Makalah Rekpon

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Salawat dan salam kita panjatkan kepada Nabi besar Rasulullah Muhammad
SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan “Makalah Rekayasa Pondasi Dinding Penahan
Tanah”.
Laporan “Makalah Rekayasa Pondasi Dinding Penahan Tanah” ini dibuat guna memenuhi
syarat mata kuliah REKAYASA PONDASI pada jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam – dalamnya kepada:
1. Ibu Siti Nur Indah Sari, S.T., M.T., selaku dosen mata kuliah Rekayasa
Pondasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
2. Keluarga tercinta dan orang-orang terkasih yang selalu memberikan kasih
sayang, doa serta dorongan moril maupun materil yang tak terhingga.
3. Teman-teman yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan laporan ini, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan semoga
laporan ini bermanfaat untuk perkembangan wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswa/i
Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.

Palembang, 17 Januari 2024


Penulis,

Nadya Chairunnisa
NIM. 062230100112
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jalan adalah sarana umum yang dibutuhkan masyarakat. Semua Kegiatan
memerlukan akses jalan untuk transportasi dan mobilisasi. Oleh sebab itu tingkat keamanan
dan kenyamanan sangat diperlukan. Oleh karena itu harus dibuat pada daerah yang aman
lokasi pembuatannya. Akan tetapi pada daerah topografi jalan tidak bisa dibuat dengan
baik, salah satunya adalah ruas jalan yang menghubungkan jalan dari magek ke jorong binu
Sta 0+295 s/d 0+321 m kecamatan kamang magek.

Perencanaan dinding penahan tebing ini dilatar belakangi karena terjadi


longsor/retakan pada ruas jalan tersebut. konstruksi dinding penahan tebing ini bertujuan
untuk menahan tanah agar tidak terjadi longsor akibat beban yang bekerja. Jenis konstruksi
dinding penahan tanah juga banyak dijumpai pada underpass, lereng bukit. Pemilihan jenis
konstruksi dinding penahan tebing tergantung pada kedalaman galian tanah, Muka Air
Tanah (M.A.T), dan apabila kedalaman tanah yang akan digali tidak terlalu dalam biasanya
menggunakan konstruksi penahan tanah adalah sheet pile atau turap.

Teori klasik (Rankine dan Coulomb), dapat dipergunakan untuk menghitung gaya-
gaya lateral akibat tekanan tanah yang bekerja pada dinding dengan memasukan berbagai
parameter tanah, sehingga akan didapatkan gaya-gaya dalam dan momen yang bekerja
pada dinding penahan tanah, besar kecilnya ukuran profil dari penampang dinding
tergantung pada momen yang terjadi. Kelemahan dari teori ini adalah tidak
mempertimbangkan deformasi dari suatu struktur dinding akibat dari pergerakan tanah
yang disebabkan beban konstruksi diatasnya (surcharge loading), muka air tanah,
kedalaman galian tanah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanah

Tanah adalah material yang terdiri dari agregat dan butiran-butiran mineral yang
padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan - bahan
organik yang sudah lapuk (yang berpartikel padat) dengan disertai zat cair dan gas yang
mengisi bagian ruang-ruang kosong di antara partikel -partikel padat tersebut demikian
menurut Das B.M., (1995). Tanah juga dapat terbentuk dari terjadinya pelapukan batuan -
batuan yang menjadi partikel yang lebih kecil akibat proses kimia dan mekanis. Pelapukan
akibat proses mekanis disebabkan oleh menyusut dan memuainya batuan akibat perubahan
suhu seperti panas dan dingin secara terus menerus hingga akhirnya menyebabkan batuan
tersebut hancur. Tiga unsur yang membentuk tanah adalah air, udara dan partikel-partikel
tanah itu sendiri yang kemudian membentuk endapan yang mempunyai massa total tanah.

Menurut Craig R. F., (1989) dalam (Astuti F. R. T., 2016). menjelaskan bahwa tanah
dapat divisualisasikan sebagai suatu partikel padat tanah (solid skeleton) yang membatasi
pori-pori yang mengandung air maupun udara. Volume kerangka penyusun tanah secara
total dapat berubah akibat penyusunan kembali partikel-partikel padat pada posisinya yang
baru, terutama dengan cara menggelincir ataupun menggelinding yang berakibat terjadinya
perubahan gaya-gaya yang bekerja di antara partikel-partikel tanah. Pada tanah jenuh,
pengurangan volume hanya terjadi jika sebagian air yang terkandung pada tanah lepas dan
keluar dari pori-pori tanah. Pada tanah kering atau tanah jenuh sebagian, pengurangan
volume selalu mungkin terjadi dikarenakan unsur kompresi udara dalam pori-pori, dan
terdapat suatu ruang kembali partikel tanah.

2.2. Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah merupakan suatu pengaturan sistem beberapa jenis tanah
yang berbeda tetapi mempunyai sifat yang sama ke dalam kelompok- kelompok
berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasa yang dapat
menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum pada tanah yang bervariasi namun tanpa
penjelasan yang rinci. Das B. M., (1995) dalam (Astuti F. R. T., 2016). Sifat dan jenis tanah
yang bervariasi ditentukan oleh perbandingan banyak fraksi-fraksi (lanau, lempung, pasir,
dan kerikil), sifat plastisitas butiran halus. Klasifikasi tanah bertujuan untuk membagi jenis
tanah pada beberapa golongan tanah dengan sifat dan kondisi yang serupa diberi simbol
nama yang sama.

Sebagian besar sistem klasifikasi tanah yang sudah dikembangkan dengan tujuan
rekayasa didasarkan pada sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi plastis
dan ukuran butiran. Ada dua buah sistem klasifikasi tanah yang biasa digunakan, yaitu
Sistem Klasifikasi AASHTO dan Sistem Klasifikasi USCS.

1. Sistem klasifikasi AASHTO AASHTO (American Association of State Highway and


Transportation Official) dikembangkan pada tahun 1929 dan terjadi beberapa
kali revisi sampai tahun 1945 dan dapat digunakan sampai sekarang, yang
disodorkan oleh Committee on Classification of Material for Subgrade and
Granular Tipe Road of the Highway Research Board (ASTM Standard No. D-
3282, AASHTO model M145). Tujuan sistem klasifikasi tanah ini untuk
menentukan kualitas tanah pada pekerjaan jalan yaitu tanah dasar (subgrade)
dan lapis dasar (sub-base).
2. Unified Soil Classification System (USCS) Sistem ini awalnya dikenalkan oleh
Casagrande,(1942) dan diperuntukkan pada pekerjaan pembuatan bandara
yang dilaksanakan oleh The Army Corps of Engineers selama saat Perang Dunia
II. Selanjutnya dalam rangka kerja sama dengan United States Bureau of
Reclamation tahun 1952, sistem ini disempurnakan. Menurut Das, (1995)
dalam (Astuti F. R. T., 2016). Kemudian American Society for Testing and
Materials (ASTM) memakai USCS sebagai metode standar sebagai pedoman
klasifikasi tanah. Saat ini, sistem USCS telah banyak digunakan dalam berbagai
penelitian dan pekerjaan geoteknik.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada jalan jorong Binu nagari kamang hilia kecamatan kamang
magek . Penelitian ini meninjau pekerjaan dinding penahan tanah. Untuk itu penulis ingin
membuat perencanaan dinding penahan tanah di jorong Binu nagari Kamang Mudiak
kecamatan Kamang magek ini.

3.2. Fungsi konstruksi


Untuk menahan tanah yang bergerak atau untuk mencegah longsoran tanah. Dinding
penahan tanah juga digunakan untuk menjaga kestabilan tanah di lereng atau di daerah
yang rawan longsor. Dan untuk mengetahui nilai kestabilan dinding penahan tanah dan
mencegah terjadinya longsor di daerah tersebut.
3.3. Prosedur pekerjaan

Beberapa tahapan dalam pelaksanaan pekerjaan dinding penahan tanah akan dibahas
sebagai berikut:
1. Mobilisasi dan Demobilisasi
Mobilisasi disini dapat dibagi dalam 4 (empat) kelompok, yaitu: mobilisasi personil
tenaga inti pelaksana, mobilisasi material, mobilisasi tenaga kerja dan mobilisasi peralatan.

a. Mobilisasi Personil Akan dilakukan oleh sebelum pekerjaan dimulai sampai


masa persiapan selesai. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pelaksana
dalam menyusun planning kerja setelah terlebih dahulu mengenal lapangan
dan melakukan identifikasi terhadap kemungkinan permasalahan yang timbul
nantinya selama waktu definitive pelaksanaan pekerjaan dimulai.

b. Mobilisasi Material dan Tenaga Kerja Mobilisasi material dan tenaga kerja
tidak dirinci disini, Karena penjelasan disini menitikberatkan pada rencana
mobilisasi alat berat.

c. Mobilisasi Alat Berat Mobilisasi alat berat akan dilakukan sesuai


kebutuhannya untuk pekerjaan yang akan segera dilakukan dilapangan.
Demobilisasi alat akan dilakukan setelah pekerjaan yang menggunakan alat
selesai dikerjakan dan setelah pekerjaan yang membutuhkan penggunaan
peralatan telah benar-benar selesai dilaksanakan.

2. Pembersihan
Lapangan Pembersihan di lakukan pada lokasi/pekerjaan, maupun lokasi untuk jalan
masuk kelokasi proyek, agar pelaksanaan pekerjaan nantinya dapat berjalan lancar. Semua
daerah yang ditempati bangunan atau yang dilewati jalur bangunan dibersihkan.

Pembersihan meliputi pembersihan pohon-pohon, sampah dan bahan lain yang


mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Hasil pembersihan itu akan ditempatkan diluar tempat
kerja atau dibuang, kecuali ada ketentuan lain sesuai petunjuk direksi.
3. Dewatering
Pekerjaan Dewatering atau pekerjaan pengeringan merupakan pekerjaan persiapan
saat melakukan pengecoran pekerjaan yang mempunyai elevasi dibawah permukaan air dan
dilakukan secara terus menerus hingga konstruksi pasangan maupun beton bertulang sudah
mengering dengan sempurna. Tidak dibenarkan melakukan pasangan batu maupun beton
dalam keadaan tergenang air. Pekerjaan dewatering dapat diartikan dalam dua ditinjauan.
Yang pertama adalah pengeringan lapangan kerja dari permukaan air hujan, banjir yang
masuk area galian. Yang kedua adalah karena peristiwa rembesan yang mengakibatkan air
berkumpul di area galian dan mengganggu pekerjaan. Penentuan metode dewatering harus
berdasarkan debit rembesan, sifat tanah, air tanah, ukuran dan dalam galian, daya dukung
tanah, tipe pondasi, desain dan fungsi struktur, dan rencana pekerjaan. Ada beberapa
metode pekerjaan dewatering yang akan dijelaskan sebagai berikut ini:

a) Open Pumping Metode ini masih dianggap sebagai teknik umum


diterima dimana kolektor digunakan untuk mengumpulkan air
permukaan (khususnya air hujan) dan rembesan dari tepi galian.
Fungsi kolektor adalah membuang air keluar dari galian.

b) Predrainage Prinsip metode tersebut adalah menurunkan muka air


tanah terlebih dahulu sebelum pekerjaan galian dimulai. Metode
tersebut digunakan apabila karakteristik dari tanah merupakan
tanah lepas, berbutir seragam, cadas lunak dengan banyak celah.
Debit rembesan cukup besar dan tersedia saluran pembuangan air,
slope tanah sensitif terhadap erosi atau mudah terjadi rotary slide,
tidak mempunyai efek mengganggu bangunan disekitarnya. Ada dua
jenis metode predrainage yaitu singlestage predrainage, multi stage
predrainage. Metode dewatering predrainage ada du jenis yaitu
well points, submersible pump.

c) Cut off Prinsip metode cut off adalah memotong aliran bidang air
tanah melalui cara mengurung daerah galian dengan dinding.
Metode ini perlu memperhitungkan dalamnya “D” tertentu agar
tidak terjadi rembesan air masuk ke dalam daerah galian. Dinding
cut off dapat menggunakan Stellsheet pile (tidak dipakai sebagai
struktur dinding permanen), Concrete diaphragma wall (sebagai
struktur dinding permanen), Concrete secant pile (dapat dipakai
sebagai dinding permanen). Metode cut off digunakan pada kondisi
yang sama dengan pemilihan predrainage. Dinding cut off
difungsikan juga sebagai penahan tanah atau sebagai dinding
basement.

4. Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah harus memperhatikan kedalaman galian, stabilitas lereng.
Beberapa metode galian tanah yaitu open cut dengan membentuk slope (cek tinggi kritis
dan kemiringan slope), sedangkan untuk lahan terbatas memerlukan dinding penahan tanah
sementara. Pekerjaan galian tanah dapat menggunakan tenaga manusia atau alat berat
yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Sebelum pelaksanaan dimulai terlebih dahulu
dilakukan pengukuran sehingga diperoleh titik patokan dan elevasi yang akurat.

5. Timbunan Tanah Galian


Tanah hasil galian akan didapatkan kembali menjadi tanggul setelah pekerjaan galian
dan konstruksi dalam galian selesai dilakukan. tanah timbunan dapat didatangkan atau dari
hasil galian setempat. Pemadatan tanah timbunan menggunakan alat bantu berupa balok
kayu, stamper.

6. Pasangan Batu Kali


Material utama pasangan batu kali yaitu batu kali dan mortar (semen, pasir, dan air)
sebagai pengikat antar pasangan batu. Sebelum memulai pelaksanaan pasangan batu kali,
dipastikan terlebih dahulu batu direndam dalam air. Campuran mortar disesuaikan dengan
perencanaan. Pasangan batu harus disusun rapi dan padat.
7. Pembesian

Dalam pekerjaan pembesian, baja tulangan harus memenuhi persyaratan dan


ketentuan yang berlaku kecuali tertulis pada gambar atau ditentukan direksi, bengkokan,
pengelasan selmut beton dan detail lainnya. Besi yang dipakai harus bebas pelumas, karat
dan kotoran. Diameter besi sesuai yang ditentukan, batang dengan berbagai ukuran agar
diberikan tanda yang jelas dan dikelompokan terpisah satu sama lainnya. Selimut pelindung
beton harus terjamin sesuai dengan gambar baik horisontal maupun vertikal dengan
memasang beton deck. Tulangan harus diikat erat dengan sedikitnya d (dua) kali putaran
dengan kawat beton 1.6 mm.

8. Bekisting
Pekerjaan bekisting mengikuti ketentuan SNI-03-2487-2002 Pasal 8.1 Perencanaan
cetakan. Bekisting harus menghasilkan akhir yang memenuhi bentuk, garis, dan dimensi
komponen struktur seperti yang disyaratkan pada gambar rencana dan spesifikasi.

9. Pengecoran Beton Pekerjaan


pengecoran beton mengikuti ketentuan SNI-03-2487-2002 Pasal 7 Kualitas,
pencampuran, dan pengecoran. Pencampuran campuran beton bisa menggunakan tenaga
manusia atau alat bantu mixer untuk volume pengecoran berskala besar. Ada beberapa cara
pengecoran antara lain yaitu pengecoran menggunakan bucked yang dimobilisasi oleh alat
bantu crane, dan pengecoran menggunakan spray concrete dengan bantuan compressor
sebagai alat pompa adukan dari truck mixer.

10. Back Drain Pekerjaan back drain atau drainase


punggung diperuntukan sebagai buangan air tanah yang tertahan oleh struktur. Untuk
memberi jalan untuk air tersebut, maka perlunya dibuatkan penyaring yang ditempat
sepanjang punggung struktur dan lubang pipa buangan di dasar struktur. Material penyaring
(filter) biasanya menggunakan ijuk. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah tanah tidak masuk
ke dalam pipa yang dapat menyebabkan penyumbatan.
3.4. Alat berat yang digunakan

Dinding penahan tanah merupakan suatu konstruksi yang dibangun untuk menahan
tanah yang memiliki kemiringan/lereng dimana kemantapan tanah tersebut tidak bisa
dijamin oleh tanah itu sendiri. Bangunan dinding penahan tanah dipergunakan untuk
menahan tekanan tanah lateral yang disebabkan oleh tanah urugan atau tanah asli yang
labil akibat kondisi topografinya.

Alat untuk pelaksanaan dinding penahan tanah :

1. Excavator
Selain penggunaannya untuk menggali tanah, excavator memiliki fungsi
lainnya antara lain untuk memindahkan material berat, meratakan tanah,
menancapkan batang pondasi, mengeruk sungai, dan banyak lagi lainnya.
2. Dump Truck
Dump truck merupakan kendaraan yang digunakan untuk mengangkut
material seperti kerikil, batu, pasir, tanah, hasil tambang dan material
lainnya. Untuk mengisi muatan dari dam truk ini biasanya digunakan alat
penguat untuk membongkar biasanya akan bekerja sendiri dari mobil
tersebut.
3. Vibro Roller
Fungsi utama alat ini adalah untuk memadatkan tanah di area konstruksi
melalui drum yang telah dilengkapi dengan sistem penggetar. Penggunaan
vibro roller bisa mempercepat proses penyiapan lahan sub grade dan base
course baik untuk material tanah, pasir, maupun kerikil.
4. Truck Mixer
Truck mixer ini berguna untuk mengangkut ready mix concrete dari batching
plant ke lokasi pengecoran. Biasanya truck mixer ini didalamnya diisi dengan
bahan material kering dan air yang proses pengadukan (pencampuran) bahan
material tersebut terjadi selama waktu transportasi ke lokasi pengecoran.
3.5. Perhitungan

3.5.1. Perhitungan Tekanan Tanah Lateral


Kondisi geologi tanah di Jorong binu nagari Kamang Mudiak Kecamatan Kamang Magek
di kategori sebagai tanah berbutir halus sampai kasar ( pasir dan tanah liat ), tanah
lempung lunak dan lempung keras. Untuk perhitungan Retaining Wall, diperlukan data
tanah dilapangan. Dikarenakan data dari hasil pengujian laboratorium yang diminta dari
kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan pada lokasi pembangunan Di Jorong Binu

Perhitungan berat sendiri bangunan sebagai berikut :


 Beton W1 = b1. h3. ℽc
= 0,3 𝑥 5 𝑥 2,4
= 3,6 𝑡𝑜𝑛

 Beton W2 = ½ (𝑏3 − 𝑏1)ℎ3 ℽ𝑐


= ½ (0,5 − 0,3)5 𝑥 2,4
= 1,2 𝑡𝑜𝑛

 Beton W3 = h2 b ℽ𝑐
= 0,5 𝑥 2,5 𝑥 2,4
= 3 𝑡𝑜𝑛
 Beton W4 = ½ (𝑏3 − 𝑏1)ℎ3 ℽ
= ½ (0,5 − 0,3)5 𝑥 1,6
= 0,8 𝑡𝑜𝑛

 Beton W5 = b4 h3 ℽ
= 0,5 𝑥 5 𝑥 1,6
= 4 𝑡𝑜𝑛

Perhitungan momen berat sendiri bangunan sebagai berikut


M = W lengan momen berat sendiri bangunan sebagai berikut ∶

 𝑀1 = 𝑊1 ((1/2 𝑏1) + 𝑏2)= 3,6((1/2𝑥 0,3) + 0,5


= 3,6((1/2𝑥 0,3) + 0,5
= 2,34 ton

 𝑀2 = 𝑊2 ((1/2 (𝑏3 − 𝑏1))) + 𝑏1 + 𝑏2)


= 1,2((1/2𝑥 0,3) + 0,5
= 2,24 ton

 𝑀3 = 𝑊3 (1/2 𝐵)
= 3((1/2𝑥 2,5)
= 3,75 ton
3.5.2. Desain Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever

untuk itu diperlukan analisis dimensi Retaining wall tipe kantilever sebagai berikut:
1. Lebar tapak (B) = 0,5-0,7 meter = 0,5 x 5 =2,5 meter
2. Tinggi Pasif (Df) = 1/3 . H = 1,5 meter
3. Lebar Atas (B1) = 0,3 meter
4. Tebal dinding = 0,3 – 0,5 m. saya gunakan 0,30 m
5. Tebal = 0,5 meter

Perhitungan Tekanan Tanah Aktif dan Tanah Pasif


Dari hasil pengujian laboratorium sampel tanah yang saya peroleh dari konsultan
perencana, terhadap titik sampel tanah di Jorong Binu pada kedalaman 1 m – 5 m pada
sampel 1
1. Berat jenis Tanah
𝑦 = 0,27 [𝑙𝑜𝑔 𝑅𝑓] + 0,36 [𝑙𝑜𝑔(𝑞𝑡/𝑝𝑎)] + 1,236
𝑦 = 0,27(0,824) + 0,36(2.241) + 1,236 𝑦 = 22,65 𝑘𝑁

2. Sudut geser Tanah


𝑡𝑎𝑛 ′ = 1 2,68 [𝑙𝑜𝑔 ( 𝑞𝑐 ′𝑣𝑜 ) + 0,29
𝑡𝑎𝑛 ′ = 17,6 = 11𝑙𝑜𝑔 (𝑄𝑡𝑛)
𝑡𝑎𝑛 ′ = 42

3. Kohesi
𝑐 = 𝑘.𝑀 / 𝑌.𝑤 𝑐 = 5

3.5.3. Tekanan tanah aktif Koefisien tekanan tanah tanah aktif


(Rankine) Ka = Tan2 (45 − ϕ 2 ) = 0,198
Tekanan tanah aktif 𝑝𝑎= 1 2 𝑥 108,4 − 0,06 = 50,08 kN
Garis kerja Pa dari dasar DPT 𝛶ₐ = 1 3 𝐻 = 1,67

3.5.4. Tekanan tanah pasif Koefisien tekanan tanah tanah pasif


(Rankine) Ka = Tan2 (45 + ϕ 2 ) = 0,198
Tekanan tanah pasif 𝑝 𝑝= 1 2 𝑥 149,45+ 45,20=119,92 𝑘𝑛
Garis kerja Pa dari dasar DPT 𝛶𝑝 = 1 3 𝐷𝑓 = 0,50

3.5.5. Stabilitas Akibat Guling (Overturning)


a. M penahan :
Total Berat ∑W = 221,70 kN ∑M Penahan = 391,72 kN
b. M pengguling momen pengguling pada tekanan tanah aktif
∑ M pengguling (50,08 x 1,67) = 83,47 kN c.
c. Cek stabilitas guling (overturning)
𝑆𝐹 = 391,72 83,47 = 4,69 > 2 (aman)
3.5.6. Stabilitas Terhadap Kapasitas Geser (Sliding)
Faktor aman untuk jenis tanah kohesif adalah F > 3. Dengan menggunakan rumus
(3.16) sampai rumus (3.20). perhitungan dilakukan sebagai berikut:
1. Mencari tahanan geser pada dasar pondasi 𝛿 = 0,75 𝑥 5 = 3,75 T
tahanan = (221,75 𝑥 𝑇𝑔3,75 ) + (30𝑥2,5) + 119,92 = 209,45 𝑘𝑁
2. Gaya penggeser Tpenggeser = 50,08 kN/m3
3. Cek stabilitas geser SFgeser = 209,45 50,08 = 4,18 > 1,5 (aman)

3.5.7. Stabilitas Terhadap daya dukung (Bearing Capacity)

Stabilitas terhadap daya dukung pada dinding penahan dihitung dengan menganggap
dasar dinding sangat kasar, sehingga sudut geser

a. Mnet
∑M penahan-∑M guling Mnet
= 391,72- 83,47 = 308,25 kN/m

b. X
Μnet/∑W X
= 308,72 /221,70 = 1,39 m
c. Esentrisitas
e = (B/2)-x
e = (2,5/2)-1,39 = -0,14

d. Tegangan Max
Qmax =(∑w/B)(1+(6e/B)
Qmax = (221,70/2,5)(1+(6x-0,14/2,5) = 58,80kN/m

e. Tegangan Minimum Qmin


= (∑w/B)(1-(6e/B)
= (181,20/2,5)(1-(6x-0,08/2,5) = 118,56 kN/m

f. Tekanan tanah
q = ℽ1 x Df
q = 18 x 1,5 = 27,00 kN/m

g. Lebar efektif
B`= B-(2e)
B`= 2,5-(2 x (-0,14)) = 2,78m

h. Faktor daya dukung


Nc = 5,00
Nq = 6,50
Nʏ = 1,60

Daya dukung ultimate


Ϥu =(C x Nc)+(q x Nq)+(1/2x(ʏ`-10)x Nʏ x B`)
Ϥu =(30 x 5,00)+(27,00 x 6,50)+(0,5 x(18-10) x 1,60 x 2,78) = 343,30 kN/m

i. Faktor keamanan terhadap daya dukung


SF =( Ϥu/ Ϥmax ) SF =343,30 / 58,80 = 5,84 > 3 (Aman)
SF daya dukung (SNI 8460:2017) = 3
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Hasil dari perencanaan maka diperoleh hasil stabilitas terhadap penggeseran
(Fgs) 4,18 > 1,5 (aman) stabilitas terhadap penggulingan (Fgl) 4,69 > 2 (aman)
stabilitas terhadap kapasitas dukung tanah (F) 5,84 > 3.(aman).

4.2. Saran
Dari hasil perhitungan bidang gelincir dan analisis dinding penahan tanah
pada lereng disarankan beberapa hal yaitu :
1. Perlu ditinjau apakah stabilitas lereng dapat dilakukan dengan melakukan
metode lain
2. Perlu ditinjau penggunaan dinding penahan tanah tipe lain untuk
menentukan tipe yang lebih efektif dan ekonomis
3. Perhitungan pada dinding penahan tanah ini hanya memperhitungkan
stabilitas terhadap bahaya geser, bahaya guling dan kapasitas dukung tanah
jika penelitian ini akan dijadikan penelitian lanjutan maka peneliti dapat
melanjutkan ke perhitungan penulangan, perhitungan penurunan dan
rencana anggaran biayanya
4. Dalam perencanaan perlu diperhitungkan drainase atau rembesan pada
dinding penahan tanah untuk mendukung stabilitasnya.

Anda mungkin juga menyukai