1 PB
1 PB
1 PB
2 (2022)
Surel : [email protected]
Abstrak
Kebutuhan pelayanan kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat menjadi alasan untuk
memaksimalkan layanan kesehatan. Dengan adanya perkembangan teknologi juga telah
memberikan pengaruh besar pada bidang kesehatan. Layanan telemedicine menjadi kebutuhan
bagi pemerataan dan upaya memaksimalkan layanan kesehatan bagi masyarakat terpencil
namun terkendala akibat belum adanya pengaturan secara jelas terkait layanan telemidicine.
Untuk itu, tulisan ini akan mengkaji terkait konsep pelayanan telemedicine sebagai pelayanan
dasar kesehatan bagi masyarakat terpencil. Tulisan ini merupakan tulisan yang berbentuk
kajian normatif dengan pendekatan konseptual dan peraturan perundang-undangan. Hasil
kajian menyatakan bahwa telemedicine merupakan pemanfaatan teknologi dan informasi pada
pelaksanaan layanan kesehatan yang memberikan kemudahan dan kemanfaatn kepada
masyarakat khsusunya pada daerah terpencil sehingga masyarakat tetap mendapatkan hak
pelayanan dasar dibidang kesehatan. Pelaksanaan pelayanan telemedicine di Indonesia sendiri
memiliki konsep bahwa pelayanan tersebut hanya boleh dilakukan oleh antar fasilitas
pelayanan kesehatan dengan dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Padahal
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan di daerah terpencil sangat terbatas, sehingga
konseptualisasi pelayanan telemedicine dapat diperluas bukan saja pada antar fasilitas
pelayanan kesehatan. Namun juga, bisa dilakukan oleh antara dokter kepada pasien dengan
alasan kemanfaatan bagi masyarakat khususnya di daerah terpencil yang memiliki
keterbatasan fasilitas layanan kesehatan.
PENDAHULUAN
Era globalisasi yang modern ini telah membawa perubahan dalam berbagai aspek
kehidupan, termasuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang memiliki
peran penting dalam pembangunan. Perkembangan teknologi informasi telah mengarah
pada fakta bahwa dunia telah berkembang dan perubahan sosial yang signifikan juga telah
terjadi dengan begitu cepat (Saputri, 2022). Penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi telah menjadi bagian yang tak terhindarkan dalam kehidupan manusia,
karena teknologi informasi dan komunikasi berjalan seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Semua penemuan diciptakan untuk memberikan manfaat dan memberikan
banyak kemudahan bagi manusia dalam menjalankan aktivitas. Salah satu alasan
pesatnya perkembangan teknologi ini adalah adanya perkembangan jaringan, protokol,
perangkat lunak, dan spesifikasi (Hanifah, 2020).
Dalam arus perkembangan teknologi yang begitu pesat, seakan tidak ada lagi
batasan antara satu orang dengan orang lainnya untuk berkomunikasi atau
menyebarluaskan informasi melalui jejaring sosial internet (Yuliana & Bagiastra, 2021).
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang mengglobal, telah
mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang kesehatan.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang kesehatan akan
115
Jurnal Paradigma: Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Pascasarjana Indonesia, Vol. 3 No.2 (2022)
116
Jurnal Paradigma: Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Pascasarjana Indonesia, Vol. 3 No.2 (2022)
METODE
117
Jurnal Paradigma: Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Pascasarjana Indonesia, Vol. 3 No.2 (2022)
118
Jurnal Paradigma: Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Pascasarjana Indonesia, Vol. 3 No.2 (2022)
oleh kondisi kesehatan masyarakatnya saja, tetapi juga ditentukan oleh jumlah fasilitas
kesehatan yang tersedia, pelayanan kesehatan yang tersedia serta sistem pelayanan
kesehatan itu sendiri (Jannati, 2022). Bukan merupakan suatu hal yang tidak mungkin
(mustahil) dimasa yang akan datang, para lansia tidak perlu lagi datang ke rumah sakit
untuk berobat, justru karena adanya pelayanan kesehatan berbasis online yang dapat
menjangkau sampai ke daerah terpencil dan pulau-pulau terluar, bahkan dimungkinkan
penggunaan robot untuk menanggapi keluhan dan perasaan pasien, hingga psikoterapi
secara virtual reality (Mangesti, 2019). Oleh karena itu, inovasi telemedicine sangat
membantu masyarakat yang ingin berkonsultasi mengenai masalah kondisi kesehatannya
tanpa terhalang oleh jarak dan waktu.
119
Jurnal Paradigma: Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Pascasarjana Indonesia, Vol. 3 No.2 (2022)
120
Jurnal Paradigma: Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Pascasarjana Indonesia, Vol. 3 No.2 (2022)
diatur dalam Permenkes ini dengan pelayanan kesehatan berbasis online yang saat ini
sedang dikembangkan. Permenkes ini mengatur telemedicine antar fasilitas pelayanan
kesehatan, namun pada kenyataannya pelayanan kesehatan berbasis online saat ini
dilakukan langsung oleh pasien dengan dokter yang telah memiliki izin praktik dan
teregistrasi menggunakan platform pelayanan kesehatan online (Yoga, 2018). Permenkes
ini tidak mengatur tentang pelayanan kesehatan yang dilakukan secara langsung oleh
masyarakat dan dokter dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan berbasis online serta
tidak mengatur mengenai ketentuan perizinan pelayanan kesehatan berbasis online yang
sedang berkembang dan banyak digunakan oleh masyarakat luas (Ayu, 2022).
Keberadaan pelayanan kesehatan berbasis online ini memberikan dampak positif
di bidang kesehatan. Disatu sisi memudahkan pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat tidak dibatasi oleh jarak dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di
Indonesia, namun perkembangan inovasi di bidang kesehatan tidak diimbangi dengan
perkembangan hukum dalam bidang kesehatan. Daeng M. Faqih Ketua Umum Pengurus
Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada
regulasi yang secara khusus mengatur bagaimana hubungan antara penyedia layanan
dengan pengguna (pasien) yang berkonsultasi secara online (Hadyan, 2019). Demikian
pula dengan pengaturan mengenai perizinan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
berbasis online sampai saat ini masih belum jelas. Bahkan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja (selanjutnya disebut UU Cipta Kerja) yang notabene
mengubah aturan terkait perizinan pelayanan kesehatan berbasis online masih belum
diatur secara jelas. Kedudukan hukum pelayanan kesehatan berbasis online dalam
hukum kesehatan nasional saat ini masih belum jelas dan belum diatur secara
komprehensif, bahkan di dalam UU Kesehatan saat ini tidak ditemukan pengaturan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan berbasis online (Ayu, 2022).
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang kesehatan di
Indonesia saat ini belum berjalan sesuai dengan regulasi yang ada. Dengan semakin
banyaknya tuntutan malpraktik, regulasi yang belum jelas akan membahayakan posisi
dokter dalam telemedicine. Regulasi yang mengatur mengenai tanggung jawab dokter
pada praktik telemedicine diperlukan meskipun layanan kesehatan dilakukan secara
online. Selain itu, dalam praktiknya sebaiknya dokter hanya melakukan layanan
preventif dan promotif tanpa kuratif sebelum mendapat dukungan dari teknologi
kesehatan yang dapat menggantikan atau setidaknya mendekati pemeriksaan fisik atau
penunjang jarak jauh (Septian, 2022). Meskipun pada kenyataan di lapangan layanan
kuratif banyak dilakukan yaitu dengan peresepan online (online prescribing). Dalam hal
ini, dokter melakukan pemeriksaan kepada pasien hanya dengan anamnesis (tanya
jawab) tanpa melakukan pemeriksaan fisik kemudian memberikan resep secara online
sesuai dengan keluhan pasien. Hal ini sangat mengkhawatirkan mengingat hingga saat
ini belum berkembang teknologi kesehatan yang mendukung pemeriksaan fisik dan
penunjang jarak jauh di Indonesia. Sehingga perbedaan diagnosis ataupun kesalahan
diagnosis dapat terjadi (Budiyanti, Rani Tiyas, 2021).
Saat ini Indonesia masih belum memiliki peraturan perundang-undangan yang
mengatur secara eksplisit mengenai layanan telemedicine. Pengaturan mengenai layanan
telemedicine sejauh ini hanya diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20
Tahun 2019, dimana sejatinya didalam peraturan menteri tersebut hanya hanya
memberikan gambaran secara umum tentang telemedicine dan juga dapat dikatakan tidak
mengikuti perkembangan layanan telemedicine yang kian waktu makin berkembang
dengan pesat, padahal sangat banyak kemungkinan untuk terjadi kesalahan dan kelalaian
yang dapat terjadi dalam praktik penyelenggaraan telemedicine. Berbagai kemudahan
yang diberikan oleh layanan telemedicine bagi masyarakat sejatinya masih dapat
121
Jurnal Paradigma: Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Pascasarjana Indonesia, Vol. 3 No.2 (2022)
dikatakan tidak sepenuhnya memberi kemudahan dalam berbagai hal, salah satunya
adalah dalam poin pemahaman mengenai perlindungan hukum (Machrus & Budiarsih,
2022).
Sebelumnya telah dijelaskan mengenai beberapa bentuk langkah demi
mendapatkan perlindungan hukum bagi pasien bilamana mengalami kerugian yang
disebabkan karena kesalahan dokter. Namun langkah-langkah tersebut sejatinya lebih
tepat dilaksanakan bilamana berkaitan dengan pelayanan kedokteran konvensional,
mengingat aspek-aspek layanan telemedicine memiliki banyak perbedaan dengan
layanan kedokteran konvensional (Machrus & Budiarsih, 2022). Maka dalam hal ini
pembentukan peraturan perundang-undangan yang mengatur secara eksplisit dan
mendetail mengenai pelaksanaan telemedicine secara menyeluruh sangat diperlukan,
sehingga tidak terjadi suatu kekosongan norma yang dapat membingungkan masyarakat
(Machrus & Budiarsih, 2022). Walaupun dalam pelayanan kesehatan berbasis online ini
memiliki kontrak terapeutik yang memunculkan hak dan kewajiban masing-masing
pihak, tapi adakalanya pula muncul pertanyaan, siapakah yang akan bertanggung jawab
jika terjadi kesalahan yang merugikan pasien seperti kesalahan diagnosis ataupun
kesalahan terapi. Apakah hal tersebut akan ditanggung oleh penyedia layanan konsultasi
kesehatan online ataukah ditanggung secara mandiri oleh dokter pelaksana? (Sulaiman
et al., 2022).
Namun sebaiknya perlu diprioritaskan agar pihak yang dirugikan dalam hal ini
pasien, memiliki kepentingan yang harus lebih dahulu diutamakan, maka untuk
membantu kelancaran proses peradilan, hukum yang berlaku adalah hukum dimana
pasien bertempat tinggal. Atau jika tidak ditentukan, maka dapat diselesaikan berdasar
pada asas hukum internasional. Pembagian beban tanggung jawab bilamana terbukti
dokter melakukan malpraktik adalah dapat dilihat dari dua hal, pertama berdasarkan
seberapa besar letak kesalahan yang dibuat oleh dokter. Dalam pengertian ini, jika
kesalahan pada dokter ahli yang memberikan nasehat maka dokter yang melaksanakan
nasehat dapat mungkin dikurangi beban untuk menanggung kesalahan tersebut. Kedua,
berdasarkan pada pihak mana yang menerima kontribusi yang paling besar atas
penerimaan pembayaran jasa. Dokter yang menerima pembayaran jasa yang lebih besar
sebagai konsekuensinya juga harus bersedia untuk mau memikul tanggung jawab yang
lebih besar termasuk tanggung jawab hukum jika terjadi kesalahan malpraktik (Afandi
et al., 2021).
Dari perspektif substansi hukum, Mangesti mengatakan bahwa diperlukannya
suatu regulasi baru setara dengan Undang-Undang (lex specialis) yang isinya mengatur
secara khusus tentang telemedicine (Mangesti, 2019). Becker et al, juga menguraikan
bahwa diperlukannya organisasi profesi agar dapat meningkatkan sumber daya yang
tersedia untuk mendukung pengembangan telemedicine termasuk adanya kebijakan serta
edukasi panduan untuk telemedicine yang mudah diakses agar menjadi bagian dari
kurikulum pendidikan kedokteran maupun keperawatan, baik di tingkat sarjana hingga
pascasarjana serta tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan dan memperbaharui
informasi tentang perkembangan peraturan dalam telemedicine (Ramadhany, 2021).
Belajar dari pengalaman beberapa negara, diketahui bahwa Malaysia telah
membuat Undang-Undang tentang Telemedicine dengan nama Telemedicine Act 1997.
India juga telah memiliki Undang-Undang tentang Telemedicine dengan nama
Telemedicine Act 2003. Sementara itu di Negara Bagian California Amerika Serikat
berdasarkan persetujuan Gubernur California Brown pada tanggal 7 Oktober 2011, Senat
telah mengesahkan Telehealth Advancement Act of 2011 untuk menggantikan
Telemedicine Development Act of 1996 (Alfiko, 2022).
122
Jurnal Paradigma: Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Pascasarjana Indonesia, Vol. 3 No.2 (2022)
123
Jurnal Paradigma: Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Pascasarjana Indonesia, Vol. 3 No.2 (2022)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, H. A., Suharto, G., Utomo, U., & Machroes, B. H. (2021). Peran Telemedicine
Di Masa Pandemi Covid 19. Journal of Indonesian Forensic and Legal Medicine,
3(1).
Alfiko, A. (2022). Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Dalam Layanan Jasa Konsultasi
Dokter Di Aplikasi Halodoc Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif (Studi
Kasus Di Aplikasi Halodoc). Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung.
Ayu, E. P. (2022). Pengaturan Perizinan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Berbasis
Online Di Indonesia. Fakultas Hukum Universitas Jambi.
Budiyanti, Rani Tiyas, P. M. H. (2021). Perlindungan Hukum Pasien Dalam Layanan
Konsultasi Kesehatan Online. Jurnal Hukum Kesehatan Indonesia, 01(01).
Dewi, M. S., & Sunariani, N. N. (2022). Adopsi Telemedicine Di Era New Normal. E-
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 11(02).
Fachrezi, F. B., & Wibowo, P. (2020). Upaya Pemenuhan Hak Pelayanan Kesehatan
Kepada Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan. Widya Yuridika, 3(2).
Hadyan, R. (2019). Layanan Kesehatan Online Makin Marak, Regulasi Belum Memadai.
Diakses Melalui https://lifestyle.bisnis.com/read/20191210/106/1179891/layanan-
kesehatan-online-makin-marak-regulasi-belum-memadai. (diakses pada 24 November
2022, Pukul 08.30 WIB).
Hanifah, M. (2020). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Pada Aplikasi
Halodoc Sebagai Telemedicine Check Covid-19 Dalam Upaya Preventif Penyebaran
Virus Corona Di Sleman Yogyakarta. Naskah Publikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi
Dan Multimedia Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Irfan, F. (2022). Kemenkes Sediakan Layanan Telemedisine Dan Obat Gratis. Diakses
melalui https://pmi.or.id/02/02/2022/artikel/kemenkes-sediakan-layanan-
telemedisine-dan-obat-gratis/#:~:text=Saat ini Kemenkes telah
bekerja,Trustmedis%2C Vascular Indonesia%2C YesDok. (diakses pada 23
November 2022, Pukul 19.30 WIB)
Jannati, A. S. R. (2022). Perlindungan Hukum Bagi Pasien Dalam Pelayanan
Telemedicine Di Indonesia. Jurnal Juristic, 03(02).
Kementerian PPN/Bappenas. (2019). Kajian Sektor Kesehatan Penguatan Sistem
Pelayanan Kesehatan.
Kuntardjo, C. (2020). Dimensi Etik dan Hukum Telemedisin di Indonesia : Cukupkah
124
Jurnal Paradigma: Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Pascasarjana Indonesia, Vol. 3 No.2 (2022)
125