6031 14958 1 PB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Teknik Industri Vol. 4, No.

1, 2018
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri

Analisis Perancangan Bio Briket Biji Salak


Menggunakan Bisnis Model Kanvas

Andri Saleh1 Dr. Rika, M.Sc2


1,2
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Jl. HR. Soebrantas No. 155 Simpang Baru, Panam, Pekanbaru, 28293
Email: [email protected]

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat
penting. Sektor pertanian juga meliputi perkebunan yang memberikan sumbangsih yang cukup signifikan
untuk perekonomian negara. Diantara hasil perkebunan itu berupa sayur mayur dan buah buahan. Untuk
produksi buah-buahan khususnya buah salak di Indonesia menempati urutan kelima dengan produksi sebesar
1.118.953 ton atau sekitar 5,65 % terhadap total produksi buah nasional. Padangsidimpuan merupakan salah
satu kota di Sumatera Utara yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani salak dansalak
merupakan komoditi pertanian yang banyak dijumpai di kota Padangsidimpuan adalah salak. Luas lahan
tanaman salak di Padangsidimpuan berkisar 460 Ha dengan jumlah produksi 426.758 ton/tahun. Salah satu
energi alternatif yang terus dikembangkan adalah briket. Briket merupakan bahan bakar yang berwujud padat
yang terbuat dari sisa limbah biomassa. Salah satu limbah yang cukup banyakselain kulit adalah biji salak
yang menjadi perhatian untuk di daur ulang sebagai energi alternatif. Briket dari biji salak merupakan ide
yang cukup tepat untuk dikembangkan dalam perancangan produk bernilai ekonomis karena memiliki nilai
kalor yang tinggi berdasarkan penelitian awal yang sudah dilakukan yaitu 7,058 kKal/gram. Nilai ini
memenuhi nilai Standar Nasiona Indonesia dan juga Nilai Standar Internasional. Perancangan Biobriket
dengan metode Design for Manufacturing dan bisnis model kanvas diawali dengan menghitung Harga Pokok
Produksi (HPP) , setiap memproduksi 1kg briket membutuhkan HPP sebesar Rp 5,90,- dengan asumsi harga
jual 50%, maka harga jual briket tersebut sebesar Rp 8.85,-/kg. Dari hasil Analisa Business Model Canvas
yang dilakukan pada pembuatan briket biji salak Model Bisnis yang dihasilkan dari pengembangan pasar
produk briket biji salak dan ampas tebu disesuaikan dari kebutuhan masyarkat khususnya kalangan ibu rumah
tangga dan pedagang kecil. Segi pelayanan juga bisa dimaksimalkan untuk menyesuaikan permintaan
konsumen. Permasalahan channel yang dialami dalam peningkatan penjualan briket biji salak dapat
ditanggulangi karna adanya analisa potensi market place yang akan menjadi target pasar untuk mendukung
realisasi dan memaksimalkan potensi bisnis briket.

Kata Kunci : Briket Biji Salak, Nilai Ekonomis, Business Model Canvas.

Pendahuluan Sumatera Utara dengan Produksi sebesar 354,087


ton atau sekitar 31,64 % dari total produksi salak
Indonesia merupakan negara agraris nasional (Kementrian Pertanian Direktorat Jendral
yang artinya sektor pertanian memiliki peranan Hortikultura, 2015).
yang sangat penting. Sektor pertanian juga Menurut data Dinas Pertanian Tanaman
meliputi perkebunan yang juga meningkatkan Pangan dan Holtikultura Padangsidimpuan 2011
perekonomian negara. Hasil perkebunan itu bahwa kabupaten Tapanuli Selatan adalah salah
berupa sayur mayur dan buah buahan. Produksi satu daerah penghasil salak terbesar di Sumatera
buah salak di indonesia menempati urutan kelima Utara. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa
dengan produksi sebesar 1.118.953 ton atau terdapat lima kecamatan penghasil salak di
sekitar 5,65 % terhadap total produksi buah kabupaten Tapanuli Selatan, seperti pada tabel
nasional. Penghasil terbesar di luar jawa adalah berikut ini:

15
Jurnal Teknik Industri Vol. 4, No. 1, 2018
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri

Tabel 1. Daerah penghasil salak di kabupaten tapanuli selatan


No. Kecamatan Luas Area (Ha) Jlh. Produksi (Ton)
1 Angkola Barat 17.666 397.485
2 Angkola Selatan 466 10.485
3 Angkola Timur 436 9.810
4 Marancar 363 8.168
5 Sayur Matinggi 36 810
Jumlah 18.967 426.758
(Sumber: Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura, 2011)

Namun luas lahan dan potensi yang sebagai bahan bakar dengan proses pemadatan
dimiliki petani salak ini tidak termanfaatkan (Gover, 1996).
dengan baik. Kurangnya pengetahuan teknologi Pada tahun 2013 Melina Getisari dkk dari
para petani adalah salah satu penyebab utama Universitas Muhammadiyah Pontianak
sehingga petani kurang mendapatkan keuntungan melakukan pelatihan briket berbahan baku biji
dari potensi yang ada. Masyarakat kota salak, pada pelatihan ini pembuatan briket tidak
Padangsidimpuan umumnya hanya menjual buah dilakukan pengujian nilai kalor. Tahun 2016
salak kepada pengepul, namun beberapa Hardiansyah dari Universitas Andalas melakukan
pengusaha memaksimalkan potensi buah salak perancangan briket yang dikombinsikan dengan
dengan mengolah hasil perkebunan salak menjadi tempurung kelapa yang menghasilkan nilai kalor
makanan seperti dodol salak, manisan salak, 5.304,623. Kemudian tahun 2017 Andri Saleh
kurma salak dan lain-lain. Namun begitu terdapat dari Uin Suska Riau melalui Penelitian yang
beberapa permasalahan lingkungan yang digagas LPPM membuat briket berbahan baku biji
disebabkan oleh limbah. Adapun permasalahan salak yang dikombinasikan dengan perekat alami
ini ditinjau dari limbah rumah tangga maupun yaitu ampas tebu yang menghasilkan nilai kalor
Usaha Kecil Menengah yang berasal dari olahan sebesar 7.038,001. Hal tersebut melatar belakangi
buah salak. Limbah merupakan buangan yang penelitian ini untuk memanfaatkan potensi limbah
dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri biji salak yang ada di daerah padangsidimpuan.
maupun domestik (rumah tangga), dimana Briket biji salak mengandung nilai kalor yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tinggi yang mendukung untuk dijadikan sebagai
tidak dikehendaki lingkungan karena tidak alternatif energi pengganti kayu bakar, minyak
memiliki nilai ekonomis (Badan Pusat Statistik tanah ataupun gas.
Padangsidimpuan, 2016). Berdasarkan penelitian terdahulu, maka
Salah satu usaha untuk menanggulangi disimpulkan bahan baku biji salak sangat
masalah lingkungan dan diharapkan juga dapat potensial untuk dikembangkan dalam skala UKM.
meningkatkan perekonomian yaitu dengan Untuk itu pada penelitian ini Design for
memanfaatkan limbah biji salak untuk sumber Manufacturing diyakini metode yang dapat
energi yaitu mengolahnya menjadi biobriket. digunakan sebagai acuan untuk pengembangan
Biobriket merupakan batangan arang yang terbuat briket skala kecil dan menengah. DFM
dari arang limbah organik yang telah dicetak merupakan suatu proses perancangan produk yang
sedemikian rupa yang memiliki nilai kalor yang bertujuan untuk memudahkan proses perakitan.
tinggi. Biobriket banyak dimanfaatkan sebagai Design for Manufacturing berkaitan desain
bahan bakar boiler untuk menghasilkan uap, produk dalam semua aspek dari proses
selain itu panas dari briket dapat dikonversikan manufaktur dalam rangka untuk mengoptimalkan
menjadi listrik dan disektor kecil skala rumah kemampuan manufaktur dari desain awal (Ulrich,
tangga briket digunakan sebagai bahan bakar 2001).
pengganti minyak tanah dan kayu bakar. Untuk memperjelas arah pengembangan
Biobriket merupakan salah satu alternatif usaha briket biji salak maka diperlukan strategi
pemanfaatan limbah guna meningkatkan nilai bisnis yang baik untuk mampu meningkatkan
tambah limbah hasil pertanian dan sebagai bahan keunggulan kompetitif dari produk yang
pengganti batubara sebagai bahan bakar boiler. diciptakan. Model Business menjadi sangat
Proses “briquetting” adalah perubahan bentuk penting di dalam perusahaan, karena model bisnis
secara fisik pada bahan baku yang sebagian besar merupakan suatu capture bagaimana bisnis
berasal dari limbah pertanian menjadi briket tersebut berlangsung dan merupakan arsitektur
atau bangunan dari sebuah bisnis unit yang

16
Jurnal Teknik Industri Vol. 4, No. 1, 2018
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri

digunakan untuk melihat gambaran dari bisnis dibandingkan alat analisa yang lainnya (Kristiani,
tersebut. Salah satu alat yang digunakan untuk 2015).
menganalisis model bisnis adalah Business Model Tujuan penelitian yang dilakukan dalam
Canvas yang ditemukan oleh Osterwalder dan penelitin ini adalah Memperhitungkan Harga
Pigneur di tahun 2010. Business Model Canvas pokok produksi Briket biji salak, menganalisa
lebih mudah dipahami dan diaplikasikan serta Design for Manufactur untuk pengolahan limbah
merupakan alat analisa yang paling popular dan biji salak menjadi briket dan mengetahui potensi
terbaru dan lebih cocok menganalisa industri bisnis briket biji salak dengan Bisnis Model
karena memilki komponen yang lebih lengkap Canvas.

Metodologi Penelitian

Mulai

Studi Pendahuluan Studi Literatur


- Observasi - Teori Buku
- Masalah-masalah - Jurnal Penelitian

Identifikasi Masalah

Rumusan Masalah

Menetapkan Tujuan Masalah

Data Primer
Data
Data Skunder
Skunder
- Pengamatan jumlah limbah biji
- Proses
- Waktu produksi
dan lokasi
salak tapsel
penelitian
- Proses produksi

Mengumpulkan refrensi
tentang penelitian
terdahulu perancangan
briket berbahan dasar
biji salak

Gambar 1. Flowchart

17
Jurnal Teknik Industri Vol. 4, No. 1, 2018
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri

Analisa DFM (Design


For Manufacturing) Bio
briket biji salak

Memperkirakan Biaya
Manufaktur

Melakukan Perencanaan bisnis model


canvas terhadap produk briket biji salak

Customer Segment Channels Revenue Streams Key Activities

Customer
Value Proposition Key Resources Key Partnerships
Relationships

Cost Sturcture

Analisa Hasil

Kesimpulan
dan saran

Selesai

Gambar 2. Flowchart Lanjutan

Hasil dan Pembahasan 2 ton (2500KN/m2). Setelah dicetak briket


dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 100
o
Proses pengadonan briket dilakukan C selama 90 menit, dan dijemur dibawah sinar
dengan 3 variasi yaitu 95% biji salak + 5% ampas matahari selama 1 hari. (Rizky, 2015)
tebu, 90% biji salak + 10% ampas tebu, 85% biji Tahapan terakhir dalam pembuatan briket
salak + 15% ampas tebu. adalah dengan melakukan pengujian nilai kalor.
Tabel 2. Jumlah adoanan Nilai kalor sangat menentukan kualitas briket.
Biji Salak Ampas Tebu Semakin tinggi kalor bakar briket, semakin baik
pula kualitas briketnya. Untuk mengetahui nilai
95 % 5%
kalor suatu bahan bakar, pengujian yang umum
90 % 10 % dilakukan adalah pengujian kalor dengan
8 5% 15 % menggunakan bomb calorimeter. Dari hasil
pengujian kadar kalor yang dilakukan dengan
Tujuan dilakukannya 3 variasi dalam menggunakan alat tersebut di laboraturium
pengadonan untuk mendapatkan komposisi Pengujian Bahan di Lab. Teknik Mesin, Fakultas
terbaik dalam proses pembuatan briket. Setelah Teknik Universitas Riau diperoleh data sebagai
bahan baku diadon kemudian dilakukan proses berikut:
pencetakan briket, proses pencetakan
menggunakan alat Hidrolik press dengan tekanan
Tabel 3 Nilai kalor briket biji salak dan ampas tebu BSAT3 7.035,4

Nilai kalor
Sampel Sebagai perbandingan nilai kalor briket hasil
(kKal/kg)
penelitian ini ditabelkan dengan nilai kalor
BSAT1 7.058,1 standar briket oleh beberapa negara penghasil
briket, yaitu seperti yang tertera pada Tabel 4.4
BSAT2 6.906,4

18
Jurnal Teknik Industri Vol. 4, No. 1, 2018
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri

Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Kalor Briket Biji


Salak dan Ampas Tebu dengan Standar Negara.
Tabel 4. Nilai kalor
Nilai Kalor (Kkal/kg)
No Sampel
Penelitian Indonesia* Inggris* Jepang* USA*
1. BSAT1 7.058,1
2. BSAT2 6.906,4 < 5000 7300 6000-7000 6200
3. BSAT3 7.035,4

Dari perbandingan yang dilakukan dapat dan sampel yang paling itu adalah sampel BSAT1
dilihat bahwa semua sampel mencakup standar yaitu sebesar 7.058,1 kKal/gr.
yang telah ditetapkan Indonesia, USA dan Jepang, Analisis biaya dilakukan untuk
itu artinya briket pada penelitian yang dilakukan menghitung biaya yang dibutuhkan dalam proses
dengan bahan baku biji salak dan ampas tebu produksi briket biji salak yang dihasilnya
memiliki kualitas nilai kalor yang cukup tinggi, kemudian dijadikan acuan untuk menentukan
harga jual produk.
Tabel 5. Biaya bahan langsung
Keterangan Jumlah Satuan
Jumlah hari kerja 25 hari/Bulan
Kapasitas Produksi 100 kg/Bulan
Kebutuhan Ampas Tebu 5 kg/Bulan
Harga Ampas Tebu Gratis Rp/kg
Kebutuhan Biji Salak 2000 kg/Bulan
Harga Biji Salak 200 Rp/kg
Total 10.000.000 Perbulan

Tabel 6. Biaya Tenaga Kerja Langsung


Keterangan Jumlah Satuan
Hari kerja perbulan 25 hari/bulan
Hari kerja pertahun 300 hari/tahun
Jumlah pekerja 4 Orang
Upah pekerja Rp. 50.000 perorang/hari
Total upah pekerja Rp. 60.000.000 Pertahun

Tabel 7. Biaya tidak langsung


Keterangan Biaya Perbulan Biaya Pertahun

Sewa gedung pabrik - Rp 5.000.000

Pemeliharaan Mesin Rp 500.000 Rp 6.000.000

Listrik Rp 800.000 Rp 1.600.000

Bahan Bakar Rp 1.000.000 Rp 12.000.000

Harga pokok produksi diperoleh dengan Rp85.000.000/tahun


menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan HPP Perkilogram =
14.400 kg/tahun
untuk memproduksi briket biji salak. Kemudian HPP Perkilogram = Rp 5.90/kg
setelah harga pokok produksi diperoleh, Harga Jual Briket Perkilogram dengan Margin
digunakan asumsi margin 50%. 50%
Kapasitas produksi perbulan = 1200 kg = Rp 5.90 + (5.90 x 50%)
Kapasitas produksi pertahun = 14.400 = Rp 8.85 = Rp. 1000/Kg
kg/tahun

19
Jurnal Teknik Industri Vol. 4, No. 1, 2018
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri

Pada proses produksi biobriket Pencacahan, Penghalusan, dan pengujian nilai


membutuhkan mesin yang digunakan dalam kalor yang dihasilkan.Kebutuhan Mesin pada
pengeringan bahan baku, pra-karbonisasai, pembuatan briket dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 8. Kebutuhan mesin

No Jenis Mesin DT (Jam) ST (Jam) D (Jam) E (%) T (Jam) P (Unit) N

1 Oven Listrik 110o 0 0,5 12 0,96 12 50 0,86


2 Grinder 0 0,5 2 0,75 12 50 0,88
3 Ball milling 0 2 8 0,87 10 50 0,91
4 Hot Press 0 0,5 8 0,94 2 50 0,19
5 Bombcalori meter 0 2 8 0,87 12 50 0.86

Berdasarkan identifikasi mengenai dan ampas tebu hal ini bertujuan untuk
penerapan Analisa business model canvas pada meminimalkan produksi tetapi tidak mengurangi
briket biji salak sebagai berikut: kualitas produk briket yang dihasilkan
1. Elemen customer segment, yang menjadi Dari hasil Analisa Business Model Canvas
fokus utama dari UKM salacca sebagai yang dilakukan pada pembuatan briket biji salak
pengembang briket biji salak yaitu para ibu Model Bisnis yang dihasilkan dari pengembangan
rumah tangga, pedagang kecil yang pasar produk briket biji salak dan ampas tebu
memerlukan bahan bakar murah dan disesuaikan dari kebutuhan masyarkat khususnya
berkualitas. kalangan ibu rumah tangga dan pedagang kecil.
2. Elemen value propositions, hal yang Segi pelayanan juga bisa dimaksimalkan untuk
diutamakan yaitu pelayanan terbaik kepada menyesuaikan permintaan konsumen.
konsumen dari segi jaminan pengembalian Permasalahan channel yang dialami dalam
produk, ketepatan waktu pada saat proses peningkatan penjualan briket biji salak dapat
produksi dan disain sesuai permintaan ditanggulangi karna adanya analisa potensi
konsumen. market place yang akan menjadi target pasar
3. Elemen channel pada pengembangan briket untuk mendukung realisasi dan memaksimalkan
biji salak melalui penjualan langsung dan potensi bisnis briket.
bekerjasama dengan market place daerah yang Daftar Pustaka
sudah mulai berkembang dikawasan
padangsidimpuan yaitu poken.com. [1] Andri Saleh, Penelitian LPPM Uin Suska
4. Elemen customer relationships, dalam Riau 2017
menjaga hubungan yang baik dengan [2] Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan
pelanggan. Holtikultura
[3] P.D Grover & S.K Mishra, Biomass
Kesimpulan dan Saran Briquetting, FAOUN, Bangkok, 1996
https://padangsidimpuankota.bps.go.id
Dalam pengembangan briket biji salak [4] Ulrich, Karl.T, & Steven Eppinger,
dengan Design for Manufacturing dibutuhkan ProductDesign and Development
biaya untuk memproduksi 1 kg briket dengan International Edition, McGraw-Hill, 2001.
menggunakan perhitungan harga pokok produksi [5] Wheelen and Hunger . Business Model and
adalah Rp 5.90,-. Dengan Margin 50% maka Strategies : Text and Cases. New
harga jual briket perkilogramnya adalah Rp 8.85. York:Mc.Graw-hill. 2003.
bertujuan untuk mengetahui Harga Pokok
Produksi dalam pengembangan briket biji salak

20

Anda mungkin juga menyukai