55 Proposal Tata Sugiangkoso

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN

EKSPLORASI TANAMAN KAYU PUTIH ( Melaleuca cajaputi )


DI KOTA DUMAI

Oleh :

TATA SUGIANGKOSO
11782200247

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2024
PROPOSAL PENELITIAN

EKSPLORASI TANAMAN KAYU PUTIH ( Melaleuca cajaputi )


DI KOTA DUMAI

Oleh :

TATA SUGIANGKOSO
11782200247

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk melaksanakan Penelitian

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2024
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Eksplorasi Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajaputi) Di


Kota Dumai

Nama : Tata Sugiangkoso

NIM : 11782200247

Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Bakhendri Solfan, S.P., M.Sc. Novita Hera, S.P., M.P


NIP. 19740101 202321 1 010 NIP. 19861115 202321 2 032

Mengetahui:

Dekan, Ketua,
Fakultas Pertanian dan Peternakan Program Studi Agroteknologi

Dr. Arsyadi Ali, S.Pt., M.Agr. Sc Dr. Ahmad Taufiq Arminudin,S.P.,M.Sc.


NIP. 19710706 200701 1 031 NIP.19770508 200912 1 001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala


atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
dengan judul “Eksplorasi Tanaman Kayu Putih ( Melaleuca cajaputi ) Di Kota
Dumai”. Salawat dan salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, yang mana berkat usaha beliau kita dapat
merasakan dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini. Proposal penelitian ini
dibuat sebagai syarat untuk melaksanakan penelitian.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Bakhendri Solfan, S.P.,
M.Sc sebagai dosen Pembimbing I dan Ibu Novita Hera, S.P., M.P sebagai dosen
Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi
sampai selesainya proposal penelitian ini. Kepada seluruh rekan-rekan yang telah
banyak membantu penulis didalam penyelesaian proposal penelitian ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terimakasih dan
semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT untuk kemajuan kita semua dalam
menghadapi masa depan nanti.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan penulisan proposal penelitian ini. Semoga proposal penelitian ini
bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang.

Pekanbaru, Mei 2024

Penulis.

iv
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix

I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 2
1.2. Tujuan Penelititan ................................................................... 2
1.3. Manfaat Penelitian .................................................................. 2
1.4. Rumusan Masalah ..................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3


2.1. Tinjauan Umum Tanaman Minyak Kayu Putih ...................... 3
2.2. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Minyak Kayu Putih ....... 4
2.3. Syarat Tumbuh Kayu Putih ....................................................... 5
2.4. Sebaran Tumbuhan Kayu Putih ................................................ 6
2.5. Manfaat Tanaman Kayu Putih .................................................. 6
2.6. Eksplorasi .................................................................................. 7

III. MATERI DAN METODE ............................................................... 9


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 9
3.2. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ 9
3.3. Metode Penelitian .................................................................... 9
3.4. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 9
3.5. Parameter Pengamatan ............................................................ 10
3.6. Analisis Data ........................................................................... 14
3.7. Rencana Anggaran Biaya Penelitian ....................................... 15
3.8. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 16


LAMPIRAN .............................................................................................. 18

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Rencana anggaran biaya ..................................................................... 10

3.2. Jadwal pelaksanaan ............................................................................... 11

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
3.1 Tanaman Kayu Putih .......................................................................... 4

vii
DAFTAR SINGKATAN

LU Lintang Utara
LS Lintang Selatan
HHBK Hasil Hutan Bukan Kayu

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 18

ix
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman kayu putih (Melaleuca cajuputi) merupakan salah satu tanaman
sangat penting bagi industri minyak atsiri di Indonesia karena menghasilkan daun
dan tunas yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak kayu putih.
Menurut Prastyono (2020) tanaman kayu putih selain dapat menghasilkan minyak
atsiri, juga dapat memberikan manfaat secara ekologis. Kebutuhan minyak kayu
putih saat ini semakin meningkat dan berdasarkan data dari Direktorat Jenderal
Bina Produksi Kehutanan bahwa produksi minyak kayu putih cenderung menurun
di Indonesia setiap tahunnya.
Kayu putih merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan
minyak atsiri, yang digunakan untuk bahan baku obat. Menurut Menristek (2019),
menyatakan bahwa kebutuhan bahan baku minyak kayu putih untuk industri obat
kemasan dalam negeri tercatat lebih dari 3500 ton per tahun. Kayu putih dapat
menjadi komoditas andalan indonesia dalam menyuplai bahan baku obat berupa
minyak atsiri.
Minyak atsiri dikenal dengan naman minyak eteris atau minyak terbang
merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile), mempunyai rasa getir
dan bau mirip dengan tanaman asalnya yang diambil dari bagian-bagian tanaman
seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian
tanaman.
Tanaman kayu putih banyak terdapat di pulau Jawa dan di Kepulauan
Maluku. Di pulau Jawa, Hutan tanaman kayu putih selama ini dikelola oleh Perum
Perhutani baik di Jawa Tengah, Jawa Timur maupun Jawa Barat. Sedangkan di
Yogyakarta pengelolaan kayu putih dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan
Perkebunan. Sementara di luar Jawa, tanaman kayu putih banyak terdapat di
Kepulauan Maluku, Pulau Seram, Pulau Buru, dan juga di Nusa Tenggara Timur
yang berupa tegakan alam. Di kepulauan Maluku luas tanaman kayu putih
diperkirakan mencapai 120.000 ha. Kayuputih ini digunakan sebagai bahan baku
industri minyak kayu putih. Minyak kayu putih dihasilkan dari daun melalui
proses penyulingan. Penyulingan skala rumah tangga dilakukan dengan
menggunakan ketel-ketel tradisional (Rimbawanto dkk, 2014).

1
Tanaman kayu putih tersebar dibeberapa wilayah Kota Dumai, daerah
pemukiman penduduk, pedalaman dan kawasan hutan yang merupakan habitat
alaminya. Tanaman kayu putih di Kota Dumai belum terinventarisasi dengan
baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan untuk melindungi dan
menginventarisasi tanaman kayu putih yang ada. Sebagai ilmu pengetahuan,
sehingga pada saat dibutuhkan dapat digunakan sebagai referensi.
Eksplorasi merupakan kegiatan pelacakan, penjelajahan, mencari dan
mengumpulkan jenis-jenis sumberdaya genetik tertentu untuk dimanfaatkan dan
mengamankannya dari kepunahan (Rosmayati dkk, 2018). Kegiatan eksplorasi
diperlukan guna mengetahui keberadaan varietas-varietas lokal dan kerabat liar
yang semakin terdesak keberadaannya. Tujuan eksplorasi yaitu mengumpulkan
plasma nutfah untuk dikonservasi dan dimanfaatkan sebagai sumber gen
(Heriyansyah dkk, 2017).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Eksplorasi Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi) di
Kecamatan Dumai Barat”.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran dan keragaman
tanaman kayu putih di Kota Dumai.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi sebaran dan
keragaman tanaman kayu putih di Kota Dumai. Informasi ini diharapkan dapat
digunakan menjadi bahan pengembangan pemuliaan tanaman.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya keragaman tanaman kayu putih
di Kota Dumai.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Minyak Kayu Putih

Kayu putih merupakan salah satu tumbuhan dari famili Myrtaceae dan
genus Melaleuaca. Nama ini diambil dari bahasa Yunani, Males artinya hitam
atau gelap dan Leucon artinya putih. Hal ini merujuk kepada penampilan cabang
yang berwarna putih dan batang pohon yang berwarna hitam dari spesies pertama
yang diberi nama ilmiah Melaleuca leucadendra, yang batangnya terkadang
berwarna hitam karena terbakar. Penamaan kayu putih nampaknya sesuai dengan
kulit batang yang berwarna putih. M.cajaputi adalah satu-satunya spesies dari
genus Melaleuca yang tumbuh secara alami dibagian barat garis Wallace dimana
sebagian besar merupakan tumbuhan asli Australia (Lum, 1993 didalam
Rimbawanto, 2017).
Kayu putih adalah salah satu hasil kehutanan non-kayu yang paling banyak
dikenal masyarakat Indonesia, terutama sebagai obat. Kayu putih merupakan
tumbuhan asli Indonesia telah lama menjadi usaha komersial, akan tetapi produksi
minyak kayu putih nasional masih jauh dari kata cukup untuk memenuhi
kebutuhan domestik yang terus meningkat. Kayu putih merupakan salah satu
penghasil minyak atsiri yang digunakan sebagai bahan dari berbagai produk
kesehatan dan farmasi (Aryani, 2020).
Melaleuca cajuputi dikenal dengan nama daerah Kayu putih adalah salah
satu jenis tanaman yang mempunyai peranan cukup penting dalam industri
minyak atsiri. Tanamna minyak kayu putih dapat tumbuh pada lahan marginal.
Tanaman kayu putih merupakan salah satu jenis tanaman yang cukup berpotensi
untuk upaya rehabilitasi lahan, baik dari aspek ekologis maupun aspek ekonomis.
Terdapat keuntungan ganda yang diperoleh pada pengembangan tanaman kayu
putih di lahan kritis antara lain untuk menunjang usaha konservasi lahan dan
pemanfaatan lahan marginal menjadi lahan produktif (Baskorowati dkk, 2014).

3
2.2 Klasifikasi dan morfologi tanaman minyak kayu Putih

Tanaman minyak kayu putih diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom :


Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi :Angiospermae, Kelas : Dicotyledinae,
Ordo : Mytales, Famili : Myrtaceae, Genus :Melaleuca, Spesies : Melaleuca
cajaputi.

Gambar : 2.2 Tanaman kayu putih


Sumber : A.Rimbawanto (2017)
Tanaman kayu putih adalah jenis tanaman dengan habitus pohon, yang
mencapai tinggi 10 meter. Batang berkayu, berbentuk bulat, kulit batang mudah
mengelupas, serta warna batang kuning kecoklatan. Sementara itu, daun kayu
putih merupakan daun tunggal, berbentuk lanset (lancip), ujung dan pangkal daun
meruncing, tepi daun rata, permukaan daun berbulu, pertulangan daun sejajar serta
warna daun hijau. Tanaman kayu putih memiliki bunga majemuk, berbentuk bulir
dengan pajang 7-8 cm, mahkota bunga terdiri dari 5 helai dan memiliki bunga
berwarna putih (BPDAS Pemali Jratun, 2010).
Ariyanti (2022) mendeskripsikan tanaman kayu putih sebagai pohon
dengan tinggi mencapai 10 meter. Di wilayah Australia, kayu putih dapat
mencapai tinggi lebih dari 40 meter dan diameter batang 1,2 meter. Batang kayu
putih berwarna abu-abu sampai putih seperti kertas, dengan pucuk pohon
berwarna agak keperakan. Sementara itu, daun kayu putih berwarna hijau, tidak
mengkilap, tepi daun rata, umumnya panjang daun 5-10 cm dan lebar daun 1-4 cm

4
serta daunnya berbulu. Pada tiap helai daun terdapat 5-7 tulang daun dengan
panjang 3-11 mm. Perbungaan tanaman kayu putih berbentuk bulir dan banyak
terdapat pada ujung ranting maupun ketiak daunnya. Bunga tanaman kayu putih
bersifat biseksual, serta kelopak dan mahkota bunganya kecil. Buah tanaman kayu
putih berbentuk kapsul dan bertipe dehiscent, yaitu memiliki kulit buah yang
kering dan akan terbuka ketika mencapai kemasakan untuk melepaskan biji-biji
yang ada didalamnya.

2.3 Syarat Tumbuh Kayu Putih

Syarat tumbuh tanaman kayu putih adalah sebagai berikut :


2.3.1 Faktor Lokasi
Tanaman kayu putih dapat tumbuh dengan baik hampir diseluruh wilayah
Asia Tenggara, yakni di daerah dataran rendah dan rawa-rawa yang mempunyai
ketinggian tempat kurang dari 400 meter di atas permukaan laut (dpl). Sementara
itu, didaerah pegunungan tanaman kayu putih ini jarang ditemukan.
2.3.2 Faktor Tanah
Tanaman kayu putih tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus.
Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah-tanah liat ataupun berpasir, bahkan di tanah
yang berkapur. Tanaman kayu putih dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang
kering. Pada tanah yang sering tergenang air, tanaman ini dapat bertahan hidup,
namun tidak tahan terhadap tanah panas atau kebakaran dan dapat berkembang
biak dengan tunas akar, sehingga memiliki daya hidup yang tinggi. Kayu putih
adalah spesies tanaman lokal sumatra yang dapat tumbuh dilahan marginal dan
jenis tanaman potensial untuk reklamasi lahan bekas tambang (Mansur dan
Kadaraisman, 2019).
2.3.3 Faktor Iklim
Tanaman kayu putih membutuhkan temperatur atau suhu udara yang
panas, sehingga dibutuhkan cahaya matahari penuh pada siang hari. Oleh karena
itu, tanaman ini dapat tumbuh dengan baik jika tidak ternaungi. Suhu udara yang
sesuai untuk tanaman kayu putih yaitu antara 21-35oC. Sementara itu, curah hujan
tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan kayu putih. Tanaman ini dapat

5
tumbuh di daerah yang memiliki curah hujan tinggi maupun daerah dengan curah
hujan rendah ( Hardjowigeno, 2007).
Rimbawanto et al. (2014) mengatakan bahwa tanaman kayu putih tidak
memiliki syarat tumbuh yang spesifik. tanaman ini dapat tumbuh baik pada
ketinggian 5-400 m dpl, dengan curah hujan 1.300-1.750 mm/tahun. Selanjutnya,
peneliti menyebutkan bahwa, tanaman kayu putih merupakan tanaman yang
tumbuh dengan baik pada lahan tandus maupun lahan yang kurang subur.

2.4 Sebaran Tumbuhan Kayu Putih

Sebaran alami tanaman kayu putih berkisar di 12o 00` 00`` LU – 18o 00`
00`` LS, dengan daerah sebaran di Kepulauan Maluku, Pulau Timor,
Semenanjung Malaya, serta Australia bagian Utara dan Barat Daya. Di Indonesia,
tanaman kayu putih tumbuh secara alami didaerah Maluku (Pulau Buru, Pulau
Seram, Pulau Ambon dan Pulau Nusa Laut), Sumatra Selatan (sepanjang sungai
musi dan Palembang), Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Bali dan Irian
Jaya. sedangkan di Jawa Tengah (Solo dan Yokyakarta), Jawa Barat (Banten,
Bogor, Sukabumi, Purwakarta, Indramayu, Kuningan, Garut, Tasikmalaya,
Ciamis dan Maja Lengka) dan Jawa Timur (Kediri, Ponorogo dan Madiun)
dikembangkan sebagai hutan usaha.

2.5 Manfaat Tanaman Kayu Putih

Menurut Permenhut No.35 tahun 2007, tanaman kayu putih merupakan


salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) dari golongan minyak atsiri. HHBK
merupakan hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk
turunannya dan budidaya yang berasal dari hutan kecuali kayu.
Di Indonesia, tanaman kayu putih telah banyak dimanfaatkan. Minyak
atsiri dari tanaman kayu putih banyak digunakan dalam bidang farmasi karena
mengandung senyawa pokok berupa 1,8 seniol dengan rendemen tinggi (Ariyanti,
2022). Manfaat lain tanaman kayu putih yaitu berpotensi untuk upaya rehabilitas
hutan dan lahan, seperti menunjang usaha konservasi lahan dan pemanfaatan
lahan marginal menjadi lahan produktif. Upaya pendayagunaan lahan marginal

6
memiliki arti yang penting dalam usaha memperbaiki lahan yang rusak, sebagai
akibat pembangunan atau kerusakan oleh alam.

2.6 Eksplorasi

Menurut (Muswita dan Jalius, 2012) eksplorasi merupakan pengetahuan


lokal mengenai tumbuhan dan pengetahuan riset tumbuhan dalam
pemanfaatannya. Kegiatan eksplorasi dilakukan guna menyelamatkan varietas-
varietas lokal dan tumbuhan liar yang semakin langka keberadaannya.
eksplorasi merupakan tahapan awal dalam konservasi tumbuhan.
pelaksanaaan eksplorasi dilakukan secara bertahap dengan mengangandalkan
narasumber dan sumber informasi, baik informasi langsung (key informan)
maupun dari data. melakukan pencarian informasi keberadaan tanaman,
pengumpulan tanaman, karakterisasi dan evaluasi tanaman serta deskripsi
tanaman (Natawijaya, Kurniawan dan Bhakti, 2009).
Teknik eksplorasi merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk
mengidentifikasi tumbuhan. Tujuan eksplorasi tumbuhan yaitu untuk spesimen
tumbuhan yang berkualitas. Spesimen tumbuhan yang belum diketahui jenis dan
nama taksonominya merupakan suatu hal yang sangat berharga. Pengawetan
dilakukan untuk mengoleksi bagian tanaman tersebut untuk kepentingan ilmu
pengetahuan. Eksplorasi merupakan kegiatan penting dalam mengembangkan
pertanian, sehingga dapat meminimalisir kepunahan plasma nutfah (Kencana dkk,
2022).
Kegiatan eksplorasi tumbuhan tidak hanya mengumpulan spesimen
tumbuhan, tetapi juga dilakukan dengan menggunakan metode jelajah atau
eksploratif secara Random sampling dan keterwakilan untuk mengumpulkan
informasi tumbuhan dalam suatu daerah. Menurut wulanningtyas dkk (2020)
eksplorasi merupakan langkah awal untuk mengetahui keragaman jenis tumbuhan
dan sumber daya genetik.
Metode jelajah dilakukan dengan cara mengikuti jalur yang biasa
digunakan oleh masyarakat setempat dalam kegiatan mencari kayu, mencari
bahan obat alami, berburu atau membuat jalur baru sesuai dengan keinginan yang
ditentukan pelaku eksplorasi. Prioritas tumbuhan dan kriteria tumbuhan yang

7
dikoleksi merupakan jenis-jenis yang langka, endemik, khas, unik dan berpotensi
sebagai tanaman hias, tumbuhan obat, bahan makanan, bahan bangunan ataupun
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

8
III. MATERI DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Pelitian ini akan dilaksanakan di Kota Dumai. Penelitian ini akan


dilaksanakan selama satu bulan dari awal sampai akhir bulan juni 2024.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain kamera sebagai
alat dokumentasi, alat tulis dan penggaris. Bahan yang digunakan dalam
penelitian yaitu tanaman kayu putih sebagai tanaman sampel yang akan di
eksplorasi, yang tumbuh liar di Kota Dumai.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan


dengan metode jelajah atau menyusuri kawasan yang telah ditentuan di Kota
Dumai. Kesimpulan diperoleh berdasarkan informasi dan data pengamatan yang
diperoleh dari sampel yang telah diteliti.
Pengambilan sampel tumbuhan dilakukan dengan teknik purposive
sampling, pengambilan sampel dilakukan berdasarkan keberadaan tanaman yang
dianggap mewakili wilayah sampling (Nastiti, Suryani, 2018) . Data karakter
morfologi diperoleh melalui survei dan pengamatan langsung pada tanaman
contoh di lapang. Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode
snowball sampling. Sumber data yang digunakan adalah dengan melakukan
pengamatan karakter morfologi tanaman yang ada di lokasi dilengkapi dengan
dokumentasi dan disertai dengan data penunjang mengenai keadaan lingkungan
sekitar tanaman meliputi ketinggian tempat dan suhu.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dimulai dari eksplorasi tanaman untuk menentukan lokasi


penelitian. Eksplorasi ini menggunakan metode jelajah, yaitu dengan menelusuri

9
daerah yang telah ditentukan jalurnya dan atau membuat jalur baru. Ekplorasi ini
dilakukan dengan cara melakukan pelacakan atau penjelajahan.
Pengambilan data dan pengamatan dilakukan secara langsung terhadap
tanaman kayu putih. Setelah mendapatkan sampel yang telah ditentukan, maka
tahap selanjutnya adalah menghitung berapa banyak populasi tanaman kayu putih
yang ditemukan dan mengambil dokumentasinya.

3.5 Parameter Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan mengambil organ daun dan batang.


Parameter yang diamati dan diukur dalam penelitian ini mengacu pada Deskriptor
UPOV. Variabel yang diamati dan diukur adalah:
3.5.1 Pengamatan Kuantitatif
Data yang dikumpulkan dalam pengamatan kuantitatif yang diamati
adalah:
1. Daun : panjang daun dan lebar daun
Daun yang diamati adalah daun yang terletak pada cabang tanaman.
2. Batang: diameter batang diukur dengan menghitung lingkar batang tanaman.
3. Bunga : jenis bunga, bentuk bunga dan warna bunga.
4. Buah : bentuk buah dan warna buah
3.5.2 Pengamatan Kualitatif
Data yang dikumpulkan dalam pengamatan kualitatif adalah:
1. Daun: warna daun, bentuk daun, panjang daun, lebar daun, bentuk pangkal
daun, bentuk ujung daun dan permukaan daun.

10
11
2. Batang: warna batang, jenis batang dan permukaan batang.
3. Bunga

4. Buah
Pengamatan dilakukan dengan mengamati bentuk buah yang berbentuk
kapsul dan buah yang berwarna coklat kehitam-hitaman.

12
13
Tahap pengamatan dilakukan dengan cara mengukur, mencatat dan
mendokumentasikan secara langsung hal yang berhubungan dengan variabel
pengamatan. Observasi karakter morfologi tersebut dilakukan menggunakan tabel
yang berisikan karakter-karekter morfologi organ vegetatif dan organ generatif
yang diamati.

3.6 Analisis Data

Data hasil pengamatan ditampilkan dalam bentuk tabel serta dokumentasi


dan dianalisis secara deskriptif. Analisis data menggunakan metode deskriptif
yaitu menyederhanakan dan menata data untuk memperoleh gambaran secara
keseluruhan dari objek yang diamati. analisis statisik dilakukan dengan
menggunakan bantuan software SPSS.

3.7 Rancangan Anggaran Biaya

Rencana anggaran biaya yang akan dibutuhkan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Table 3.1.
Tabel 3.1. Rencana Anggaran Biaya
No Bahan/Kegiatan Volume Satuan Harga(Rp) Jumlah(Rp)
A Bahan
1 Bensin 1 Liter 7,000 7,000
B Alat
1 Buku Deskriptor 1 Buah 15,000 15,000
2 Penggaris 1 Buah 5,000 5,000
3 Meteran 1 Buah 20,000 20,000
4 ATK 1 Paket 200,000 200,000
C Biaya Laporan

14
1 Pembuatan Proposal 5 Paket 40,000 200,000
2 Pembuatan Laporan 5 Paket 70,000 350,000
Hasil
3 Pembuatan Skripsi 7 Paket 100,000 700,000
4 Biaya Tak Terduga 1 Paket 500,000 500,000
Total 2.200.000

3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan juni juli


1 Persiapan alat x
2 Survei lapangan x
3 Eksplorasi tanaman x
4 Pengambilan data x
5 Pengamatan x
6 Analisis data x
7 Laporan x

15
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, M. 2022. Kayu Putih (Melaleuca cajuputi) Sebagai Tanaman Penghasil


Minyak Obat. AGRONOMIKA. 20(2): 132-140

Aryani, F. 2020. Penyulingan Minyak Kayu Putih (Melaleuca cajuputi) dengan


Suhu yang Berbeda. Buletin LOUPE. 16(2): 51-57

Baskorowati, L. dkk. 2014. Budidaya dan Prospek Pengembangan Kayu Putih


(Melaleuca cajaputi). Jurnal Sylva Lestari 2(1): 37

BPDAS Pemali Jratun. 2010. Kayu Putih. BPDAS. Diakses pada tanggal 21
Agustus 2021. Dari http://www.bpdas-pemalijratun.net.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademia pressindo. Jakarta

Heriyansyah, F dkk. 2017. Eksplorasi dan Identifikasi Karakter Morfologi


Tanaman Suweg (Amorphophallus campanulatus BI) di Jawa Timur.
Jurnal Produksi Tanaman. 5(3): 377-382

https://ekbis.rmol.id/read/2019/12/19/414126/kebutuhan-minyak-kayu-putih-
untuk-industri-mencapai-3500-ton-per-tahun

Kartikawati, N.K. dan Rimbawanto, A. 2014. Potensi Pengembangan Industri


Minyak Kayu Putih. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman.
Departemen Kehutanan.

Kencana, Y, A dkk. 2022. Eksplorasi dan Karakterisasi Keragaman Plasma


Nutfah Tanaman Padi (Oryza sativa L) di Pulau Belitung. Jurnal AGRO
9(1): 48-63

Kusumo, S. 2002. Pedoman Pengelolaan Plasma Nutfah. Departemen Pertanian


Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Komisi Nasional Plasma
Nutfah.

Mansur, I dan Kadaraisman, M.I. 2019. Teknik Pembibitan Kayu Putih


(Melaleuca cajuputi) Secara Vegetatif di Persemaian Perusahaan Batubara
PT Bukit Asam (Persero) TBK. Jurnal Silvikultur Tropika. 10(1): 21-28

Nastiti, K, A. Dan Suryani, T. 2018. Eksplorasi dan Inventarisasi Tumbuhan


Pteridophyta Di Kawasan Hutan Bagian Timur Lereng Gunung Merapi
Jawa Tengah Via Selo Boyolali. NSPBS. :384-390

Natawijaya, A. A. Karuniawan dan C. Bhakti. 2009. Eksplorasi Dan Analisis


Kekerabatan Amorphophallus Blume Ex Decaisne Di Sumatera Barat.
Jurnal Zuriat. 20(2):111-120.

16
Peraturan Mentri Kehutanan No. 35 Tahun 2007 Tentang Hasil Hutan Bukan
Kayu.

Prastyono dkk. 2020. Analisis Finansial Perkebunan Kayu Putih Skala Kecil :
Studi Kasus Pilot Project Pengembangan Kayu Putih untuk Kelompok
Tani di Kampung Rimbajaya, Distrik Biak Timur. Jurnal Ilmu Kehutanan.
14: 3-15

Rimbawanto, A dkk. 2014. Budidaya dan Prospek Pengembangan Kayu Putih


(Melaleuca cajuputi).. IPB Press. Jakarta

Rimbawanto, A dkk. 2014. Buku Seri Iptek V Kehutanan Topik 1 Kayu Putih.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kementrian Kehuanan
Republik Indonesia.

Rimbawanto, A dkk. 2017. Minyak Kayu Putih Dari Tanaman Asli Indonesia
Untuk Masyarakat Indonesia.. Kaliwangi. Yogyakarta

Rosmayati dkk. 2018. Eksplorasi dan Identifikasi Tanaman Aren (Arenga pinnata
Merr) di Kabupaten Tapanuli Selatan. Jurnal Pertanian Tropik 5(3): 423-
427

Sunanto, H. 2003. Budidaya dan Penyulingan Kau Putih.. Kanisius. Yokyakarta

Susanto, M., dan Rimbawanto, A. 2004. Pemuliaan Melaleuca cajuputi untuk


Pengembangan Industri Minyak Kayu Putih Indonesia. Prosiding Ekspose
Hasil Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman
Hutan: Yogyakarta.

Wulanningtyas, H, S dkk. 2020. Eksplorasi dan Identifikasi Tanaman Lokal


Sebagai Sumber Plasma Nutfah di Kabupaten Biak Numfor Provinsi
Papua. BPTP Papua. 2(1): 12-23

17
LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Alat dan Bahan

Menentukan Lokasi Jalur Survey

Mengidentifikasi

Pencatatan

Pengolahan Data

18

Anda mungkin juga menyukai