Berduka Dan Kehilangan Psikososbud Kelompok 4
Berduka Dan Kehilangan Psikososbud Kelompok 4
Berduka Dan Kehilangan Psikososbud Kelompok 4
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kami penulis sadar bahwa materi pada makalah ini masih jauh dari kata sempurna namun
pengalaman adalah guru yang paling bijaksana, saya menanti tegur, sapa, dan kritik yang
membangun dari pembaca guna perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, penulis menyadari masih banyak kekurangan
pada makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang mendukung sangat dibutuhkan sebagai
pembelajaran untuk membuat makalah selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 5
A. Latar Belakang..................................................................................................................... 5
B. Tujuan .................................................................................................................................. 5
BAB II .............................................................................................................................................. 7
B. Konsep Berduka................................................................................................................. 11
PENUTUP...................................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 17
B. Saran .................................................................................................................................. 17
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan isu global yang perlu mendapat perhatian saat ini. Pasalnya,
banyak faktor yang menyebabkan masalah kesehatan mental, termasuk masalah
kehilangan dan kesedihan. Kehilangan adalah bagian hidup yang tidak bisa dihindari.
Dengan kehilangan muncullah perasaan sedih dan duka, yang dapat terjadi pada
individu maupun keluarga (Potter et al., 2016)
Menurut Kubler-Ross (1969) dalam (Mary C. Townsend, 2015), terdapat tahapan dalam
proses berduka: penolakan, kemarahan, negosiasi, depresi, dan penerimaan. Setiap
tahapan proses ini memerlukan penanganan yang tepat agar orang tersebut tidak
terjerumus ke dalam kesedihan yang berkepanjangan. Duka berkepanjangan terjadi
ketika seseorang mengalami kesedihan yang terus-menerus selama lebih dari 6 bulan
setelah kematian orang yang dicintai (Boelen & Smid, 2017).
(Newson et al. 2011) menyatakan bahwa keadaan berduka yang berkepanjangan dapat
mempengaruhi keadaan mental dan fisik seseorang sehingga mempengaruhi kualitas
hidupnya. Prevalensi terjadinya dukacita berkepanjangan terhadap 1.089 peserta yang
diteliti di Netherland yaitu sebesar 25,4% (277).
B. Tujuan
1. Untuk memahami definisi berduka dan kehilangan
2. Untuk memahami factor yang mempengaruhi berduka dan kehilangan
3. Untuk memahami jenis berduka dan kehilangan
4. Untuk memahami teori dan proses berduka
5. Untuk memahami tahap berduka
6. Untuk memahami dampak kehilangan
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan tinjauan pustaka ini didasarkan pada strategi
menyeluruh berikut: Hal tersebut antara lain pencarian artikel pada database jurnal
penelitian yang digunakan, kata kunci untuk mencari artikel, dan batasan pencarian
artikel yang akan direview berdasarkan tahun penerbitan minimal lima tahun terakhir,
bahasa, dan full-text atau tidak. Pada fase ini, penulis melalui proses pencarian makalah
yang sesuai dengan pernyataan penelitiannya. Ini akan ditinjau nanti. Penulis
menggunakan Google Scholar dan Pubmed untuk pencarian database.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah kali ini menggunakan fonts Times New Romans
dengan ukuran 12 serta space 1,5 .Makalah ini berisi empat poin penting yaitu
pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan, lalu tinjauan pustaka yang berisi materi yang akan dibahas, serta kasus dan
pembahasan mengenai berduka dan kehilanbgan, dan terakhir adalah penutup yang
berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kehilangan
1. Definisi Kehilangan
Kehilangan adalah suatu keadaan dimana seseorang terpisah atau terpisah dari
orang lain, benda, kedudukan, atau hubungan yang dianggap berharga. Kehilangan
dapat berupa kematian atau jenis pemecatan lainnya (Corr, 2009 dalam (Balk et al.,
2011). Kerugian dapat terdiri dari dua jenis, yaitu: (a) kerugian primer; (b) dibagi
menjadi kerugian sekunder) Kerugian primer adalah hilangnya keterikatan terhadap
suatu benda atau kedudukan, atau berakhirnya suatu hubungan dengan orang lain.
Jenis kerugian duka terbagi dalam tiga kategori: (a) kematian orang tua, (b)
kematian anak, dan (c) kematian pasangan.
3. Jenis-Jenis Kehilangan
a. Hilangnya benda-benda luar
Kerugian ini mencakup seluruh harta benda yang hilang, dipindahkan, dicuri
atau rusak karena bencana alam. Sejauh mana seseorang berduka atas barang
yang hilang bergantung pada seberapa besar mereka menghargai barang yang
dimilikinya. dan kegunaan benda tersebut.Contoh: motor hilang, uang hilang,
rumah hilang.
b. Hilangnya lingkungan yang familiar
Kehilangan ini berarti meninggalkan lingkungan yang familiar untuk jangka
waktu tertentu/berpindah secara permanen. Misalnya, pindah ke rumah dan
alamat baru atau, dalam kasus yang parah, dirawat di rumah sakit. Kehilangan
karena perpisahan dengan lingkungan yang dikenalnya dapat terjadi dalam
keadaan alamiah, khususnya: lansia pindah ke panti jompo
c. Kehilangan orang terdekat
Kerugian yang menimpa orang terdekat seperti orang tua, pasangan, anak,
saudara, guru, dll. Contoh:perpindahan, perubahan pekerjaan karena
mutasi,melarikan diri,dan kematian.
d. Hilangnya aspek diri
Hilangnya aspek diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis atau
psikologis Kehilangan ini dapat terjadi karena penyakit, cedera atau perubahan
keadaan seseorang. Kerugian tersebut dapat mengurangi kebahagiaan individu.
Eksistensi, hilangnya tempat, perubahan permanen pada citra tubuh dan konsep
diri. Misalnya: kehilangan salah satu anggota tubuh dan harus diamputasi
karena kecelakaan lalu lintas, menderita kanker ganas pada suatu organ, atau
tertular HIV/AIDS.
e. Hilangnya nyawa
Kehilangan ini terjadi pada orang yang akan menghadapi kematian hingga
kematian terjadi. Hal ini seringkali menyebabkan hilangnya rasa percaya diri,
kecemasan, ketakutan, ketergantungan pada orang lain, keputusasaan dan rasa
malu. Misalnya: Penderita kanker otak, leukemia, atau penyakit langka lainnya
yang tidak dapat disembuhkan oleh dokter.
2. Jenis-Jenis Berduka
a. Berduka normal
Terdiri dari emosi, perilaku, dan reaksi normal terhadap kehilangan, seperti
kesedihan, kemarahan, tangisan, perasaan kesepian, dan penarikan diri dari
aktivitas selama jangka waktu tertentu.
b. Duka Antisipatif
Proses ``melepaskan'' yang terjadi sebelum kehilangan atau kematian.
Misalnya, ketika seseorang menerima diagnosis terminal, mereka memulai
proses pemisahan dan penyesuaian terhadap berbagai hal di dunia sebelum
kematian terjadi.
c. Berduka yang rumit
Dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya,yaitu
tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung
berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan
orang lain.
d. Berduka tertutup
Kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka.
Contohnya: kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian
orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika
bersalin.
3. Tingkatan Berduka
a. Penyangkalan (denial)
Tahap pertama ini dalam kedukaan adalah reaksi yang amat normal yaitu
reaksi penyangkalan atau denial. Penyangkalan sebenarnya cara yang sehat
untuk menangani situasi yang tidak nyaman dan menyakitkan.
Penyangkalan ini berfungsi sebagai reaksi penyangga atau pertahanan
sementara setelah datangnya berita yang mengejutkan dan tidak terduga,
Sehingga setelahnya bisa menenangkan diri dan bertahan untuk menghadapi
kehidupan berikutnya.
b. Marah (anger)
Ketika mengalami kedukaan, wajar jika individu merasa marah setelah
dihadapkan pada kehilangan. seseorang bisa saja melampiaskan amarah
pada diri sendiri, orang lain, atau bahkan benda mati. Proses penyesuaian
dari keadaan sedih memang bukan hal yang mudah. Berita kehilangan
bagaikan kehancuran, pertarungan yang menyebabkan penderitaan.
Individu meluapkan kekesalannya dengan kemarahan, berbicara dengan
nada yang tinggi, mengeluh, menyalahkan keadaan dengan emosi yang
meluap-luap. Perasaan yang intens memungkinkan kita kurang dapat
berpikir secara rasional.
c. Menawar (bargaining)
Tahap bargaining bisa terjadi sebelum dan setelah kehilangan. Jika terjadi
sebelum kehilangan, seseorang akan membuat janji-janji supaya bayangan
hal buruk itu tidak terjadi.Sementara itu, jika tahapan terjadi setelah
kehilangan, seseorang cenderung berandai-andai tentang apa yang
seharusnya dilakukan.Pada tahap ini, seseorang masih berharap bisa
membatalkan sesuatu yang sudah terjadi. Banyak orang juga melakukan
tawar-menawar dengan Tuhan pada tahap ini agar mendapat kekuatan dari
kedukaan dan rasa sakit.
d. Depresi (depression)
Pada tahap depresi, emosi negatif yang awalnya tertahan pada akhirnya
muncul juga. Alhasil, pada tahap ini, sering kali orang-orang kehilangan
harapan akan masa depan. Selama proses berduka, ada saatnya emosi mulai
mereda dan kini harus benar-benar melihat kenyataan yang terjadi. Pada
tahapan depresi seseorang mungkin terpaksa menghadapi situasi sulit
tersebut dan mengalami kesedihan serta kebingungan yang mendalam.
e. Penerimaan (acceptance)
Saat memasuki tahap penerimaan, bukan berarti seseorang bahagia atau
sudah move on sepenuhnya atas hal buruk yang terjadi.Pada tahap ini,
seseorang mulai menerima kenyataan bahwa hal buruk memang bagian dari
kehidupan dan mulai menjalani kehidupan baru dengan perubahan yang ada.
Bayang-bayang kehilangan mungkin tetap ada. Namun akan mengingatnya
sebagai kenangan dan memilih untuk hidup berdampingan dengannya.
Setiap orang bisa saja melalui setiap tahapan kehilangan dengan jangka
waktu yang berbeda.
5. Tahapan Berduka
Menurut Schulz (1978), proses berduka meliputi tiga tahapan, yaitu fase awal,
pertengahan, dan pemulihan.
a. Fase awal
Pada fase awal seseoarang menunjukkan reaksi syok, tidak yakin, tidak
percaya, perasaan dingin, perasaan kebal, dan bingung. Perasan tersebut
berlangsung selama beberapa hari, kemudian individu kembali pada
perasaan berduka berlebihan. Selanjutnya, individu merasakan konflik dan
mengekspresikannya dengan menangis dan ketakutan. Fase ini akan
berlangsung selama beberapa minggu.
b. Fase pertengahan
Fase kedua dimulai pada minggu ketiga dan ditandai dengan adanya
perilaku obsesif. Sebuah perilaku yang yang terus mengulang-ulang
peristiwa kehilangan yang terjadi.
c. Fase pemulihan
Fase terakhir dialami setelah tahun pertama kehilangan. Individu
memutuskan untuk tidak mengenang masa lalu dan memilih untuk
melanjutkan kehidupan. Pada fase ini individu sudah mulai berpartisipasi
kembali dalam kegiatan sosial.
Ny.S 1 bulan yang lalu mengalami berduka yaitu suaminya meninggal dunia. Sejak itu klien
mengatakan susah tidur, susah makan dan sering teringat suaminya. Klien merasa takut jika
sendirian. Merasa sendiri. Masih merasa tidak percaya kalau suaminya sudah meninggal.
Merasa bersalah karena merasa kurang maksimal dalam memberikan pelayanan kepada
suaminya saat suaminya sakit. Klien mengalami susah tidur, ada banyak pikiran, terkadang
klien murung atau menangis sendiri dan klien sering merasa was-was atau kuatir. Klien
mengatakan sedih, tidak percaya kalau suaminya sudah meninggal, merasa bersalah karena
kurang maksimal dalam memberikan pelayanan selama suaminya sakit, merasa tidak
berguna,susah makan, terasa berdebar-debar, selalu teringat almarhum suaminya, takut jika
sendirian, merasa sendiri dan mengatakan banyak pikiran.
Pembahasan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa Duka dan
kehilangan merupakan respon komprehensif terhadap pengalaman emosional
kehilangan, yang diwujudkan dalam pikiran, dan perilaku seseorang. menurut Elisabeth
Kubler-Ross menulis tentang rentang emosi yang dialami seseorang ketika berduka,
teori yang dikenal sebagai “lima tahap kesedihan”. yang Dijelaskan bahwa seseorang
akan melalui lima tahap emosi ketika memproses perasaan dukanya, yaitu dengan
penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi dan penerimaan (2014:7).
Selama tahap ini , individu akan kesulitan menerima kenyataan dan sering kali
menyangkal fakta bahwa orang yang dicintai telah meninggal dunia (Kubler-Ross,
2014: 13). dan banyak faktor faktor dan konsep yang mempengaruhi proses berduka
yang telah di jabarkan oleh penulis sehinga penulis berharap pembaca dapat mengerti
dari isi makalah konsep berduka dan kehilangan ini.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat. Bagi pembaca diharapkan agar semua bisa
memahami dan mengetahui apa itu konsep kehilangan dan berduka. Dan tentunya
makalah ini memiliki banyak sekali kekurangan, dan oleh sebab itu segala kritik dan
saran yang bermanfaat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Fauziah, S., Ayu, S. A., Anggraeni, N., & Nurpadilah, N. A. (2023). Upaya peningkatan
pengetahuan keluarga dalam memelihara kesehatan jiwa saat mengalami kehilangan
berduka di Kelurahan Muka Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Jurnal Kreativitas
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), 6(2), 813-820.
Rozana, R., & Wicaksono, A. (2022). Asuhan Keperawatan Gerontik Berduka Dengan
Intervensi Dukungan Proses Berduka Pada Ny. S Di Dusun Warurejo Kec Gempol
Kab Pasuruan