98-Article Text-471-1-10-20220707
98-Article Text-471-1-10-20220707
98-Article Text-471-1-10-20220707
bulan April sampai Desember sebanyak 18 kasus dan tahun 2022 dari Januari sampai Juni sebanyak
26 kasus DBD. Dari data sekunder tersebut bahwa di wilayah RW 006, Kelurahan Cireundeu,
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten menempati posisi tertinggi
pada bulan Januari 2022 sebanyak 10 kasus. Metode pada PBL KESMAS ini telah dilakukan
dengan enam tahapan. Tahap pertama diawali dengan kegiatan Survei Mawas Diri (SMD) yaitu
mengumpulkan beberapa lintas sektor untuk mendiskusikan terkait permasalahan yang ingin
dijadikan prioritas. Tahap kedua dengan menetapkan tiga prioritas masalah kesehatan dengan
metode Bryant, guna memperoleh rincian tiap-tiap masalah kesehatan sehingga akan mendapatkan
gambaran terkait permasalahan kesehatan yang ada di wilayah tersebut dengan memberikan nilai
(score) untuk tiga permasalahan penyakit yang telah di tetapkan. Tahap ketiga yaitu menyusun
beberapa pernyataan terkait DBD, kemudian melakukan uji validitas dan reliabilitas di Kelurahan
Cireundeu. Tahap keempat yaitu menyebar Kuesioner mengenai pencegahan DBD yang dilakukan
kepada masyarakat RW 006, sampel tersebut berjumlah 150 orang. Tahap kelima, yaitu kegiatan
Masyarakat Musyawarah Desa (MMD), bertujuan mengenali dan meyakini bahwa terdapat
masalah kesehatan di wilayah RW 006 yang diperoleh melalui Survei Mawas Diri (SMD), sehingga
masyarakat bersepakat dan berperan aktif untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui
beberapa upaya pencegahan penyakit DBD. Tahap keenam yaitu kegiatan intervensi yang
dilakukan untuk meningkatkan kesehatan serta mengubah penyebaran penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD).
PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.
Dengue adalah virus penyakit yang ditularkan dari nyamuk Aedes Aegypti, nyamuk tersebut paling
cepat berkembang biak di dunia. Nyamuk tersebut berhasil menyebabkan 390 juta orang terinfeksi
setiap tahunnya. Virus Dengue biasanya ditemukan di daerah tropis dan subtropis, kebanyakan
berada diwilayah perkotaan dan pinggiran kota di dunia. Di Indonesia iklim tropis sangat cocok
untuk perkembangan hewan maupun tumbuhan dan baik pula tempat berkembangnya beragam
penyakit, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia yang jumlah penderitanya terus mengalami peningkatan dan dikarenakan mudahnya
penyebaran virus dengue. Menurut World Health Organization (WHO), Tahun 2004 dan 2010,
persentase penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Benua Asia Pasifik Sebesar 75%,
sementara itu Indonesia memegang urutan ke-2 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terbesar
diantara 30 negara wilayah endemis.
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di Indonesia sebanyak 68.407 kasus
tahun 2017 dan mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2016 sebanyak 204.171 kasus.
Provinsi dengan jumlah kasus tertinggi terjadi di tiga provinsi di Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat
dengan 10.016 kasus, Jawa Timur dengan 7.838 kasus dan Jawa Tengah dengan 7.400 kasus.
Sedangkan untuk jumlah kasus terendah terjadi di Provinsi Maluku Utara dengan jumlah 37 kasus
(PUSDATIN, 2017).
Sedangkan Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu daerah endemis Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Kasus DBD di Kota Tangerang Selatan berfluktuasi selama
tiga tahun terakhir dan cenderung meningkat. Selama tahun 2017-2019, jumlah kasus DBD di
wilayah Tangerang Selatan sebanyak 245, 484 dan 417 kasus. Jumlah kasus tersebut menurun
selama tiga tahun terakhir dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 655 kasus.
Memasuki puncak musim hujan, wilayah Puskesmas Cireundeu, tepatnya di RW 006,
Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, fokus
memetakan daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) sebagai prioritas permasalahan
kesehatan. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari pihak puskesmas Cireundeu, wilayah
RW 006 merupakan wilayah dengan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi sebanyak 4
kasus di bulan Mei tahun 2022.
TINJAUAN PUSTAKA
Empat faktor penentu yang mempengaruhi determinan kesehatan menurut teori H. L.
Bloom (1974) adalah, yaitu gaya hidup (lifestyle), lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya),
pelayanan kesehatan dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut dapat saling
berinteraksi dan mempengaruhi derajat kesehatan seseorang. Pada Demam Berdarah Dengue
(DBD), faktor lingkungan merupakan faktor yang paling berpengaruh. Demam Berdarah Dengue
(DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Beberapa faktor yang mempengaruhi
timbulnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) antara lain: rendahnya status imun pada
kelompok masyarakat, tingginya migrasi populasi nyamuk akibat banyaknya daerah
perkembangbiakan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim hujan, potensi tersebut membuat
nyamuk timbul pada genangan-genangan air.
Gejala pertama Demam Berdarah Dengue (DBD) antara lain: demam tinggi mendadak
yang berlangsung sepanjang hari, sakit kepala, nyeri saat menggerakkan mata dan nyeri punggung,
terkadang disertai tanda-tanda perdarahan. Pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan
hiperasiditas lambung (nyeri ulu hati), perdarahan saluran pencernaan, bahkan kematian. Masa
inkubasi Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah 3 sampai 14 hari, tetapi umumnya 4 sampai 7
hari.
Dalam rangka mengantisipasi munculnya kembali kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
pada akhir 2018 dan awal 2019, Pemerintah termasuk Kementerian Kesehatan, telah mengirimkan
surat imbauan kepada pemerintah daerah untuk mengesahkan Surat Edaran Kepala Kementerian
Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. PV.02.01/Menkes/721/2018
tanggal 22/11/2018 tentang Kesiapsiagaan Peningkatan Kasus DBD. Dalam surat tersebut, Menteri
Kesehatan menghimbau pemerintah daerah untuk:
1. Memperkuat upaya mobilisasi masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan menguras, menutup dan menggunakan kembali barang bekas, serta mencegah
gigitan nyamuk (3M Plus), dan melaksanakan gerakan pencegahan Jumantik 1 Rumah 1
(G1R1J).
2. Penguatan surveilans kasus dan surveilans faktor risiko DBD, antara lain melalui kegiatan
Pemantauan Jentik Berkala (PJB) dan pengaktifan Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
3. Pengaktifan kembali Satgas Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (Pokjanal DBD) di
berbagai tingkat RT/RW, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi.
4. Meningkatkan kapasitas sumber daya untuk pencegahan dan pengendalian Demam
Berdarah Dengue (DBD), termasuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia, biaya dan
material serta peralatan.
5. Menerbitkan surat Edaran Gubernur kepada Bupati/Walikota sebagai bagian dari persiapan
peningkatan kasus DBD.
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Kesehatan
Tempat dilaksanakan Pengalaman Belajar Lapangan Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (PBL KESMAS UHAMKA) berpusat di RW 006, Kelurahan
Cireundeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Pelaksanaan
Pengalaman Belajar Lapangan Kesehatan Masyarakat (PBL KESMAS) dilakukan pada RW 006
(RT 001, RT 002, RT 003, RT 004, RT 005, dan RT 006) yang berjumlah 150 orang.
Metode pada Pengalaman Belajar Lapangan Kesehatan Masyarakat (PBL KESMAS)
ini telah dilakukan enam tahap kegiatan. Diawali dengan Survei Mawas Diri (SMD), kemudian
menetapkan prioritas masalah kesehatan, melakukan uji coba kuesioner selanjutnya
menyebarkan kuesioner kepada masyarakat RW 006, lalu melaksanakan kegiatan Masyarakat
Musyawarah Desa (MMD), kemudian yang terakhir adalah kegiatan intervensi. Pada penentuan
Jurnal Vol 1, No 1, Juni 2022 © Ikatan Fisioterapi Cabang Kota Bekasi
| 32
Jurnal Pengabdian Masyarakat Fisioterapi dan Kesehatan Indonesia Vol 1, No 1, Juni 2022
prioritas masalah diawali dengan menentukan analisis situasi di RW 006, Kelurahan Cireundeu
dengan metode Bryant guna memperoleh gambaran terkait permasalahan kesehatan yang ada di
wilayah tersebut untuk menetapkan prioritas masalah dan melakukan penelitian lebih lanjut
terhadap permasalahan yang akan dijadikan prioritas. Analisis situasi yang dilakukan dengan
menelaah data sekunder yang telah di peroleh dari Puskesmas Cireundeu, kemudian dilanjutkan
dengan menyebar Kuesioner mengenai pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD). Terkait
data primer dilakukan saat penyebaran kuesioner kepada 150 orang. Kemudian data sekunder
maupun data primer yang didapat selama di lapangan diarahkan kepada Dosen Pembimbing
Kelompok 20.
Setelah menetapkan prioritas masalah, kemudian menyusun kuesioner untuk
mengetahui secara menyeluruh terkait gambaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di
RW 006, Kelurahan Cireundeu. Kuesioner yang telah disusun telah disetujui oleh Dosen
Pembimbing Kelompok 20 kemudian disebarkan secara offline dengan bantuan Ketua RW 006
dan Ketua RT beserta Kader setempat.
Pada tahapan kegiatan juga dilakukan uji coba kuesioner pada RW 006 Kelurahan
Cireundeu yang sudah ditentukan untuk mengetahui sejauh mana kuesioner yang disusun sejauh
mana kuesioner yang disusun, dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel dalam mengukur
variabel pengetahuan, variabel sikap dan variabel perilaku yang diteliti sehingga menghasilkan
data yang valid dan reliabel. Penyebaran kuesioner uji coba dilakukan dalam satu kali pertemuan
untuk masyarakat yang berdomisili di wilayah Kelurahan Cireundeu.
digunakan untuk melihat gambaran secara umum terkait pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat RW 006 mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Populasi pada penelitian ini mencakup seluruh masyarakat yang berada di wilayah RW
006, Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan sebanyak 880
per Kartu Keluarga. Dengan demikian sampel dari penelitian ini adalah sebagian masyarakat
RW 006, yaitu berjumlah 150 orang. Kriteria inklusi pada sampel penelitian adalah masyarakat
yang tinggal di RW 006, Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang
Selatan. Sedangkan kriteria ekslusi penelitian ini adalah masyarakat yang menolak menjadi
responden dan keadaan yang tidak memungkinkan, seperti mengeluh karena banyaknya
pernyataan kuesioner, dan waktu yang lama dalam pengisian kuesioner.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Non-Random
Sampling dengan metode Cluster Random Sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik secara acak, dikarenakan pada masyarakat RW 006 yang terdiri dari 6 RT
(RT 001, RT 002, RT 003, RT 004, RT 005, dan RT 006) dianggap memiliki karakteristik yang
sama. Sampel diambil sebanyak 25 orang/ Kartu Keluarga (KK) per masing-masing RT yang
terdiri dari RT 001, RT 002, RT 003, RT 004, RT 005, dan RT 006.
Gambar 3. Pelaksanaan Masyarakat Masyawarah Desa (MMD)
Masyarakat Musyawarah Desa (MMD) dilakukan secara offline yang dilaksanakan pada
Selasa, 14 Juni 2022. Tujuan dilaksanakannya Masyarakat Musyawarah Desa (MMD) adalah
mengenali dan meyakini bahwa terdapat masalah kesehatan di wilayahnya, sehingga
masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan di wilayah RW 006 melalui
upaya beberapa pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Dalam kegiatan
Masyarakat Musyawarah Desa (MMD) ini dihadiri oleh Kepala Puskesmas Cireundeu, Wakil
Kepala Kelurahan Cireundeu, Perwakilan Dari Dinas Kesehatan, Kader Jumantik Puskesmas
Cireundeu, dan Tokoh Masyarakat RW 006.
Kegiatan Masyarakat Musyawarah Desa (MMD) tersebut memaparkan data demografi
penduduk RW 006, seperti jenis kelamin, usia, penghasilan, pekerjaan, dan pendidikan.
Kemudian memaparkan hasil dari Survei Mawas Diri (SMD) yang dimana terdapat tiga
permasalahan yaitu Diabetes Melitus (DM), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Hipertensi.
Dari ketiga permasalahan kesehatan tersebut bahwa penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
menjadi prioritas masalah kesehatan. Selanjutnya memberikan pemaparan terkait penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan menggunakan metode fishbone yang dimana Demam
Berdarah Dengue (DBD) ini dijadikan sebagai permasalahan utama. Guna dipaparkannya
diagram fishbone untuk membantu memecahkan masalah yang ada dengan melakukan analisis
sebab dan akibat dari suatu keadaan dalam diagram fishbone. Dan yang terakhir adalah
pemaparan Plan Of Action (POA) terkait intervensi yang akan dilakukan terhadap prioritas
permasalahan yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD).
Pelaksanaan Gerebek Jentik Nyamuk sebagai bentuk kegiatan intervensi dilakukan pada
Rabu,15 Juni 2022 Pukul 10.00 WIB s/d selesai sasaran dari intervensi adalah masyarakat RW
006, Kelurahan Cireundeu. Penyuluhan dilakukan pada Kamis, 16 Juni 2022 Pukul 11.00 WIB
s/d selesai dengan sasaran intevensi adalah masyarakat RW 006, Kelurahan Cireundeu.
Kemudian dilanjut dengan kegiatan Pemasangan Poster pada Kamis, 16 Juni 2022 pukul 15.00
WIB s/d selesai sasaran kegiatan intervensi adalah masyarakat RW 006.
Adapun tujuan dari kegiatan intervensi guna memberikan edukasi kepada masyarakat RW
006, Kelurahan Cireundeu untuk meningkatkan pengetahuan, mengukur objek pada sikap serta
peningkatan perilaku mengenai pentingnya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)
dengan melaksanakan pemeriksaan jentik-jentik nyamuk yang berada ditampungan air melalui
program gerebek jentik.
Media yang digunakan adalah menampilkan Print out Power Point dan Poster yang
berisikan materi terkait pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD), kemudian melakukan
presentasi penyuluhan dengan Rangkaian acara kegiatan penyuluhan offline ini adalah
pembukaan, sambutan, penyampaian materi, sesi tanya jawab.
Daftar P S C M Urutan
N Masalah (Prevalence) (Seriousness) (Community (Manage Total Prioritas
o Kesehatan Concern) bility)
1 Diabetes 2 4 3 2 48 II
Melitus
2 Hipertensi 3 3 3 1 27 III
3 Demam 4 4 4 2 128 I
Berdarah
Dengue
(DBD)
Perhitungan prioritas masalah menggunakan metode Bryant diberi skor 1-5. Pemberian
skor prevalence dihitung dari jumlah atau kelompok masyarakat yang terkena dampak dari
permasalah kesehatan tersebut. Skor seriousness dihitung dari tingginya morbiditas atau
mortalitas serta kecenderungannya. Skor community concern dinilai dari perhatian atau
kepentingan masyarakat dan pemerintah atau instansi terhadap masalah tersebut. Sedangkan
skor manageability dinilai dari ketersediaan sumber daya (tenaga, sarana dan metode/cara).
Nilai tertinggi yang dijadikan prioritas adalah Demam Berdarah Dengue (DBD) sebesar 128.
Oleh karena itu, kelompok 20 mengambil masalah tersebut dengan skor dari perhitungan metode
Bryant sebagai prioritas utama yang harus diberikan intervensi kesehatan kepada masyarakat
RW 006.
Berdasarkan metode Bryant masalah yang di prioritaskan adalah Demam Berdarah Dengue
(DBD). Hal tersebut juga diperkuat oleh Ketua Puskesmas, Petugas Puskesmas, Ketua RW 006,
Kelurahan Cireundeu beserta kader di wilayah tersebut melalui wawancara informal yang
menyatakan bahwa memasuki puncak musim hujan, Puskesmas Cireundeu fokus memetakan
daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) sebagai prioritas permasalahan kesehatan.
Oleh karena itu, Kelompok 20 memutuskan untuk menjadikan Demam Berdarah Dengue
(DBD) sebagai masalah prioritas yang akan kami intervensi dalam Pengalaman Belajar
Lapangan Kesehatan Masyarakat (PBL KESMAS).
Berdasarkan hasil analisis deskriptif mengenai demografi responden RW 006 (Tabel 2),
menurut kelompok umur, responden didominasi oleh kelompok umur 25 - 55 tahun yaitu
sebanyak 96 orang (64%). Kemudian berdasarkan jenis kelamin menunjukkan responden
perempuan sebanyak 125 orang (82,7%) lebih banyak daripada responden laki-laki sebanyak 26
orang (17,3%). Sedangkan masyarakat RW 006 pekerjaan didominasi oleh kategori pekerjaan
belum atau tidak bekerja yaitu sebanyak 94 orang (62,7%). Yang dimana pendidikan terakhir
yang ditempuh oleh masyarakat RW 006 adalah responden yang lulus Sekolah Menengah Atas
(SMA) memiliki presentase lebih banyak yaitu sebanyak 68 orang (45,3%). Diikuti dengan
penghasilan yang dimana responden didominasi oleh kelompok yang Belum Berpenghasilan
yaitu sebanyak 93 orang (62%).
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) paling banyak pada responden yang memiliki
pengetahuan yang rendah sebanyak 104 orang (69,7%), selain itu kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) paling banyak pada responden yang memiliki sikap kurang baik terhadap
pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 150 orang (100%), paling banyak pada
responden perilaku yang kurang baik terhadap pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)
sebanyak 83 orang (55,3%).
B. Pembahasan
1. Pengetahuan Demam Berdarah Dengue
Hasil survei yang dilakukan di RW 006, Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat
Timur, Kota Tangerang Selatan, menunjukkan bahwa responden didominasi oleh kategori
pengetahuan yang rendah mengenai Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu sebanyak 104
orang (69,7%). Kemudian untuk kategori pengetahuan yang tinggi mengenai Demam
Berdarah Dengue (DBD) yaitu sebanyak 46 orang (30,3%).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh beberapa masyarakat RW 006,
Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan hal tersebut
disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang masih tidak tahu bahwa pentingnya kebersihan
lingkungan sekitar terutama yang bisa menjadi tempat air menggenang, karena nyamuk
Aedes aegypti itu tinggal dan berkembang biak di air bersih, Kemudian banyak dari
Masyarakat mengandalkan foging sebagai cara efektif dari Pemberantasan sarang nyamuk
Demam Berdarah Dengue.
menyimpan saja barang bekas dihalaman rumah yang nantinya akan menjadi tampungan air
hujan dan menjadi sarang jentik nyamuk.
KESIMPULAN
SARAN
Berdasarkan pemaparan simpulan diatas, saran yang dapat kami berikan adalah:
1. Untuk Puskesmas Cireundeu
Meningkatkan pengawasan berupa monitoring dalam kegiatan pemberian edukasi
terkait perilaku pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) serta mengajak masyarakat
untuk ikut serta berperan aktif dalam pemberian edukasi tersebut terkait pemberantasan
sarang nyamuk, sehingga masyarakat bisa mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya.
2. Untuk Masyarakat RW 006
Diharapkan masyarakat selalu peduli, sadar dan waspada terhadap penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan melakukan pengendalian dan pencegahan
Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui pemberantasan sarang nyamuk dengan metode
gerakan 3M Plus.
3. Untuk Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
a) Mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan PBL KESMAS dengan penuh tanggung jawab
dan mengikuti seluruh peraturan yang telah ditetapkan.
b) Mahasiswa diharapkan mampu berlapang dada dan memiliki semangat yang tinggi
dalam menghadapi segala tantangan terkait kendala PBL KESMAS, dan perlu menjaga
kekompakan, kerukunan dan menjalin kerjasama yang baik antar anggota kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan. (2018, Oktober 27). Apa saja akibat dari kurang melakukan aktivitas
fisik?. Diakses April 2022, Dari p2ptm.kemkes.go.id:
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/apa-saja-akibat-dari-kurang-
melakukan-aktivitas-fisik
Kementerian Kesehatan. (2017, Mei 17). Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat.
Diakses April 2022, dari https://www.kemkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-
penyakit-paling-banyak-diidap-masyarakat.html
Kementrian Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. (2019, Januari
30). Kesiapsiagaan Menghadapi Peningkatan Kejadian Demam Berdarah Dengue Tahun
2019. Diakses Juni 2022, dari http://p2p.kemkes.go.id/kesiapsiagaan-menghadapi-
peningkatan-kejadian-demam-berdarah-dengue-tahun-2019/
Pusdatin Kemenkes, R. I. (2017). Situasi Penyakit Demam Berdarah di Indonesia Tahun
2017. Diambil dari
https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/InfoDatin
-Situasi-Demam-Berdarah-Dengue.pdf
Jurnal Vol 1, No 1, Juni 2022 © Ikatan Fisioterapi Cabang Kota Bekasi
| 41