Split 1b
Split 1b
Split 1b
Tim Editor
Dilaksanakan oleh :
Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin
Bekerjasama dengan :
Balai Penelitian Teknologi Perumahan Tradsional -
Pusat Penelitian Permukiman - Kementerian Pekerjaan Umum
Diterbitkan oleh :
Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia
UPT. Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Jl. Raya Bogor KM.46 Cibinong Bogor 16911
Telp./Fak: 021-87914511 / 021-87914510
e-Mail : [email protected]
Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) XV yang berlangsung pada
tanggal 6-7 November 2012 di Makassar memilih tema “Hijaukan Bumi untuk Kelestarian Pemanfaatan
Kayu yang Optimal bagi Kehidupan Berkelanjutan”. Menghijaukan bumi melalui kegiatan penanaman
telah menjadi isu sangat penting untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan, sekaligus
memperoleh manfaat luar biasa dari kayu yang dihasilkannya. Pemanfaatan kayu secara optimal diperlukan
sebab kayu merupakan material yang terbarukan sehingga ramah lingkungan. Pemanfaatan kayu yang
optimal hanya dapat dilakukan melalui pemahaman yang mendalam terhadap aspek karakteristik, teknologi
pengolahan, maupun disain produk dan konstruksi. Kesinambungan penyediaannya pun juga sangat
ditentukan oleh kemampuan kita menerapkan prinsip-prinsip teknologi budidaya dan pengelolaan hutan
sebagai penghasil kayu sekaligus penyerap karbon dan fungsi-fungsi lainnya dalam menjaga keseimbangan
lingkungan.
Hasil-hasil penelitian terbaru di bidang pengolahan hasil hutan, pengelolaan hutan maupun bidang
terkait lainnya telah disajikan dan didiskusikan dalam seminar tersebut. Lebih dari 100 judul penelitian dari
seluruh penjuru tanah air telah dipresentasikan baik berupa presentasi oral maupun presentasi poster.
Makalah lengkap dari sebagian besar hasil penelitian yang dipresentasikan telah disampaikan ke panitia
untuk diterbitkan dalam prosiding, dengan rincian 69 artikel presentase oral dan 5 artikel presentasi poster.
Koreksi naskah telah dilakukan oleh tim editor untuk penyempurnaan naskah yang dimuat dalam prosiding
ini.
Seminar ini diselenggarakan atas kerjasama antara Masyarakat Peneliti Kayu Indonesi, Fakultas
Kehutanan Universitas Hasanuddin, serta Balai Penelitian Teknologi Permukiman Tradisional Kementerian
Pekerjaan Umum. Kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh peserta seminar atas peran aktifnya
dalam kegiatan seminar tersebut. Atas selesainya prosiding ini, tim editor menyampaikan terima kasih kasih
yang setulus-tulusnya kepada Bapak Dr. Teguh Rahardjo, Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas IPTEK
Kementerian Riset dan Teknologi selaku Keynote Speaker, Prof. Dr. Idrus A Paturusi selaku Rektor
Universitas Hasanuddin, Prof.Dr.Ir. Muh. Restu selaku Dekan Fakultas Kehutanan Unhas, Prof.Dr. Muh.
Yusram Massijaya selaku Ketua MAPEKI periode 2009-2012, Dr.Ir. Anita Firmanti selaku Kepala Pusat
Penelitian Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum, Kuswara ST. MA selaku Kepala Balai Penelitian
Teknologi Perumahan Tradsional, panitia pengarah, panitia pelaksana serta mahasiswa yang menjadi
volunteer dalam seminar tersebut. Semoga prosiding ini dapat memberikan kontribusi yang siginifikan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pemanfaatan dan pengolahan kayu, serta bidang-
bidang terkait lainnya.
Tim Editor
Halaman
KATA PENGANTAR
Invited Paper
Identifikasi Kayu Punak (Tetramerista sp.) dan Merlapang (Alangium sp.) 4-9
Sri Rulliaty
Oral Presentation
A. Sifat Dasar dan Kualitas Kayu
Struktur Anatomi dan Kualitas Kayu Shorea hopeifolia Symington dari Kalimantan Timur 10-16
Supartini, Listya Mustika Dewi, Agus Kholik, M. Muslich
Struktur Anatomi dan Dimensi Serat Kayu Puspa (Schima walachii Korth) 17-23
Djamal Sanusi, Sahriyanti Saad, Muhammad Asrul
Sifat Anatomi Bambu Ampel (Bambusa vulgaris Schrad.) pada Arah Aksial dan Radial 24-32
Harry Praptoyo, Aditya Yogasara
Variasi Sifat Anatomi Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) yang Berasal dari 2 33-41
Jenis Permudaan yang Berbeda
Harry Praptoyo, Reni Puspitasari
Sifat Makroskopis dan Mikroskopis Meranti Merah (Shorea parvifolia) pada Berbagai Diameter 42-50
dari Tanaman Jalur Silvikultur Intensif PT. Sari Bumi Kusuma
Harry Praptoyo, M. Fariz M. Ali
Identifikasi Kayu Arkeologis Komponen Bangunan M Fort Rotterdam dalam Rangka Konservasi 51-55
Kayu dan Pemugaran Fitur Cagar Budaya
Yustinus Suranto
Sifat Fisika Mekanika dan Potensi Kayu Hitam (Disopyros pilosanthera Blanco) di Cagar Alam 56-61
Tangkoko, Sulawesi Utara
Ady Suryawan, Anita Mayasari, Julianus Kinho
Pengaruh Lokasi Asal terhadap Kualitas Beberapa Jenis Bambu untuk Bahan Mebel dan 62-68
Kerajinan
Kasmudjo, Titis Budi Widowati
Sifat Fisik dan Bagan Pengeringan Bambu Mayan (Gigantochloa robusta Kurz) 69-72
Efrida Basri, Saefudin
Pengaruh Umur Tanaman terhadap Kerapatan Kayu Mangium (Acacia mangium Willd.) dan 73-76
Krasikarpa (Acacia crassicarpa) di Areal Hutan Tanaman Lahan Gambut PT. Bina Sylva Nusa
Kalimantan Barat
Abdurachman, Nurwati Hadjib
Sifat Fisik Kayu Samama dari Kepulauan Maluku 77-82
Tekat Dwi Cahyono, Syarif Ohorella, Fauzi Febrianto
Karakteristik Sifat Mekanis, Morfologi dan Struktur Dinsing Sel Serat Tandan Kosong Sabut 83-88
Kelapa Setelah Perlakuan Alkali
Lilik Astari, Firda Aulya Syamani, Sasa Sofyan Munawar
Pengaruh Jenis Katalis dan Cara Pengeringan terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Semen 89-96
Meranti Merah (Shorea leprosula)
Ismail Budiman, Sasa Sofyan Munawar, Subyakto
Bebebrapa Sifat Papan Gipsum dari Tiga Jenis Kayu 97-102
I.M. Sulastiningsih, M.I. Iskandar
Pengaruh Perendaman Partikel dalam Air Dingin dan Panas terhadap Sifat Fisis dan Mekanis 103-110
Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Isosianat
Rudi Hartono, Apri Heri Iswanto, Tito Sucipto, Cut Yulia Maghfirah
Karakteristik Film Komposit Poli Vinil Alkohol dan Pulp Akasia Diputihkan Terfibrilasi 111-118
Firda Aulya Syamani, Wida Banar Kusumaningrum
Substitusi Polipropilena dengan Khitosan pada Komposit Termoplastik Polipropilena-Mikrofibril 119-126
Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kurnia Wiji Prasetiyo, Dede Hermawan, Muh. Yusram Massijaya, Subyakto
Pemanfaatan Limbah Pelepah Sawit dan Plastik Daur Ulang (RPP) sebagai Papan Plastik 127-134
Lusita Wardani, Muh. Yusram Massijaya, M. Faisal Machdie
Determinasi Corak Anyaman dan Jenis Bambu dalam Pembuatan Bambu Lapis Berkualitas 135-140
Tinggi
Sukma S. Kusumah, Jajang Suryana, Muh.Y. Massijaya, Yusuf S. Hadi, Ega P. Prayoga
Pengaruh Proporsi Lapisan dan Bahan Baku terhadap Sifat Papan Partikel Lapis Tanpa Perekat 141-149
Muhammad Navis Rofii, Ragil Widyorini
Determinasi Kondisi Proses Optimal dalam Pembuatan Papan Partikel Kayu Kemiri (Aleurites 150-155
moluccana)
Suhasman
Distribusi Kerapatan dan Kekuatan dalam Kayu Kompresi Skala Pemakaian 156-164
Ika Wahyuni, Yusup Amin, Teguh Darmawan, Danang S. Adi, Sukma S. Kusumah, Wahyu
Dwianto
Ketahanan Bambu Laminasi terhadap Serangan Jamur 165-170
Sahriyanti Saad, Astuti Arif, Natalia Rampao
Penerapan Formulasi Skedul Suhu dan Kelembaban Menurut Terazawapada Pengeringan Kayu 171-179
Meranti Merah Bersortimen Raamhout
Yustinus Suranto, Eko Teguh Prasetyo
Konfigurasi Pasak dan Sudut Arah Serat Kuat Tumpu pada Desain Sambungan Laminated 180-187
Veneer Lumber (LVL) Kayu Sengon
Achmad Basuki, Stefanus Adi Kristiawan, Hermawan Kris Priyantono
Analisa Layer System pada Bilah Bambu dan Bambu Laminasi dengan menggunakan Ratio 188-207
Ikatan Pembuluh sebagai Substitusi Rasio Modulus Elastisitas
Effendi Tri Bahtiar, Naresworo Nugroho, Surjono Surjokusumo, Lina Karlinasari, Atmawi Darwis
Pengaruh Bagian Tanaman dan Lama Pemasakan terhadap Rendemen dan Sifat Fisik Pulp 208-216
Sulfat Kayu Randu (Ceiba pentandra Gaertn.)
Yus Andhini Bhekti Pertiwi, Sri Nugroho Marseom
Efikasi Limbah Air Rebusan Kayu Jati sebagai Bahan Pengawet terhadap Serangan Rayap Kayu 297-302
Kering (Cryptotermes cynocephalus Light)
Ady Suryawan, Anita Mayasari
Tinjauan Metode Pengujian Keawetan Kayu Standar SNI 01. 7207-2006 terhadap Empat Jenis 303-308
Kayu
Arinana, Wenny Nur Pritasari, Yusuf Sudo Hadi, Dodi Nandika
Efek Residu Ekstrak Buah Bintaro (Cerbera manghas) terhadap Kutu Beras Sitophilus oryzae 309-315
(Coleoptera: Curculionidae)
Ikhsan Guswenrivo, Didi Tarmadi, Sulaeman Yusuf
Pengawetan Kayu Mangga (Mangifera indica) Secara Tekanan dengan Permethrin untuk 316-322
Mencegah Serangan Rayap Kayu Kering
Danar Satwiko, Tomy Listyanto, Ganis Lukmandaru
F. Silvikultur
Karakter Lingkungan dan Kualita Cabutan Shorea macrophylla dari PT. GGA dan KHDTK 378-381
Labanan, Kalimantan Timur
Andrian Fernandes, Karmilasanti
Karakterisasi Urutan Nukleotida gen Penyandi Endoglukananse dari Aspergillus niger 382-386
Neo Endra Lelana, Utut Widyastuti, Nampiah Sukarno
Tegakan Shorea polyandra P. Ashton Umur 34 Tahun di PT Inhutani II Kota Baru, Kalimantan 387-392
Selatan
Abdurrachman, Lydia Suastati
Arsitektur Pohon, Distribusi Akar Meranti di Jalan Sarad Hutan Alam Produksi Bekas Tebangan 393-400
Diana Prameswari
Respon Morfologi Semai Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) terhadap Perbedaan Teknik 401-407
Pemberian dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair
Marjenah
Konsentrasi Karbon (C) dalam Biomassa Tanaman Shorea parvifolia pada Areal Operasional Silin 408-413
di Dua IUPHHK Hutan Alam di Kalimantan
Asef K. Hardjana, S. Yuni Indriyanti
Inisiasi Tunas Mahang Putih Melalui Teknik Kultur Jaringan 414-418
Rina Bogidarmanti, Hani Sitti Nuroniah
Nodulasi Tiga Jenis Pohon Fabaceae Lokal Sulawesi Tenggara yang Diinisiasi dengan Fungi 419-424
Mikoriza Arbuskula
Husna, Faisal Danu Tuheteru, Asrianti Arif
Potensi dan Penyebaran Surian (Toona sinensis Roem. ) di Jawa Barat 425-430
Yoyo Suhaya, Aos M. Akyas, Titin Supriatun, Imam Wahyudi
Seminar Nasional Mapeki XV (6-7 November 2012), Makassar | v
Korelasi Genotip dan Fenolik antara Karakter Morfologi denga Karakter Kayu Surian 431-436
Yayat Hidayat, Yoyo Suhaya
G. Kehutanan Umum
Poster
Pengawetan Metode Rendaman Panas Dingin Kayu Sengon dengan Ekstrak Buah Kecubung 478-484
terhadap Serangan Rayap Kayu Kering
Nizam Arjuna Rinaldi, Tomy Listyanto, Oka Karyanto, Ganis Lukmandaru
Sifat Fisika-Kimia Briket Arag Kulit Buah Duria (Durio sp.) Metode Kema Dingin 485-492
Ady Suryawan, Anita Mayasari, Erna Prihatna Wati
Senyawa Kimia dan Toksisitas Ekstrak Kulit Pakoba (Tricalysia Minahassae) Berpotensi sebagai 493-499
Penurun Gula Darah
Lis Nurrani, Supratman Tabba, Muh. Syarief
Karakteristik Papan Partikel Limbah Kayu Sengon dengan Perlakuan Pengawetan Asap Cair 500-506
Agus Ngadianto, Ragil Widyorini, Ganis Lukmandaru
Karakteristik Papan Partikel Kombinasi Limbah Shaving Kulit Samak Dengan Serat Kelapa Sawit 507-512
M.I. Iskandar
Pengaruh Kombinasi Semen Dengan Tepung Kerabang Telur Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanis 513-520
Papan Semen Partikel
M.I. Iskandar
Sifat Fisis Dan Mekanis Papan Semen Dari Bulu Domba Dengan Kombinasi Semen Dan Gipsum 521-528
Sebagai Perekat
M.I. Iskandar
Lampiran
Susunan Kepanitiaan 529
Susunan Acara 530
Daftar Nama Peserta 531
ABSTRAK
Salah satu serangga perusak kayu penting di dunia adalah rayap kayu kering. Jenis rayap ini berbeda
dengan jenis rayap lain dalam hal kemampuannya untuk tinggal dalam struktur kayu atau furniture dan
menyerang kayu dengan kadar air yang rendah. Suhu dan kelembaban berperan dalam kelangsungan hidup
rayap dan mempengaruhi aktivitas makan mereka. Rayap kayu kering memperoleh kelembaban secara tidak
langsung dari kelembaban yang tersedia dalam kayu. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan suhu dan
kelembaban optimum bagi aktivitas makan rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light melalui
perhitungan mortalitas dan konsumsi kayu. Sebanyak 20 nimfa C. cynocephalus ditempatkan dalam balok
kayu sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen). Masing-masing balok terdiri dari dari tiga lapis kayu
sengon berukuran 3 cm x 5 cm x 1 cm. Sebuah lubang di buat di bagian tengah balok sengon dan lubang
berisi nimfa rayap didalamnya ditutup dengan mesh screen agar bagian lubang tersebut dapat dipengaruhi
oleh suhu dan kelembaban yang diinginkan. Sebanyak 12 perlakuan diaplikasikan dalam penelitian ini yang
terdiri dari kombinasi suhu dan kelembaban 25, 30, 35℃ dan 75, 80, 85%. Kelembaban diperoleh dengan
menempatkan sampel dalam tupperware berisi larutan garam berupa NaCl, NH4Cl, and KCl untuk mencapai
kelembaban berturut-turut 75, 80 dan 85% RH. Suhu 25, 30, 35℃ diperoleh dengan cara menempatkan
tupperware dalam oven. Aktivitas makan rayap ditentukan oleh mortalitas dan konsumsi kayu. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aktivitas makan rayap bervariasi dengan perubahan suhu dan kelembaban.
Suhu dan kelembaban optimal untuk aktivitas makan rayap kayu kering C. cynocephalus adalah 25℃-75%.
Key words: Rayap kayu kering, Cryptotermes cynocephalus Light, Aktivitas makan, Suhu, Kelembaban.
I. PENDAHULUAN
Salah satu kelompok serangga perusak kayu penting adalah rayap kayu kering. Rayap kayu kering
berbeda dari spesies rayap lain dalam hal kemampuan mereka untuk hidup dalam kayu atau furniture
didalam gedung, memakan kayu yang memiliki kadar air yang rendah. Spesies ini dilaporkan lebih tahan
terhadap suhu tinggi dan kondisi yang lebih kering dibandingkan spesoes rayap lain. Suhu merupakan salah
satu faktor penting yang mempengaruhi konsumsi kayu oleh rayap. Rudolph et al., (1990) menyatakan bahwa
rayap kayu kering (Kalotermitidae) mendapatkan kebutuhan kelembaban mereka secara tidak langsung dari
kandungan air yang terdapat dalam kayu, karena mereka hidup di dalam kayu kering. Suhu dan kelembaban
memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup rayap kayu kering dan aktivitas makan mereka.
Cryptotermes cynocephalus (Light) adalah rayap kayu kering yang banyak terdapat di Indonesia.
Rayap spesies ini menyerang kayu kering dengan kadar air dibawah 12%, berupa furniture seperti meja,
kursi, lemari dan lain sebagainya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi preferensi suhu dan kelembaban rayap kayu kering
Cryptotermes cynocephalus (Light). Dalam penelitian kami menentukan bagaimana suhu dan kelembaban
mempengaruhi C. cynocephalus yang di ukur melalui mortalitas rayap dan kehilangan berat kayu.
Metode Penelitian
Sebanyak 20 nimfa C. cynocephalus ditempatkan dalam balok laminasi sengon. Pembuatan balok
laminasi dilakukan mengikuti metoda Indrayani et al (2007). Masing-masing balok laminasi ini terdiri dari tiga
lapis kayu berukuran 3 cm x 5 cm x 1 cm. Ketiga lapis kayu di ikat menjadi satu dengan menggunakan pita
karet. Sebuah lubang di buat di tengah masing-masing ketiga lapisan dan lubang dengan rayap kemudian
ditutup dengan kasa kawat untuk membiarkan masing-masing balok laminasi mendapatkan suhu dan
kelembaban yang di inginkan (Gambar 1).
Tupperware
Higrothermometer
Larutan garam
Gambar 1. Penempatan balok laminasi berisi rayap dalam tupperware berisi larutan garam
Sebanyak 12 ulangan di lakukan untuk semua kombinasi suhu dan kelembaban sebagai berikut:
25, 30, 35℃ and 75, 80 and 85%. Untuk memperoleh target kelembaban dilakukan berdasarkan metoda
Winston & Bates (1960), yaitu menggunakan larutan garam jenuh seperti: NaCl, NH4Cl, and KCl yang
ditempatkan dalam tupperware untuk mendapatkan kelembaban berturut-turut 75, 80 and 85%. Sedangkan
untuk mencapai target suhu dilakukan dengan menempatkan tupperware dalam oven. Aktivitas makan rayap
terhadap kayu ditentukan berdasarkan mortalitas rayap dan kehilangan berat kayu. Setiap dua minggu,
selama delapan minggi waktu pengamatan, kayu laminasi di buka dan jumlah rayap mati dihitung serta balok
laminasi ditimbang.
Secara umum, mortalitas rayap kayu kering C. cynocephalus lebih tinggi terdapat pada kelembaban
85% dibandingkan pada kelembaban 80% dan 75% pada semua tiga perlakuan suhu (Tabel 1). Mortalitas
rayap tertinggi dijumpai pada suhu 35C dan mortalitas terendah dijumpai pada suhu 25C. Pada akhir
pengamatan setelah delapan minggu, mortalitas rayap tertinggi terdapat pada kombinasi suhu dan
kelembaban 35C – 85%. Setelah delapan minggu pengamatan, jumlah kehilangan berat kayu tertinggi
terjadi pada suhu 25C pada semua tingkat kelembaban, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata
Tabel 1. Rerata persentase mortalitas C. cynocephalus dan persentase kehilangan berat kayu pada
berbagai kombinasi suhu dan kelembaban setelah delapan minggu
Perlakuan
No. Suhu (℃) Kelembaban (%) Mortalitas (±SD)* Kehilangan berat (±SD)*
1 25 75 30.00±15.16a 1.26±0.70a
2 25 80 39.58±3.145a 1.04±0.72a
3 25 85 45.00±12.05ab 1.02±0.31a
4 30 75 46.25±2.504ab 0.78±0.10b
5 30 80 57.08±13.78b 0.73±0.12b
6 30 85 59.58±13.77b 0.51±0.24b
7 35 75 95.87±1.72c 0.66±0.33b
8 35 80 94.58±0.89c 0.64±0.08b
9 35 85 98.33±0.72c 0.53±0.27b
* Nilai diikuti angka yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (Tukey`s test: P < 0.05).
Pada pengamatan ini, suhu optimal bagi aktivitas makan rayap kayu kering C. cynocephalus adalah
25C. Hal ini membuktikan bahwa suhu optimum yang lebih tinggi (35C) diperlukan oleh rayap kayu kering
Cryptotermes domesticus (Haviland) (Indrayani et al, 2003) dan Incisitermes minor (Hagen) (Indrayani et al,
2006) untuk melakukan aktivitas makan kedua rayap tersebut dibandingkan dengan C. cynocephalus.
Kenyataan bahwa sebagian besar kedua spesies rayap kayu kering C. domesticus dan I. minor dijumpai
menyerang bagian atas rumah (material atap) (Indrayani et al, 2004) mendukung asumsi ini. Suhu optimal
untuk aktivitas makan rayap kayu kering spesies lain adalah 25-30C untuk Kalotermes flavicollis (Sen
Sarma, 1965), 28.3-29.1C untuk C. brevis, 31.8-32.2C untuk C. dudleyi, dan 29.7C untuk C. havilandi
(Steward, 1981).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa suhu memiliki pengaruh yang besar pada aktivitas
makan rayap kayu kering, berhubungan dengan cara penyerangannya. Dilain pihak, kelembaban kurang
berpengaruh terhadap aktivitas makan rayap kayu kering. Informasi ini sangat bermanfaat untuk memberi
pengertian mengenai aktivitas makan hama rayap kayu kering dan memungkinkan dapat berkontribusi untuk
meningkatkan pengendalian rayap dengan sedikit atau tanpa menggunakan bahan kimia seperti
pengendalian rayap menggunakan panas, suatu metode yang sudah dikenalkan di USA untuk spesies rayap
kayu kering (Su, 2000).
IV. KESIMPULAN
Suhu dan kelembaban berpengaruh terhadap aktivitas makan rayap kayu kering. Suhu dan
kelembaban optimal untuk rayap kayu kering C. cynocephalus adalah 25℃ and 75%. Hasil penelitian ini
memberikan peluang pengembangan metoda menggunakan perlakuan panas untuk pengendalian rayap
kayu kering, spesies yang cukup menyebabkan kerusakan dan kerugian ekonomi di daerah tropis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Tsuyoshi Yoshimura atas bantuan penyediaan
tupperware yang digunakan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Indrayani, Y., Nakayama T., Yanase Y., Fujii Y., Yoshimura T., Imamura Y. 2003. Feeding activities of the
dry-wood termite Cryptotermes domesticus (Haviland) under various relative humidity and temperature
conditions using Acoustic Emission monitoring. Jpn. J. Environmen. Entomol. Zool 14 (4): 205-212.
Indrayani, Y., Yoshimura T., Fujii Y., Yanase Y., Okahisa Y., and Imamura Y. 2004 Survey on the infestation
of Incisitermes minor (Hagen) in Kansai and Hokuriku areas. Jpn. J. Environ Entomol Zool 15: 261-268.
Indrayani, Y., Yoshimura T., Imamura Y. 2006. Evaluation of the temperature and relative humidity
preferences of the western dry-wood termite, Incisitermes minor (Hagen) using Acoustic Emission (AE)
monitoring. Journal of Wood Science 53 (1): 76-79.
Indrayani, Y., Yoshimura Y., Yanase Y., Imamura Y. 2007. Feeding Responses of The Western Dry-Wood
Termite Incisitermes minor (Hagen) (Isoptera: Kalotermitidae) Against Ten Commercial Timbers. Journal
of Wood Science 53: 239-248.
Rudolph D.,Glocke B., and Rathenow S. 1990 On the role of different humidity parameters for the survival,
distribution and ecology of various termite species. Sociobiology 17: 129-140.
Sen-Sarma PK 1965 The effects of temperature and relative humidity on the longevity of pseudoworkers of
Kalotermes flavicolis (FABR) (Isoptera) under starvation condition. Proc Nat Inst Sci India B Biol Sci 30:
300-314.
Steward R.C. 1981 The temperature preferences and climatic adaptions of building-damaging dry-wood
termites (Cryptotermes: Isoptera). J Therm Biol 6: 153-160.
Su NY 2000 Termites as pest of buildings. In: Abe T., Bignell D.E., and Higashi M (eds) Termites: evolution,
sociality, symbioses, ecology. 437-453pp. Kluwer, Dorddrecht.
Winston, PW. and Bates, DH. 1960. Saturated solutions for the control of humidity in biological research.
Ecology 41(1): 232-237.