MAKALAH

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Kerukunan, Konflik, Pemecahan dan Harapan Antar Umat Beragama”

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam

Mata Kuliah Agama Islam

Dosen pengampu: Dinul Islami, M.A.

Disusun Oleh:

Kelompok 9

- Mita Irawati (4173141042)


- Ramadhani (4173341060)
- Putri Chairunnisa (4173341055)
- Sulisma Sinaga (4173141064)

Kelas : Pendidikan Biologi 2017

Fakultas : Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-nya
sehingga tugas Makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami ucapkan
banyak terima kasih kepada bapak Dosen pengampu mata kuliah Agama Islam yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan dan kami ucapkan terima
kasih kepada Teman-teman yang telah ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas ini.

Harapan kami semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca untuk kedepannya dalam membuat Makalah yang lebih baik lagi. Karena
keterbatasan pengetahuan pengalaman , kami yakin masih banyak kekurangan dalam tugas
Makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan tugas ini.

Medan, 7 Mei 2019

PENULIS

Kelompok 9

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Agama Islam Adalah Rahmat Bagi Seluruh Alam......................................................6


2.2 Kebersamaan Dalam Pluralitas Beragama...................................................................6
2.3 Sumber-Sumber Konflik dan Pemecahan..................................................................10
2.4 Potensi Konflik yang Harus Diwaspadai...................................................................12
2.5 Program Kerukunan...................................................................................................12
2.6 Antara Harapan dan Tantangan.................................................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................15
3.2 Saran..........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerukunan antar umat beragama merupakan suatu kesatuan yang dilandasi saling
pengertian menenai keadaan pemeluk agama lain untuk menjalankan syariat agamanya
dengan tidak menimbulkan konflik dan gangguan. Kerukunan beragama di tengah
keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia. Indonesia dikenal sebagai suatu sosok masyarakat yang pluralistik yang
memiliki banyak kemajemukan dan keberagaman dalam hal agama, tradisi, kesenian,
kebudayaan, cara hidup dan pandangan nilai yang dianut oleh kelompok-kelompok etnis
dalam masyarakat Indonesia. Dalam perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji
sebagai alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang
sangat majemuk di bawah suatu tatanan yang inklusif dan demokratis. Sayangnya wacana
mengenai Pancasila seolah lenyap seiring dengan berlangsungnya reformasi. Di dalam
konflik antaragama itu sendiri muncul tindakan yang justru bertentangan dengan ajaran
agama, dikarenakan emosi yang tidak dapat terkendali sehingga dengan mudahnya
mereka bertindak anarki di luar ajaran agama. Jika dikaitkan antara ajaran agama dan
tingkah laku umat yang membakar tempat ibadah dan membunuh sesama umat sungguh
sangat kontroversial. Padahal semua agama mengajarkan betapa pentingnya kerukunan
dan kedamaian. Kalau pun terjadi konflik antarumat beragama, maka bukanlah ajaran
agamanya yang salah namun umat itu sendirilah yang sempit dalam memahami ajaran
agama. Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan
antar umat beragama, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun dengan kendala
tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di
Indonesia, maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari
berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di
Indonesia seperti masyarakat dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasi-
organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam masyarakat. Keharmonisan dalam
komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar
terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kerukunan antar umat beragama?
2. Bagaimana menjaga keharmonisan antar umat beragama?
3. Apa saja sumber-sumber konflik dan pemecahan antar umat beragama?
4. Potensi konflik apa saja yang harus diwaspadai dalam menjaga kerukunan antar umat
beragama?
5. Apa saja program kerukunan yang dapat mengatasi konflik antar umat beragama?

4
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan pengertian dari kerukunan antar umat beragama
2. Mampu menawarkan tips untuk menjaga kerukunan antar umat beragama
3. Mampu mendeskripsikan sumber-sumber konflik dan pemecahan antar umat
beragama
4. Mampu menjelaskan Potensi konflik apa saja yang harus diwaspadai dalam menjaga
kerukunan antar umat beragama
5. Mampu memberikan solusi dalam mengatasi konflik yang terjadi antar umat
beragama

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Agama Islam Adalah Rahmat Bagi Seluruh Alam

Kerukunan antar umat beragama merupakan suatu kesatuan yang dilandasi saling
pengertian menenai keadaan pemeluk agama lain untuk menjalankan syariat agamanya
dengan tidak menimbulkan konflik dan gangguan. Kesadaran itu dibangun di atas asumsi
dasar bahwa kepercayaan agama tidak bisa dipaksa karena itu hidayah allah. Pada dasarnya
semua agama menginginkan kebenaran, kebaikan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan
keamanan. Agama yang islam ang kita anut adalah satu-satunya agama yang benar dan
mampu membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, maka setiap umat islam
harus menunjukkan dan bisa menjadi contoh yang baik, bagaimana menjadi pribadi dan
masyarakat yang terbaik yang bisa membawa kedaminan dan contoh tauladan.

Secara bahasa, islam berasal dari bahasa arab, terampil dari asal kata salima yang berarti
selamat sentosa, damai dan sejahtera. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang berarti
juga menyerahkan diri, patuh dan taat. Pengertian tersebut menujukkan bahwa agama islam
adalah agama yang mengandungajran untuk menciptakan kedamaian, keselamaan dan
kesejahteraan kehidupan manusia pada khususnya dan semua makhluk allah pada umumnya,
serta penyerahan diri, menaati dan mematuhi ketentuan-ketentuan allah. Pada surah al-Anbiya
ayat 107 ketika menjelaskan misi Rasulullah untuk menyampaikan agama islam bagi umat
manusia:

Artinya: Dan tidaklah kami mengutus kamu, melaikan untuk (menjadi) rahma bagi semesta
alam.

Rahmat adalah kasih sayang, kasih sayang sesama pribadi, keluarga, masyarakat, dan juga
sesama makhluk. Rambuh-rambuh kasih sayang itu telah diatur oleh Alquran dan Sunnah
Nabi Muhammad saw.

2.2 Kebersamaan Dalam Pluralitas Beragama


1. Manusia sebagai makhluk sosial

Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah dapat hidup sendirian, ia membutuhkan
hubungan dengan orang lain dalam kehidupan kemasyarakatan. Agama sebagai sesuatau

6
yang mendasar dalam kehidupan seseorang sering kali menjadi kendala dalam hubungan
antar masyarakat yang berlainan agama, sehinga terjadi konflik antar pengikut suatu agama
dengan agama lain. Untuk itu, agama islam memberikan tuntutan internal sesama umat islam
dan tuntutan eksternal bersikap dengan penganut agama lain.

2. Hubungan natar umat beragama


a. Hubungan internal umat islam

Persaudaraan atau ukhuwah, merupakan salah satu ajaran yang dapat perhatian penting dalam
islam. Ukhuwah pada mulainya berarti “persamaan dan keserasian dalam banyak hak”.
Karenaya persamaan dalam iman mengakibatkan persaudaraan. Alquran menyebutkan kata
yang mengandung arti persaudaraan sebangak 52 kali yang menyangkut berbagai persamaan,
baik persamaan keturunan, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama.

Masyarakat muslim mengenal istilah ukhuwah islamiyyah. Istilah ini perlu di


dudukkan maknanya, agar bahasa kita tentang ukhuwah tidak mengalami keracubab. Untuk
itu lebih dahulu perlu dilakukan tinjauan kebahasaan untuk menetakan kedudukkan kata
islamiah. Selama ini ada kesan bahwa stilah tersebut bermakna persaudaraan yang dijalin
oleh sesama muslim, atau dengan kata lain persaudaraan antar muslim, sehingga dengan
demikian kata islamiah dijadikan pelaku ukhuwah itu. Ukhuwah yang islami dapat dibagi
kedalam empat macam, yaitu:

1) ukhuwah ubudiyyah atau saudara kesemaklukan dan kesetundukan kepada allah.


2) Ukhuwah insaniyyah (basyariyyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah
bersaudara, karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu yang sama, yaitu
adam dan hawa.
3) Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan
kebangsaan.
4) Ukhuwah fi din al-islam, persaudraan antar sesama muslim.

Untuk menghidari perpecahan di kalangan umat islam dan memantapkan ukhuwah islamiyah
para ahli menetapkan tiga konsep:

1) Konsep tanawwu al-ibadah (keragaman cara beribadah) yang mengantar kepada


pengakuan akan adanya keberaaman yang dipraktekkan Nabi saw. Dalam bidang
furu; sehingga semua diakui kebenarannya, dengan catatan sesuai dengan Sunnah
Rasulullah saw.
2) Konsep al-mukhti’fi al-ijtihad lahu ajr (yang salah dengan ber-ijtihad pun mendapat
ganjaran satu pahala). Konsep ini mengandung arti bahwa selama seseorang
mengikuti pendapat seorang ulama, ia tidak akan berdosa, bahkan tetap diberi
ganjaran oleh allah, walaupun hasil ijtihad yang diamalkan itu keliru. Wewenang
untuk menentukan yang benar dan yang salah bukan manusia, melaikan Allah swt.
Yang baru akan diketahui di hari akhir. Perlu diperhatikan bahwa yang
mengemukakan ijtihad maupun orang yang pendapatnya diikuti, haruslah orang-orang
yang memiliki otoritas keilmuan yang disampaikannya setelah melalui ijtihad.
Perbedaan-perbedaan dalam produk ijtihad yang dilakukan ahlinya dalah sesuatu yang

7
wajar, karena itu perbedaan yang ada hendaknya tidak mengorbankan ukhuwah
islamiah yang terbinah di atas landasan keimanan yang sama.
3) Konsep al hukma lillah qabla ijtihad al-mujtahid (allah belum menetapkan suau
hukum sebelum upaya ijtihad seorang mujtahid). Konsep ini dapat dipahami bahwa
persoalan-persoalan yang belum ditetapkan hukumnya secara pasti, baik dalam
Alquran maupun sunnah rasul, maka allah belum menetapkan hukumnya. Oleh karena
itu umat islam, khusunya para mujtahid, dituntut ntk menetapkannya melalui ijtihad.
Hasil dar ijtihad ang dilakukan itu merupakn hukum allah bagi masing-masing
mujtahid, walaupun hasil ijtihad itu berbeda-beda.

Ketiga konsep diatas memberikan pemahaman bahwa ajaran islam mentolelir adanya
perbedaan dalam pemahaman maupun pengalaman.

b. Hubungan Antar Umat Beragama

Agama islam ditunjukkan untuk mansia dengan segala keberagamannya, karena itu ajaran
islam tidak melarang umatnya untuk berhubungan mauamalat dengan agama yang lain.
Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa berpihak pada kebenaran dan keadilan
termasuk termasuk terhadap orang-orang non muslim. Dalam hubungan dengan umat
beragama lain yang harus diperhatikan adalah hendaknya seorang muslim tetp menjaa
keyakinan (aqidah), yaitu menyakini bahwa hanya agama islamlah yang diridai oleh allah
dan agaa yang bertauhid secara murni. Ini berarti bahwa hubunganna dengan pihak lain
tidak sampai membenarkan keyakinan mereka, atau saling tukar keyakinan. Tetapi tetap
menghormati dan menghargai keyakinan masing-masing sebagaimana ang disebutkan di
dalam alquran.

Artinya: katakanlah :” hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah, dan kamu bukan penyembah tuhan yang aku sembah, dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah tuhan yang aku sembah untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku.

3. Kebersamaan dalam Pluralitas Beragama

Pluralitas berasal dari bahasa inggris, plura, antonim dari kata sungular secara genetik
ia berarti kemajuan atau kemajemukkan. Dengan kata lain, ia adalah konsep objektif
dalam suatu masyarakat yang terdapat di dalamnya sejumlah kelompok saling berbeda,
baik secara ekonomi, idiologi, keimanan, maupun latar belakang etnis. Secara filosofis,
pluralitas dibangun dari prinsif pluralisme, yaitu sikap, pemahaman dan kesadaran
terhadap kenyataan adanya kemajemukan, keragaman sebgai sebuah keniscayaan,

8
sekaligus ikut secara aktif memberikan makna signifikasinya dalam konsep pembinaan
dan erwujutan kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang manusiawi dan
bermartabat. Namun pluralisme dalam pengertian pluralisme menyamakan dan
merelafikan seluruh agaran agama sangat tidak tepat dan bertentangan dengan ajaran
islam. Oleh sebab itu, konsep pluralitas harus dibangun dari kerangka pluralistas yang
baru atau yang mendapatkan revisi makna teologis.

Kerangka, pluralitas dalam pandangan islam, dipahami sebagai satu ayat (tanda
kekuasaan) dari ayat allah yang tidak tergantikan. Ayat-ayat tersebut berdiri diatas
kekuasaann allah untuk kemaslahatan dan kemanusiaan. Dengan kata lain, eksintesis
manusiaan yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut merupakan faktor penyatu; dan
perbedaan adalah kemajemukan dalam kerangka kesatuan ini. Tidak ada satu dimensi pun
dipandang maslahat kecuali dengan adanya dimensi yang lainnya. Tidak ada arti dajwah
kala umat ini satu dalam keyakinan dan satu dalam semua keadaan.dengan keragaman itu
maka terjadi interaksi dan saling kenal, dialog, dan dakwa ang terus berlaku diantara
kelompok umat yang berbeda dalam kehadiran yang melingkupinya. Dalam kaitan ini
allah berfirman dalam surah ar-Rum ayat 22-23

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah menciptakan langit dan bumi
dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesunggunya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengngetahui. Dan diantara
tanda-tanda kekuasaannya ialah tdurmu di waku malam dan siang hari dan usahamu
mencari sebagian dari karunianya. Sesunggunya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendenganrkan.”

Pluralitas itu juga tercipta agar setiap individu, susku, bangsa, lebih mudah melakukan
ikatan sosial dan pengenalan anatara satu dengan yang lain. Dalam relevansi ini Alquraan
menyatakan dalam surah al-Hujurat ayat 13:

Artinya: “Hai manusia, sesunggunya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadi kamu berbanga-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal. Sesunggaunga orang yang paling mulia d antara kamu di
sisi allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesunggunya allah maha
mengetahui lagi maha mengenal.”

9
Ayat ini menegaskan bahwa prbedaan, keragaman, atau pluralitas sosiologis
antropologis, yang digambarkan dengan penciptaan manusia dari jenis laki-laki dan
wanita, suku dan bangsa, dijadikan untuk saling kenal mengenal di antara sesama
manusia. Alquraan menjadikan kenal-mengenal” sebagai logika awal pluralitas manusia
di bumi ini. Dari sini terbangunlah filsafat kemanusiaana yang universal, yaitu interaksi
yang baik, yang wujudnya untuk saling kenal-mengenal tersebut tidaklah dipahami hanya
sebatas literalitas namun lebih dari itu, untuk saling memahami karakter, budaya, sikap,
tingkah laku, antar sesama manusia. Pemahaman yang demikian menjadikan hubungan
antara manusia, budaya, peradaban, pemeluk agaman saling pengertian.

2.3 Sumber-Sumber Konflik dan Pemecahan


Dalam konteks indonesia, diantara sumber-sumber konflik dan benturan – benturan
yang potensial terjadi adalah:
a. Paham keagamaan dan Fundamentalis

Ajaran agama selalu menginginkan kedamaian dan kesejahteraan bagi setiap


umat manusia, baik kehidupan didunia maupun kehidupan setelahnya. Namun
demikian, pada tataran realitas sosial ditemukan perilaku pemeluk agama maupun
wacana, pemahaman dan sikap-sikap yang kontara kedamaian. Klaim kebenaran
(truth claim) dan kesahihan mutlak, sering dijadikan dasar pijakan legimitasi untuk
melakukan agresi keyakinan yang dianut terhadap pemeluk agama lain.

Dalam relevansi klaim kebenaran mutlak dapat dilihat pada beberapa ajaran
agama, misalnya ajaran kristen yang menjelaskan bahwa yesus diakui sebagai satu-
satunya jalan keselamatan. “akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang
pun yang datang kepada bapa, kalau tidak melalui aku.”(Yohannes 14:6). Ayat ini
secara literal menjelaskan bahwa jalan satu-satunya kebenaran adalah berimana
kepada yesus. “Dan keselamatan tidak ada didalam siapun juga selain didalam dia,
sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain, maka terkenallah istilah No
Other Name yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”
(Kisah Para Rasul 4:12). Akhirnya istilah No Other Name tersebut menjadi simbol
tentang tidak adanya keselamatan di luar yesus kristus.

Pada awalnya istilah fundamentalisme muncul dan ditujukan untuk menunjuk


paham keagamaan didalam lingkungan agama di barat. Munculnya fundamentalisme
didunia agama barat, disebabkan pertentangan antara ilmu pengetahuan dan dokrin
agama. Hal ini tidak terjadi dalam islam. Sebab dalam kesejarahannya islam tidak
pernah menentang temuan ilmiah, bahkan lebih jauh ia merupakan agen kebangkitan
ilmu pengetahuan ilmiah, bahkan lebih jauh ia merupakan agen kebangkitan ilmu
pengetahuan dunia.

Truth claim dapat dimaklumi dapat dimaklumi sebagai dokrin ekslusif dalam
ajaran agama-agama,tetapi pemahaman skripturalime eksklusif dan literalis
terhadapnya dapat pula menutup kesadaran pluralitas agama bagi pemeluknya.
Kehilangan kesadaran terhadap hal ini merupakan suatu petaka bagi kehidupan sosial
dan kemanusiaan dalam masyarakat global. Pemahaman literal terhadap dokrin-
10
dokrin eksklusif tersebut menjurus kepada sikap fundamentalis dan radikalis.
Akibatnya, yang terlihat dalam sejarah umat manusia adalah terciptanya
diharmonisitas dan konflik horizontal sebagaimana yang pernah terjadi pada perang
salib. Solusi yang ditawarkan dalam mengatasi hal ini adalah mengupayakan
kesadaran bagi setiap pemeluk agama akan perlunya pemahaman universal dan
integral terhadap ajaran agamanya dan penyadaran bahwa hak untuk memberi
petunjuk hanya tuhan bukan makhluk. Oleh sebab itu, makhluk tidak bisa melampaui
kehendak tuhan yang menciptakan adanya keyakinan selain keyakinanya.

b. Disparitas sosial dan ketidak adilan ekonomi

Pembangunan wilayah indonesia yang tidak merata antar wilayah Timur dan
Barat, antar pulau jawa dan pulau-pulau yang lain, antar kota jakarta dengan kota-kota
yang lainnya mengakibatkan terjadinya sentimen pembangunan, kekayaan,
pendidikan, fasilitas sosial, hiburan, dan sebagainya. Ketika kecemburuan disparitas
regional ini semakin mencuat dan menguat bagi setiap individu dan kelompok yang
merasa termarjinalisasikan hak-hak kebersamaannya, maka semakin pula
kemungkinan terjadinya benturan-benturan atas nama disparitas tersebut. Indikasi ini
dapat ditangkap dengan munculnya gagasan pemisahan diri dari beberapa wilayah
diindonesia seperti Aceh, Riau, Irian jaya dan lainnya.

Pemecahan srtategis terhadap persoalan ini adalah pemerataan bangunan,


ekonomi, pendidikan bagi pihak-pihak kepentingan dan menumbuhkan sikap
kebutuhan terhadap kerukunan.

c. Rekayasa, oportunitas dan kepentingan

Kerusakan bernuansa suku, agama, ras dan antar golongan di sejumlah daerah
di tanah air tidak terlepas dari rekayasa oleh pihak-pihak anti kedamaian. Hal itu
dilatarbelakangi oleh kepentingan –kepentingan tertentu dari pihak-pihak oportunis.
Tentunya cara-cara penyebaran kebencian tersebut dilakukan dengan melakukan
manipulasi sentimen – sentimen keagamaan untuk menciptakan konflik di sejumlah
wilayah.

Dalam kaitan ini, maka pemecahan strategis yang dapat dilakukan adalah
menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi dan penerapan hukum yang tegas bagi
pelanggar konstitusi, undang-undang dan peraturan hukum.

d. Hegomoni mayoritas, kekuasaan dan makar minoritas


Hegomoni tidak hanya menyangkutpersoalan mayoritas dan minoritas tetapi juga
terkait dengan kekuasaan dan penguasaan. Persoalan krusial dalam kaitannya dengan
disharmonitas masyarakat agama yang dihadapi bangsa indonesia menyangkut dua
hal, yairtu hegomoni mayoritas dan hegomoni kekuasaan. Hegomoni mayoritas
berdasarkan jumlah penduduk masyarakat agama indonesia, dapat dihadapkan kepada
kaum muslim. Secara kauntitatif dalam penguasaan ekonomi, tingkat pendidikan dan

11
bantuan luar negeri yang diperoleh menempatkan penganut non muslim sebagai
pemegang hemogonitas yang luar biasa dalam perolehan pendapatan.
Deskripsi diatas menegaskan bahwa secara umum ada dua kekuatan hemogoni yang
saling berhadapan di indonesia saat ini yaitu : hemogoni mayoritas dan hemogoni
ekonomi. Dua hal ini sangat berpotensi memunculkan konflik antar umat beragama
diindonesia jika tidak disikapi dengan bijaksana oleh pemeluk masing agama dan
pemerintah.
e. Provokasi dan benturan peradaban

Dalam negara heterogen seperti indonesia dan malaysia diperlukan kepekaan terhadap
suku, ras, antar golongan dan agama. Kedua negara ini pernah dilalui oleh
kebudayaan barat, konfisius, hindu, islam dan jepan, lima dari delapan peradaban
pokok menurut P Huntington. Bentrokan antara pusat kebudayaan ini tentunya akan
membahayakan kestabilan sosial yang selama ini dipelihara negara pluralistis
tersebut.

f. Keterelibatan luar negeri

Dunia barat dan amerika selalu saja memanjangkan tangannya untuk ikut
campur terhadap terhadap negara-negara berkembang. Oleh sebab it, masalah-
masalah nasional bisa mencuat menjadi masalah internasional. Disamping itu,
keterlibatan pihak luar non pemerintah barat juga selalu mengambil peran dalam isu-
isu agama. Namun, informasi itu tidak seimbang yang akhirnya mencitrakan
pemerintah dan umat islam diindonesia adalah arogan

2.4 Potensi konflik yang harus diwaspadai


Ridwan lubis mengatakan bahwa potensi konflik dapat dikelompokkan kepada
non agama dan agama, potensi yang bersifat non agama adalah: politik(otda, pilkada,
pileg dan pilpres); ekonomi; sumber daya alam, akses terhadap sumbner daya ;
perebutan jabatan dan streotif etnis. Adapun agama adalah : penyiaran, Runah ibadat,
perkawinan beda agama; pendidikan agama ; dangkal wawasann agama; persaingan
mayoritas - minortais dan pemuka agama kurang mandiri.
2.5 Program kerukunan
Program kerukunan adalah sebuah ikhtiar untuk memetakan dan merumuskan upaya-
upaya strategis, logis, aplicable dan berkelanjutan agar harmonitas antar pemeluk agama
di tanaha air dapat terwujud. Dalam hal ini banyak upaya yang telah dan harus dilakukan.
a. Hukum, Undang-Undang dan lembaga kerukunan
Undang-undang dasar 1945 dan Tap MPR No. XX/MPRS/1966 adalah pokok tolak
bahwa indonesiakebebasan beragama dijamin oleh konstitusi. Untuk menunjukkan
tatanan harmonis dan mengedarkan riak-riak konflik antara masyarakat pemeluk
agaman, maka dilakukan pula upaya-upaya pencarian solusi dengan memprogamkan
penyelenggarahan musyawarah antar umat beragama. Pengaturan kerukunan
indonesia dapat dilihat sebagai beriku
- PNPS No. 1 Th 1965
- SKB No. 1 Th 1969

12
- SKB No 1 Th 1979
- PMB No. 9 dan 8 Th 2006
- Surat menag tanggal 24 januari 2006 tentang konghucu
- PP No. 55 Th 2007

Institusi kerukunan diindonesia ditemukan dengan berdirinya lembaga sebagai


kerukunan sebagai berikut

- LSM Kerukunan
- LPKUB
- FKPA
- BKSAUA
- BKSWAUA
- FOKUSS
- FKKUB
- FKUB
b. Pendididkan dan Pengajaran
Pendidikan adalah media straregis untuk membentuk pemahanan, karakter dan
kepribadian masyarakat agama. Sejak dini perlu ditanamklan kepada anak-anak
bangsa nilai-nilai agama ibu yang kukuh kepada mereka.

c. Penegakan hukum yang kuat dan adil.


Penegakan hukum dan penerapamnya secara adil dan tegas menjadi mutlak
untuk mewujudkan kerukunan. Kelemahan penerapan hukum oleh aparat penegaknya
menjadi salah satu pemicu terjadinya benturan antar pemeliki agakanpe,pemerintah
harus diwujudfkan, agar para pelanggar hukum mendapat efek jura

d. Kearifan lokal
Kearifan lokal Adalah salah satu salah satu kekayaan khazanah bangsa
indonesia. Satu contoh yang dapat dikemukakan dalam konteks melekat hubungan
baik antar umat beragama adalah budaya yang ada di sumatera utara.

e. Menghidupkan penataran P4 dan Menghidupkan Nasionalisme

Banyak kekurangan yang terjadi didalam penataran – penataran P4 tersebuut.


Upaya-upaya yang dilakukan pemerintahan berhasil memperkenalkan kemajemukan
anak bangsa kepada masyarakat yang luas. Bias dari pengenalan ituakan
menimbulkan dampak positif kepada para pesertanya bahwa mereka adalah bagian
dari anak negeri.

2.6 Antara harapan dan tantangan


Tawaran-tawaran danprogram-program yang telah disebutkan diatas diyakini
akan efektif menjaga harmoni antara umat beragama. Namun, harmonisasi itu masih
akan mendapat cobaan dari dua perubahan besar dunia , yaitu demokratisasi dan

13
globalisasi. Demokrasi yang menjadikan negara dan pemimpinnya kehilangan
absolutnya dan beralih kepada keabsolutan rakyat akan mempertajam kompetensi
rakyat mencari pengaruh dan kekuasaan

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kerukunan antar umat beragama merupakan suatu kesatuan yang
dilandasi saling pengertian menenai keadaan pemeluk agama lain untuk menjalankan
syariat agamanya dengan tidak menimbulkan konflik dan gangguan. Kesadaran itu
dibangun di atas asumsi dasar bahwa kepercayaan agama tidak bisa dipaksa karena itu
hidayah allah. Pada dasarnya semua agama menginginkan kebenaran, kebaikan,
kesejahteraan, kebahagiaan, dan keamanan. Agama yang islam ang kita anut adalah
satu-satunya agama yang benar dan mampu membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.
Oleh sebab itu, maka setiap umat islam harus menunjukkan dan bisa menjadi contoh
yang baik, bagaimana menjadi pribadi dan masyarakat yang terbaik yang bisa
membawa kedamainan dan contoh tauladan. Tawaran-tawaran danprogram-program
yang telah disebutkan diatas diyakini akan efektif menjaga harmoni antara umat
beragama. Namun, harmonisasi itu masih akan mendapat cobaan dari dua perubahan
besar dunia , yaitu demokratisasi dan globalisasi. Demokrasi yang menjadikan negara
dan pemimpinnya kehilangan absolutnya dan beralih kepada keabsolutan rakyat akan
mempertajam kompetensi rakyat mencari pengaruh dan kekuasaan

3.2 Saran
Dari makalah ini, masih banyak kekurangan yang terdapat didalamnya. Diharapkan
kepada para agar memberikan komentar terbaiknya untuk membangun motivasi
penulis agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

15
Daftar Pustaka

Matondang, H. A., 2018. Islam Kaffah Pendidikan Agama Islam Untuk


Perguruan Tinggi . Medan :. Unimed press

16

Anda mungkin juga menyukai