Perbup 65 Tahun 2018

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

SALINAN

BUPATI SUMEDANG
PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN BUPATI SUMEDANG

NOMOR 65 TAHUN 2018

TENTANG

TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PEMBAGIAN DANA BAGI HASIL PAJAK


DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH BAGI DESA DAN ALOKASI DANA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUMEDANG,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 96 ayat


(4) dan ayat (7) dan Pasal 97 ayat (3) dan ayat (4)
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, perlu mengatur
mengenai tata cara pengalokasian dan pembagian
dana bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah
bagi desa dan alokasi dana desa;
b. bahwa sehubungan dengan Peraturan Bupati Nomor 106
Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengalokasian Dana Bagi
Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bagi Desa dan
Alokasi Dana Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Bupati Nomor 49 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Bupati Nomor 106 Tahun 2015
tentang Tata Cara Pengalokasian Dana Bagi Hasil Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah bagi Desa dan Alokasi Dana
Desa sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan hukum maka perlu dilakukan
penyempurnaan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pengalokasian dan
Pembagian Dana Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah Bagi Desa dan Alokasi Dana Desa;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah dalam Lingkungan Propinsi
Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten
Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4575);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5717);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 701);
12. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pokok-
pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Sumedang Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 1)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Nomor 13 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pokok-
pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Nomor 13, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 7);
13. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun
2010 Nomor 8) sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2018
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Sumedang Tahun 2018 Nomor 1);
14. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang
Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah Kabupaten
Sumedang Tahun 2011 Nomor 3) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah
Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang Retribusi
Jasa Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang
Tahun 2017 Nomor 1);
15. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Retribusi Jasa Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten
Sumedang Tahun 2011 Nomor 4) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017
tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha (Lembaran
Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2017 Nomor 2);
16. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Retribusi Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah
Kabupaten Sumedang Tahun 2011 Nomor 5) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun
2013 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 5
Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu
(Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2011
Nomor 5);
17. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Sumedang (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang
Tahun 2016 Nomor 11);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA


PENGALOKASIAN DAN PEMBAGIAN DANA BAGI HASIL
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH BAGI DESA DAN
ALOKASI DANA DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Kementerian Keuangan adalah Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.
2. Daerah Kabupaten adalah Daerah Kabupaten Sumedang.
3. Bupati adalah Bupati Sumedang.
4. Pemerintah Daerah Kabupaten adalah Bupati sebagai
unsur penyelenggara Pemerintah Daerah yang memimpin
pelaksana urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
5. Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah adalah Badan
Pengelolaan Pendapatan Daerah KabupatenSumedang.
6. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Sumedang.
7. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa adalah Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten
Sumedang.
8. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disebut DBH adalah
dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah yang dialokasikan kepada
Desa berdasarkan angka persentase untuk
mendanai kebutuhan Desa.
10. Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
11. Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
12. Dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang selanjutnya disebut
DBH Pajak Daerah adalah dana yang bersumber dari
Pajak Daerah yang dibagihasilkan kepada Desa.
13. Dana Bagi Hasil Retribusi Daerah yang selanjutnya
disebut DBH Retribusi Daerah adalah dana yang
bersumber dari Retribusi Daerah yang dibagihasilkan
kepada Desa.
14. Dana Bagi Hasil Pajak Daerah suatu Desa yang
selanjutnya disebut DBHPD Desa-i adalah dana yang
bersumber dari Pajak Daerah yang dibagihasilkan
kepada suatu Desa.
15. Dana Bagi Hasil Retribusi Daerah suatu Desa yang
selanjutnya disebut DBHRD Desa-i adalah dana yang
bersumber dari Retribusi Daerah yang dibagihasilkan
kepada suatu Desa.
16. Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disebut ADD adalah
dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Daerah untuk
desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
Kabupaten setelah dikurangi dana alokasi khusus.
17. Dana Bagi Hasil Pajak adalah dana yang bersumber dari
realisasi pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
PerolehanHak atas Tanah dan Bangunan, Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan Pasal 29, Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri.
18. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau yang selanjutnya
disebut DBHCHT adalah dana yang bersumber dari cukai
hasil tembakau.
19. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak yang selanjutnya
disebut DBH Bukan Pajak/SDA adalah dana yang
bersumber dari pendapatan Provisi Sumber Daya Hutan
(PSDH), Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi (Royalti),
Pungutan Hasil Perikanan, Pertambangan Minyak
Bumi, Pertambangan Gas Bumi, Pertambangan Panas
Bumi yang dibagihasilkan kepada Desa.
20. Bobot Desa yang selanjutnya disebut BD adalah rasio
antara potensi Desa terhadap potensi seluruh Desa.
21. Bobot Desa pada suatu Desa, yang selanjutnya disebut
BDi adalah rasio antara realisasi pajak daerah/retribusi
daerah suatu Desa terhadap realisasi pajak daerah/
retribusi daerah.
22. Rasio adalah suatu angka digambarkan dalam suatu pola
yang dibandingkan dengan pola lainnya serta
dibandingkan dengan prosentase.

BAB II
TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PEMBAGIAN DANA BAGI
HASIL PAJAK DAERAH BAGI DESA

Bagian Kesatu
Jenis Pajak Daerah yang Dibagihasilkan

Pasal 2
Jenis Pajak Daerah yang dibagihasilkan meliputi:
a. pajak hotel;
b. pajak restoran;
c. pajak hiburan;
d. pajak reklame;
e. pajak penerangan jalan;
f. pajak mineral bukan logam dan batuan;
g. pajak parkir;
h. pajak sarang burung walet;
i. pajak air tanah;
j. bea perolehan hak atas tanah dan bangunan; dan
k. pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan.

Bagian Kedua
Perhitungan Dana Bagi Hasil Pajak Daerah Bagi Desa

Pasal 3
(1) Besarnya alokasi Pajak Daerah yang dibagihasilkan kepada
Desa bersumber dari rencana target pendapatan Pajak
Daerah yang tercantum dalam APBD Tahun Perencanaan.
(2) Data Pajak Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk perhitungan rasio pajaknya berdasarkan realisasi
penerimaan Pajak Daerah 2 (dua) tahun sebelumnya dari
tahun berkenaan yang bersumber dari Badan Pengelolaan
Pendapatan Daerah.

Pasal 4
(1)Rencana target pendapatan Pajak Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dibagi dengan imbangan:
a. 90% (sembilan puluh perseratus) untuk Pemerintah
Daerah Kabupaten; dan
b. 10% (sepuluh perseratus) untuk Desa.
(2) DBH Pajak Daerah untuk Desa sebesar 10% (sepuluh per
seratus) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dibagi dengan rincian:
a. 60% (enam puluh perseratus) dibagihasilkan
berdasarkan pemerataan; dan
b. 40% (empat puluh perseratus) dibagihasilkan
berdasarkan keadilan (proporsional).
(3) Alokasi DBH Pajak Daerah untuk Desa berdasarkan
pemerataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh
Desa.
(4) Alokasi DBH Pajak Daerah untuk Desa berdasarkan
keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dibagikan dengan proporsional untuk setiap Desa
berdasarkan Bobot Desa yang bersangkutan.

Pasal 5
Alokasi DBH Pajak Daerah bagi setiap Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) ditentukan berdasarkan:
a. target Pajak Daerah pada tahun perencanaan dari seluruh
Desa;
b. jumlah Desa; dan
c. Bobot Desa.

Pasal 6
(1) Formula perhitungan DBH Pajak Daerah bagi setiap Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yaitu sebagai
berikut:

(Target PD Tahun Perencanaan APBD x 10%) x 60%)


DBHPD Desa-i = ------------------------------------------------------------------------
Jumlah Desa
+ (Target PD Tahun Perencanaan APBD x 10%) x 40% x BDi)

Keterangan:
DBHPD Desa-i = Dana Bagi Hasil Pajak Daerah untuk
setiap Desa
Target PD Tahun = Target Pajak Daerah yang tercantum
Perencanaan APBD dalam rencana APBD

Bdi = Bobot setiap Desa, sebagai bahan


pembagian Pajak Daerah untuk setiap
Desa berdasarkan Realisasi
Penerimaan Pajak Daerah suatu Desa
2 (dua) Tahun sebelumnya.
(2) Formula perhitungan Bdi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yaitu sebagai berikut:

BD-i = Realisasi Desa-i + jumlah sambungan listrik Desa-i


Realisasi jumlah sambungan listrik
---------------------------------------------------------------------------------------
2
Keterangan:

Realisasi Desa-i = Realisasi pajak daerah di Desa-i 2 tahun


sebelumnya
Realisasi = Realisasi Pajak Daerah dikurangi
realisasi pajak daerah kelurahan 2
tahun sebelumnya
Jumlah sambungan = Jumlah sambungan listrik rumah tangga
Desa-i di Desa-i
Jumlah sambungan = Jumlah sambungan listrik rumah tangga
se-kabupaten
(3) Data jumlah rumah tangga per Desa untuk perhitungan
rasio pajak penerangan jalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) bersumber dari lembaga statistik pemerintah
dan/atau lembaga pemerintah yang berwenang
menerbitkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 7
Bobot Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dihitung
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. DBH Pajak Daerah dari Pajak Hotel dihitung berdasarkan
rasio dari realisasi Pajak Hotel suatu Desa terhadap
realisasi Pajak Hotel seluruh Desa ditetapkan 2 (dua)
tahun sebelumnya dari tahun berkenaan;
b. DBH Pajak Daerah dari Pajak Restoran dihitung
berdasarkan rasio dari realisasi Pajak Restoran suatu Desa
terhadap realisasi Pajak Restoran seluruh Desa ditetapkan
2 (dua) tahun sebelumnya dari tahun berkenaan;
c. DBH Pajak Daerah dari Pajak Hiburan dihitung
berdasarkan rasio dari realisasi Pajak Hiburan suatu Desa
terhadap realisasi Pajak Hiburan seluruh Desa ditetapkan
2 (dua) tahun sebelumnya dari tahun berkenaan;
d. DBH Pajak Daerah dari Pajak Reklame dihitung
berdasarkan rasio dari realisasi Pajak Reklame suatu Desa
terhadap realisasi Pajak Reklame seluruh Desa ditetapkan
2 (dua) tahun sebelumnya dari tahun berkenaan;
e. DBH Pajak Daerah dari Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan dihitung berdasarkan rasio dari realisasi Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan suatu Desa terhadap
realisasi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan seluruh
Desa ditetapkan 2 (dua) tahun sebelumnya dari tahun
berkenaan;
f. DBH Pajak Daerah dari Pajak Penerangan Jalan dihitung
berdasarkan rasio dari jumlah rumah tangga suatu Desa
terhadap jumlah rumah tangga seluruh Desa ditetapkan 2
(dua) tahun sebelumnya dari tahun berkenaan;
g. DBH Pajak Daerah dari Pajak Parkir dihitung berdasarkan
rasio dari realisasi Pajak Parkir suatu Desa terhadap
realisasi Pajak Parkir seluruh Desa ditetapkan 2 (dua)
tahun sebelumnya dari tahun berkenaan;
h. DBH Pajak Daerah dari Pajak Sarang Burung Walet
dihitung berdasarkan rasio dari realisasi Pajak Sarang
Burung Walet suatu Desa terhadap realisasi Pajak Sarang
Burung Walet seluruh Desa ditetapkan 2 (dua) tahun
sebelumnya dari tahun berkenaan;
i. DBH Pajak Daerah dari Pajak Air Tanah dihitung
berdasarkan rasio dari realisasi Pajak Air Tanah suatu
Desa terhadap realisasi Pajak Air Tanah seluruh Desa
ditetapkan 2 (dua) tahun sebelumnya dari tahun
berkenaan;
j. DBH Pajak Daerah dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan dihitung berdasarkan rasio dari realisasi Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan suatu Desa
terhadap realisasi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan seluruh Desa ditetapkan 2 (dua) tahun
sebelumnya dari tahun berkenaan; dan
k. DBH Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
dihitung berdasarkan rasio dari realisasi Pajak Bumi dan
Bangunan Pedesaan dan Perkotaan suatu Desa terhadap
realisasi Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan
Perkotaan seluruh Desa ditetapkan 2 (dua)
tahun sebelumnya dari tahun berkenaan.

Bagian Ketiga
Penetapan Pembagian Dana Bagi Hasil
Pajak Daerah Bagi Desa

Pasal 8
Dalam rangka perhitungan DBH Pajak Daerah Bagi Desa,
Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah melakukan
pengumpulan dan pengolahan data yang terdiri dari:
a. jenis Pajak Daerah;
b. realisasi penerimaan Pajak Daerah 2 (dua) tahun
sebelumnya dari tahun berkenaan; dan
c. data jumlah rumah tangga per desa.

Pasal 9
Besaran alokasi dan pembagian DBH Pajak Daerah bagi Desa
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 10
(1) Dalam hal realisasi penerimaan Pajak Daerah tidak sesuai
dengan perencanaan maka akan diperhitungkan kurang
salur atau lebih salur pada APBD Tahun Anggaran
berikutnya.
(2) Besaran Kurang salur atau lebih salur DBH Pajak Daerah
Bagi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.

BAB III
TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PEMBAGIAN DANA BAGI
HASIL RETRIBUSI DAERAH BAGI DESA

Bagian Kesatu
Jenis Retribusi Daerah yang Dibagihasilkan

Pasal 11
Jenis Retribusi Daerah yang dibagihasilkan meliputi:
a. retribusi jasa umum;
b. retribusi jasa usaha; dan
c. retribusi perizinan tertentu.
Bagian Kedua
Perhitungan Dana Bagi Hasil Retribusi Daerah Bagi Desa

Pasal 12
(1) Besarnya Alokasi Retribusi Daerah yang dibagihasilkan
kepada Desa, bersumber dari Rencana Target Retribusi
Daerah yang tercantum dalam APBD Tahun Perencanaan.
(2) Data Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) untuk perhitungan Retribusi Daerah yang
dibagihasilkan kepada desa bersumber dari data Badan
Pengelolaan Pendapatan Daerah.

Pasal 13
(1) Rencana Target Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (1) pembagiannya adalah dibagi
dengan imbangan:
a. 90% (sembilan puluh perseratus) untuk Pemerintah
Daerah; dan
b. 10% (sepuluh perseratus) untuk Desa.
(2) DBH Retribusi Daerah untuk Desa sebesar 10% (sepuluh
per seratus) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dibagi dengan perincian sebagai berikut:
a. 60% (enam puluh perseratus) dibagihasilkan
berdasarkan pemerataan;
b. 40% (empat puluh perseratus) dibagihasilkan
berdasarkan keadilan.
(3) Alokasi DBH Retribusi Daerah bagi Desa berdasarkan
pemerataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh
Desa.
(4) Alokasi DBH Retribusi Daerah bagi Desa sebagaimana
berdasarkan keadilan dimaksud pada ayat (2) huruf b
dibagikan dengan proporsional untuk setiap Desa
berdasarkan Bobot Desa yang bersangkutan.

Pasal 14
(1) Bobot Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (4)
dihitung dengan ketentuan rasio jumlah penduduk suatu
Desa terhadap jumlah penduduk seluruh Desa.
(2) Data jumlah penduduk per Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bersumber dari data kependudukan atas
rekomendasi/pengesahan Kementerian Keuangan.

Pasal 15
(1) DBH Retribusi Daerah untuk suatu Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dialokasikan
berdasarkan formula yang terdiri dari target retribusi jasa
umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan
tertentu se-Kabupaten Sumedang setelah dikurangi target
jenis pungutan retribusi daerah yang tercantum dalam
APBD Tahun Perencanaan yang tidak akan dibagihasilkan
kepada Desa.
(2) Retribusi Daerah yang tidak akan dibagihasilkan kepada
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu Retribusi
Daerah yang bersifat in out sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 16
Formula perhitungan DBH Retribusi Daerah bagi suatu
Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 yaitu sebagai
berikut:
(Target tahun Perencanaan APBD RD x 10% ) x 60% )
DBHRD Desa-i = ------------------------------------------------------------ +
Jumlah Desa

(Target RD x 10% ) x 40% x BDi)

Bagian Ketiga
Penetapan dan Pembagian Dana Bagi Hasil
Retribusi Daerah Bagi Desa

Pasal 17
Dalam rangka perhitungan DBH Retribusi Daerah bagi Desa,
Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah melakukan
pengumpulan dan pengolahan data yang terdiri dari:
a. jenis Retribusi Daerah;
b. data Retribusi Daerah; dan
c. data jumlah penduduk.

Pasal 18
Besaran Alokasi dan pembagian DBH Retribusi Daerah bagi
Desa ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 19
(1) Dalam hal realisasi penerimaan Retribusi Daerah tidak
sesuai dengan perencanaan maka akan diperhitungkan
kurang salur atau lebih salur pada APBD Tahun Anggaran
Berikutnya.
(2) Besaran kurang salur atau lebih salur DBH Retribusi
Daerah bagi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB IV
TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PEMBAGIAN ALOKASI
DANA DESA

Bagian Kesatu
Sumber Alokasi Dana Desa

Pasal 20
(1) Alokasi Dana Desa bersumber dari Dana Perimbangan
terdiri dari:
a. Dana Bagi Hasil Pajak, meliputi:
1. Dana Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan;
2. Dana Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
21 dan Pasal 29, Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri;
b. DBHCHT;
c. DBH Bukan Pajak/SDA, meliputi:
1. Dana Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan
(PSDH);
2. Dana Bagi Hasil dari Iuran Eksplorasi dan
Eksploitasi (Royalti);
3. Dana Bagi Hasil dari Pungutan Hasil
Perikanan;
4. Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi;
5. Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Gas
Bumi; dan
6. Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi.
d. dana alokasi umum; dan
e. dana alokasi khusus.
(2) Data jumlah pendapatan jenis Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum dan Dana Alokasi Khusus untuk ADD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari data
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun
perencanaan.
Bagian Kedua
Perhitungan Alokasi Dana Desa

Pasal 21
(1) ADD dialokasikan p a l i n g sedikit sebesar 10%
(sepuluh perseratus) dari rencana target penerimaan Dana
Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana
Alokasi Khusus dan Dana Alokasi Umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 dikurangi Dana Alokasi
Khusus.
(2) ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagikan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. 90% (sembilan puluh perseratus) dari jumlah ADD
dialokasikan berdasarkan asas pemerataan, yaitu
besarnya bagian ADD sama besar untuk setiap Desa
yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Minimal
(ADDM);
b. 10% (sepuluh perseratus) dari jumlah
ADD dialokasikan berdasarkan asas keadilan, yaitu
besarnya bagian ADD dibagi secara proporsional untuk
setiap Desa berdasarkan nilai BD yang selanjutnya
disebut Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP).
Pasal 22
(1) Formula Perhitungan ADD setiap Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) yaitu sebagai berikut:
DBH Pajak + DBH SDA + DAU + DAK) - DAK ) x 10% } x 90%
ADD i = ------------------------------------------------------------------------
Jumlah Desa

+ {(DBH Pajak + DBH SDA + DAU + DAK ) -DAK ) x 10%} x 10% x


BDi
(2) Formula perhitungan nilai BDi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yaitu sebagai berikut:

BDi = (a1 K Jumlah Penduduk + a2 Kemiskinan + a3 K Luas


Wilayah + a4 K Tingkat Kesulitan Geografis + a5 K Kebutuhan
Penghasilan)

Bagian Ketiga
Penetapan dan Pembagian Alokasi Dana Desa

Pasal 23
Dalam rangka perhitungan besaran ADD bagi setiap Desa,
Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah melakukan
pengolahan data yang terdiri dari:
a. data jumlah jenis Dana Bagi Hasil Pajak, DBHCHT, DBH
Bukan Pajak/SDA, dana alokasi umum dan dana alokasi
khusus;
b. data jumlah penduduk;
c. data luas wilayah;
d. data indeks pentahapan keluarga sejahtera;
e. data tingkat kesulitan geografis Desa; dan
f. data kebutuhan penghasilan tetap.

Pasal 24
Besaran ADD bagi setiap Desa ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.

Pasal 25
(1) Dalam hal realisasi penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak,
DBHCHT, DBH Bukan Pajak/SDA, Dana Alokasi Umum
dan Dana Alokasi Khusus tidak sesuai dengan
perencanaan maka akan diperhitungkan kurang salur
atau lebih salur pada APBD Tahun Anggaran berikutnya.
(2) Besaran kurang salur atau lebih salur ADD bagi setiap
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan
Bupati Nomor 106 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pengalokasian dan Pembagian Dana Bagi Hasil Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah bagi Desa dan Alokasi Dana Desa
(Berita Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2015 Nomor 106)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Nomor 49
Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Nomor
106 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengalokasian dan
Pembagian Dana Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah bagi Desa dan Alokasi Dana Desa (Berita Daerah
Kabupaten Sumedang Tahun 2017 Nomor 49) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 27
Peraturan Bupatiini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya
dalam Berita daerah Kabupaten Sumedang.

Ditetapkan di Sumedang
pada tanggal 15 November 2018

BUPATI SUMEDANG,

ttd

DONY AHMAD MUNIR

Diundangkan di Sumedang
pada tanggal 15 November 2018

Pj. SEKRETARIS DAERAH


KABUPATEN SUMEDANG,

ttd

AMIM

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2018 NOMOR 68

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BAGIAN HUKUM,

ttd

UJANG SUTISNA
NIP. 19730906 199303 1 001

Anda mungkin juga menyukai