4c Amanda Fatimah 7420121116
4c Amanda Fatimah 7420121116
4c Amanda Fatimah 7420121116
Amanda Fatimah
[email protected]
Abstract
ABSTRACT The existence or presence of micro, small and medium enterprises (“UMKM”)
has an economic, social, and political impact. Goods or services produced from UMKM activities
have economic value and are cheap. UMKM has advantages, one of which is having a strategic
role in dealing with the ups and downs of the economy in Indonesia. Licensing is needed to
guarantee the business activities of UMKM actors. Licensing is very important for UMKM players
considering the increasingly global business competition and currently entering the process of
economic liberalization. It is clear in Government Regulation Number 7 of 2021 concerning Ease,
Protection, and Empowerment of Cooperatives and Micro, Small and Medium Enterprises, that in
order to increase national economic growth, empowerment and licensing of UMKM is needed.
The method used in this paper is normative juridical. The legal issue that will be examined in this
paper is regarding the licensing of UMKM that provide legal protection and create a welfare
state. UMKM licensing as a form of legal protection has an important value and has an impact,
namely the business becomes legal, is provided with legal assistance, is used for capital
applications with the aim of improving the quality and quantity of products and being able to
compete with products from within and outside the country, access to business assistance from
the government, and empowerment or supervision from the government so as to create a welfare
state.
Abstrak
Eksis atau hadirnya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (“UMKM”) memberikan
dampak dari segi ekonomi, sosial, dan politis. Barang atau jasa yang dihasilkan dari kegiatan
UMKM memiliki nilai yang ekonomis dan murah. UMKM memiliki kelebihan salah satunya yaitu
memiliki peran yang strategis dalam menghadapi pasang surutnya ekonomi di Indonesia.
Dibutuhkan perizinan untuk menjamin kegiatan usaha dari pelaku UMKM. Perizinan sangat
penting untuk pelaku UMKM mengingat persaingan usaha yang semakin mendunia dan saat ini
sudah memasuki proses liberalisasi ekonomi. Jelas sudah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7
Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dibutuhkan
pemberdayaan dan perizinan UMKM. Metode yang dipakai dalam tulisan ini yuridis normatif. Isu
hukum yang akan diteliti dalam tulisan ini adalah mengenai perizinan UMKM yang memberikan
perlindungan hukum dan mewujudkan negara kesejahteraan. Perizinan UMKM sebagai bentuk
1
Jurnal Hukum Perizinan
perlindungan hukum memiliki nilai yang penting dan memberikan dampak yaitu usahanya
menjadi legal, diberikan pendampingan hukum, digunakan untuk pengajuan permodalan dengan
tujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas produk dan bisa bersaing dengan produk dari dalam
dan luar negeri, akses pendampingan usaha dari pemerintah, dan pemberdayaan atau
pengawasan dari pemerintah sehingga dapat mewujudkan negara kesejahteraan.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran masyarakat untuk andil pada pembangunan nasional dan peningkatan pertumbuhan
ekonomi dapat dilakukan dengan menjalankan atau menjadi pelaku usaha mikro, kecil, dan
menengah (“UMKM”). Posisi UMKM menjadi begitu penting dan strategis dalam perekonomian
nasional. Eksistensi UMKM dalam perekonomian nasional begitu dominan, dengan alasan jumlah
industri yang besar dan ada pada tiap sektor ekonomi, berpotensi menciptakan lapangan
pekerjaan, dan besarnya kontribusi UMKM kepada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
(Sarfiah, 2019). Keberadaan UMKM tidak dapat dihilangkan dari kehidupan masyarakat bangsa
Indonesia saat ini. Dari keberadaannya UMKM dapat memberikan manfaat salah satunya yaitu
menjadi mata pencaharian untuk bertahan hidup. Manfaat lainnya yaitu mampu menciptakan
kreatifitas yang sejalan dengan usaha untuk mempertahankan dan mengembangkan tradisi
kearifan lokal daerah tempat dijalaninya UMKM. Sisi lain dari keberadaan UMKM yaitu dapat
memberikan lapangan pekerjaan yang luas mengingat penduduk Indonesia banyak dan
menempati urutan keempat di dunia (Anggraeni, 2013). Hadirnya UMKM dapat mengurangi angka
pengangguran. Dengan begitu keberadaan UMKM dapat kita ketahui bahwa UMKM bersifat padat
karya, menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dipahami oleh para tenaga kerja.
Jumlah UMKM di Indonesia sebanyak 64.194.057 atau 99,99% dari jumlah usaha di Indonesia
(Sumampouw, 2021). Data tersebut membuktikan memang UMKM pasar yang sangat potensial
dan menjadi tulang punggung pertumbuhan perekonomian Indonesia dengan kontribusi Produk
Domestik Bruto sebesar 65% atau Rp 2.394,5 triliun yang dihasilkan UMKM pada tahun 2019
(Sumampouw, 2021).
Indonesia merupakan negara berkembang. Dengan status sebagai negara berkembang
Indonesia terus gencar membangun perekonomian melalui UMKM. Cara yang dilalui dalam
membangun perekonomian melalui UMKM adalah pemerintah terus membuat regulasi dan
kebijakan mengenai pengembangan UMKM. UMKM merupakan stimulan perekonomian negara
berkembang maka tidak heran saat Indonesia mengalami krisis ekonomi tahun 1997-1998 pelaku
UMKM tidak terkena dampak dari krisis tersebut (Sumampouw, 2021). Selain itu UMKM juga
memiliki keunggulan yang tidak dimiliki perusahaan besar yaitu kemudahan inovasi teknologi
dalam pengembangan produk, UMKM tidak memerlukan modal yang besar seperti yang
dibutuhkan dalam membangun usaha besar, memanfaatkan potensi sumber daya lokal sehingga
bisa mandiri, kemampuan menciptakan lapangan pekerjaan, mudah beradaptasi atau fleksibel
menghadapi kondisi pasar tidak seperti perusahaan besar yang biasanya birokratis, terdapat
dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan, mudah dijalankan oleh masyarakat lokal
sehingga dapat mengembangkan SDM, tersebar di perkotaan maupun pedesaan sehingga
2
Jurnal Hukum Perizinan
merupakan alat pemerataan yang efektif. Sektor UMKM juga memiliki peran dalam pemerataan
dan peningkatan pendapatan, menjadi pilar pertumbuhan ekonomi, dan mewujudkan stabilitas
nasional (Wardani, 2017).
Selain memiliki keunggulan yang telah diuraikan tadi, sektor UMKM memiliki masalah dalam
kegiatan usahanya. Seperti sulit mendapatkan perizinan berusaha, sulitnya akses mendapatkan
modal, kurang menguasai teknologi, sulit mendapatkan informasi tentang pasar, kualitas SDM
yang relatif rendah, dan iklim usaha yang belum menunjang secara maksimal (Wardani, 2017).
Selain hal tadi, keterbukaan pasar dan liberalisasi ekonomi di era globalisasi yang menjadi
penghambat berkembangnya UMKM. Seperti yang dikaji oleh Bank Indonesia (Sumampouw,
2021), bahwa masalah yang mengintai sektor UMKM yaitu pelaku UMKM sulit mendapatkan izin,
pelaku UMKM yang kurang memiliki kemampuan mengelola keuangan, tidak ada ketepatan waktu
dan jumlah perolehan kredit yang sedikit, dan tidak terampilnya tenaga kerja yang bekerja di
sektor UMKM. Masalah yang disebutkan tadi semakin menjadi dengan situasi globalisasi dan
liberalisasi yang menyulitkan berkembangnya UMKM untuk lebih optimal. Terbukanya pasar
global dan liberalisasi ekonomi pada era globalisasi ini, UMKM harus menghadapi keadaan
tersebut dengan melakukan peningkatan kualitas produksi dengan adanya kreativitas serta inovasi
untuk mengembangkan usahanya agar bisa bertahan. UMKM juga dituntut untuk menjaga kualitas
dan standar produknya demi bisa bertahan dan dapat diterima oleh pasar secara global. Ketatnya
persaingan dengan keterbukaan pasar di dalam negeri dan luar negeri telah menginisiasi
pemerintah untuk segera melakukan pemberdayaan dan perlindungan untuk memajukan dan
memandirikan UMKM. Untuk mengatasi dan menghadapi masalah yang ada pada sektor UMKM,
pemberdayaan dan perlindungan hukum harus diselenggarakan untuk pelaku UMKM mengingat
sudah memasuki era globalisasi dan pasar global semakin terbuka. Pemberdayaan dan
perlindungan hukum untuk pelaku UMKM dilakukan dalam rangka memajukan dan
mengembangkan sektor UMKM dengan memberikan kemudahan perizinan usaha sehingga
terwujudnya negara kesejahteraan. Perlu ada peran perlindungan dan pemberdayaan untuk
memajukan sektor UMKM dari pemerintah dengan memberikan kemudahan perizinan sehingga
bisa mewujudkan negara kesejahteraan.
Salah satu aspek penting untuk memajukan sektor UMKM adalah legalitas usaha dengan
diberikannya perizinan. Perizinan sangat penting bagi UMKM karena memberikan dampak positif
untuk pelaku UMKM. UMKM perlu mendapatkan pemberdayaan dan perlindungan dalam
diberikannya kemudahan perizinan untuk menghadapi keterbukaan pasar global sehingga UMKM
mendapatkan penguatan kapasitas sumber daya manusia, modal, pelatihan, promosi, dan iklim
usaha yang kondusif. Izin adalah suatu keputusan administrasi negara yang memperkenankan
sebuah perbuatan yang sebelumnya dilarang dilakukan tetapi diperbolehkan dan bersifat konkret
(Suhayati, 2016). Dengan diberikannya izin maka dapat memberikan kontribusi positif terhadap
efektifitas ekonomi terutama dalam mencari pendapatan asli daerah, pendapatan untuk negara,
dan mendorong laju investasi. Izin yang dikeluarkan oleh pemerintah memiliki tujuan yaitu
menciptakan kondisi yang aman dan tertib agar dalam kegiatannya sesuai dengan apa yang
diperuntukkan (Suhayati, 2016). Dilansir dari bisnisUKM (2017), bahwa lebih dari 60% pelaku
UMKM belum memiliki izin usaha dan dominan beralasan masih sulit mengurusnya. Pada sektor
usaha mikro menurut data dari International Finance Corporation (IFC) di tahun 2016, terdapat
79% usaha mikro belum memiliki izin atau bersifat informal (Wartaekonomi.co.id, 2021).
3
Jurnal Hukum Perizinan
Perizinan usaha untuk UMKM sudah diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (“PP No.7 Tahun 2021”). PP No.7 Tahun 2021 merupakan aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (“UUCK”). Sebelumnya UMKM diatur
di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM (UU UMKM). UU UMKM
sepanjang diberlakukannya sebagai pedoman dalam kegiatan UMKM dirasa belum cukup
memberikan solusi dari berbagai macam masalah yang mengintai pelaku UMKM. Hadirnya UUCK
dan PP No.7 Tahun 2021 merupakan kerja nyata dari pemerintah demi meningkatkan investasi
dan menciptakan lapangan pekerjaan dan UUCK ini menyempurnakan dari UU UMKM yang dinilai
belum mampu menyelesaikan masalah UMKM di Indonesia. Konsideran UUCK menyebutkan
bahwa pemberian kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan UMKM diletakkan pada susunan
terdepan bersama-sama dengan koperasi, termasuk peningkatan perlindungan dan kesejahteraan
pekerja.
Dengan sektor UMKM diberikan izin oleh pemerintah, maka pelaku usaha sudah diakui dan
dianggap sebagai pihak yang memiliki kesanggupan atau kompetensi untuk melakukan praktik
usaha. Adapun tujuan dari perizinan adalah adanya sebuah kepastian hukum, perlindungan
kepentingan umum, dan terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Perizinan dibutuhkan sebagai
bentuk pemberdayaan dan perlindungan hukum untuk UMKM di seluruh Indonesia dan
bagaimana pengaturannya mengenai perizinan usaha untuk UMKM sebagai senjata untuk
menghadapi berbagai problematika yang mengintai pelaku UMKM. Begitu kompleksnya masalah
yang mengintai UMKM untuk dapat berdaya saing di era liberalisasi ekonomi ini tentunya
memerlukan penanganan berupa pemberdayaan dan kemudahan perizinan, mengingat hal ini
berkaitan dengan kesejahteraan umum atau rakyat. Perlindungan hukum mesti dilakukan dan
diberikan kepada pelaku UMKM agar dapat berkembang dan bersaing kuat di era globalisasi dan
keterbukaan pasar. Perlindungan hukum untuk UMKM harus dilakukan karena memiliki arti
penting yaitu UMKM merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi, UMKM memiliki potensi
yang baik untuk berkembang sehingga bisa terjun langsung ke pasar global, dan adanya
ketangguhan dan kemandirian usaha, maka ekonomi rakyat ini mempunyai prospek yang cerah
dalam menghadapi perekonomian sistem pasar bebas. Jika perlindungan hukum untuk UMKM
tidak ada, maka UMKM di Indonesia menjadi sulit berkembang.
4
Jurnal Hukum Perizinan
perizinan UMKM sebagai bentuk pemberdayaan dan perlindungan hukum dan mewujudkan
negara kesejahteraan.
Dalam tulisan ini digunakan bahan-bahan dari berbagai bahan atau sumber yaitu bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer yang
digunakan adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Bahan hukum sekunder adalah penjelasan lanjut dari bahan hukum primer seperti hasil
penelitian, tulisan dari kalangan hukum atau jurnal hukum, dan buku yang penulis dapatkan dari
buku yang penulis miliki, Google Cendekia, dan Google Browser.
Penelusuran jurnal yang dilakukan penulis didapati dengan kata kunci: UMKM, perizinan usaha,
pemberdayaan, perlindungan, dan negara kesejahteraan. Serta mendapatkan angka jumlah
UMKM di Indonesia, besarnya PDB dari kegiatan, dan data angka lainnya penulis dapatkan dari
Badan Pusat Statistik Indonesia dan laman berita yang terpercaya. Bahan hukum tersier adalah
penjelasan lanjutan dari bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus, ensiklopedia, indeks
kumulatif, dan seterusnya.
II. PEMBAHASAN
Agar perekonomian nasional berkesinambungan, pemerintah perlu mengembangkan ekonomi
rakyat dengan berhasil. Perkembangan ekonomi rakyat yang optimal akan menjadi pertahanan
yang kuat untuk menghadapi keterbukaan pasar di era globalisasi. Sesuai dengan nawacita yang
diprakarsai Presiden Republik Indonesia Bapak Ir. Joko Widodo pada poin 6 dan poin 7 yaitu
“Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional” dan “Mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor ekonomi strategis”, maka kemandirian
ekonomi perlu dilakukan agar kuat dalam menggerakan sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia
(Kominfo.go.id, 2015),. Dalam menggerakan roda perekonomian Indonesia perlu diwujudkan
dengan upaya bangun ekonomi yang berdiri di atas kemandirian rakyat. UMKM menjadi andalan
utama bagi tenaga kerja di Indonesia. UMKM menjadi sektor usaha yang dominan di Indonesia
karena UMKM relatif tidak membutuhkan banyak modal dan tidak mengharuskan mempunyai
keterampilan yang tinggi. Perlu ada peran perlindungan dan pemberdayaan untuk memajukan
sektor UMKM dari pemerintah dengan memberikan kemudahan perizinan sehingga terwujudnya
negara kesejahteraan (Suhayati, 2016).
UMKM merupakan unit usaha produktif yang memiliki sifat berdiri sendiri atau mandiri yang
biasa dilaksanakan baik perorangan maupun badan usaha. UMKM terdiri dari usaha mikro, usaha
kecil, dan usaha menengah. Yang membedakan dari ketiga unit sektor tersebut adalah didasarkan
pada niat aset awal usaha tersebut (tidak termasuk bangunan dan tanah), penghasilan rata-rata
pertahun, dan jumlah pekerja tetap.
Agar usaha pada sektor UMKM berjalan dengan lancar dan memberikan dampak positif
terhadap perekonomian Indonesia maka UMKM tersebut harus memiliki legalitas usaha yang jelas.
Banyak dari pelaku UMKM yang masih berpikir bahwa perizinan hanya diperlukan untuk
perusahaan besar, dengan begitu pelaku UMKM masih mengesampingkan soal legalitas. Selain itu,
masih banyak juga yang berpikir bahwa mengurus izin usaha adalah hal yang rumit dan memakan
banyak waktu (Kusmanto & Warjio, 2019). Izin adalah suatu keputusan administrasi negara yang
5
Jurnal Hukum Perizinan
daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan
pengembangan usaha terhadap UMKM sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri. Lalu tujuan pemberdayaan UMKM dijelaskan pada Pasal 5 UU UMKM
yaitu mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan,
menumbuhkan dan mengembangkan UMKM dalam rangka menjadi sektor yang tangguh dan
mandiri, dan meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan
kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Dengan diaturnya pemberdayaan di UU UMKM, mewajibkan bagi pemerintah untuk melaksanakan
atau menyelenggarakan pemberdayaan untuk UMKM dengan mengacu pada prinsip
pemberdayaan UMKM yang diatur dalam Pasal 4 UU UMKM untuk merealisasikan tujuan yang
sudah ditentukan pada Pasal 5 UU UMKM. Mengenai kewajiban pemerintah untuk
memberdayakan UMKM diatur lebih lanjut pada PP No.7 Tahun 2021, pada Pasal 2
mengamanatkan kepada pemerintah untuk melakukan pemberdayaan dengan cara memberikan
pembinaan dan pemberian fasilitas. Tugas pemberdayaan dilakukan oleh pemerintah melalui
Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan dilakukan secara terpadu
dengan lembaga lainnya, seperti yang dijelaskan dalam Pasal 94 PP No.7 Tahun 2021. Dengan
dimudahkannya perizinan menandakan pemerintah telah melakukan pemberdayaan kepada
pelaku UMKM.
Selain pemberdayaan, dimudahkannya perizinan adalah bentuk perlindungan hukum dari
pemerintah untuk pelaku UMKM. Perlindungan hukum mesti dilakukan dan diberikan kepada
pelaku UMKM agar dapat berkembang dan bersaing kuat di era globalisasi dan keterbukaan pasar.
Perlindungan hukum diatur di dalam Pasal 48 sampai Pasal 52 PP No.7 Tahun 2021. Dijelaskan
bahwa baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib menyediakan layanan bantuan
dan pendampingan hukum kepada pelaku UMKM dan tidak dipungut biaya, serta layanan
pendampingan hukum meliputi penyuluhan hukum, konsultasi hukum, mediasi, penyusunan
dokumen hukum, dan pendampingan di luar pengadilan. Tetapi dibutuhkan perizinan jika pelaku
UMKM ingin mendapatkan bantuan hukum. Karena dalam Pasal 49 menjelaskan salah satu syarat
mendapatkan bantuan adalah adanya nomor induk berusaha (NIB). Tentunya untuk mendapatkan
NIB harus melalui tahapan perizinan usaha. Dalam Pasal 50 dijelaskan pemerintah wajib
memberikan bantuan pembiayaan jika pelaku UMKM meminta bantuan hukum kepada pihak lain
seperti pengacara, lembaga bantuan hukum, dan perguruan tinggi. Jika menggunakan bantuan
hukum dengan pihak lain, maka pelaku UMKM bisa mendapatkan pendampingan hukum berupa
konsultasi hukum, mediasi, penyusunan dokumen hukum, dan pendampingan di luar dan di dalam
pengadilan. Agar UMKM bisa berjuang, berkembang, dan maju di era globalisasi dan keterbukaan
pasar, diperlukan perlindungan hukum. Perlindungan hukum ini penting dilakukan mengingat
UMKM memiliki peran vital yaitu UMKM termasuk salah satu pilar pembangunan ekonomi yang
diawasi dan dibina langsung dari pemerintah, UMKM mempunyai potensi besar untuk
berkembang dan maju dengan baik sehingga bisa dipersiapkan untuk terjun dan bersaing ke arena
ekonomi global ,dan UMKM memiliki ciri tersendiri yaitu bercirikan ketangguhan dan kemandirian
usaha (Sumampouw, 2021).
Diberikannya kemudahan perizinan usaha untuk pelaku UMKM merupakan bentuk
pemberdayaan dan perlindungan hukum dari pemerintah. Dimudahkannya perizinan untuk UMKM
harus dilakukan mengingat UMKM menjadi sektor utama atau tulang punggung perekonomian
7
Jurnal Hukum Perizinan
Indonesia. UMKM memiliki peran untuk membuka lapangan pekerjaan bagi 96,87% angkatan kerja
di Indonesia dan memiliki peran dalam keberlanjutan dan keberlangsungan perekonomian
Indonesia. Terbukti bahwa UMKM telah memberikan andil terhadap produk domestik bruto (PDB)
nasional pada tahun 2019 sebesar Rp. 2.394,5 triliun atau 65% (Sumampouw, 2021). Dengan
besarnya andil UMKM terhadap PDB menandakan sektor UMKM begitu bermanfaat dan dengan
dikembangkannya UMKM melalui pemberdayaan dan perlindungan maka kesejahteraan
masyarakat dapat terwujud dan tentunya mendukung pertumbuhan perekonomian daerah dan
nasional. Teguh Sulistia menyatakan pemberdayaan UMKM memiliki arti penting dalam ikhtiar
pengembangan ekonomi nasional dan memiliki peran yaitu mensejahterakan masyarakat.
Alasannya yaitu UMKM menjadi salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang dilindungi
pemerintah, sektor UMKM memiliki potensi dan peluang untuk besar dan bisa bersaing di pasar
bebas, dan UMKM sudah memiliki jiwa kemandirian usaha.
Pembangunan ekonomi yang dilakukan negara berkembang pada umumnya memiliki tujuan
untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang nanti hasilnya dapat dirasakan masyarakat
sehingga masyarakat sejahtera. Contohnya adalah terbuka luasnya lapangan pekerjaan yang
bertujuan untuk pemerataan distribusi pendapatan dan tentunya mengurangi angka
pengangguran. Negara berkembang memiliki masalah utama yang dihadapi negara tersebut
sampai saat ini yaitu bagaimana mengelola dan memanfaatkan penduduk terutama angkatan
kerja yang banyak dan dari angkatan kerja tersebut kebanyakan unskilled. Sehingga menjadi
bencana pembangunan bukan modal pembangunan untuk negara tersebut.
Dengan diberdayakan dan dilindunginya UMKM melalui kemudahan perizinan usaha, maka
bisa terwujud negara kesejahteraan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa UMKM
memberikan untuk memecahkan masalah yang biasa ada di negara berkembang. Jika masyarakat
sejahtera tentu pertumbuhan ekonomi meningkat sehingga Indonesia bisa meningkat statusnya
menjadi negara maju dan menjadi negara kesejahteraan. Indonesia memang menganut negara
kesejahteraan, namun konsep tersebut belum dirasakan masyarakat luas. Negara kesejahteraan
dianut oleh Republik Indonesia dengan bukti negara kesejahteraan banyak diatur dalam konstitusi
yaitu UUD NKRI Tahun 1945. Terhitung ada 14 pasal yang mengatur negara kesejahteraan di UUD
NRI Tahun 1945. Rakyat mempunyai keabsahan untuk meminta dan mewujudkan kesejahteraan
rakyat kepada pemerintah. Sebuah kewajiban bagi pemerintah untuk memenuhi kesejahteraan
rakyat. Dengan begitu rakyat bisa menuntut apa yang menjadi haknya yang telah diundangkan
dalam UUD NRI Tahun 1945 (Elviandri, 2019).
Konsepsi negara kesejahteraan merupakan acuan pemikiran dalam mengembangkan dan
memajukan sistem ekonomi kerakyatan. Artinya negara kesejahteraan dalam konsepnya
terkandung nilai-nilai keadilan yang menjadi roh pembangunan ekonomi. Negara kesejahteraan
memiliki ciri-ciri yang dijelaskan oleh Muchsan (2019), yaitu ditujukan untuk mensejahterakan
kehidupan rakyatnya secara merata dan negara yang menganut konsep ini berkewajiban melayani
dengan sebaik-baiknya dan seluas-luasnya kepada masyarakat. Jika pelayanan tidak dilaksanakan
oleh pemerintah dan jika dilaksanakan namun tidak baik maka mustahil untuk mewujudkan
negara kesejahteraan. Otto Bar (2019) mengatakan bahwa negara hukum modern atau negara
kesejahteraan menjadi negara yang sifatnya berkebudayaan dan kesejahteraan. Negara dinilai
menjadi pelayan dan memberikan manfaat ke masyarakat luas. Mac Iver (2019) berpandangan
negara yang menganut konsep negara kesejahteraan tidak dipandang sebagai alat kekuasaan.
8
Jurnal Hukum Perizinan
Adapun negara kesejahteraan memiliki ciri-ciri yaitu mengutamakan terjaminnya hak-hak asasi
sosial dan ekonomi rakyat, mengutamakan pertimbangan-pertimbangan efisiensi dan manajemen
daripada pembagian kekuasaan yang bercirikan politis, sehingga peran lebih dominan dilakukan
eksekutif daripada legislatif, tidak adanya kemutlakan dalam hak milik, negara memiliki tugas
bukan hanya menjaga ketertiban dan keamanan, namun turut serta dalam usaha-usaha sosial dan
ekonomi, kaidah-kaidah hukum administrasi semakin banyak mengatur sosial ekonomi dan
membebankan kewajiban tertentu kepada warga negara, hukum publik menjadi lebih berperan
untuk mendorong hukum privat, artinya peran negara semakin meluas, dan lebih bersifat negara
hukum material yang menjunjung tinggi keadilan sosial (Elviandri, 2019).
Jelas yang sudah dipaparkan dalam uraian di atas negara memiliki peran yang kuat dan lebih
besar dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan keadilan sosial. Tentu dalam mewujudkan hal
tersebut diperlukan kendaraan atau payung hukum. Oleh karena itu, negara melalui pemerintah
adalah merancang, merumuskan, membahas, dan mengesahkan tiap regulasi atau aturan agar dari
aturan tersebut mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu peran hukum sebagai
kendaraan mewujudkan kesejahteraan secara nyata terlihat perannya.
Dengan adanya perizinan usaha bagi pelaku UMKM serta dimudahkannya untuk memperoleh
perizinan tersebut, akan menjadi gerbang pembuka bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan
perlindungan dan pemberdayaan serta mewujudkan negara kesejahteraan. Perlindungan dan
pemberdayaan dibutuhkan sebagai penunjang kegiatan UMKM untuk bersaing baik secara
nasional maupun internasional. Bagi pelaku UMKM dalam menjalankan usahanya pasti terdapat
dinamika yang dihadapinya seperti kerja sama dengan pihak kedua yang perlu pendampingan
hukum agar kerja sama tersebut dijalankan dengan itikad baik. Atau jika terjadi sengketa yang
dihadapi pelaku UMKM, maka dengan adanya perizinan usaha pelaku UMKM tersebut
mendapatkan bantuan hukum tanpa adanya biaya. Perizinan usaha juga memberikan pandangan
kepada masyarakat bahwa UMKM tersebut dijalankan sesuai dengan tertib, aman, dan
peruntukannya. Masyarakat sebagai konsumen pasti akan percaya dengan pelaku UMKM yang
sudah memiliki legalitas usaha. Karena dengan adanya legalitas atau perizinan, pelaku UMKM
dengan produkSInya sudah dijamin aman dan halal. Tentu konsumen yang akan membeli produk
dari pelaku UMKM yang memiliki usaha tanpa ragu-ragu akan membelinya. Dengan banyaknya
konsumen yang membeli produk UMKM, pelaku UMKM akan mendapatkan keuntungan dan
pelaku UMKM akan mendapatkan kesejahteraan. Dari uraian tersebut, maka perizinan usaha
secara langsung memberikan perlindungan dan pemberdayaan serta mewujudkan negara
kesejahteraan. Dampak baik dari negara kesejahteraan adalah terjaminnya hak asasi sosial dan
hak asasi ekonomi rakyat.
Mengingat UMKM memiliki peran vital dalam seperti pembangunan ekonomi, UMKM telah
memberikan andil terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional pada tahun 2019 sebesar Rp.
2.394,5 triliun atau 65%, membuka lapangan pekerjaan bagi 96,87% angkatan kerja di Indonesia
dan memiliki peran dalam keberlanjutan dan keberlangsungan perekonomian Indonesia
(Sumampouw, 2021). Ditambah payung hukum untuk pengoptimalan pemberdayaan dan
perlindungan hukum untuk pelaku UMKM sudah ada yaitu UUCK dan PP No.7 Tahun 2021. Jika
dioptimalkan dengan dimudahkannya mendapat perizinan usaha maka PDB nasional akan
meningkat dan lapangan pekerjaan semakin luas melalui peran UMKM. Perizinan usaha akan
membawa pelaku UMKM mendapatkan perlindungan, pemberdayaan, dan kesejahteraan. Yang
9
Jurnal Hukum Perizinan
perlu diingat adalah untuk mengembangkan dan memajukan UMKM harus ada sinergitas antara
para pelaku dengan pemerintah. Dalam memajukan UMKM baik dari pelaku dan pemerintah harus
sama-sama memiliki rasa tanggung jawab. Pihak UMKM sebagai pihak internal yang
dikembangkan, dapat menjalankan langkah-langkah yang sudah difasilitasi pemerintah dan
melakukannya secara bersama dengan pihak pemerintah. Potensi yang ada di UMKM mampu
mewujudkan kreatifitas usaha dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan pemerintah.
Dengan begitu apa yang sudah diamanatkan oleh UUD NKRI Tahun 1945 mengenai terwujudnya
Indonesia sebagai negara kesejahteraan.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Peran masyarakat untuk andil pada pembangunan nasional dan peningkatan pertumbuhan
ekonomi dapat dilakukan dengan menjalankan atau menjadi pelaku UMKM. UMKM merupakan
unit usaha produktif yang memiliki sifat berdiri sendiri atau mandiri yang biasa dilaksanakan baik
perorangan maupun badan usaha. UMKM terdiri dari usaha mikro, usaha kecil, dan usaha
menengah. UMKM memiliki keunggulan yaitu kemudahan inovasi teknologi dalam
pengembangan produk, memanfaatkan potensi sumber daya lokal sehingga bisa mandiri,
kemampuan menciptakan lapangan pekerjaan, berpotensi besar terhadap PDB, dan masih banyak
yang lainnya. Namun UMKM memiliki masalah salah satunya adalah kesulitan mendapatkan
perizinan usaha. Padahal perizinan usaha merupakan hal yang penting dalam kegiatan usaha
pelaku UMKM dan untuk menghadapi keterbukaan pasar di era globalisasi.
B. Saran
Untuk itu pemerintah harus mengoptimalkan pemberdayaan dan perlindungan hukum untuk
memajukan sektor UMKM melalui kemudahan perizinan mengingat UMKM perannya sangat vital
dalam pembangunan ekonomi nasional serta dapat terwujudnya negara kesejahteraan. Untuk itu
wajib bagi pemerintah untuk melakukan pemberdayaan dan perlindungan dengan memberikan
kemudahan perizinan apalagi payung hukum untuk melakukan hal tersebut sudah ada yaitu UUCK
dan PP No.7 Tahun 2021. Hal yang perlu diingat, diperlukan juga sinergitas antara pelaku UMKM
dengan pemerintah untuk memajukan ekonomi nasional dan terwujudnya negara kesejahteraan.
11