Pembukaan Lahan
Pembukaan Lahan
Pembukaan Lahan
06
STANDARD OPERATING PROCEDURE
PEMBUKAAN LAHAN
CONTENTS PAGE
1.0 TUJUAN .................................................................................. 2
2.0 RUANG LINGKUP KEGIATAN ................................................. 2
3.0 TANGGUNG JAWAB ............................................................... 2
4.0 PROSEDUR KEGIATAN PEMBUKAAN LAHAN ....................... 2
5.0 KEGIATAN PENGECUALIAN/EXEMPTION.............................. 7
6.0 PEMBUKAAN KEMBALI AREAL REKLAMASI (REDISTURB) ... 8
7.0 PEMANFAATAN KAYU ............................................................ 8
8.0 LAPORAN INTERNAL DAN EKSTERNAL ................................ 9
9.0 DIAGRAM ALUR...................................................................... 9
10.0 REFERENSI ........................................................................ 11
11.0 OTORISASI ALUR KERJA ................................................... 12
Pembukaan Lahan
1.0 Tujuan
B.2. Eksplorasi
1. Sebelum pembukaan lahan eksplorasi dilakukan, lokasi rencana titik pengeboran Manager
dan akses jalan harus dipasang tanda berupa pita/patok terlebih dahulu. Geologi
2. Memastikan akses atau jalur menuju rencana titik bor tidak keluar dari area yang Manager
diijinkan. Geologi
3. Akses dan area titik pengeboran aktual disurvey dan dilaporkan kepada Manager
Manager Environment setiap akhir bulan. Geologi
C. Pembukaan Lahan
1. Prosedur teknis pembukaan lahan diatur secara detil pada SOP Pembukaan Manager
Lahan yang berlaku di masing-masing departemen. Pelaksana
2. Tanah zona perakaran (tanah pucuk/topsoil) harus dikeruk dan diamankan, Manager
yakni dipindahkan sementara ke lokasi penimbunan khusus dan diinventarisir, Pelaksana/
atau dapat langsung dihamparkan ke area reklamasi yang sedang dikerjakan. Environment
3. Memastikan pengambilan/pengupasan tanah pucuk dilakukan dengan optimal. Manager
Pelaksana
4. Mekanisme kontrol terhadap kegiatan pembukaan lahan dilakukan pada saat Manager
pelaksanaan Serah Terima Daerah Pemindahan Tanah (CSA) melalui Pelaksana/
pengecekan terhadap batas area, ketebalan rerata dan volume tanah pucuk Environment
(topsoil) yang dikupas, alokasi timbunan tanah pucuk (TSSP), serta peralatan
yang digunakan.
5. Jika didapatkan potensi perubahan rencana batas area pembukaan lahan di luar Manager
dokumen yang telah disetujui, Pihak Pelaksana wajib mengirimkan formulir revisi Pelaksana
ILCP revisi atau tambahan sebelum kegiatan pembukaan lahan dilakukan atau
dilanjutkan.
6. Jika ditemukan kondisi pelaksanaan yang tidak sesuai rencana, Departemen Manager
Environment dapat memberhentikan kegiatan pembukaan lahan atau Environment
merekomendasikan upaya perbaikan. Proses pemberhentian dilakukan secara
resmi melalui surat tertulis kepada Manager dan GM Pelaksana yang
ditandatangi oleh Manager Environment dan GM HSES.
7. Pada kondisi tersebut di atas, Pihak Pelaksana wajib melaksanakan Manager
rekomendasi yang diberikan oleh Departemen Environment. Pelaksana
10.0 Referensi
1. Undang-Undang No. 11 tahun 1974 tentang Pengairan
2. Undang-Undang No. 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Peraturan Menteri ESDM No.07 tahun 2014 tentang Reklamasi dan Pascatambang
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.18/PRT/M/2015 tentang
Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau
5. Peraturan Menteri Kehutanan No.P.43/MenLHK-SETJEN/2015 tentang Penatausahaan Hasil
Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Alam
6. Peraturan Menteri Kehutanan No.P.62/MenLHK-SETJEN/2015 tentang Ijin Pemanfaatan Kayu