahun 2008 - Tahun 2017 pada data BMKG diproyeksikan dalam hitungan setiap
jam untuk dianalisa ke dalam aplikasi WRPlot. Analisa data untuk bulan Oktober
dilakukan sama dengan analisa data di bulan Januari sampai dengan September.
Setelah melakukan analisa data persentase bulanan maka dapat diketahui
rata-rata persentase kejadian angin di bulan Oktober selama 10 tahun beserta
windrose yang dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Windrose Bulan Oktober 2008 - 2017


Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Teknik Sipil, FST, UNDANA


59

Tabel 4.15 menunjukkan persentase kejadian angin pada bulan Oktober


2008 - bulan Oktober 2017. Frekuensi perulangan tertinggi sebesar 30.75% terjadi
dari arah Tenggara. Sedangkan untuk arah Timur sebesar 30.47%. Kecepatan
angin rata-rata yang terjadi untuk periode 10 tahun di bulan Oktober adalah 11.17
knots. Kecepatan angin pada range 11.08 - 17.11 knots memiliki persentase
kejadian angin terbesar dari arah Timur yaitu sebesar 12.43% sedangkan
kecepatan angin pada range 7.00 - 11.08 knots memiliki persentase kejadian
terbesar dari arah Tenggara yaitu sebesar 15.82%. Pada bulan Oktober, frekuensi
kejadian angin sangat kecil terjadi dari arah Barat.
Persentase kejadian angin yang terjadi pada Tabel 4.15 juga diproyeksikan
melalui windrose pada Gambar 4.13. Pada windrose terlihat persentase kejadian
angin terbesar terjadi di arah Timur dan Tenggara. Di arah Timur, luasan area biru
yang melambangkan kecepatan pada range 11.08 - 17.11 knots merupakan area
terbesar sedangkan persentase kejadian angin terbesar pada range 7.00 - 11.08
knots yang dilambangkan dengan area berwarna merah datang dari arah Tenggara.

4.2.11 Persentase Kejadian Angin Bulan Nopember 2008 - Nopember 2017


Tabel 4.16 Persentase Kejadian Angin Bulan Nopember 2008 - 2017
Arah Mata Angin
Kecepatan
Jumlah
Angin U TL T TG S BD B BL
0.97 - 4.08 1.67 0.47 0.54 0.25 0.04 0.00 0.06 0.11 3.14
4.08 - 7.00 3.40 1.72 4.42 8.63 1.64 1.78 0.13 0.88 22.58
7.00 - 11.08 1.78 5.42 8.11 20.43 4.42 4.81 0.75 4.63 50.33
11.08 - 17.11 0.31 2.89 4.44 4.35 3.25 1.33 1.14 3.28 20.99
17.11 - 21.58 0.00 0.00 0.17 0.50 0.00 0.00 0.00 0.10 0.76
> 21.58 0.21 0.00 0.89 0.24 0.00 0.18 0.25 0.35 2.11
CALM 0.08
JUMLAH 7.36 10.50 18.57 34.39 9.35 8.10 2.32 9.33 100.00
AVERAGE WIND SPEED BULAN NOPEMBER 2008 - 2017 = 9.66 KNOTS
Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Data arah dan kecepatan angin yang terjadi pada setiap bulan Nopember
dari Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2017 pada data BMKG diproyeksikan
dalam hitungan setiap jam untuk dianalisa ke dalam aplikasi WRPlot. Analisa data
untuk bulan Nopember dilakukan sama dengan analisa data dibulan Januari
sampai dengan Oktober. Setelah melakukan analisa data persentase bulanan maka
dapat diketahui rata-rata persentase kejadian angin di bulan Nopember selama 10
tahun beserta windrose yang dapat dilihat pada Tabel 4.16 dan Gambar 4.14.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


60

Gambar 4.14 Windrose Bulan November 2008 - 2017


Sumber : Hasil Analisa Data,2018
Tabel 4.16 menunjukkan persentase kejadian angin pada bulan Nopember
2008 - Nopember 2017 dimana frekuensi angin terbesar terjadi dari arah Tenggara.
Kecepatan angin rata-rata adalah sebesar 9.66 knots. Kecepatan angin pada range
7.00 - 11.08 knots memiliki persentase kejadian angin terbesar dari arah Tenggara
yaitu sebesar 20.43% Pada bulan Nopember, frekuensi kejadian angin sangat kecil
terjadi dari arah Barat.
Persentase kejadian angin yang terjadi pada Tabel 4.16 juga diproyeksikan
melalui windrose pada Gambar 4.14. Pada windrose terlihat persentase kejadian
angin terbesar terjadi dari arah Tenggara. Di arah Tenggara, luasan area terbesar
berwarna merah yang melambangkan kecepatan pada range 7.00 - 11.08 adalah
persentase kejadian terbanyak yang terjadi setiap bulan Nopember.

4.2.12 Persentase Kejadian Angin Bulan Desember 2008 - Desember 2017


Tabel 4.17 Persentase Kejadian Angin Bulan Desember 2008 - 2017
Arah Mata Angin
Kecepatan
Jumlah
Angin U TL T TG S BD B BL

0.97 - 4.08 3.70 0.00 0.47 0.24 0.03 0.00 0.16 0.54 5.13
4.08 - 7.00 4.38 0.86 3.95 16.51 1.40 0.08 1.20 3.80 32.18
7.00 - 11.08 2.89 3.05 7.55 16.13 3.43 1.99 4.14 5.99 45.17
11.08 - 17.11 1.02 0.55 1.12 5.00 1.03 1.18 3.27 3.75 16.92
17.11 - 21.58 0.00 0.05 0.04 0.00 0.05 0.05 0.04 0.12 0.36
> 21.58 0.00 0.00 0.05 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.05
CALM 0.17
JUMLAH 11.99 4.52 13.19 37.88 5.94 3.31 8.80 14.21 100.00
AVERAGE WIND SPEED BULAN DESEMBER 2008 - 2017 = 7.95 KNOTS

Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Teknik Sipil, FST, UNDANA


61

Data arah dan kecepatan angin yang terjadi pada setiap bulan Desember
dari Tahun 2008 - Tahun 2017 pada data BMKG diproyeksikan dalam hitungan
setiap jam untuk dianalisa ke dalam aplikasi WRPlot. Analisa data untuk bulan
Desember dilakukan sama dengan analisa data dibulan Januari sampai dengan
Nopember.
Setelah melakukan analisa data persentase bulanan maka dapat diketahui
rata-rata persentase kejadian angin dibulan Desember selama 10 tahun beserta
windrose yang dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan Gambar 4.15.

Tabel 4.17 menunjukkan persentase kejadian angin pada bulan Desember


2008 - bulan Desember 2017. Frekuensi angin terbesar terjadi dari arah Tenggara
yaitu sebesar 37.88%, sedangkan untuk arah Barat Laut sebesar 14.21%, Timur
sebesar 13.19% dan Utara sebesar 11.99%. Kecepatan angin rata-rata selama
periode 10 tahun di bulan Desember adalah 7.95 knots. Dari arah Tenggara,
frekuensi kecepatan angin pada range 4.08 - 11.08 knots paling sering terjadi
sedangkan untuk arah Barat Laut, Timur dan Utara lebih banyak terjadi pada
kecepatan 7.00 - 11.08. Pada bulan Desember, frekuensi kejadian angin yang
paling jarang terjadi adalah dari arah Barat Daya.

Gambar 4.15 Windrose Bulan Desember 2008 - 2017


Sumber : Hasil Analisa Data,2018
Persentase kejadian angin yang terjadi pada Tabel 4.17 juga diproyeksikan
melalui windrose pada Gambar 4.15. Pada windrose terlihat persentase kejadian
angin terbesar terjadi dari arah Tenggara. Di arah Tenggara, luasan area terbesar
berwarna merah yang melambangkan kecepatan pada range 7.00 - 11.08 adalah
persentase kejadian angin terbanyak yang terjadi setiap bulan Desember.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


62

4.2.13 Persentase Kejadian Angin Tahun 2008 - 2017


Tabel 4.18 Persentase Kejadian Angin Tahun 2008 - 2017
Arah Mata Angin
Kecepatan
Jumlah
Angin U TL T TG S BD B BL

0.97 - 4.08 1.96 0.09 1.22 0.51 0.12 0.00 0.08 0.19 4.17
4.08 - 7.00 2.25 2.28 4.12 9.47 1.97 0.56 0.68 1.43 22.76
7.00 - 11.08 1.10 3.52 14.48 13.07 3.23 2.00 2.43 4.52 44.34
11.08 - 17.11 0.28 1.18 11.69 6.01 1.04 1.26 1.47 2.27 25.21
17.11 - 21.58 0.02 0.04 1.52 0.53 0.04 0.05 0.04 0.07 2.32
> 21.58 0.03 0.02 0.55 0.16 0.04 0.03 0.04 0.04 0.91
CALM 0.30
JUMLAH 5.64 7.13 33.59 29.75 6.45 3.90 4.74 8.52 100.00
AVERAGE WIND SPEED TAHUN 2008- 2017 = 11.15 KNOTS
Sumber : Hasil Analisa Data,2018
Hasil analisa data yang dilakukan selama 10 tahun diproyeksikan dalam
windrose melalui pencatatan frekuensi kejadian angin pada bulan Januari sampai
dengan Desember. Hasil analisa data tersebut kemudian diolah menjadi data
persentase kejadian angin tahunan yang terjadi selama Tahun 2008 - 2017.
persentase kejadian angin pada Tahun 2008 -2017 dapat dilihat pada Tabel 4.18
dan diproyeksikan dalam windrose pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16 Windrose Tahun 2008 - 2017


Sumber : Hasil Analisa Data,2018
Tabel 4.18 menunjukkan persentase kejadian angin selama 10 tahun
periode perulangan yaitu dari Tahun 2008 - Tahun 2017. Tabel 4.18 dan Gambar
4.16 menunjukkan bahwa persentase kejadian angin terbesar adalah dari arah
Timur, Tenggara dan Barat Laut. persentase kejadian angin terbesar dari arah
Tenggara adalah sebesar 33.59% dimana kejadian angin dengan kecepatan antara
7.00 - 11.08 mendominasi kejadian angin yang terjadi selama 10 tahun yaitu
44.34%. persentase kejadian angin terbesar dapat dilihat pada windrose dimana

Teknik Sipil, FST, UNDANA


63

area yang diberi warna merah adalah area yang terbesar dan terjadi dari arah
Timur dan Tenggara. Kecepatan angin angin rata-rata adalah sebesar 11.15 knots
dan persentase kejadian angin terendah terjadi dari arah Barat Daya.

4.3 Peramalan Data Angin Menjadi Data Gelombang


Persentase kejadian angin dari tahun 2008 sampai dengan 2017 menunjukan
kecepatan angin terbesar dari arah Timur, Tenggara dan Barat Laut. Tetapi
kenyataan di lapangan bahwa angin dari arah Timur dan Tenggara adalah angin
darat sehingga angin tersebut diprediksi tidak berpengaruh terhadap perubahan
garis pantai di lokasi perencanaan. Untuk perencanaan bangunan pengaman pantai
di pantai Namosain dipakai angin terbesar dari arah laut yaitu angin dari arah
Barat Laut. Sudut datang gelombang α terhadap garis pantai dan persentase
kejadiannya terlihat pada sketsa Gambar 4.17 dan diproyeksikan ke dalam garis
fetch pada Gambar 4.18.

Gambar 4.17 Sudut dan Persentase Arah Gelombang


Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Di dalam tinjauan pembangkit gelombang di laut oleh angin perlu dilakukan


analisis tentang fetch. Fetch di batasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut.
Di daerah pembentukan gelombang, gelombang tidak hanya dibangkitkan dalam
arah yang sama dengan arah angin tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap arah
angin. Gambar 4.18 menunjukkan cara untuk mendapatkan fetch efektif. Fetch
rerata efektif di hitung dengan persamaan berikut.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


64

Feff =
 Xi cos 
 cos 
Dimana :
Feff : fetch rerata efektif
Xi : panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke
ujung akhir fetch
 : deviasi kedua sisi dari arah angin dengan menggunakan pertambahan
6° sampai sudut sebesar 42° pada kedua sisi dari arah angin

Gambar 4.18 Fetch Arah Barat Laut Pantai Namosain


Sumber : Hasil Analisa Data, 2018

Berdasarkan Gambar 4.18 dan rumus di atas maka dilakukan perhitungan


untuk menentukan fetch arah Barat Laut pantai Namosain.
Fetch arah Barat Laut
 = 00
Cos  = cos 00
=1
Panjang fetch (Xi) = 269.75 km (hasil pengukuran)
(Xi).(Cos  ) = 269.75 x 1
(Xi).(Cos  ) = 1
Perhitungan fetch selanjutnya dilakukan pada setiap pertambahan 60 ke
kanan dan ke kiri dari arah Barat Laut. Pertambahan 60 dilakukan - 420. Setelah
dilakukan perhitungan untuk panjang fetch (Xi) dan cos  maka dilakukan

Teknik Sipil, FST, UNDANA


65

penjumlahan untuk mendapatkan  (Xi Cos  ). Pertambahan  membentuk


sudut cosinus dan hasil dari cos  kemudian dijumlahkan untuk setiap
pertambahan sudut 60 - 420 untuk mendapatkan  cos  . Hasil perhtiungan  (Xi
Cos  ) sebesar 2344.965 km dan  cos  sebesar 13.5106.
Berikut ini pada Tabel 4.19 dapat dilihat perhitungan untuk fetch arah
Barat Laut pada pantai Namosain dan Gambar 4.18 untuk fetch arah Barat Laut
pantai Namosain Kota Kupang.
Adapun data angin yang akan diramal menjadi data gelombang adalah data
angin maksimun bulanan dengan memperhatikan arah angin yang memberikan
pengaruh terhadap pembentukan gelombang. Data angin maksimum bulanan
tersebut diubah menjadi data angin rata-rata tahunan yang selanjutnya terlihat
pada Tabel 4.20 dan konversi data angin dari satuan 1 knot ke 0.514 m/s.

Tabel 4.19 Perhitungan Fetch Pantai Namosain Kota Kupang


Arah utama Panjang (km) α (...̊) Cos α Xi . Cos α Fetch efektif (km)
6.45 42 0.7431 4.793
6.94 36 0.809 5.614
11.49 30 0.866 9.95
12.77 24 0.9135 11.665
13.81 18 0.9511 13.134
304.605 12 0.9781 297.934
283.755 6 0.9945 282.194
Barat Laut 269.75 0 1 269.75 173.56
246.99 6 0.9945 245.631
239.79 12 0.9781 234.538
235.732 18 0.9511 224.204
227.37 24 0.9135 207.702
236.425 30 0.866 204.744
212.32 36 0.809 171.767
217.125 42 0.7431 161.345
Jumlah 13.5106 2344.965

Sumber : Hasil Perhitungan,2018

Feff =
 Xi cos 
 cos 
2344,965
=
13,506
= 173,56 km

Teknik Sipil, FST, UNDANA


66

Tabel 4.20 Proyeksi Data Angin Maksimum Rata-Rata 2008 - 2017


dan Fetch Efektif Rata-Rata
Tahun Arah angin Kecepatan maksimum Fetch efektif
rata-rata Knot m/s (km)
2008 Barat Laut 20 10,280
2009 Barat Laut 18 9,252
2010 Barat Laut 13 6,682
2011 Barat Laut 18 9,252
2012 Barat Laut 18 9,252
2013 Barat Laut 20 10,28 173,56
2014 Barat Laut 13 6,682
2015 Barat Laut 16 8,224
2016 Barat Laut 21 10,794
2017 Barat Laut 23 11,822
Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Tabel 4.20 menyajikan data angin hasil pengukuran di darat sehingga perlu
di transfromasikan ke data angin di atas permukaan laut karena data angin yang
digunakan dalam peramalan gelombang adalah data angin di atas permukaan laut.
Konversi kecepatan angin di darat untuk angin di laut dilakukan dengan
menggunakan Gambar 4.19 pada Lampiran 115.

4.4 Konversi kecepatan angin


Kecepatan angin di darat (UL) dimasukkan ke Gambar 4.19 pada
UW
Lampiran 115 dan diperoleh nilai RL = . Berikut contoh perhitungannya.
UL
Kecepatan angin di darat (UL) = 10.28 m/detik
UW
RL = = 1.125 (menggunakan Gambar 4.19 pada Lampiran 115)
UL
Kecepatan angin di laut (UW) = RL X UL
UW = 11.565 m/detik
Setelah mendapatkan nilai UW maka dapat di hitung faktor tegangan angin (UA).
UA = 0.71 UW1.23
UA = 0.71 (11.565)1.23
UA = 14.418 m/detik
Hubungan antara kecepatan angin di darat (UL) dan kecepatan angin di laut (UW)
selama 10 tahun kejadian dari Tahun 2008 - 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.21.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


67

Tabel 4.21 Konversi Faktor Tegangan Angin Terhadap Data Angin


Tahun 2008 - 2017 Pantai Namosain Kota Kupang

Sumber : Hasil Analisa Data,2018

Dimana :
UL = Kecepatan angin di darat (m/detik)
UW = Kecepatan angin di laut (m/detik)
RL = Hubungan antara kecepatan angin di laut dan di darat
UA = Faktor tegangan angin (m/detik)

4.5 Menghitung tinggi gelombang

Dengan menggunakan nilai fetch efektif pada Tabel 4.20 dan nilai UA pada
Tabel 4.21 maka dapat ditentukan tinggi (H) dan periode (T) gelombang dengan
menggunakan Gambar 4.20 pada Lampiran 116. Nilai fetch efektif (F) terletak
pada sisi horizontal dan nilai faktor tegangan angin (UA) terletak pada sisi vertikal.
Nilai UA dipertemukan dengan nilai fetch efektif pada garis tinggi, periode, dan
durasi gelombang.
Contoh penentuan tinggi, periode, dan durasi gelombang dimisalkan pada
faktor tegangan angin (UA) dengan nilai 14.418 m/detik. Dari arah vertikal nilai
14.418 dipertemukan dengan garis fetch efektif sebesar 173.56 km pada garis
tinggi, periode dan durasi gelombang sehingga diperoleh hasil tinggi gelombang
sebesar 3.1 m, periode gelombang sebesar 8.4 detik dan durasi gelombang sebesar
11 jam. Penentuan tinggi, periode dan durasi gelombang lainnya dapat dilihat
pada Tabel 4.22.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


68

Tabel 4.22 Tabel Peramalan Gelombang

Sumber : Hasil Perhitungan,2018

Dari Tabel 4.22 maka perlu dipilih tinggi dan periode gelombang
yang dapat mewakili suatu spektrum gelombang. Tinggi gelombang
diurutkan dari nilai tertinggi ke terendah, maka akan dapat ditentukan
tinggi gelombang signifikan yang merupakan rerata dari ɳ persen
gelombang tertinggi.
Tabel 4.23 Urutan Tinggi Gelombang

Sumber : Hasil Perhitungan,2018


Tinggi gelombang (H) yang digunakan dalam perencanaan
bangunan pantai adalah tinggi gelombang signifikan HS (gelombang
33,3%). Dari Tabel 4.23, diketahui jumlah data gelombang (n) = 10 data.
Jumlah data untuk perhitungan Hs = n x 33,3%
= 10 x 33,3%
= 3,33 ≈ 4
Jadi jumlah data yang digunakan untuk perhitungan HS adalah 4 data
tinggi gelombang terbesar. Dengan demikian HS dapat dihitung sebagai berikut.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


69

3.5  3.2  3.1  3.1


HS =
4
12.9
HS =
4
HS = 3,225 m
Perhitungan periode (T) untuk HS dapat dihitung sebagai berikut :
8 .8  8 .5  8 .4  8 .4
T=
4
34.1
T=
4
T = 8,525 detik
Dengan demikian data gelombang yang digunakan dalam perencanaan
bangunan pantai adalah H = 3,225 m dan T = 8,525 detik sehingga panjang
gelombang laut dalam diperoleh :
L0 = 1,56 T2
L0 = 1,56x 8,5252
L0 = 113,37 m

4.6 Pasang Surut


Data pasang surut diperoleh dari Angkatan Laut untuk 10 tahun periode
yaitu dari Tahun 2008 sampai Tahun 2017. Elevasi muka air akibat pasang surut
dapat dilihat pada Tabel 4.24 dan Tabel 4.25. Kondisi pasang digunakan dalam
perhitungan penentuan gelombang pecah untuk mengetahui pengaruh pasang
surut terhadap gelombang pecah.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


70

Tabel 4.24 Muka Air Tertinggi Tahun 2008 - 2017

Sumber : Hasil Analisa Data,2018


Tabel 4.25 Muka Air Terendah Tahun 2008 - 2017

Sumber : Hasil Analisa Data,2018

4.7 Refraksi Gelombang dan Koefisien Shoalling


Perhitungan koefisien refraksi ditentukan dari cepat rambat gelombang.
Sudut datang gelombang yang dipakai adalah sudut (α) 450. Kedalaman laut yang
diambil untuk mengetahui perubahan tinggi gelombang akibat pendangkalan
dimulai dari - 41 sampai dengan kondisi pasang tertinggi.
a. Menghitung panjang gelombang (L)
Panjang gelombang laut dalam (Lo) sebesar 113.37 meter. Kondisi gelombang di
lokasi bangunan pantai pada setiap saat tergantung pada elevasi muka air yang

Teknik Sipil, FST, UNDANA


71

selalu berubah karena pasang surut (Triadmodjo B.,1999). Pada analisa


perhitungan pasang surut diperoleh elevasi muka air tertinggi sebesar 2.20 meter,
sehingga untuk mengetahui nilai gelombang pecah yang terjadi, maka perlu
ditambahkan nilai elevasi muka air pada nilai d untuk kedalaman. Perhitungan
transformasi gelombang dilakukan dengan interval 5 meter dari titik terdalam
sampai dengan pesisir pantai.
Untuk nilai d = 41 meter dilakukan perhitungan sebagai berikut.
d = 41 m
d total = d + elevasi muka air tertinggi
= 43.20 m
d 43.20
sehingga = = 0,381
Lo 113.37
Nilai panjang gelombang (L) dapat diketahui dari Tabel 4.26 fungsi d/L untuk
pertambahan nilai d/Lo (Triatmodjo B.,1999).
Tabel 4.26 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo

Sumber : Triatmodjo B.,1999

d d
Untuk = 0,381 diperoleh nilai = 0,38694 sehingga nilai L = 111,65 m
Lo L
b. Menghitung cepat rambat gelombang dan α
Cepat rambat gelombang :
Lo 113.37
Co = = = 13,29 m/det
T 8.525
L 111.65
C = = = 13,096 m/det
T 8.525
C 13.29
Sin α = sin αo = sin 45
Co 13.096
= 0,696

Teknik Sipil, FST, UNDANA


72

α = 44,13
c. Menentukan nilai Koefisien Refraksi (Kr)
cos  0
Kr =
cos 

cos 45
Kr =
cos 44.13
= 0.993
d. Menentukan nilai Koefisien Shoalling (Ks)

n0 L0
Ks =
nL
dimana :
n0 = 0.5 (nilai n di laut dalam)
n = 0.5376 (Tabel 4.26)
sehingga
0.5 *113.37
Ks =
0.5376 *111.65
= 0.972
e. Menentukan nilai H
H  Ho  Kr  Ks
= 3.225  0.993  0.972
= 3.111 m
Analisis refraksi untuk nilai kedalaman lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.27a dan
Tabel 4.27b.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


73

Tabel 4.27a Perhitungan Koefisien Refraksi (Kr), Koefisien Shoaling (Ks) dan Tinggi
Gelombang (H)
0 d T Ho Lo d/Lo d/L L Co C Sin  0

45 43.2 8.525 3.225 113.37 0.381 0.36908 117.05 13.299 13.730 0.707
46.89 38.2 8.424 3.093 110.70 0.345 0.33482 114.09 13.141 13.544 0.730
48.80 33.2 8.244 2.925 106.02 0.313 0.30583 108.56 12.861 13.168 0.752
50.39 28.2 8.026 2.723 100.49 0.281 0.27572 102.28 12.521 12.743 0.770
51.63 23.2 7.765 2.479 94.05 0.247 0.24462 94.84 12.113 12.215 0.784
52.24 18.2 7.457 2.193 86.74 0.210 0.20917 87.01 11.633 11.668 0.791
52.47 13.2 7.107 1.868 78.80 0.168 0.16933 77.95 11.087 10.968 0.793
51.68 8.2 6.726 1.514 70.58 0.116 0.12138 67.56 10.493 10.043 0.785
48.67 3.2 6.336 1.151 62.64 0.051 0.04612 69.38 9.885 10.950 0.751
Sumber : Hasil Perhitungan,2018

Lanjutan Tabel 4.27b Perhitungan Koefisien Refraksi(Kr), Koefisien Shoaling (Ks)


dan Tinggi Gelombang (H)
Cos o
Sin   Cos  0 Cos  n n0 n0Lo nL Kr Ks H
Cos
0.730 46.89 0.707 0.683 1.035 0.5449 0.50 56.687 63.779 1.017 0.943 3.093
0.752 48.80 0.683 0.659 1.037 0.5626 0.50 55.352 64.188 1.019 0.929 2.925
0.770 50.39 0.659 0.638 1.033 0.5824 0.50 53.011 63.224 1.016 0.916 2.723
0.784 51.63 0.638 0.621 1.027 0.6085 0.50 50.246 62.236 1.014 0.899 2.479
0.791 52.24 0.621 0.612 1.014 0.6424 0.50 47.026 60.926 1.007 0.879 2.193
0.793 52.47 0.612 0.609 1.005 0.6907 0.50 43.372 60.098 1.003 0.850 1.868
0.785 51.68 0.609 0.620 0.982 0.7560 0.50 39.400 58.933 0.991 0.818 1.514
0.751 48.67 0.620 0.660 0.939 0.8483 0.50 35.291 57.308 0.969 0.785 1.151
0.832 56.29 0.660 0.555 1.190 0.9731 0.50 31.318 67.518 1.091 0.681 0.855
Sumber : Hasil Perhitungan,2018
4.8 Perhitungan Gelombang Pecah
Perhitungan gelombang pecah (Hb) dilakukan dengan menggunakan grafik
H 'o Hb
hubungan antara 2
, kemiringan pantai (m) dan yang dapat dilihat pada
gT H 'o

Gambar 4.21. Sebelum diplotkan pada grafik, maka dilakukan perhitungan untuk
H 'o
mengetahui nilai H’o dan .
gT 2

a. Menentukan nilai H’o


H’o diperoleh dari Persamaan 2.5 sehingga nilai H’o dapat dihitung dengan
cara sebagai berikut :

Teknik Sipil, FST, UNDANA


74

Untuk nilai Ks = 0.972, Ho = 3.225 m, d = 43.2 m dan Lo = 113.37 m


Ho
H’o =
Ks
3.225
=
0.972
= 3.32 m
d
m =
Lo
40.90
=
113.37
= 0.361
H 'o Hb
Setelah dibuat grafik hubungan antara 2
, kemiringan pantai (m) dan
gT H 'o

pada Gambar 4.21, maka dapat diketahui nilai gelombang pecah (Hb). Hasil analisa
perhitungan Hb dapat dilihat pada Tabel 4.28.
Tabel 4.28 Hasil Perhitungan Gelombang Pecah (Hb)
H 'o Hb
T Ho Ks g H'o gT 2
Lo d m H 'o
Hb

8.525 3.225 0.972 9.81 3.32 0.0047 113.37 40.90 0.361 1.330 4.414
8.444 3.111 0.961 9.81 3.24 0.0046 111.22 35.90 0.323 1.325 4.287
8.282 2.960 0.952 9.81 3.11 0.0046 107.00 30.90 0.289 1.325 4.121
8.086 2.778 0.940 9.81 2.96 0.0046 102.00 25.90 0.254 1.325 3.915
7.859 2.567 0.930 9.81 2.76 0.0046 96.35 20.90 0.217 1.325 3.658
7.609 2.335 0.917 9.81 2.55 0.0045 90.33 15.90 0.176 1.310 3.335
7.346 2.090 0.914 9.81 2.29 0.0043 84.17 10.90 0.129 1.340 3.065
7.097 1.858 0.928 9.81 2.00 0.0041 78.57 5.90 0.075 1.280 2.563
6.906 1.681 1.050 9.81 1.60 0.0034 74.41 0.90 0.012 1.180 1.889
Sumber : Hasil Perhitungan,2018
H 'o
Pada Gambar 4.21, nilai sebesar 0.0047 diplotkan pada garis kemiringan
gT 2

0.1 sebagai nilai terdekat dari 0.361 yang ada pada grafik. Setelah diplotkan pada
Hb
garis kemiringan m kemudian ditarik garis lurus menuju garis sehingga
H 'o
Hb
diperoleh nilai 1.330. Dengan mengetahui nilai maka nilai Hb dapat dihitung.
H 'o

Teknik Sipil, FST, UNDANA


75

Hb
= 1.330
H 'o
dimana :
H’o = 3.32
sehingga Hb = H’o x 1.330
= 4.414 m
Hasil perhitungan pada Tabel 4.27 (a dan b) dan Tabel 4.28 di buat menjadi
grafik hubungan antara tinggi gelombang, kedalaman dan sudut datang gelombang
yang ditunjukkan pada Gambar 4.22. Tinggi gelombang pecah sebesar 4.414 m yang
terjadi pada kedalaman 41 m yang dengan sudut datang gelombang 45o.

Gambar 4.22 Hubungan Tinggi, Kedalaman dan Sudut Datang Gelombang


Sumber : Hasil Perhitungan,2018

Nilai α sebagai sudut datang gelombang diperoleh dari hasil analisa data pada
Tabel 4.27 selanjutnya diproyeksikan ke peta Batimetri. Peta Batimetri yang
digunakan merupakan data sekunder yang diambil dari data perencanaan
pembangunan dermaga di Pantai Namosain. Peta Batimetri menunjukkan kontur
kedalaman laut sampai ke daratan. Di laut dalam, gelombang akan menjalar tanpa
dipengaruhi dasar laut sedangkan di laut transisi dan dangkal, dasar laut
mempengaruhi gelombang. Gambar 4.23 menunjukkan perjalanan gelombang dari
laut dalam ke pantai sepanjang 113.37 m untuk kedalaman 43.20 m sampai dengan

Teknik Sipil, FST, UNDANA


76

0.1 m. Interval kedalaman yang dipakai dalam perjalanan gelombang sampai ke


pantai adalah 5 m. Gelombang akan mengalami pembelokan disetiap perubahan
kedalaman. Sudut datang (αo) sebesar 45o melintasi kontur dengan kedalaman
berbeda sehingga terjadi transformasi gelombang dan membentuk sudut α sebesar
44.13o (Tabel 4.27b). Transformasi gelombang selanjutnya akan selalu terjadi ketika
gelombang melintasi kedalaman yang berbeda. Potongan melintang untuk kontur laut
yang dilintasi gelombang dapat dilihat pada Gambar 4.24. Pada gambar potongan
tersebut ditunjukkan panjang gelombang laut dalam yaitu 113.37 m serta kedalaman
dari laut dalam ke laut dangkal yaitu dari 41 m sampai dengan 0.1 m dengan beberapa
variasi panjang gelombang.

4.9 Elevasi Muka Air Rencana


Elevasi muka air rencana adalah parameter yang sangat penting dalam
perencanaan bangunan pantai. Elevasi muka air laut rencana atau Design Water Level
diperoleh dari Persamaan 2.12 dimana Highest High Water Level (HHWL) diperoleh
dari data pasang surut selama 10 tahun yaitu dari Tahun 2008 sampai dengan 2017.
Tabel 4.24 menunjukkan muka air tertinggi rata-rata selama 10 tahun periode pasang
surut yaitu sebesar 2.20 m.
Elevasi muka air rencana juga ditentukan oleh wave setup (Sw) dan sea level
rise (SLR). Wave setup diperoleh dari Persamaan 2.11.
Hb
Sw = 0,19 [1 - 2.82 ] Hb
gT 2

4.414
Sw = 0,19 [1 - 2.82 ] 4.414
9.8(8.525) 2
Sw = 0.824 m
Penentuan nilai SLR berdasarkan grafik kenaikan muka air laut pada Gambar 4.25.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


77

Gambar 4.25 Kenaikan Muka Air


Sumber : Triatmodjo B.,1999
Dari Gambar 4.25 didapatkan kenaikan muka air laut yang terjadi Tahun 2017
dengan perkiraan terbaik adalah 12 cm = 0,12 m (direncanakan umur bangunan =
10 tahun).
Berdasarkan nilai HHWL, Sw dan SLR diatas maka didapatkan elevasi muka air
rencana sesuai Persamaan 2.12 sebagai berikut.
DWL = HHWL + Sw + SLR
DWL = 2,20 + 0,824 + 0,12
DWL = +3.144 m

Teknik Sipil, FST, UNDANA


78

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
1. Persentase kejadian angin rata-rata yang terjadi pada Tahun 2008 sampai
dengan Tahun 2017 terjadi dari arah Timur, Tenggara dan Barat Laut
dimana kejadian angin dengan kecepatan antara 7.00 - 11.08 knots
mendominasi dengan persentase sebesar 44.34%.
2. Panjang fetch efektif yang diperoleh dari hasil perhitungan sebesar 173.56
km dari arah Barat Laut Pantai Namosain Kota Kupang.
3. Tinggi gelombang signifikan (Hs) dan periode gelombang (T) yang
diperoleh dari hasil peramalan gelombang sebesar 3.225 meter dan 8.525
detik.
4. Tinggi gelombang pecah (Hb) sebesar 4.414 meter pada kedalaman 43.20
meter dan tinggi gelombang pecah (Hb) 1.889 meter pada kedalaman 0.1
meter.

5.2 Saran
1. Perencanaan bangunan pengaman pantai sangat diperlukan pada pantai
Namosain Kupang dikarenakan daerah teluk yang langsung berhadapan
dengan laut lepas.
2. Design Water Level atau elevasi muka air rencana di Pantai Namosain yang
diperoleh dari hasil perhitungan sebesar 3.144 m sehingga apabila dilakukan
perencanaan bangunan pengamanan pantai maka elevasi bangunan haruslah
lebih tinggi dari Design Water Level agar tidak terjadi limpasan terhadap
bangunan tersebut.

Teknik Sipil, FST, UNDANA


79

DAFTAR PUSTAKA

Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, 2016. Profil Pengaman Pantai Di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Propinsi NTT.
CERC, 1984. Shore Protection Manual Volume I. US Army Coastal Engineering,
Research Center Departemen of the Army Waterways Experiment
Station, Corps of Engineers.
Davis R.A Jr, 1991.Oceanography; An Introduction to the Marine Environment, I
New Jersey: WCB Publisher International Published.
Dean, R.G. dan Dalrymple, R.A., 2002. Coastal Processes with Engineering
Aplications Cambridge: Cambridge University Press.
Dr.Robert W. Whalin dkk, 1984. Shore Protection Manual Volume 1, Coastal
Engineering Research Center Departemen of the Army Waterways
Experiment Station, Corps of Engineers.
Gregory P. Tsinker, 2004. PORT Engineering_Planning ,Construction, Maintenance,
and Security, Piva Avenue Niagara Falls Ontario Cannada.
http://www.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/95010007-Rian-M,-Azhar.pdf.
Robert M. Sorensen, 1997. Basic Coastal Engineering Third Edition, Departemen of
Civil and Enviromental Engineering Lehigh University, Bethlehem,
Pennsylvania.
Triatmodjo, 1999, Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.
Triatmodjo, B. 2010, Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset. Yogyakarta.

Teknik Sipil, FST, UNDANA

Anda mungkin juga menyukai