2017 Jurnal Ilmu Lingkungan UGM Pranatasari Wawan
2017 Jurnal Ilmu Lingkungan UGM Pranatasari Wawan
2017 Jurnal Ilmu Lingkungan UGM Pranatasari Wawan
(cetak)
JURNAL ILMU KEHUTANAN JOURNAL OF FOREST SCIENCE
Volume 11 No. 2, Juli - September 2017 Volume 11 No. 2, July - September 2017
ISSN 2477-3751 (Daring)
ISSN 0126-4451 (Cetak)
Dani Listyowati
DAFTAR ISI
Berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi Nomor 36a/E/KPT/2016 tanggal 23 Mei 2016 tentang Hasil Akreditasi Terbitan Berkala
Ilmiah Cetak Periode I Tahun 2016, Jurnal Ilmu Kehutanan diakui sebagai terbitan berkala ilmiah terakreditasi,
berlaku sejak tanggal 23 Mei 2016 s.d. 22 Mei 2021.
i
Jurnal Ilmu Kehutanan
Journal of Forest Science
https://jurnal.ugm.ac.id/jikfkt
1* 2
Pranatasari Dyah Susanti & Wawan Halwany
1
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS. Jl. A. Yani – Pabelan, Kartasuro PO BOX 295 Surakarta
57102
*E-mail : [email protected]
2
Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Banjarbaru. Jl. A Yani Km 28.7 Guntung Manggis Landasan Ulin Kotak Pos
1065, Banjarbaru
INTISARI
KATA KUNCI Penggunaan jenis-jenis tanaman cepat tumbuh diperlukan untuk
dekomposisi memenuhi kebutuhan kayu. Meski demikian, informasi mengenai
makrofauna kesuburan tanah kerena penanaman jenis tersebut masih terbatas.
nyawai Penelitian ini bertujuan mendapatkan data dan informasi mengenai
serasah
produksi, laju dekomposisi serasah serta keragaman makrofauna tanah
kesuburan tanah
pada Hutan Tanaman Industri nyawai (Ficus variegate Blume) dengan tiga
kelas umur yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Penentuan plot sampel dilakukan secara purposive dengan pertimbangan
keterwakilan umur. Variabel yang diamati meliputi jumlah produksi
serasah, laju dekomposisi serasah, serta makrofauna tanah menggunakan
dua cara yaitu monolith atau pengambilan contoh tanah (PCT) untuk
212
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
213
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
dekomposisi serasah serta keragaman makrofauna Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif,
tanah pada tegakan tanaman nyawai perlu diketahui, dimana penentuan plot sampel dilakukan secara
karena selama ini informasi mengenai kondisi purposive (pertimbangan keterwakilan umur).
kesuburan tanah akibat penanaman jenis nyawai pada Parameter yang diamati meliputi kandungan unsur
HTI masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan hara tanah, produksi, dan laju dekomposisi serasah
mengetahui kandungan unsur hara tanah, produksi, serta keragaman makrofauna tanah. Pengamatan
dan laju dekomposisi serasah daun serta keragaman suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya juga
makrofauna tanah pada HTI nyawai di tiga kelas umur dilakukan pada setiap kelas umur. Serasah yang
yang berbeda yaitu 3, 4, dan 6 tahun. diamati dalam penelitian ini adalah serasah daun
dengan pertimbangan bentuk dan ukuran yang relatif
Bahan dan Metode Penelitian
seragam dibandingkan dengan serasah ranting atau
Lokasi Penelitian dahan yang jatuh. Serasah daun yang diambil adalah
serasah kering segar, yaitu serasah daun yang jatuh
Lokasi penelitian ini berada di Hutan Tananaman
dari pohon dengan kondisi bentuk yang masih utuh
Industri (HTI) milik PT ITCI Kartika Utama Balik-
dengan ukuran rata-rata lebar 5 cm, panjang 10 cm
papan, Kalimantan Timur. Pada penelitian ini diamati
dengan ketebalan 0,1 mm.
3 plot penelitian yang disesuaikan dengan ketersedia-
an tegakan pada HTI tersebut, yaitu umur 3, 4, dan 6 Pengamatan unsur hara tanah dilakukan pada 3
tahun, dengan luas masing-masing plot 50 x 100 m. kelas umur yang berbeda. Masing-masing kelas umur
Jarak tanam di lokasi penelitian adalah 3 x 5 m. Plot diambil 3 ulangan, sehingga diperoleh 9 sampel tanah.
pertama umur 3 tahun berada pada ketinggian 455 m Sampel tanah akan diambil dari kedalaman top soil
o o
dpl dan terletak pada 00 46’44,3” LS dan 116 27’54,9” tanah yaitu 0-30 cm. Analisa sifat kimia tanah
BT, plot yang kedua umur 4 tahun berada pada meliputi kapasitas tukar kation (KTK), pH, Corganik,
o
ketinggian 419 m dpl, terletak pada 00 48’09,7” LS dan Ntotal, Ptotal, P tersedia, C/N, K, Ca, Mg, dan Na. Luas
o
116 29’22,4” BT serta plot tanaman umur 6 tahun bidang dasar nyawai umur 3 tahun sebesar 8,02 ± 5,38
berada pada ketinggian 455 m dpl, terletak pada m2, umur 4 tahun 8,80 ± 3,30 m2, dan umur 6 tahun
00o52’11,9” LS dan 116o31’0,39” BT. 13,81 ± 5,51 m2. Kerapatan masing-masing tipe tegakan
adalah pada kelas umur 3 tahun adalah 759,3 ± 78,5
Bahan dan Alat Penelitian
pohon/ha, umur 4 tahun sebesar 730,± 95,2 pohon/ha,
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dan kelas umur 6 tahun sebesar 487,5 ± 49,2 pohon/ha
adalah serasah daun nyawai pada 3 kelas umur, (Qirom & Supriadi 2012).
alkohol 70%, formalin 4%, dan air. Alat yang
Pengukuran produksi serasah dilakukan dengan
digunakan diantaranya: kain strimin, sharlon, parang,
menempatkan alat penampung serasah pada tiap
kantong plastik besar, tali nylon, box plastik, palu,
petak percobaan, dengan membuat frame dari jaring
timbangan, patok 3/5, kertas label, amplop sampel,
dengan ukuran 1 m x 1 m sebanyak 9 buah (3 jaring x 3
meteran 30 m dan 1 m, hagameter, cetok, nampan,
kelas umur). Serasah yang jatuh akan dioven pada
pinset, kaca pembesar, toples, pitfall trap, termometer
suhu 60°C sampai mencapai berat kering mutlak.
tanah, talley sheet, botol plastik, seng dengan ukuran
Pengamatan dilakukan setiap 1 bulan sekali selama 6
25 x 25 cm, bambu, kantung plastik, alat tulis dan
bulan pengamatan (Sulistyanto et al. 2005; Prasetyo
dokumentasi.
2013; Iskandar 2014).
214
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
Pengukuran laju dekomposisi serasah dilakukan dipisahkan dari tanahnya dan dimasukkan dalam
dengan mengambil serasah daun dan dimasukkan ke botol spesimen dan diawetkan dengan alkohol 90%.
dalam kantong serasah berukuran 10 x 50 x 50 cm, Identifikasi fauna tanah dilakukan dengan menggu-
kemudian ditempatkan di lantai hutan sebanyak 54 nakan buku “An introduction to the study of insect”
kantong (6 kantong x 3 ulangan x 3 kelas umur) (Borror et al. 1992), “Pictorial pictorial keys to soil
dengan berat 50 gr/kantong. Pengambilan kantong animals of China” ((Wenying et al. 2000) dan “Ekologi
yang berisi serasah daun tersebut, dilakukan setiap 1 hewan tanah” (Suin 1997).
bulan sekali selama 6 bulan dan dihitung berat
Pada saat pengumpulan hasil tangkapan,
keringnya dengan memasukkannya ke dalam oven
dilakukan pengukuran intensitas cahaya (%), suhu
pada suhu 60°C sampai mencapai berat kering
udara, suhu tanah, kelembaban udara, kelembaban
mutlak.
tanah, pH tanah di lokasi, ketebalan serasah, dan
Keragaman makrofauna tanah diamati 2 kali pengamatan tumbuhan bawah. Pengukuran suhu
yaitu pada bulan April dan Oktober. Dasar udara dilakukan dengan menggunakan termometer
pertimbangan pada kedua bulan tersebut adalah pada permukaan tanah. Untuk mengukur suhu tanah,
masih dipengaruhi oleh curah hujan, karena dimasukkan termometer ke dalam tanah dengan cara
kelimpahan makrofauna tanah pada suatu tempat membuat lubang dan termometer dimasukkan ke
dipengaruhi oleh kondisi hujan. Pada pengamatan ini dalam lubang tersebut sampai kedalaman yang telah
dilakukan di setiap kelas umur dengan 5 kali ulangan. ditentukan (15 cm dan 30 cm). Pengukuran dilakukan
Metode pengambilan sampel keragaman makrofauna pada selang jam tertentu (jam 10.00-12.00). Pengukur-
menggunakan perangkap sumuran (PSM) dan an iklim mikro pada setiap plot meliputi pengukuran
pengambilan contoh tanah (PCT). Perangkap suhu udara, suhu tanah, pH tanah, kelembaban udara,
sumuran digunakan untuk mendapatkan makrofauna dan intensitas cahaya. Pengukuran parameter
permukaan tanah dibuat dengan cara menggunakan lingkungan tersebut dilakukan bersamaan dengan
lubang perangkap yang dipasang pada setiap titik pengamatan makrofauna tanah.
yang sudah ditentukan dalam jalur yang dibuat.
Analisis data
Perangkap sumuran dari gelas mineral berukuran
diameter 7 cm dan tinggi 10 cm ditanam dengan Data yang telah diperoleh dievaluasi secara
permukaan gelas sejajar permukaan tanah dan diisi diskriptif dan terperinci sesuai keluaran yang diharap-
dengan air sabun ditambah dengan formalin secukup- kan, sedangkan hasil perhitungan bobot kering
nya sampai tinggi air sepertiga dari volume gelas. digunakan untuk menghitung dan menganalisis
Bagian atasnya ditutupi dengan seng untuk produksi serta laju dekomposisi. Penghitungan laju
menghindari hujan dan dibiarkan selama 2 x 24 jam. dekomposisi serasah menggunakan rumus Olson
Makrofauna yang terjebak di dalam gelas dimasukkan (1963) dalam Gultom (2009) sebagai berikut :
ke dalam kantung plastik dan diberi label. Setelah itu
Xt = Xoe(-kt) ............................................................. (1)
sampel dibawa ke laboratorium dan dipilah-pilah,
Dimana :
kemudian dimasukkan ke dalam botol dan diberi Xt = Jumlah serasah pada waktu t
alkohol 90%. Xo = Jumlah serasah awal pada waktu t = 0
k = Tingkat dekomposisi serasah
Pengamatan makrofauna dengan pengambilan t = Waktu (bulan)
contoh tanah dengan ukuran 25 x 25 cm dengan
Nilai keanekaragaman fauna tanah dihitung
kedalaman 25 cm pada setiap sampel. Fauna yang
dengan rumus indeks Shannon-Wiener (H’)
terdapat pada setiap kedalaman diambil dan
berdasarkan (Ludwig & Reynolds 1988) adalah:
215
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
s
H = å i = 1 (Pi ln Pi) ................................................... (2) unsur N sebesar 0,2%; P sebesar 6,28 mg/100 gr; C
216
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
Tabel 2. Analisis sidik ragam (Anova) dari umur tanaman dan kandungan unsur hara tanah
Table 2. Analysis of variance (Anova) of plant age and soil nutrient content
Menurut Mindawati (2008), penanaman jenis Produksi dan Laju Dekomposisi Serasah
pohoh berdaur pendek dan tergolong jenis cepat Selama 6 bulan pengamatan, dapat diketahui
tumbuh, akan membutuhkan unsur hara lebih jumlah produksi serasah daun yang dihasilkan oleh
banyak. Purwanto dan Adalina (2001) dalam tegakan nyawai pada berbagai kelas umur (Gambar 1).
Wahyuningrum (2008) juga menyampaikan bahwa Terlihat bahwa produksi tertinggi terjadi pada bulan
hilangnya unsur hara akibat pengambilan kayu Mei (1,1 ton/ha) dan terendah pada bulan Agustus
sengon sebagai salah satu tanaman fast growing (0,08 ton/ha). Apabila dilihat dari curah hujan yang
termasuk besar, terutama untuk jenis unsur hara turun dengan jumlah produksi serasah terlihat sekilas
kalium, nitrogen, kalsium, dan fosfor. Hardiatmi bahwa tidak ada hubungan antara jumlah produksi
(2008) juga menyampaikan hal senada bahwa dan curah hujan. Pada bulan Juni, saat curah hujan
tanaman yang memiliki pertumbuhan cepat dengan tinggi (424 mm) terlihat bahwa jumlah produksi
riap yang tinggi memerlukan unsur hara yang tinggi, serasah turun, tetapi pada bulan September, saat
dimana kebutuhan nutrisi tersebut tidak dapat curah hujan juga meningkat, jumlah produksi serasah
dipenuhi oleh lahan HTI. Apabila penanaman mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya
dilakukan pada lahan-lahan yang kurang produktif (Agustus). Menurut Hendromono dan Khomsatun
seperti pada lahan-lahan HTI sebaiknya faktor (2008), tanaman nyawai menggugurkan daun yang
penambahan unsur hara ke dalam tanah melalui waktunya berbeda antara pohon yang satu dengan
pemupukan atau pemanfaatan mikoriza dilakukan yang lain. Berdasarkan hasil anova (Tabel 3) diperoleh
secara intensif. Selain itu diperlukan pula pemilihan informasi bahwa pada bulan Juni jumlah produksi
jenis tanaman yang tepat dan sesuai dengan serasah umur 3 tahun tidak berbeda nyata dengan
habitatnya. umur 4 tahun, tetapi keduanya berbeda nyata dengan
umur 6 tahun, jumlah produksi serasah pada tanaman
umur 6 tahun lebih banyak dibandingkan umur 3 dan
217
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
4 tahun. Meskipun demikian, perbedaan produksi terdekomposisi sebesar 38,25% dengan laju dekom-
serasah tersebut tidak berkorelasi dengan curah hujan posisi sebesar 3,24%. Serasah terdekomposisi sebesar
dimana perhitungan analisis korelasi mendapatkan 99% kurang lebih selama 51 bulan. Berdasarkan hal
hubungan yang tidak berbeda nyata (Sig.= 0,98). tersebut apabila dibandingkan dengan tanaman
nyawai, maka dapat dilihat tanaman nyawai meskipun
Laju dekomposisi serasah selama 6 bulan dapat
dengan laju yang hampir sama akan terdekomposisi
diketahui dengan menggunakan persamaan 1. Hasil
99% lebih lama dibandingkan jenis Eucalyptus
laju dekomposisi dan persentase dekomposisi serasah
grandis, sehingga ketersediaan unsur hara bagi tanah
selama 6 bulan, kemudian digunakan untuk asumsi
melalui proses dekomposisi pada lokasi penelitian,
dekomposisi serasah sampai 99% terdekomposisi.
juga akan lebih lama.
Grafik laju dekomposisi serasah dan estimasinya
tersaji pada Gambar 2. Berdasarkan informasi pada Kelimpahan Makrofauna tanah
Gambar 2 tersebut, dapat diketahui bahwa serasah
Pada Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa makrofauna
selama 6 bulan pada tanaman umur 6 tahun
tanah yang diperoleh terdiri dari dua filum yaitu
terdekomposisi 48,31% dengan laju dekomposisi 11%.
Annelida dan Arthropoda, dengan 5 kelas yaitu
Serasah akan habis 99% pada bulan ke-42. Pada
Chaetopoda, Arachnida, Chilapoda, Diplopoda, dan
tanaman umur 4 tahun serasah terdekomposisi
Insecta. Pada tingkat ordo, terdiri dari Olygochaeta,
30,23% dengan laju dekomposisi 5,8%, dan serasah
Araneae, Isoptera, Dermaptera, Diptera, Orthoptera,
akan terdekomposisi 99% pada bulan ke-77. Pada
Hemiptera, Hymenoptera, Coleoptera, Blattaria, dan
tanaman umur 3 tahun selama 6 bulan serasah
Thysanura. Sebagian besar fauna tanah yang ditemu-
terdekomposisi sebesar 31,06% dengan laju 6,2% dan
kan berasal dari kelas Insecta. Pada metode peng-
akan habis 99% pada bulan ke-75.
ambilan contoh tanah (pct) total jumlah makrofauna
Berdasarkan hasil penelitian Wibowo et al. (2007) dalam tanah yang didapatkan sebanyak 68 individu
pada tegakan tanaman Eucalyptus grandis umur 9 terdiri atas 17 famili yang sebagian besar Insecta (69%)
tahun di HTI PT. Toba Pulp Lestari di Aek Nauli, dari keseluruhan takson yang ditemukan, sedangkan
Sumatera Utara, yang dilaksanakan pada tahun 2006, pada metode perangkap sumuran (psm) terdapat 688
selama 16 minggu lama pengamatan, serasah yang individu. Sebaran kelimpahan makrofauna tanah
218
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
pada ketiga kelas umur nyawai dapat ditunjukkan makrofauna tanah yang ditemukan. Semut merupa-
pada Tabel 5. kan serangga yang penyebarannya luas dan terdapat
di habitat darat dan jumlah individunya melebihi
Kelimpahan makrofauna tanah pada perangkap
hewan-hewan darat lainnya. Semut pada dasarnya
sumuran (psm) didominasi oleh semut (Formicidae).
adalah serangga-serangga eusosial, artinya satu
Formicidae juga cenderung mendominasi jenis
Tabel 3. Analisis sidik ragam (Anova) dari umur tanaman dan produksi serasah
Table 3. Analysis of variance (Anova) of plant age and litter production
(a) (b)
Gambar 2. Estimasi laju dekomposisi serasah pada tanaman nyawai pada umur 6 tahun (a), 4 tahun (b) dan 3 tahun (c)
Figure 2. Estimation of the litter decomposition rate of 6-year-old (a), 4-year-old (b), and 3-year-old of nyawai plant.
219
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
keadaan kehidupan berkelompok yang terdapat yang memiliki populasi stabil sepanjang musim dan
kerjasama di antara anggota-anggotanya dalam tahun. Populasi semut yang berlimpah dan stabil
memelihara yang muda, pembagian reproduktif dari menjadikan serangga semut ini menjadi salah satu
pekerjaan dan tumpang tindih regenerasi (Borror et serangga yang penting dalam ekosistem. Jumlah yang
al. 1992). Semut merupakan salah satu jenis serangga berlimpah, fungsinya yang penting dan interaksi yang
Jumlah individu
Filum Kelas Ordo Familia
Dalam tanah Permukaan
Annelida Chaetopoda Olygochaeta Glososcolecidae 8 0
Arthropoda Arachnida Araneae Dictynidae 5 25
Chilapoda Chilapoda 4 2
Diplopoda Diplopoda 4 0
Insecta Isoptera Rhinotermitidae 5 0
Hodotermitidae 1 0
Isoptera1 3 1
Dermaptera Labiduridae 4 1
Diptera Diptera1 0 5
Orthoptera Rhaphidophoridae 1 6
Gryllidae 3 45
Hemiptera Reduvidae 1 0
Miridae 0 1
Hymenoptera Formicidae 22 593
Hymenoptera1 0 1
Coleoptera Scarabaeidae 2 1
Carabidae 0 1
Coleoptera1 1 0
Blattaria Blattidae 2 0
Blattaria1 1 1
milipidae 1 0
Thysanura Nicoletiidae 0 1
Lain-lain Lain-lain 0 4
Jumlah 68 688
Sumber : Data primer
Source : primary data
Tabel 5. Kelimpahan makrofauna tanah pada 3 kelas umur nyawai (Ficus variegata)
Table 5. Abundance of soil macrofauna in 3 classes of age of nyawai (Ficus variegata)
Metode Pengambilan
Takson pct psm
3 tahun 4 tahun 6 tahun 3 tahun 4 tahun 6 tahun
Hymenoptera 4 6 12 211 274 109
Olygochaeta 2 1 5
Diplopoda 2 2
Araneae 2 1 2 8 9 8
Orthoptera 1 2 1 13 8 30
Coleoptera 1 2 1 1
Blattaria 1 3 1
Chilapoda 1 2 1 2
Thysanura 1
Dermaptera 3 1 1
Hemiptera 1 1
Isoptera 7 2 1
Lain-lain 2 2
Diptera 2 2 1
Total 14 27 27 240 294 154
220
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
komplek dengan ekosistem yang ditempatinya sering- tanah. Pada Tabel 6, terlihat bahwa tegakan nyawai
kali semut digunakan sebagai bio-indikator (Wang et umur 6 tahun mempunyai nilai kecenderungan lebih
al. 2000). tinggi dibanding pada kelas umur lainnya, baik pada
pengambilan sampel permukaan (0,71) maupun
Hasil identifikasi makrofauna dalam tanah yang
dalam tanah (0,70).
ditemukan 20 takson termasuk ke dalam filum
Annelida (kelas: Oligochaeta/cacing sebanyak 11,8 %) Berdasarkan hasil anova, keanekaragaman
dan filum Arthopoda (kelas: Arachnida (7%), makrofauna tanah permukaan (psm) pada kelas umur
Diplopoda (5,8%), Chilapoda (5,8%), dan Insecta 6 tahun berbeda pada kelas umur 4 tahun. Hal
(69%). Dari data tersebut terlihat bahwa kebanyakan tersebut menunjukkan bahwa kelimpahan makro-
makrofauna tanah sebagian besar terdiri dari kelas fauna pada umur 6 tahun mempengaruhi proses
Insecta masing-masing termasuk ke dalam ordo dekomposisi serasah, dimana laju dan prosentase
Hemiptera, Dermaptera, Coleoptera, Isoptera, dekomposi pada lokasi tersebut memiliki nilai
Orthoptera, Diptera, Hymenoptera, Lepidoptera, dan tertinggi dibandingkan pada umur 3 dan 4 tahun. Hal
Blattodea. Makrofauna permukaan tanah yang ini sesuai dengan penelitian Sugiyarto dan
ditemukan 20 takson termasuk ke dalam filum Setyaningsih (2007) yang menyatakan bahwa laju
Arthopoda yang terdiri dari kelas Arachnida (3,6%), dekomposisi berkorelasi positif dengan indeks
Chilapoda (0,2%), dan Insecta (96%). Keragaman diversitas makrofauna tanah. Meskipun demikian
makrofauna tanah pada lokasi penelitian disajikan berdasarkan kriteria keragaman, kondisi tersebut
pada Tabel 6. masih tergolong rendah, karena memiliki indeks
keragaman di bawah 1,5. Kondisi ini tidak terlepas dari
Keragaman makrofauna pada tegakan nyawai
adanya keterbatasan faktor pendukung bagi
pada beberapa kelas umur menunjukkan kecende-
keragaman makrofauna tersebut.
rungan yang berbeda baik pada makrofauna permuka-
an maupun makrofauna dalam tanah. Dari dua Kondisi Lingkungan
pengamatan tersebut didapatkan rata-rata keragaman
Keragaman makrofauna tanah dan kemampuan
makrofauna tanah permukaan dan makrofauna dalam
melakukan dekomposisi serasah tidak dapat dipisah-
Tabel 6. Nilai rata-rata indeks keanekaragaman, jumlah jenis, dan jumlah individu
Table 6. Average values of diversity index, the number of spesies, and the number of individuals
221
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
222
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
Gultom IM. 2009. Laju dekomposisi serasah daun Wang C, Strazanac J, Butler L. 2000. Abundance, diversity,
Rhizophora mucronata pada berbagai tingkat salinitas. and activity of ants (Hymenoptera: Formicidae) in
Universitas Sumatera Utara. oak-dominated mixed Appalachian forests treated with
Hardiatmi JMS. 2008. Pemanfaatan jasad renik mikoriza microbial pesticides. Environmental Entomology 29(3):
untuk memacu pertumbuhan tanaman hutan. Jurnal 579–586. http://doi.org/10.1603/0046-225X-29.3.579
Inovasi Pertanian 7(1): 1-10. Wenying Y, Yingzhi N, Yan Z, Jianying C, Hongzhu W,
Hardjowigeno S. 2010. Ilmu tanah. Pressindo, Jakarta. Gouqing Z, Ningnian X. 2000. Pictorial keys to soil
animals of China. Science Press, Beijing.
Hendromono, Khomsatun. 2008. Nyawai (Ficus variegata
Blume & Ficus sycomoroides Miq) jenis yang berprospek Wibowo A, et al. 2007. Evaluasi kandungan biomas.
baik untuk dikembangkan di hutan tanaman. Mitra Dekomposisi serasah dan dinamika status hara di lahan
Hutan Tanaman 3(3):122-130. hutan tanaman. Rencana penelitian tim penelitian
tahun anggaran 2006-2010.
Iskandar B. 2014. Dinamika litterfall dan kecepatan
dekomposisi serasah pada agroekosistem perkebunan di
Kabupaten Dharmasraya. Program Studi Agroteknologi,
Universitas Andalas.
Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical ecology: A primer
on methods and computing. Wiley-Interscience
Publication, USA.
Magguran AE. 1998. Ecological diversity and its
measurement. Hlm. 493 .Croom Helm Limited, London.
Mindawati N, Pratiwi. 2008. Kajian penetapan daur optimal
hutan tanaman Acacia mangium ditinjau dari kesuburan
tanah. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 5(2):109-118.
Prasetyo E. 2013. Produktivitas dan dekomposisi serasah
pada hutan alam dengan sistem silvikultur Tebang Pilih
Tanam Indonesia Intensif (TPTII) di PT. Sari Bumi
Kusuma. Program Studi Ilmu Kehutanan, UGM.
Purnomo E. 2004. Kebijakan dan intensif pembangunan
hutan tanaman dan implementasinya di Kalimantan.
Prosiding seminar ilmiah hasil-hasil penelitian. Balai
Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman
Indonesia Bagian Timur. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman
Hutan, Yogyakarta.
Qirom MA, Supriadi. 2012. Evaluasi dan prediksi
pertumbuhan dan hasil jenis jelutung dan nyawai.
Laporan Hasil dan Penelitian Balai Penelitian
Kehutanan Banjarbaru.
Sugiyarto, Efendi M, Mahajoeno EDWL, Sugito Y,
Handayanto E, Agustina L. 2007. Preferensi berbagai
jenis makrofauna tanah terhadap sisa bahan organik
tanaman pada intensitas cahaya berbeda. Biodiversitas
7(4):96–100.
Sugiyarto, Setyaningsih MP. 2007. Hubungan antara
dekomposisi dan pelepasan nitrogen sisa tanaman
dengan diversitas makrofauna tanah. Buana Sains
7(1):43-50.
Suin MN. 1997. Ekologi hewan tanah. Bumi Aksara, Jakarta.
Sulistyanto, Rieley JO, Limin SH. 2005. Laju dekomposisi
dan pelepasan hara dari serasah pada dua sub-tipe hutan
rawa gambut di Kalimantan Tengah. Jurnal Manajemen
Hutan Tropika 11(2): 1-14.
Sutedjo MM, Kartasapoetra AG, Sastromodjo RS. 1991.
Mikrobiologi tanah. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Vos VCA, Ruijven JV, Berg MP, Peeters THM, Berendse F.
2013. Leaf litter quality drives litter mixing effect through
complementary resource use among detritivores.
Oecologia 173:269–280.
Wahyuningrum N. 2008. Pertumbuhan sengon
(Paraserianthes falcataria) berdasar kondisi fisik lahan.
Hlm. 299-305. Prosiding workshop sintesa hasil
penelitian hutan tanaman. Solo.
223
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
INDEKS PENULIS
249
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
INDEKS SUBJEK
250
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
251
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
252
DAFTAR NAMA MITRA BESTARI
JIK Vol. 11 Tahun 2017
Dewan redaksi Jurnal Ilmu Kehutanan (JIK) mengucapkan penghargaan dan terimakasih
kepada para Penyunting Ahli/Mitra Bestari berikut ini:
Journal of Forest Science (JFS) only publishes articles brief description of the main results and
have not been published and not in the process to conclusions.
publish in other scientific periodicals. The publication 6. Keywords in English (5 words) : It contain of 5
in JFS of articles already printed in other journals is keywords representing the main content of the
entirely the responsibility of the author(s). article. Avoid general and plural terms and
multiple concepts (avoid, for example, ‘and’, ‘of’).
MANUSCRIPT SUBMISSION Be sparing with abbreviations: only abbreviations
Journal of Forest Science accepts research papers, firmly established in the field may be eligible.
short communications, and reviews written in either 7. Introduction : It should briefly place the study in a
Bahasa Indonesia or English. Authors should refer to broad context and highlight why it is important. It
the instructions below when preparing their should define the purpose of the work and its
manuscripts. significance. The current state of the research field
Research papers should be concise, focused on new should be reviewed carefully and key publications
results and data. It should be no longer than about 20 should be cited. It should be written in a way that is
printed pages. They should contain 10 - 30 references accessible to researchers without specialist
(approx.). Short Communications should be short knowledge in that area. Avoid a detailed literature
reports of original studies of limited scope and no survey or a summary of the results.
longer than about 8 printed pages. Reviews should be 8. Materials and Methods : This section should be
overview articles of recent advances in the research of divided by subheadings. It should include the
selected topics. The structure of review papers should design of the study, the type of materials and tools
follow the instructions below, except that there is no involved, and the type of analysis used. It should be
need to have “Material and methods”, “Results” and described with sufficient details to allow others to
discussion” sections. The length of review papers may replicate and build on published results. Methods
vary according to the importance of the material. They already published should be indicated by a
should contain more than 20 references (approx.). reference: only relevant modifications should be
described.
Manuscript is submitted to: 9. Result and Discussion : It may also be broken into
Editors of Journal of Forest Science subsections with short, informative headings. It
Faculty of Forestry, Gadjah Mada University should provide a concise and precise description of
Agro Street, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 the experimental results, their interpretation as
Telp. +62-274-512102, Fax. +62-274-550541; E-mail: well as the experimental conclusions that can be
[email protected] drawn. Discussion should explore the significance
of the results work to the current conditions or
MANUSCRIPT FORMAT other research result, but not repeating the result.
The findings and their implications should be
1. Manuscript is written in 10 point Constantia font discussed in the broadest context possible. Future
1.5 space in A4 paper. research directions may also be highlighted.
2. Margins of all four sides are 2.5 cm 10. Conclusion : It contains the main points of the
3. Page numbers are located at the right bottom article. It should not replicate the abstract, but
4. Total page number is between 5 - 20 might elaborate the significant results, possible
5. Tables and Figures are put together at the end of applications and extensions of the work.
manuscripts, in separated sheets. 11. Acknowledgement : This section is not mandatory.
Manuscript is written in the following orders: If required, state the names of funding bodies and
1. Title (20 words maximum): It should be concise, grant numbers in this section. Authors may also
specific and relevant. It is written in Indonesian for wish to acknowledge individuals who have
manuscript written in Bahasa Indonesia, and title contributed materials, expertise or time to the
in English for that written in English. Avoid study who are not named as authors.
abbreviations and formulae where possible. 12. References : They should be listed in alphabetic
2. Full name of authors (no abbreviation) order by author name, and contain mainly primary
3. Name, full address of authors’ institution reference sources (minimum of 10 primary
4. Name, telp. and fax numbers, and email address references) as well as the last ten year issues
for corresponding author (minimum of 50% of total references).
5. Abstract written in English (300 words maximum) 13. Figures (in JPEG and Excel format) and Tables with
: It should be a single paragraph. It should provide the titles and other explanations.
a clear view of the content of the manuscript with a
FIGURE - If there are more than 10 authors, use et al.
(Singarimbun M, et al.) instead of listing the names
Illustration; can be in the form of figures arranged
of all authors.
professionally, manually or digitally. All figures
- Papers in review and personal communications
should be in the form of JPEG.
should not be included in Literature Cited.
Graph; maximum of 8.5 cm wide made using
- Proceedings and abstracts from conferencesmay
Microsoft Excel program. Numbers and characters for
be cited only if they have a “publisher” and the
figure explanation written in Constantia font 9 point
location of the publisher (or the organization from
size.
which the document may be obtained) can be
TABLE provided.
- Written with name-year system and arranged
Numbers and characters in title and explanation alphabetically refer to Conservation Biology format
written in Constantia font 9 point size. Abbreviation as the examples below:
and any note necessary are written in the below of the
table. Journal
- Ensure that all references cited in text are listed in Hurteau MD. 2017. Quantifying the carbon balance of
Literature Cited and vice versa. The citations forest restoration and wildfire under projected
follow Conservation Biology format. climate in the fire-prone Southwestern US. PLoS
ONE 12(1): e0169275. doi:10.1371/journal.pone.
- In most cases, enclose citations in text in
0169275
parentheses.
“In some trees, grain may spiral in one direction for Book
several years and then reverse direction to spiral
oppositely (Shmulsky & Jones 2011).” is better than Fitter AH & Hay RKM. 2002. Environmental
“According to Shmulsky and Jones (2011), In some Physiology of Plants. Academic Press, San Diego.
367.
trees, grain may spiral.....”
- Use an ampersand (&) between author surnames Edited Book/Chapter in Book
when the citation is parenthetical: (Kozlowsky &
Pallardy 1997). Compton T. 1990. Degenerate primers for DNA
- When a citation is not parenthetical, use and: amplification. Pages. 39-45 in Innis MA, Gelfand
“These findings are consistent with the predictions DH, Sninsky JJ, White TJ, editor. PCR Protocol: A
of Mayer and Koch (2007). guide to methods and applications. Academic
Press, California.
- For citations with more than two authors, use et
al.: (Marsoem et al. 2015). Do not italicize et al. Report
- List parenthetical citations chronologically (from
oldest to most recent) and separate entries with a Quarles SL, Valachovic Y. 2012. Using wood quality
semicolon: (Siddique et al. 2012; Alemaheyu et al. measures to evaluate second-growth redwood.
2014). Pages 553-559. General Technical Report
- Separate the years with commas when citing PSW-GTR-238. 553-559. U.S. Department of
multiple papers by the same author: (Widyorini et Agriculture, Albany, California.
al. 2015, 2016; Umemura et al. 2014). Poedjirahajoe E. 2007. Pengelompokan mangrove
berdasarkan faktor habitat di Pantai Utara Jawa
Literature Cited section Tengah. Laporan DPP Fakultas Kehutanan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
- Provide the full names of all journal titles. Do not
italicize titles.
Skripsi/Thesis/Disertation
Sumiarsih SR. 2008. Initial Evaluation of Progeny Trial
of Ebony (Diospyros celebica) in South Sulawesi.
Dissertation (Unpublished). Faculty of Forestry,
Gadjah Mada University, Yogyakarta.
In press manuscripts:
PROOFREADING
Authors are sent page proofs by email. The purpose of
the proof is to check for typesetting, conversion
errors, and the completeness and accuracy of the text,
tables and figures. Substantial changes in content,
e.g., new results, corrected values, changes in title and
authorship, are not allowed without the approval of
the Editor. After online publication, further changes
can be made only in the form of an Erratum. These
should be checked immediately and corrections, as
well as answers to any queries, returned to the
publishers as an annotated PDF via email or fax within
7 working days (further details are supplied with the
proof). It is the author’s responsibility to check proofs
thoroughly.
FEE
No fees are charged for submitting and processing of
any articles.
INSTRUKSI UNTUK PARA PENULIS
UMUM
Redaksi hanya menerima naskah yang belum pernah 4. Nama, telp., fax, dan e-mail penulis untuk
diterbitkan dan tidak sedang dalam proses penerbitan korespon- densi
di jurnal/terbitan ilmiah yang lain. Pemuatan dalam 5. Abstrak dalam bahasa Inggris (maksimum 300
terbitan JIK untuk artikel yang ternyata telah/sedang kata) : ditulis dalam satu paragraf. Abstrak harus
akan diterbitkan di jurnal/terbitan ilmiah lain memberikan gambaran jelas dari isi keseluruhan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. naskah melalui penjelasan singkat dari tujuan,
metoda, hasil-hasil utama penelitian dan
BENTUK NASKAH kesimpulannya.
6. Kata kunci dalam bahasa Inggris (maksimum 5
Jurnal Ilmu Kehutanan menerima naskah dalam
kata) : mengandung 5 kata kunci yang mewakili isi
bentuk Hasil Penelitian (research papers), Catatan
utama dari naskah. Hindari kata-kata atau
Penelitian (short communication), dan Ulasan
istilah-istilah yang terlalu umum (misalnya,
(review) baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa
hindari kata ‘and’, ‘of'’) dan tidak terlalu banyak
Inggris. Hasil Penelitian harus ringkas, fokus pada
menggunakan dengan singkatan : hanya singkatan
hasil-hasil terbaru dan data. Jumlah tidak tidak lebih
yang sangat umum bisa dipakai.
dari 20 halaman cetak dan dengan jumlah pustaka
7. Abstrak dalam bahasa Indonesia (maksimum 300
antara 10-30. Catatan Penelitian merupakan naskah
kata) : lihat keterangan no. 5
singkat dari penelitian baru pada lingkup terbatas dan
8. Kata kunci dalam bahasa Indonesia (maksimum 5
tidak lebih dari 8 halaman cetak. Ulasan bersifat
kata) : lihat keterangan no. 6.
mengulas penelitian-penelitian terbaru pada topik
khusus. Bagian-bagian dari naskah Ulasan mengikuti 9. Pendahuluan : secara ringkas menjelaskan
tata cara penulisan di bawah, kecuali tidak perlu penelitian yang dilakukan dalam konteks yang luas
bagian “Bahan dan Metode“, dan “Hasil dan dan arti pentingnya. Tujuan penelitian perlu
Pembahasan”. Jumlah halaman Ulasan bisa bervariasi ditegaskan dan bagaimana kemanfaatannya. Tema
menyesuaikan dari pentingnya tema dan berisi lebih yang sedang diteliti harus diulas secara cermat dan
dari 20 pustaka. pustaka-pustaka penting harus disitir. Penulisan
dilakukan agar tetap bisa dibaca oleh peneliti
PENGIRIMAN NASKAH lainnya yang awam terhadap tema yang diteliti.
Tinjauan pustaka dan ringkasan hasil yang terlalu
Naskah dikirim ke: detail agar dihindari.
Redaksi Jurnal Ilmu Kehutanan 10. Bahan dan Metode : bagian ini harus dibagi-bagi
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada menjadi beberapa sub-bab yang mencakup desain
studi, tipe bahan dan alat, dan tipe analisis yang
Jln. Agro, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
digunakan. Penjelasan harus memadai sehingga
Telp. 0274-512102, Fax. +62-274-550541; E-mail: peneliti lainnya bisa mengulang dan melakukan
[email protected] dengan hasil sama dengan yang dipublikasikan.
FORMAT NASKAH Metode yang sudah dipublikasikan bisa diringkas
dengan menyitir pustakanya: bila terdapat
1. Naskah diketik dengan 1 1/2 spasi pada kertas HVS perubahan yang berarti maka harus dijelaskan
kuarto (A4) secara detail.
2. Margin semua sisi 2,5 cm, huruf Constantia, 11. Hasil dan Pembahasan : bagian ini bisa dibagi-bagi
ukuran 10 point lagi menjadi sub-bab dengan judul yang pendek
3. Jumlah halaman minimal 5, maksimal 20 dan informatif. Hasil, penafsiran, dan kesimpulan
4. Nomor halaman diletakkan di ujung kanan bawah penelitian dijelaskan secara ringkas dan cermat.
5. Gambar dan tabel dikelompokkan bersama di Pembahasan harus menyinggung pentingnya hasil
bagian akhir naskah pada lembar yang terpisah. penelitian pada kondisi sekarang atau hasil
penelitian lainnya tetapi tanpa mengulang-ulang
Naskah disusun dengan urutan sebagai berikut: hasilnya. Temuan-temuan dan implikasinya harus
1. Judul (maksimum 20 kata) : harus ringkas, spesifik, dibahas dalam konteks yang lebih luas serta
dan berkaitan. Ditulis dalam bahasa Indonesia dan ditegaskan bagaimana untuk arah penelitian
bahasa Inggris. Singkatan dan rumus agar lanjutannya.
dihindari sebisa mungkin. 12. Kesimpulan : berisi poin-poin penting dari hasil
2. Nama lengkap penulis (jangan disingkat) penelitian. Isi tidak boleh persis dengan yang ada
3. Nama, alamat lengkap, dan kode pos lembaga/ di Abstrak/Intisari, tetapi lebih menjelaskan
institusi
hasil-hasil yang penting, kemungkinan penerapan, Tanda ’&’ digunakan bila menyitir antara nama
serta tindak lanjut penelitian ke depan. belakang penulis dalam tanda kurung : (Mayer &
13. Ucapan Terima Kasih : bagian ini tidak wajib. Koch 2007).
Apabila diperlukan, ditulis institusi yang - Apabila penyitiran tidak dalam tanda kurung,
membiayai beserta skema/nomor hibahnya. maka digunakan kata ‘dan’ untuk memisahkan
Ucapan terima kasih juga berlaku untuk personel penulisnya : “ Nilai yang diperoleh penelitian ini
yang membantu bahan penelitian, keahlian, waktu lebih kecil dari nilai kayu Pinus taeda oleh
selama penelitian tetapi tidak sebagai penulis. Zicherman dan Thomas (1972).”
14. Daftar Pustaka : diurutkan sesuai alfabet dan berisi - Untuk penyitiran lebih dari 2 penulis, maka
sebagian besar pustaka-pustaka primer (minimum digunakan ‘et al.’ yang tidak dimiringkan :
10 pustaka primer) dan terbitan dalam sepuluh (Komiyama et al. 2008).
tahun terakhir (minimum 50% dari jumlah - Urutan penyitiran di dalam adalah dari pustaka
pustaka). yang lama sampai terbaru dan dipisahkan oleh
15. Gambar (dalam format JPEG) dan Tabel serta tanda ‘;’ : (Siddique et al. 2012; Alemaheyu et al.
keterangannya ditulis dalam bahasa Indonesia dan 2014).
bahasa Inggris. Apabila sebuah tabel atau gambar - Urutan penyitiran untuk penulis yang sama
hanya berisi data yang sedikit, maka data tersebut dipisahkan oleh tanda ‘,’ : (Widyorini et al. 2015,
dimasukkan dalam teks. 2016; Umemura et al. 2014).
Laporan
Quarles SL, Valachovic Y. 2012. Using wood quality
measures to evaluate second-growth redwood.
Pages 553-559. General Technical Report
PSW-GTR-238. 553-559. U.S. Department of
Agriculture, Albany, California.
Poedjirahajoe E. 2007. Pengelompokan mangrove
berdasarkan faktor habitat di Pantai Utara Jawa
Tengah. Laporan DPP Fakultas Kehutanan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Skripsi/Tesis/Disertasi
Sumiarsih SR. 2008. Evaluasi awal uji keturunan eboni
(Diospyros celebica) di Sulawesi Selatan. Skripsi
(Tidak dipublikasikan). Fakultas Kehutanan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
PENGECEKAN PROOF
Draft naskah cetak (proof) akan dikirimkan ke penulis
melalui email. Pengecekan proof secara keseluruhan
ini merupakan tanggung jawab penulis yang
mencakup kesalahan penulisan kata-kata, penerje-
mahan, serta kelengkapan dan ketepatan teks, tabel
dan gambar. Proof harus segera dicek dan diperbaiki
oleh penulis serta memberikan jawaban bila terdapat
pertanyaan-pertanyaan dari Dewan Redaksi. Proof
selanjutnya dikembalikan ke Dewan Redaksi dalam Foto sampul depan: Harimau Sumatera di Suaka
kurun waktu 7 hari (detail akan disampaikan beserta Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling
proof). Perubahan secara substansial dari isi, misalnya (Oleh: Febri Anggriawan Widodo, 2016)
hasil baru, koreksi nilai, perubahan judul dan nama