Asat Indo

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

ASAT B.

INDONESIA

1. TEKS BERITA
 Unsur-Unsur teks berita

 Struktur teks berita


 Kalimat opini dan fakta

 Kaidah Kebahasaan
1. Bahasa Baku

Teks berita harus ditulis dengan bahasa baku, yaitu bahasa yang bersumber pada
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).

2. Kata Kerja Mental

Kata kerja atau verba mental adalah kata yang menerangkan tanggapan, perasaan,
pemikiran, serta perbuatan yang tidak bisa diamati secara fisik.
Contoh: Warga mengkhawatirkan kondisi rumah mereka sehingga tidak ingin
berpindah ke pengungsian.

3. Konjungsi Temporal
Konjungsi temporal adalah kata penghubung yang menandai keterangan waktu.
Contoh: kemudian, setelah, akhirnya, sejak, awalnya.

4. Konjungsi Penerang
Konjungsi penerang adalah kata yang menerangkan pernyataan sebelumnya.
Biasanya, konjungsi ini digunakan dari kalimat langsung ke kalimat tidak langsung.

Contoh: Kepala BNPB mengatakan bahwa pengungsi sudah dapat kembali ke rumah
karena banjir telah surut.
5. Kalimat Langsung

Ketika wartawan meliput berita, keterangan dari narasumber diperoleh secara


langsung. Jadi, dalam penyajian beritanya, wartawan akan menyusun teksnya dalam
berbagai ragam kalimat, salah satunya kalimat langsung. Kalimat langsung adalah
kalimat yang mengutip pernyataan seseorang sama persis tanpa menambah atau
mengurangi ujaran yang disampaikan.

Contoh: “Karena beberapa hari ini cuaca agak ekstrem, masyarakat diminta siap
sedia,” kata wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria.
2. TEKS PROSEDUR
 Struktur
1. Tujuan
Untuk struktur tujuan yang ada di dalam teks prosedur memang cukup beragam,
contoh yang paling sering kita jumpai ialah pengantar topik. Tak hanya itu saja, bisa
saja tujuan tersebut berisi mengenai kenapa teks prosedur tersebut di buat. Yang
artinya, tujuan ini merupakan hasil akhir jika kita melakukan suatu hal yang mana
mengikuti pedoman langkah- langkah yang ada di dalam teks prosedur tersebut.
2. Langkah-langkah
Untuk bagian yang ke dua ialah bagian langkah- langkah yang mana di dalamnya
menerangkan mengenai proses dari tahapan maupun langkah yang wajib untuk di
laksanakan demi memperoleh hasil yang jauh lebih maksimal dimana sesuai dengan
tujuan dari pembuatan teks prosedur. Pada bagian ini, langkah- langkah wajib di
susun dengan cara yang berurutan sebab nantinya akan membahas dari tahapan nol
sampai pembahasan hasil pencapaian. Misalnya saja, pada saat kita membuat sebuah
teks prosedur mengenai memasak tidak mungkin sekali jika kita akan menulis
langsung mengenai menghidangkan masakan sebelum kita menjelaskan langkah-
langkah dari proses penyiapan bahan dan proses memasaknya.
3. Penegasan ulang
Untuk penegasan ulang berupa harapan ataupun manfaat apabila petunjuk-petunjuk
itu dijalankan dengan baik.

 Kaidah kebahasaan
1. Banyak menggunakan kata kerja perintah (imperatif). Kata kerja imperatif
dibentuk dengan akhiran -kan, -i, dan partikel-lah. Bentuk Dasar Imbuhan/Partikel
Bentukan Kata pasti -kan pastikan tunjuk -kan tunjukkan cerita -kan ceritakan hindar
-i hindari jadi -lah jadilah Ciri-ciri kalimat imperatif adalah berisikan perintah,
imbauan atau larangan serta diakhiri dengan tanda seru (!) di akhir kalimat.
2. Banyak menggunakan kata-kata teknis yang berkaitan dengan topik yang
dibahasnya. Kata teknis adalah kata-kata yang memiliki makna khusus pada suatu
bidang keahlian. Makna dari kata teknis ini adalah makna leksikal atau makna kamus.
Apabila teks tersebut berkenaan dengan masalah komunikasi, akan digunakan istilah-
istilah komunikasi pula, misalnya tanya jawab, kontak mata, pewawancara, verbal,
nonverbal, bahasa tubuh, dan negosiasi.
3. Banyak menggunakan konjungsi dan partikel yang bermakna penambahan.
Konjungsi penambahan adalah sebuah konjungsi bermakna tambahan yang diberikan
untuk menggabungkan kalimat sederhana menjadi kalimat kompleks. Contoh: selain
itu, pun, kemudian, selanjutnya, oleh karena itu, lalu, setelah itu, dan di samping itu.
4. Banyak menggunakan pernyataan persuasif. Kalimat persuasif merupakan
kalimat ajakan kepada seseorang atau banyak orang. Tidak hanya berisi ajakan,
kalimat persuasif juga berisi tentang suatu permintaan atau imbauan .
5. Apabila prosedur itu berupa resep dan petunjuk penggunaan alat, akan digunakan
gambaran terperinci tentang benda dan alat yang dipakai, termasuk ukuran,
jumlah, dan warna.

 Menyusun Teks Prosedur


3. PUISI
 Unsur-Unsur Puisi
a) Unsur Fisik
1. Diksi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pilihan kata yang tepat dan
selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu (seperti yang diharapkan). Menurut Raharjo (2018: 44), diksi tidak hanya
berkaitan dengan pemilihan kata, tetapi juga urutan, dan kekuatan atau daya magis kata.
Setiap penulis mempunyai keunikan masing-masing yang terefleksikan dalam kosakata
dan susunan kata yang dirangkai menjadi sebuah puisi. Pemilihan dan penyusunan kata
yang tepat dan selaras bahkan dapat menyajikan makna kata yang terasa gaib dan kuat
bagi pembaca.
2. Kata Konkret
Konkret berarti nyata atau berwujud, dapat dilihat, diraba, dan sebagainya (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Walaupun kata konkret bermakna sesuatu yang nyata, namun pilihan
kata konkret dalam puisi terkait dengan kiasan atau perlambangan yang ingin
disampaikan oleh penyair. Pemilihan kata konkret dapat membantu pembaca
mengimajinasikan maksud penulis.
3. Pengimajian
Pengimajian pada puisi tergantung pada pilihan kata konkret dan cara merangkainya.
Penghayatan makna kata dalam baris-baris puisi dilakukan melalui penglihatan,
pendengaran, dan perasaan. Secara berurutan disebut imaji visual, imaji auditif, dan
imaji taktil.
4. Bahasa Figuratif (Gaya Bahasa)
Penggunaan gaya bahasa pada puisi adalah untuk menambah pengimajian. Selain itu
juga digunakan untuk menyampaikan banyak maksud dengan singkat. Penggunaan
bahasa kiasan membuat puisi lebih indah, menciptakan efek lebih kaya, dan efektif.
Perlambangan membantu penyair memperjelas makna.
5. Tipografi
Tipografi menunjukkan susunan puisi yang membedakannya dengan karya sastra
lainnya, yakni prosa maupun drama.

1. Majas Perbandingan
Majas perbandingan ini cukup banyak muncul di pelajaran sekolah, lho. Majas
perbandingan adalah majas yang membandingkan atau menyandingkan antara
satu objek dengan objek lainnya.

Ada pun majas yang termasuk ke dalam majas perbandingan, antara lain alegori,
personifikasi, metafora, metonimia, asosiasi, hiperbola, simile, antonomasia, pars
pro toto, totem pro parte, dan eufimisme.

2. Majas Sindiran
Majas sindiran adalah majas yang ditujukan untuk menyatakan sesuatu dengan
maksud menyindir. Untuk jenis majas sindiran yang paling sering muncul di
buku sekolah, seperti majas ironi, sarkasme, sinisme, satire, inuendo.
3. Majas Penegasan
Majas penegasan adalah majas yang digunakan untuk menyatakan suatu hal
secara tegas. Nah, kalau untuk majas penegasan, di artikel ini nanti akan
diberikan contoh dari pleonasme, repetisi, retorika, aliterasi, metonomia,
simbolik, paralelisme, tautologi, dan kiasmus.
4. Majas Pertentangan
Selanjutnya, majas pertentangan adalah majas yang digunakan untuk
mengekspresikan suatu hal dengan cara mempertentangkan dengan hal
yang lainnya. Nah, majas pertentangan ini dibagi menjadi majas litotes, antitesis,
paradoks, anakronisme, sinekdoke, oksimoron, dan kontradiksi interminus.
1. Majas Alegori
Majas alegori adalah majas yang menyatakan dengan ungkapan kiasan atau
penggambaran.
Contoh: Hidup itu seperti roda berputar, kadang di atas, kadang pula di bawah.
2. Majas Personifikasi
Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan antara manusia
dengan benda mati, seolah-olah benda tersebut memiliki sifat layaknya manusia.
Contoh: Deburan ombak memecah karang.
3. Majas Metafora
Majas metafora ini merupakan majas yang memakai analogi atau
perumpamaan terhadap dua hal yang berbeda.
Contoh: Anak itu dikenal sebagai kutu buku di kelasnya.
4. Majas Metonimia
Majas metonomia ini menyatakan suatu hal dengan memakai kata lain yang
punya keterkaitan (misalnya sebuah merek dagang).
Contoh: Jamaah haji Indonesia pergi ke Makkah menggunakan Garuda.
5. Majas Asosiasi
Majas asosiasi digunakan untuk membandingkan perasaan atau emosi dengan
suatu objek, simbol, atau situasi yang berbeda.
Contoh: Suara hujan mengingatkanku pada kesegaran dan ketenangan.
6. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang menggunakan ungkapan yang
berlebihan dan tidak masuk akal.
Contoh: Dentuman itu menggelegar membelah angkasa.
7. Majas Simile
Majas simile adalah majas yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang
berbeda, menggunakan kata ‘seperti’ atau ‘sebagai’.
Contoh: Kulitnya putih seperti salju.
8. Majas Antonomasia
Majas antonomasia biasanya menggunakan nama atau gelar yang mewakili orang
atau sesuatu yang lebih spesifik, untuk menyampaikan ide atau perasaan secara
implisit.
Contoh: “Bapak Proklamator” mengacu pada Soekarno sebagai proklamator
kemerdekaan Indonesia.

9. Majas Pars Pro Toto


Majas pars pro toto adalah majas yang menggunakan sebagian unsur/objek untuk
menunjukkan keseluruhan objek.
Contoh: Dari tadi pagi, ia tak menampakkan batang hidungnya.
10. Majas Totem Pro Parte
Majas totem pro parte adalah majas yang mengungkapkan keseluruhan objek
padahal hanya sebagian objek saja.
Contoh: Indonesia mengalahkan Malaysia dalam pertandingan sepakbola tadi
malam.
11. Majas Eufimisme
Majas eufinisme adalah majas yang menggunakan ungkapan lebih halus terhadap
ungkapan yang dirasa kasar atau merugikan.
12. Majas Ironi
Majas sindiran ini digunakan dengan cara menyembunyikan fakta dan mengatakan
hal yang sebaliknya.
Contoh: Suaranya sangat merdu sekali seperti kaset kusut.
13. Majas Sarkasme
Majas sarkasme ini bisa dikatakan sebagai majas sindiran yang kasar.
Contoh: Putih benar wajah kamu, sampai bisa aku sendoki bedaknya.
14. Majas Sinisme
Majas sinisme ini lebih bersifat mencemooh atas ide atau pemikiran.
Contoh: Kamu sudah pintar ‘kan? Kenapa masih bertanya kepada aku?
15. Majas Satire
Majas satire adalah gaya bahasa yang mengandung penolakan, kritik, atau
sindiran terhadap suatu gagasan, kebiasaan, atau ideologi. Namun,
penyampaiannya dibalut dengan komedi atau sebagai bahan candaan.
Contoh: Ya Tuhan, soal semudah ini saja kamu tidak bisa menyelesaikannya?

6. Rima dan Irama


Rima dan irama dalam puisi akan membentuk keselarasan bunyi yang harmonis
dan padu untuk membangun satu kesatuan makna yang utuh. Irama timbul karena
pengulangan bunyi (rima) yang berturut-turut dan bervariasi. Rima
Rima (persajakan) yaitu pengulangan bunyi yang teletak dalam larik sajak atau
akhir sajak. Rima memiliki peran dalam menghadirkan keindahan puisi. Ada
banyak jenis pola rima seperti a-b-a-b, a-a-b-b, atau yang lainnya. Contoh Rima:
Angin pulang menyejuk bumi, Menepuk teluk menghempas emas, Lari ke gunung
memuncak sunyi, Terayun-ayun di atas alas. (Amir Hamzah). Irama adalah
permainan bunyi pada akhir kata, frasa, atau kalimat. Nada-nada pada puisi
biasanya digunakan secara serentak dan berkesinambungan untuk membangun
suara yang harmonis.
b) Unsur batin Puisi
1. Tema
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sarat akan pesan moral yang terbungkus
dalam tema tertentu. Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair dalam
puisi. Gagasan ini merupakan landasan pemikiran penyair dalam menciptakan karya
puisi.
2. Perasaan penyair
Ketika menulis puisi, seorang penyair akan mengangkat satu tema dan pokok
permasalahan. Rasa (feel) adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan pada puisi
yang dibuat.Pengungkapan suatu pokok permasalahan dan sikap terhadap
permasalahan tersebut tidak bergantung pada kemampuan teknis dalam membuat puisi
saja, tetapi lebih banyak bergantung pada pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian
yang terbentuk oleh latar belakang sosial dan psikologisnya.
3. Nada
Nada (tone) adalah sikap penyair kepada pembaca. Nada juga berkaitan dengan tema
dan rasa, penyair bisa menyampaikan tema yang diangkat dengan nada menggurui,
mendikte, mengajak, atau dengan nada sombong dan merendahkan pembaca.
4. Amanat
Amanat adalah pesan inti dari penyair yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui
puisi. Amanat menjadi dasar dan tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi
tersebut

4. KARYA ILMIAH
Karya ilmiah dapat ditulis dalam berbagai bentuk penyajian. Setiap bentuk itu berbeda
dalam hal kelengkapan strukturnya. Secara umum, bentuk penyajian karya ilmiah terbagi
ke dalam tiga jenis, yaitu bentuk populer, bentuk semiformal, dan bentuk formal.
1. Bentuk Populer
Karya ilmiah bentuk ini sering disebut karya ilmiah populer. Bentuknya manasuka. Karya
ilmiah bentuk ini bisa diungkapkan dalam bentuk karya ringkas. Ragam bahasanya
bersifat santai (populer). Karya ilmiah populer umumnya dijumpai dalam media massa,
seperti koran atau majalah. Istilah populer digunakan untuk menyatakan topik yang
akrab, menyenangkan bagi populus (rakyat) atau disukai oleh sebagian besar orang
karena gayanya yang menarik dan bahasanya mudah dipahami. Kalimat-kalimatnya
sederhana, lancar, namun tidak berupa senda gurau dan tidak pula bersifat fantasi
(rekaan).
2. Bentuk Semiformal
Secara garis besar, karya ilmiah bentuk ini terdiri atas:
a. halaman judul,
b. kata pengantar,
c. dafar isi,
d. pendahuluan
e. pembahasan,
f. simpulan, dan
g. dafar pustaka
Bentuk karya ilmiah semacam itu, umumnya digunakan dalam berbagai jenis laporan
biasa dan makalah.
3. Bentuk Formal
Karya ilmiah bentuk formal disusun dengan memenuhi unsur-unsur kelengkapan
akademis secara lengkap, seperti dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Unsur-unsur karya
ilmiah bentuk formal, meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Judul
b. Tim pembimbing
c. Kata pengantar
d. Abstrak
e. Dafar isi
f. Bab Pendahuluan
g. Bab Telaah kepustakaan/kerangka teoretis
h. Bab Metode penelitian
i. Bab Pembahasan hasil penelitian
j. Bab Simpulan dan rekomendasi
k. Dafar pustaka
l. Lampiran-lampiran
m. Riwayat hidup

 Struktur
1. Bagian Awal
a. Judul
Judul dapat dengan jelas dan singkat menunjukkan isi karya ilmiah. Judul menunjukkan
subjek penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, dan ruang lingkup atau batasan
penelitian. Penulisan judul dapat dilakukan dengan dua cara, yakni (1) menggunakan huruf
kapital pada seluruh huruf judul; dan (2) menggunakan huruf kapital pada awal kata, kecuali
kata tugas.
b. Nama Penulis dan Afiliasi
Nama penulis artikel ilmiah ditulis tanpa menggunakan gelar. Nama belakang tidak boleh
disingkat karena akan digunakan saat dikutip oleh orang yang menggunakan karya ilmiah
tersebut sebagai acuan. Afiliasi adalah nama institusi tempat penulis bekerja atau
bersekolah.
c. Abstrak
Abstrak berupa rangkuman karya ilmiah dalam satu paragraf singkat.
d. Kata Kunci
Kata kunci mewakili topik sesuai bidang ilmu yang dikupas atau dianalisi dalam karya ilmiah
tersebut.
2. Bagian Inti
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bagian yang menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
i. Latar belakang memberikan uraian singkat tentang topik penelitian, penyebab timbulnya
masalah, dan pentingnya pembahasan topik tersebut.
ii. Rumusan masalah menyiratkan masalah yang akan dibahas oleh penulis terkait dengan
pertanyaan mengapa dan bagaimana pada pilihan topik.
iii. Tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai capaian pembahasan yang sesuai dengan
rumusan masalah.
iv. Manfaat penelitian adalah penjelasan mengenai kegunaan penelitian karya ilmiah
tersebut.
b. Kerangka Teoretis
Bagian ini disebut juga landasan teori atau kajian pustaka. Kerangka teoretis berisi
penjelasan mengenai kajian beberapa penelitian sebelumnya dan kajian teori-teori yang
relevan dengan topik permasalahan. Pada bagian ini disampaikan juga mengenai hipotesis
penulis.
c. Metodologi Penelitian
Dalam karya tulis yang merupakan hasil penelitian, perlu dicantumkan pula bagian yang
disebut dengan metode penelitian. Metodologi penelitian diartikan sebagai prosedur atau
tahap-tahap penelitian, mulai dari persiapan, penentuan sumber data, pengolahan, sampai
dengan pelaporannya. Setiap penelitian mempunyai metode penelitian masing-masing, yang
umumnya bergantung pada tujuan penelitian itu sendiri. Metodemetode penelitian yang
dimaksud, misalnya, sebagai berikut.
a. Metode deskriptif, yakni metode penelitian yang bertujuan hanya menggambarkan fakta-
fakta secara apa adanya, tanpa adanya perlakukan apa pun. Data yang dimaksud dapat
berupa fakta yang bersifat kuantitatif (statistika) ataupun fakta kualitatif.
b. Metode eksperimen, yakni metode penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran
atas suatu gejala setelah mendapatkan perlakuan.
c. Metode penelitian kelas, yakni metode penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki
persoalan-persoalan yang terjadi pada kelas tertentu, misalnya tentang motivasi belajar dan
prestasi belajar siswa dalam kompetensi dasar tertentu.
d. Pembahasan
Bagian ini berisi paparan tentang isi pokok karya ilmiah, terkait dengan rumusan
masalah/tujuan penulisan yang dikemukakan pada bab pendahuluan. Data yang diperoleh
melalui hasil pengamatan, wawancara, dan sebagainya itu dibahas dengan berbagai sudut
pandang; diperkuat oleh teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya.
e. Simpulan dan Saran
Menurut Muchlisin (2018: 25), simpulan harus mengacu kepada tujuan. Pada simpulan,
tujuan harus terjawab dengan tegas. Hasil penelitian disampaikan apa adanya walaupun
kurang sesuai dengan hipotesis awal.
3. Bagian akhir
a. Dafar Pustaka
Dafar pustaka memuat semua kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam karya
ilmiah yang terdapat dari sumber tertulis, baik itu yang berupa buku, artikel jurnal, dokumen
resmi, maupun sumbersumber lain dari internet. Semua sumber tertulis atau tercetak yang
tercantum di dalam karya ilmiah harus dicantumkan di dalam dafar pustaka. Sebaliknya,
sumber-sumber yang pernah dibaca oleh penulis, tetapi tidak digunakan di dalam penulisan
karya ilmiah itu, tidak boleh dicantumkan di dalam dafar pustaka. Cara menulis dafar pustaka
berurutan secara alfabetis, tanpa menggunakan nomor urut. Sumber tertulis/tercetak yang
memerlukan banyak tempat lebih dari satu baris ditulis dengan jarak satu spasi, sedangkan
jarak antara sumber yang satu dengan yang lainnya adalah dua spasi. Susunan penulisan
dafar pustaka: nama yang disusun di balik; tahun terbit; judul pustaka; kota terbit; dan
penerbit.
b. Lampiran (jika ada) Lampiran biasanya berupa data tambahan atau data pendukung yang
tidak dimasukkan dalam naskah utama.

 Kaidah Kebahasaan

1. Ketentuan Penulisan Judul


Judul ditulis dalam bentuk frasa dan tidak disertai dengan tanda baca akhir. Kemudian
penulisan judul ditulis dengan huruf kapital, kecuali pada bagian anak judul. Pada bagian
anak judul, huruf kapitalnya pada awal setiap kata, kecuali kata penghubung dan kata
depan.

Contoh:

PENGARUH MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA DI SMA


RUANG RAYA BANDUNG

(Penelitian Korelasional tentang Motivasi dan Prestasi Bahasa Indonesia di SMA Ruang
Raya Bandung)

2. Kata Impersonal
Kata impersonal adalah kata yang tidak bersifat pribadi atau tidak berkaitan dengan
seseorang.

Contoh: Peneliti dan penulis.


3. Kata Denotasi
Denotasi adalah kata atau kelompok kata yang menunjukkan makna sebenarnya.

Contoh: Indonesia sangat kaya dengan bahasa daerah dan sastra daerah.
4. Kata Baku
Kata baku adalah kata yang sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan
tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai kata baku.
Contoh:
 antre (tidak baku: antri)
 apotek (tidak baku: apotik)
 atlet (tidak baku: atlit)
5. Pendefinisian Istilah
Dalam karya ilmiah, istilah harus didefinisikan terlebih dahulu sebelum dibahas dalam karya
ilmiah. Istilah adalah kata-kata yang berkaitan dengan bidang tertentu.
Contoh: Analisis kontrastif didefinisikan oleh Buren (dalam Allen dan Corde, ed. 1975:280)
sebagai suatu pendekatan pengajaran bahasa yang menggunakan metode perbandingan.
5. TEKS DRAMA
1. Tema

merupakan gagasan sentral atau utama yang menjadi dasar disusunnya pentas drama tersebut.

2. Alur atau plot

merupakan jalinan cerita dari awal sampai akhir cerita. Jalinan cerita ini berupa jalannya cerita dalam
drama yang berupa permasalahan, konflik, klimaks cerita atau permasalahan, dan akhir atau
penyelesaian permasalahan. Hal ini biasanya bisa dirangkai dalam tiga kategori besar yaitu, prolog,
dialog, dan epilog.

3. Tokoh dan perwatakan tokoh.

Tokoh adalah karakter-karakter yang terlibat di dalam pementasan drama yang biasanya diiringi
penggambaran perwatakan seperti baik, jahat, penyayang, pendendam. Penggambaran watak tersebut
dikembangkan melalui sikap, ucapan, tingkah laku, serta suara.

4. Dialog adalah percakapan antartokoh yang merupakan unsur utama sebuah drama. Dalam dialog yang
baik akan tergambarkan jalan cerita dan perwatakan para tokoh.

5. Latar atau setting adalah penggambaran latar kejadian dalam pentas drama. Latar ini bisa berupa latar
tempat, waktu, dan suasana.

6. Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan oleh penulis naskah drama dan sutradara lewat
pentas drama tersebut.

Anda mungkin juga menyukai