Paper Hidup Berdampingan Antara Umat Beragama
Paper Hidup Berdampingan Antara Umat Beragama
Paper Hidup Berdampingan Antara Umat Beragama
Kelompok 1 :
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2015
KATA PENGATAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat RahmatNya
lah penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul Kerukunan Hidup Umat Beragama
dengan baik dan tepat waktu. Penulisan paper ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Agama di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana. Penulisan paper ini dapat terlaksana dengan baik berkat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Dalam penyusunan paper ini, kami selaku penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh
dari sempurna, dan tidak jauh dari kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penulisan dan penyusunan paper ini.
Sebagai akhir kata, kami harapkan bimbingan, kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca demi penyempurnaan paper ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR......................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1.Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah..............................................................................................................................1
1.3.Tujuan................................................................................................................................................2
1.4.Manfaat Penulisan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.4. Kendala Yang Dihadapi Masyarakat Dalam Mewujudkan Kerukunan Antara Umat Beragama dan
Cara Menghadapinya...............................................................................................................................6
3.1.Kesimpulan........................................................................................................................................8
3.2.Saran..................................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................9
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Negara Indonesia sebagai negara yang berpenduduk besar, memiliki perbedaan ras, suku,
kebudayaan, kondisi geografis, serta agama yang berbeda-beda. Untuk persoalan terakhir yaitu
agama, masyarakat Indonesia sendiri pada umumnya menganut beberapa agama yang telah
disepakati dalam undang-undang yaitu agama Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha,
serta kongucu. Warga Negara Indonesia dengan keanekaragaman yang dimiliki di tengah
kehidupan bermasyarakat tersebut perlu menciptakan suatu kehidupan yang saling menghargai,
mengasihi dan toleransi sehingga dapat terwujud kehidupan bermasyarakat yang rukun, damai
dan tentram. Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Namun, dalam prakteknya di kehidupan nyata berbagai macam kendala harus dihadapi oleh
masyarakat untuk mensukseskan kerukunan hidup umat beragama di Indonesia. Namun dengan
kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di
Indonesia, maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari berbagai
pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia seperti
masyarakat dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak
berperan aktif dalam masyarakat karena seperti semboyan bangsa Indonesia yaitu BHINEKA
TUNGGAL IKA , yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua, semboyan inilah yang harus
benar-benar kita maknai dalam menghadapi perbedaan antar agama dengan adanya toleransi
kerukunan antar sesame
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut.
1.2.1. Apa Pengertian dan Fungsi dari Kerukunan Antar Umat Beragama?
1.2.2. Bagaimanakah Pengertian Agama Merupakan Rakhmat Bagi Manusia?
1.2.3. Bagaimanakah Hakikat Kebersamaan Dalam Pluralitas Bergama?
1
1.2.4. Apa saja Kendala Yang Dihadapi Masyarakat Dalam Mewujudkan
Kerukunan Antara Umat Beragama dan Cara Menghadapinya?
1.3.Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan paper ini adalah
sebagai berikut.
1.3.1. Untuk Mengetahui Pengertian dan Fungsi dari Kerukunan Antar Umat
Beragama.
1.3.2. Untuk Mengetahui Pengertian Agama Merupakan Rakhmat Bagi Manusia.
1.3.3. Untuk Mengetahui Hakikat Kebersamaan Dalam Pluralitas Bergama.
1.3.4. Untuk Mengetahui Kendala Yang Dihadapi Masyarakat Dalam
Mewujudkan Kerukunan Antara Umat Beragama dan Cara Menghadapinya.
1.4.Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan paper ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui mengenai perlu dan
pentingnya menjaga kerukunan hidup umat beragama agar terciptanya kehidupan yang damai,
tentram dan sejahtera.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kerukunan dari sudut pandang etimologis berasal dari bahasa yunani yakni rukaum yang
berarti asas atau dasar, yang dalam bentuk tunggal berarti tiang dan dalam bentuk jamak
arkhan yang artinya tiang-tiang. Kerukunan adalah sikap saling mengakui, menghargai,
toleransi yang tinggi antar umat beragama dalam masyarakat multikultural sehingga umat
beragama dapat hidup rukun, damai dan berdampingan. Rukun dalam arti adjektiva adalah baik
atau damai. Sehingga dapat didefinisikan bahwa kerukunan hidup antar umat beragama adalah
keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling
menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kerukunan mengandung makna hidup
dalam kebersamaan. Oleh karena itu, dalam usaha membina kerukunan hidup bangsa kita yang
menganut berbagai agama dan kepercayaan itu, kita harus berusaha membangun semangat dan
sikap kebersamaan di antara penganut berbagai agama dan kepercayaan di kalangan bangsa kita.
Nilai kerukunan hidup antar umat beragama di pandang dari aspek sosial-budaya
menempati posisi yang sangat sentral, penting dan strategis bagi kesatuan bangsa Indonesia
untuk menjadi perekat kesatuan bangsa yang sangat handal. Melalui ikatan semangat kerukunan
hidup antar umat beragama akan mampu membangun atau memperkokoh persatuan masyarakat
Indonesia yang tersebar di berbagai daerah dan pulau menjadi sebuah komunitas negara kesatuan
yang sangat solid. Tanpa ikatan semangat kerukunan hidup antarumat beragama, masyarakat
Indonesia akan sangat rentan, rapuh dan hidup dalam suasana yang tidak nyaman karena penuh
dengan rasa kecurigaan, ketegangan, dan bahkan akan sering muncul konflik-konflik kekerasan
yang berkepanjangan. Oleh karena itu, solidaritas, kerjasama dan kerukunan hidup antarumat
beragama diperlukan agar terciptanya kedamaian, ketentraman, dan tidak ada pertentangan
antarumat beragama. Adapun fungsi kerukunan hidup antar umat beragama yaitu:
1 Menjaga ketentraman masyarakat
3
2 Saling menghormati antar umat beragama
3 Mencegah terjadinya pertentangan antara agama yang satu dengan yang lainnya
4 Mempersatukan perbedaan antarumat beragama
2.2. Pengertian Agama Merupakan Rakhmat Bagi Manusia
Semua umat beragama meyakini ajaran agama yang dipeluknya itu berasal dari Tuhan Yang
Maha Esa. Demikian pula umat Hindu Menyakini Kitab Suci Weda sebagai himpunan wahyu
Tuhan Yang Maha Esa (Divine Origin) di samping kitab-itab lain yang merupakan tafsir atau
memberi penjelasan terhadap kitab suci weda. Di dalam kitab suci weda kita menemukan banyak
sabda Tuhan Yang Maha Esa yang mengamanatkan untuk menumbuh kembangkan kerukunan
umat beragama , toleransi, solidaritas, dan penghargaan terhadap sesama manusia dengan tidak
membedakan tentang keimanan yang dianutnya. Beberapa diantaranya kami jelaskan disini
aku satukan pikiran dan langkahmu untuk mewujudkan kerukunan di antara kamu. Aku bimbing
mereka yang berbuat salah menuju jalan keluar yang benar (atharvaveda III.8.5). Wahai
umat manusia milikilah perhatian yang sama. Tumbuhkanlah saling pengertian diantara kamu.
Dengan demikian engkau dapat mewujudkan kerukunan dan kesatuan(rgvda X.191.2).
Disamping sabda Tuhan yag telah disebutkan, banyak pula ajaran lainnya yang bersumber pada
kitab-kitab susastra Hindu yang menganjurkan untuk senatiasa hidup rukun antar sesama
manusia bahkan antar sesama ciptaan-Nya. Dalam doa puja umat hindu sehari-hari di panjatkan
pula mantram yang universal untuk kebahagiaan semua makhluk : Sarva prani hitankarah,
semoga makhluk (yang bernapas) senantiasa sejahtera, demikan pula dengan mantram berikut :
Sarve Bhavantu, sukhina sarve santu niramayah, sarve bhadrani pasyantu makascid, dukha
bhag bhawet, tegas menyatakan semoga semuanya memperoleh kebahagian, semua
memperoleh kedamaian, semoga tumbuh saling pengertian dan semoga semuanya bebas dari
penderitaan.
Dengan pandangn yang advaitik (kesatuan) ini, agama hindu memandang setiap manusia
dan makhluk hidup lainnya adalah seperti dirinya sendiri. Hinduisme dapat disebut sebagai
contoh pertama di dunia agama misionarais. Hanya saja sifat misionarisnya berbeda dengan yang
diasosiasikan dengan kepercayaan-kepercayaan yang menarik orang-orang untuk masuk dan
menjadi pemeluk. Hinduisme tidak menganggap sebagai panggilan untuk membawa manusia
kepada suatu kepercayaan. Sebab yang di perhitungkan adalah perbuatan dan bukan kepercayaan
( randhakrishnan, 2002.36). demikian pula dengan Fanatisme buta yang hanya didasarkan kepada
4
solidaritas dari suatu komunitas atas sesuatu yang sangat diyakini tanpa pembuktian yang
memadai. Dalam kejamakan, kepentingan dalam suatu dunia yang sedang dilanda kebingungan,
mudah sekali etika pribadi yang tidak memiliki cukup pertahanan diri untuk terseret dalam arus
provokasi yang justru tidak akan pernah memberikan keuntungan bagi siapapun, hanya
kehancuran yang akan menimpanya.
Perang dari umat beragama adalah hasil dari fanatisme yang membenarkan pembunuhan
dari orang-orang yang berbeda kepercayaannya hampir-hampir tidak dikenal di dalam budaya
Hindu. Memang di sana-sini terjadi letupan fanatisme. Hiduisme tidak pernah menganjurkan
hukuman terhadap mereka yang memiliki kepercayaan yang sama. Dapatlah dikatakan bahwa
sejarahnya bersih dari hal-hal yang demikian. Dia sanggup mempersatukan sesama di dalam
kedamaian berbagai kelompok manusia. Toleransi agama adalah salah satu tema dari maklumat
asoka : Raja yang dicintai oleh Dewata, menghargai setiap bentuk dari keimanan agama, tetapi
menganggap tiada satupun pemberian atau kehormatan yang melebihi dari penambahan sari
agama. Penguasaan Hindu dan Budha di India bertindak dengan menggunakan asas ini dan
sebagai akibatnya mereka yang dihukum karena alasan-alasan agama dan pelarian dari berbagai
agama menemui tempat perlindungan di India, Yahudi dan Parsi diberi kebebasan mutlak untuk
mengembangkan kepercayaan mereka.
Hubungan yang harmonis antara umat beragama kita warisi hingga kini berupa kearifan-
kearifan yang perlu dilestarikan terus. Kearifan masa lalu, ketika kerajaan hindu di Bali
bersentuhan dan mengenal agama lain, pada masyarakat Bali muncul rasa persaudaraan yang
tulus. Mereka hingga kini dengan tulus menyebut umat beragama islam sebagai nyaman tiang
selam , demikian pula nyaman tiang Kristen yang berartti saudara saya orang-orang yang
menganut agama kristiani. Kerukunan hidup beragama dalam Negara Indonesia yang
berdasarkan pancasila, serta menjungjung tinggi sila pertama yaitu ketuhan yang maha esa
merupakan tugas dan kewajiban kita bersama. Sebagai umat beragama hal ini secara jelas telah
ditetapkan oleh pemerintah dangan Tri Kerukunan hidup beragama, yang menjadi tugas
departemen agama selaku membina dan mengawasinya.Tri Kerukunan Hidup umat beragama,
meliputi:
1. Kerukunan intern umat beragama
5
2. Kerukunan antar umat beragama
3. Kerukunan antar umat agama dengan pemerintah
2.4. Kendala Yang Dihadapi Masyarakat Dalam Mewujudkan Kerukunan Antara Umat
Beragama dan Cara Menghadapinya
6
membangun sebuah negara, tetapi dengan alasan politik juga kita seringkali menunggangi
agama dan memanfaatkannya.
c. Sikap Fanatisme, adalah paham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan
terhadap sesuatu secara berlebihan. Dimana orang yang memiliki sikap ini biasanya
terlalu menganggap agama yang dianutnyalah yang paling baik.
Untuk menghadapi kendala-kendala dalam menjaga kerukunan hidup umat beragama maka
berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan :
a. Menjunjung tinggi rasa toleransi antar umat beragama, baik sesama antar pemeluk
agama yang sama maupun yang berbeda. Rasa toleransi bisa berbentuk dalam macam-
macam hal. Misalnya, perijinan pembangunan tempat ibadah oleh pemerintah, tidak
saling mengejek dan mengganggu umat lain, atau memberi waktu pada umat lain untuk
beribadah bila memang sudah waktunya. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk
menunjukkan sikap toleransi. Hal ini sangat penting demi menjaga tali kerukunan umat
beragama di Indonesia. Dalam ajaran agama Hindu kita mengenal ajaran tat twam asi
dimana tujuan dari ajaran ini adalah untuk membina hubungan yang selaras atau
hubungan yang rukun antara seseorang dengan makhluk yang hidup di alam sekitarnya.
Sehingga dapat terciptanya kehidupan yang aman dan sentosa.
c. Selalu jagalah rasa hormat pada orang lain tanpa memandang agama apa yang
mereka anut. Misalnya dengan selalu berbicara halus dan tidak sinis. Hal ini tentu akan
mempererat kerukunan umat beragama di Indonesia.
d. Bila terjadi masalah yang menyangkut agama, tetap selesaikan dengan kepala
dingin tanpa harus saling menyalahkan. Para pemuka agama, tokoh masyarakat, dan
7
pemerintah sangat diperlukan peranannya dalam pencapaian solusi yang baik dan tidak
merugikan pihak manapun, atau mungkin malah menguntungkan semua pihak.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
1. Kerukunan adalah sikap saling mengakui, menghargai, toleransi yang tinggi antar
umat beragama dalam masyarakat multikultural sehingga umat beragama dapat hidup
rukun, damai dan berdampingan.
2. Fungsi Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama yaitu : Menjaga ketentraman
masyarakat, Saling menghormati antar umat beragama, Mencegah terjadinya
pertentangan antara agama yang satu dengan yang lainnya dan, Mempersatukan
perbedaan antarumat beragama.
3. Kerukunan hidup beragama dalam Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila, serta
menjungjung tinggi sila pertama meliputi Tri kerukunan Hidup , yaitu :
Kerukunan intern umat beragama
Kerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat agama dengan pemerintah
4. Kendala yang dihadapi bangsa Indonesia dalam menciptakan kerukunan
beragama : Rendahnya Sikap Toleransi , Kepentingan Politik dan Sikap Fanatisme
5. Cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala-kedala dalam mewujudkan
kerukunan hidup umat beragama adalah:
Menjunjung tinggi rasa toleransi antar umat beragama.
Selalu siap membantu sesama.
Selalu jagalah rasa hormat pada orang lain tanpa memandang agama apa
yang mereka anut.
Bila terjadi masalah yang menyangkut agama, tetap selesaikan dengan
kepala dingin tanpa harus saling menyalahkan.
8
3.2.Saran
Kita sebagai umat beragama hendaknya selalu menumbuhkan sikap saling menghargai,
saling menghormati tidak membeda-bedakan umat beragama, hal itu bertujuan agar kerukuna
hidup umat beragama dapat tercapai. Sehingga kehidupan ini akan menjadi aman, tentram dan
sejahtera
DAFTAR PUSTAKA