Modul Koas Dermatology Dan Venereology
Modul Koas Dermatology Dan Venereology
Modul Koas Dermatology Dan Venereology
TIM KONTRIBUTOR:
1
KATA SAMBUTAN DEKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Saya yakin Buku Panduan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang akan menjalani
tahap profesi di Bagian Dermatologi dan Venereologi Fakultas Universitas Sriwijaya RSUP Dr.
Moh Hoesin Palembang untuk mendapatkan gelar dokter. Staf pengajar yang akan menjadi
narasumber, pembimbing, fasilitator, tutor, instruktur dan penguji juga dapat menjadikan
buku ini sebagai dasar pijakan dalam mempersiapkan dan melaksanakan proses Pendidikan.
Dengan Buku Panduan ini juga saya berharap semua mahasiswa kedokteran
menyelesaikan pendidikannya dengan efektif, efisien, dan tepat waktu.
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas dibuatnya Modul Praktik Klinik
Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya 2022. Buku ini
merupakan bagian dari Modul Praktik Klinik Tahap Profesi yang akan terus mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan kurikulum pendidikan.
Buku ini dibuat sebagai panduan bagi mahasiswa kedokteran tahap profesi selama
menjalani kepaniteraan klinik di Bagian Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya. Dalam buku ini dimuat latar belakang, tujuan, dasar, karakteristik
mahasiswa, sasaran pembelajaran, lingkup bahasan, daftar rujukan, metode pembelajaran,
sumber daya, matriks kegiatan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta evaluasi
untuk menjamin agar proses pendidikan yang akan dijalani berlangsung lancar dan
kompetensi baik penyakit maupun keterampilan dapat terpenuhi. Selain itu, buku ini juga
diharapkan dapat menjamin keselamatan pasien di rumah sakit.
Kami menyadari buku ini tentunya tidak luput dari kesalahan sehingga kritik dan juga
saran untuk penyempurnaan sangat diharapkan. Kami mengucapkan selamat kepada tim
penulis sehingga buku ini bisa diselesaikan dengan baik. Akhir kata, semoga buku ini
bermanfaat.
Ketua Bagian,
4
DAFTAR ISI
5
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pendidikan Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (FK Unsri) terdiri
dari dua Program Studi yaitu Program Studi Pendidikan Dokter yang merupakan tahap
akademik, dan Program Studi Profesi Dokter yang merupakan tahap profesi. Program Studi
Pendidikan Dokter diakhiri dengan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked), dan Program Studi
Profesi Dokter diakhiri dengan gelar Dokter (dr). Kepaniteraan klinik merupakan serangkaian
proses dalam suatu kurikulum pendidikan yang harus dijalani oleh mahasiswa kedokteran.
Dalam tahap ini, mahasiswa diharapkan mempunyai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
perilaku dalam bidang keprofesiannya sebagai seorang dokter.
Prodi Profesi Dokter FK Unsri memiliki visi menjadi Program Studi Kedokteran
terkemuka di Asia Tenggara yang berbasis pendidikan, penelitian dan pelayanan di bidang
ilmu kedokteran. Misi Prodi Kedokteran FK Unsri yaitu menyelenggarakan dan
mengembangkan pendidikan di bidang ilmu kedokteran dan kesehatan sesuai dengan standar
internasional berbasis kearifan lokal, menyelenggarakan penelitian di bidang kedokteran
yang dapat dipublikasikan di tingkat nasional dan internasional serta dapat diaplikasikan
dalam pengembangan ilmu dan kesehatan masyarakat, menyelenggarakan pengabdian dan
pelayanan kedokteran berbasis akademik yang berstandar internasional sebagai pusat
rujukan di tingkat regional dan nasional, serta melaksanakan sistem manajemen dan
tatakelola yang efektif, efisien dan berkualitas.
Tujuan dari pendidikan profesi di FK Unsri yaitu menghasilkan lulusan yang mampu
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan klinik dan sesuai dengan etika profesi dalam
memecahkan masalah kesehatan pasien, mampu mengelola kesehatan masyarakat melalui
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif, yang senantiasa meningkatkan pengetahuan untuk melaksanakan pengabdian
kepada masyarakat, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi kedokteran,
dan peningkatan kesehatan individu dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pembelajaran pada tahap profesi menerapkan kurikulum yang mengacu pada tujuan yang
dirumuskan dalam Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia (SNP PDI) dan
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), serta mengacu pada World Federation
Medical Education (WFME). Melalui pendidikan profesi dokter yang paripurna diharapkan
dokter yang dihasilkan memiliki sikap dan dapat mengembangkan kepribadian yang
diperlukan untuk menjalankan profesinya seperti integritas, rasa tanggung jawab, dapat
dipercaya sesuai dengan etika profesinya yang universal.
Dalam upaya untuk mencapai visi, misi dan tujuan tersebut, tahap pendidikan profesi
memiliki tujuan khusus yaitu memberikan pengalaman kemandirian kepada dokter muda
untuk dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah kesehatan pasien
secara menyeluruh dan berdasarkan prinsip kedokteran berbasis bukti; melakukan prosedur
pemeriksaan atau tindakan secara mandiri atau bimbingan supervisor untuk meningkatkan
keterampilan klinik sesuai standar kompetensi dokter; mengembangkan perilaku yang sesuai
dengan etika profesi dan moral yang berlaku secara umum maupun khusus yang berlaku di
masyarakat.
6
TUJUAN
Modul ini disusun sebagai panduan mahasiswa selama menjalani kepaniteraan klinik di
Bagian Dermatologi dan Venereologi. Buku ini juga diharapkan menjadi pegangan bagi staf
pengajar dalam mempersiapkan dan melaksanakan proses pendidikan profesi di Bagian.
DASAR
Dasar pembuatan buku panduan ini ialah sebagai berikut:
1. UU no 20 tahun 2013 tentang Pendidikan dokter
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1069/Menkes/XI/2008 tentang
Pedoma Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
4. Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia Tahun 2019
5. Peraturan Rektor Universitas Siriwijaya Nomor 8 Tahun 2020 tentang Kurikulum Program
Studi Universitas Sriwijaya
6. Keputusan Rektor Universitas Sriwijaya No. 0009.a/UN9/SK.LP3MP.BD/2020 tentang
Panduan Kurikulum Universitas Sriwijaya
7. Keputusan Rektor tentang Revisi Kurikulum Program Studi Ilmu Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Nomor. 0083/UN9/SK.BAK.Ak/2022
8. Keputusan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Nomor
0411/UN9.FK/TU.SK/2021 tentang Pedoman Etika Akademik Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
7
KARAKTERISTIK MAHASISWA
Setelah tahap akademik, mahasiswa S-1 akan menjalani tahap yudisium menjadi
Sarjana Kedokteran. Setelah itu, mahasiswa akan menjalani tahap profesi (selama 4
semester). Tahapan di Bagian Dermatologi dan Venereologi berlangsung selama 4 pekan (3
SKS).
Tahap Akademik
Pengumuman
Kelulusan
No. Kode Nama Mata Kuliah Bobot Mata Kuliah (sks) Lama
studi
(mgg)
8
No. Kode Nama Mata Kuliah Bobot Mata Kuliah (sks) Lama
studi
(mgg)
4 BPK5004 Neurologi 3 1 - 2 - 4
8 BPK5008 Radiologi 2 1 - 1 - 4
9
No. Kode Nama Mata Kuliah Bobot Mata Kuliah (sks) Lama
studi
(mgg)
16 BPK6007 Elektif 1 - 1 - - 2
19 BPK6010 Komprehensif 2 - 2 - - 4
10
SASARAN PEMBELAJARAN
SIKAP
1. Berperilaku sesuai dengan nilai kemanusiaan, agama, moral dan etika dalam memberikan
pelayanan kesehatan;
2. Menunjukkan komitmen untuk bersikap dan berupaya maksimal dalam praktik
kedokteran;
3. Mengambil keputusan terhadap dilema etik yang terjadi pada praktik kedokteran;
4. Berkontribusi dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat;
5. Mampu bekerja sama intra- dan interprofesional dalam tim pelayanan kesehatan demi
keselamatan pasien;
6. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara tepat dan efektif untuk
memperoleh informasi, menafsirkan hasil dan menilai mutu suatu informasi untuk
pelayanan kesehatan;
7. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan berkolaborasi
dengan pasien dan keluarga, masyarakat umum, sejawat dan profesi kesehatan lain dalam
sistem pelayanan kesehatan;
8. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk menghasilkan materi dan
mendiseminasikan secara efektif untuk pengembangan profesi dan keilmuan;
9. Mencari, mengambil, membuka dan membaca informasi rekam medis yang disajikan
secara digital menggunakan teknologi komunikasi dan memanfaatkannya untuk
pengambilan keputusan klinis;
10. Menerapkan perilaku bersih dan sehat untuk diri dan lingkungannya;
11. Menerima, merespons positif dan menindaklanjuti umpan balik dari pihak lain untuk
pengembangan diri, profesionalisme dan pelayanan kesehatan;
12. Melakukan refleksi diri, mawas diri dan evaluasi diri untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan diri, dan identifikasi kebutuhan belajar secara terus-menerus dikaitkan dengan
praktik kedokteran;
13. Mengatasi tantangan dan tekanan pekerjaan dalam pelayanan kesehatan dan
menunjukkan ketangguhan dalam mengatasi tantangan dan tekanan;
14. Mengenali, mengatasi dan mengelola masalah keterbatasan fisik, psikis, sosial dan
budaya, pengetahuan dan keterampilan diri sendiri dalam mengembangkan
profesionalisme dan pelayanan kedokteran;
15. Menerapkan praktik kolaboratif sesuai dengan prinsip, nilai dan etika yang berlaku, serta
peran dan tanggung jawab profesi;
16. Menerapkan kepemimpinan dalam praktik kolaboratif pelayanan kesehatan;
17. Menerapkan komunikasi efektif dengan sejawat dokter, profesi kesehatan lain dan profesi
lain dalam pengelolaan masalah kesehatan;
18. Menerapkan praktik kolaboratif dalam pelayanan kesehatan individu, keluarga,
komunitas dan masyarakat;
19. Menerapkan prinsip keselamatan pasien dalam pengelolaan masalah kesehatan;
11
20. Berkontribusi dalam pengembangan budaya mutu dan keselamatan pasien pada
pelayanan kesehatan;
21. Menerapkan komunikasi efektif dan kerja sama tim dalam praktik kedokteran yang
mengedepankan keselamatan pasien;
22. Mengelola berbagai faktor risiko yang mempengaruhi keselamatan pasien;
23. Mengoptimalkan faktor lingkungan dan manusia untuk meningkatkan keselamatan pasien
dalam pelayanan kesehatan;
24. Mengidentifikasi, memberikan respons dan melaporkan kejadian yang tidak diharapkan
dalam pelayanan kesehatan;
PENGETAHUAN
1. Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan
Masyarakat/ Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini untuk
mengelola masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif di tingkat individu,
keluarga, komunitas dan masyarakat (lihat peta kompetensi di lampiran);
2. Menggunakan data klinik dan pemeriksaan penunjang yang rasional untuk menegakkan
diagnosis;
3. Menerapkan prinsip-prinsip ilmu ilmu Kedokteran Klinik;
4. Menegakkan diagnosis dan diagnosis banding masalah kesehatan berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, interpretasi hasil, serta
memperkirakan prognosis penyakit pada pasien;
KETERAMPILAN UMUM
1. Berkomunikasi dengan jelas, efektif, dan sensitif serta menunjukkan empati terhadap
reaksi saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya, sejawat dokter atau profesi
kesehatan lainnya;
2. Berkomunikasi efektif serta menunjukkan empati pada kondisi pasien dengan masalah
mental atau keterbatasan fisik;
3. Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk, informed
consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun, baik dan benar pada pasien
dan keluarganya serta masyarakat umum;
4. Berkomunikasi dengan menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan
spiritual pada pasien dan keluarga;
5. Menerapkan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif pada masalah kesehatan
individu, keluarga, komunitas dan masyarakat;
6. Merencanakan perubahan pola pikir, sikap dan perilaku, serta modifikasi gaya hidup
untuk promosi kesehatan pada berbagai kelompok umur, agama, masyarakat, jenis
kelamin, etnis, dan budaya;
7. Menerapkan pengelolaan masalah kesehatan individu, keluarga, komunitas dan
masyarakat secara holistik, komprehensif, bersinambung dan kolaboratif;
12
8. Mengelola keterlibatan pasien, keluarga, komunitas dan masyarakat secara berkelanjutan
dalam menyelesaikan masalah kesehatan;
9. Menginterpretasi data klinis dan data kesehatan individu, keluarga, komunitas dan
masyarakat, untuk perumusan diagnosis atau masalah kesehatan pada pasien;
10. Memilih dan mengusulkan strategi penatalaksanaan yang paling tepat berdasarkan
prinsip kendali mutu, biaya, dan berbasis bukti;
11. Mengusulkan tatalaksana farmakologis, gizi, aktivitas fisik dan perubahan perilaku yang
rasional pada pasien;
12. Mengkonsultasikan dan/atau merujuk serta menerima rujukan balik sesuai dengan
standar pelayanan medis;
13. Mengidentifikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan, memonitor perkembangan
penatalaksanaan, memperbaiki, dan mengubah terapi dengan tepat;
14. Menerapkan prosedur proteksi terhadap hal yang dapat membahayakan diri sendiri dan
orang lain;
15. Melakukan tindakan medis untuk masalah kesehatan/ kecederaan yang berhubungan
dengan hukum.
KETERAMPILAN KHUSUS
1. Menulis dan mengkaji rekam medis untuk penegakan diagnosis dan evaluasi tata laksana
penyakit yang baik dan benar;
2. Merencanakan, melakukan dan mengevaluasi prosedur klinis sesuai masalah, kebutuhan
pasien dan kewenangannya pada pasien.
13
LINGKUP BAHASAN
Selama menjalani praktik klinik di lingkungan Bagian Dermatologi dan Venereologi FK Unsri,
mahasiswa diharapkan dapat mempelajari dan terampil sesuai Standar Nasional Pendidikan
Profesi Dokter Indonesia (SNP PDI) Tahun 2019.
14
METODE PENGAJARAN
1. Tahap orientasi
Tahap ini bertujuan untuk memberikan wawasan mengenai ruang lingkup Dermatologi dan
Venereologi seperti yang tercantum dalam lingkup bahasan.
1.1 Kuliah
Bentuk kuliah interaktif memberikan wawasan mengenai Ilmu Dermatologi dan Venereologi
serta penatalaksanaan kedaruratan.
1.2 Demonstrasi keterampilan klinis
Demonstrasi ini bertujuan untuk mengajukan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan keterampilan klinis. Keterampilan klinis meliputi ketrampilan yang diperlukan dalam
menangani pemeriksaan fisik, penunjang dan tindakan (terlampir). Demonstrasi bisa dalam
bentuk Bedside Teaching (BST) atau Mini-Clinical Examination (Mini-CEX) jika dilakukan di
samping pasien atau Procedural Skill (PS) jika berupa keterampilan klinis.
1.3 Laporan Pagi
Laporan pagi bertujuan untuk mendiskusikan kasus-kasus yang menarik.
1.4 Bimbingan
Bimbingan ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa berdiskusi secara interaktif
dengan dosen pembimbing, untuk membahas topik-topik yang kurang dipahami misalnya
dalam bentuk Case based Discussion (CbD). Narasumber menilai pemahaman mahasiswa dan
memberikan arahan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya.
1.5 Kegiatan Ilmiah
Kegiatan ilmiah meliputi tugas baca jurnal, tinjauan pustaka/ referat, dan laporan kasus.
15
SUMBER DAYA
MATRIKS KEGIATAN
2. PRASARANA
1. Ruang Kuliah
2. Alat bantu ajar
3. Wahana Pendidikan:
• RSUP. Dr. Moh. Hoesin Palembang
• RSUD. Siti Fatimah Palembang
• RSUP Rivai Abdullah Banyuasin
16
• Puskesmas
2. PENGELOLA MODUL
Koordinator Pendidikan dan tim:
• Mengkoordinasi kegiatan pendidikan
• Membantu mengelola kegiatan modul dengan tugas sebagai berikut:
1. Menyusun staf pengajar yang bertugas sesuai dengan kompetensinya
2. Mengawasi kelancaran jalannya kegiatan pembelajaran
3. Mengumpulkan soal ujian dan membuat naskah ujian tulis
4. Mengoreksi dan memberi nilai ujian tulis
5. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan ujian pasien
6. Mengawasi dan mengusahakan tersedianya sarana pembelajaran
• Tenaga kependidikan/ sekretariat dengan tugas sebagai berikut:
1. Membantu pelaksanaan praktik klinik berjalan lancar dan baik
2. Mempersiapkan absensi mahasiswa dan pengajar
3. Mempersiapkan surat menyurat, mengumpulkan dan menyimpan dokumen pendidikan
4. Mengingatkan dan menghubungi staf pengajar yang bertugas
5. Meminjamkan buku-buku rujukan, fotokopi, topik-topik ugas baca yang tersedia
6. Memfasilitasi alat-alat pendukung praktikum mahasiswa
Jabatan Nama
Ketua Bagian
dr. Nopriyati, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV
Koordinator Pendidikan Bagian
dr. Inda Astri Aryani, Sp.KK (K), FINSDV
Koordinator Pendidikan RSUD. Siti Fatimah dr. Ayu Parameswari, Sp.KK, FINSDV
3. PELAKSANA MODUL
Staf Pengajar yang terlibat
No. Nama staf pengajar Inisial Status No. Telp.
1 Prof. DR. Dr. H.M. Athuf Thaha, SpKK(K), FINSDV, FAADV MAT NIDK 08127104583
2 Prof. Dr. Soeroso Adi Nugroho, SpKK(K), FINSDV, FAADV SAN NIDK 08127826422
3 Prof. Dr. Theresia L Toruan, SpKK(K), FINSDV, FAADV TLT NIDK 0811714323
4 Prof. Dr. Soenarto K, SpKK(K), FINSDV, FAADV SK NIDK 081367515556
5 DR. Dr. Yulia Farida Yahya, SpKK(K), FINSDV, FAADV YFY NIDK 0811712571
6 DR. Dr. Rusmawardiana, SpKK(K), FINSDV, FAADV RW NIDK 081367753100
7 DR. Dr. Yuli Kurniawati, SpKK, FINSDV, FAADV YK NIDK 08127150511
8 Dr. M. Izazi Hari Purwoko, SpKK(K), FINSDV, FAADV IHP NIDK 08127126495
9 Dr. Sarah Diba, SpKK(K), FINSDV, FAADV SD NIDK 0811780989
10 Dr. Nopriyati, SpKK(K), FINSDV, FAADV NOP NIDK 08127822330
11 Dr. Fitriani, SpKK(K), FINSDV, FAADV FN NIDK 0811788335
12 Dr. Mutia Devi, SpKK(K), FINSDV, FAADV MD NIDK 08127834578
17
13 Dr. Inda Astri Aryani, SpKK(K), FINSDV, FAADV IA NIDK 0811785545
14 Dr. Fifa Argentina, SpKK, FINSDV FA NIDK 081373475134
15 Dr. Ayu Parameswari, Sp.KK, FINSDV AY Luar Biasa 081368067805
16 Dr. Nina Melita, Sp.KK NM Luar Biasa 08127845450
17 Dr. Riliani Hastuti, Sp.KK RH Luar Biasa 081367784767
EVALUASI
Keberhasilan mahasiswa:
Nilai Akhir Huruf Mutu Angka Mutu
>86 A 4
70-<86 B 3,0
50-<70 C 2
35-<50 D 1
<35 E <1
Nilai batas lulus > 71
Remedial
• Mahasiswa yang mendapat nilai di bawah nilai batas lulus (≥ 71) maka mengikuti remedial
setengah rotasi.
• Jadwal remedial ditentukan oleh Program Studi Profesi Dokter setelah pengumuman rotasi
dilaksanakan. Jadwal remedial disusun dengan mempertimbangkan kapasitas Bagian.
2. Pembobotan
No Komponen evaluasi Presentasi
1 Penilaian formatif (proses) 60%
A CPOF 20%
B BST/ Mini-CEX 10%
C CbD 10%
D Logbook 10%
E Tulisan Ilmiah 10%
2 Penilaian sumatif (hasil) 40%
A Ujian kasus 15%
B OSCE (Objective Structured Clinical Examination) 15%
C MCQ (Multiple Choice Question)/CBT 10%
Total 100%
18
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN
Evaluasi program dilakukan dengan melihat hasil pencapaian kompetensi (penyakit dan
keterampilan) berdasarkan logbook dan survey kepuasan yang diisi oleh mahasiswa setelah
rotasi berakhir dalam rangka penjaminan mutu proses pendidikan.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Kurikulum Perguruan Tinggi (KPT) Mengacu Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
Program Studi Profesi Dokter
2. Pedoman Akademik Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2021/2022
3. Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia (SNP PDI) Tahun 2019
4. Pedoman Etika Akademik Tahun Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya2021
5. Peraturan Rektor Universitas Sriwijaya No.5 tahun 2020 tentang Standar Pendidikan
20
LAMPIRAN 1
21
41 Hand, mouth and foot disease
42 Selulitis
43 Eritrasma
44 Erisipelas
45 TB kutis (termasuk skrofuloderma)
46 Reaksi lepra
47 Sifilis sekunder dan sifilis dengan penyulit
48 Tinea kapitis, barbe, manus, pedis
49 Kandidiasis mukokutaneous
50 Skabiesdengankomplikasi/rekalsitran/crusted scabies
51 Dermatitis kontakiritan
52 Dermatitis kontakalergika
53 Dermatitis atopiksedang
54 Dermatitis stasis
55 Liken simplekskronik/ neurodermatitis
56 Napkin eczema
57 Psoriasis vulgaris
58 Dermatitis seboroiksedang-berat
59 Eritroderma
60 Hidradenitis supuratif
61 Dermatitis perioral
62 Rosasea
63 Hiperhidrosis
64 Akne vulgaris sedang-berat
65 Abses multiple kelenjarkeringat
66 Serosiskutis
67 Toxic epidermal necrolysis
68 Sindroma Stevens-Johnson
69 Urtikariakronis
70 Angioedema
71 Skleroderma/ morfea
72 Liken planus
73 Granuloma annulare
74 Exanthematousdrugeruption,fixeddrug eruption
75 VitiligoDewasadenganluas<20%permukaan kulit
76 Hiperpigmentasi dan hipopigmentasi pasca
inflamasi
77 Alopesia areata
78 Alopesia androgenik
79 Vulnus perforatum, penetratum
80 Luka bakar derajat 2 > 10% luas permukaan tubuh
81 Luka bakar derajat 3
82 Luka akibat trauma dingin
83 Luka akibat bahan kimia
84 Luka akibat sengatan listrik
85 Varisela
86 Herpes zoster (non oftalmikus dan non
diseminata)
87 Impetigo bullosa dan krustosa
88 Ektima
22
89 Folikulitissuperfisialis
90 Paronikhiapiogenik
91 Furunkel, karbunkel
92 Lepra tanpakomplikasi
93 Sifilis primer dan laten
94 Tinea/ pitiriasisversikolor
95 Tinea fasialis, korporis dan kruris
96 Kandidosis kutis
97 In growing toenail
98 Paronikia
99 Pedikulosis capitis, pubis
100 Reaksigigitanserangga
101 Skabies
102 Cutaneus larva migran
103 Filariasis tanpa komplikasi
104 Dermatitis numularis
105 Dermatitis venenata
106 Pitiriasis alba
107 Dermatitis seboroikringan
108 Pitiriasis rosea
109 Miliaria
110 Akne vulgaris ringan
111 Urtikaria akut
112 Dishidrosis
113 Klavus
114 Vulnus laseratum, punctum
115 Luka bakar derajat 1
116 Luka bakar derajat 2 ≤ 10% luas permukaan tubuh
VENEREOLOGI
117 Lymfogranuloma venereum
118 Sifilis sekunder dan sifilis dengan penyulit
119 Kondiloma akuminata
120 Trikomoniasis
121 Uretritis gonore dengan komplikasi epididimitis
122 Uretritis non gonore dengan komplikasi epididimitis
123 Sindrom discharge genital (gonore dan non gonore) tanpa
komplikasi
124 Infeksi virus Herpes tipe 2
125 Vulvovaginitis kandida
126 Vaginosis bacterialis
127 Vaginitis
128 Servisitis
Catatan*:
Tingkat 1 : mengetahui dan menjelaskan
Tingkat 2 : pernah melihat atau pernah didemonstrasikan
Tingkat 3 : pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi
Tingkat 4 : mampu melakukan secara mandiri
23
Tabel Capaian Kompetensi Keterampilan dalam Dermatologi dan Venereologi
Level Kompetensi*
No. Kompetensi Profesi Dokter
1 2 3 4
DERMATOLOGI
1 Phototherapy
2 Bedahestetik
3 Punch biopsy
4 Patch test
5 Prick test
6 Verucca Vulgaris, cryotherapy (bedahbeku)
7 Varicose veins, compressive sclerotherapy
8 Varicose veins, compressive bandage therapy
9 Insisi dan drainase bursa/ganglio
10 Perawatan luka akutkompleks
11 Perawatan luka kronis
12 Inspeksi kulit dengan kaca pembesar
13 Inspeksi membran mukosa
14 Inspeksi daerah perianal
15 Inspeksi kulit dan kuku ekstremitas
16 Inspeksi kulit dengansinar UVA (Wood’s lamp)
17 Dermografisme
18 Palpasikulit (termasuk rangsang sensoris)
19 Deskripsi lesi kulit dengan perubahan primerdan sekunder,
seperti ukuran, distribusi, penyebaran dan konfigurasi
20 Pemeriksaan rambut dan skalp (inspeksi,pulltest)
21 Pemeriksaan laboratorium: ZN,KOH, Giemsa, Gram
22 Pemeriksaan dan interpretasi hasil pemeriksaan
sensibilitas syaraftepi
23 Pemeriksaan motorik dan sensorik, pada kasus MH
24 Pemeriksaan tambahan pada kelainan kasus tertentu (misalnya
Kobner, tetesan lilin, danAuspitz)
25 Desinfeksi
26 Insisi dan drainase abses
27 Eksisi tumor jinak (lipomakecil/single,kista ateroma)
28 Jerawat dan terapi komedo
29 Perawatan luka akut sederhana
30 Contact tracer penyakit menular kulit dan kelamin
31 Melatih pemeriksaan kulit sendiri (SAKURI) penanda keganasan
kulit
VENEREOLOGI
32 Pemeriksaan fisik genitalia eksterna pria (terdiri dari penis,
skrotum, palpasi penis, testis, duktus spermatik epididimitis,
transluminasi scrotum)
33 Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna wanita
34 Pemeriksaan spekulum: inspeksi vagina dan serviks
35 Melakukan swab vagina
36 Duh (discharge genital): bau, pH, pemeriksaan dengan
pewarnaan Gram, salin dan KOH
24
Catatan*:
Tingkat 1 : mengetahui dan menjelaskan
Tingkat 2 : pernah melihat atau pernah didemonstrasikan
Tingkat 3 : pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi
Tingkat 4 : mampu melakukan secara mandiri
25
LAMPIRAN 2
26
LAMPIRAN 3
URAIAN TUGAS STAF PENGAJAR DALAM
MODUL PRAKTIK KLINIK DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI
27
Lampiran 4
1.1.1 DIASKOPI
Indikasi:
1. Untuk menilai blanchability kulit yang dilakukan dengan penekanan menggunakan jari atau kaca
objek atau clear plastic plate kemudian diamati perubahan warna yg terjadi
Kontraindikasi:
1. Tidak ada
Komplikasi:
1. Tidak ada
Sasaran pembelajaran:
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan melakukan informed consent pada pasien
2. Mahasiswa mampu melakukan universal precaution
3. Mahasiswa dapat dengan lengkap mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
4. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan diaskopi pada lesi
5. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan dengan alat bantu kaca pembesar
6. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan
7. Perilaku profesional
Peralatan:
1. Wastafel/pencuci tangan
2. Lampu/ruangan terang
3. Rekam medis
4. Hand schoen
5. Bed periksa
6. Kaca pembesar
7. Gelas objek
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1 Pemeriksa memperkenalkan diri
2 Pemeriksa inform consent pada pasien secara lisan
3 Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan atau dengan
sabun di bawah air mengalir
4 Pemeriksa menggunakan hand schoen
5 Pasien dipersilahkan untuk berbaring dan membuka
pakaian atau lesi warna kemerahan yang akan diperiksa
6 Pemeriksa menentukan lesi yang akan diperiksa dengan
bantuan lampu atau cahaya matahari
28
7 Lakukan penekanan lesi warna kemerahan
menggunakan gelas objek secara perlahan, amati
perubahan warna dengan menggunakan kaca
pembesar.
Interpretasi:
- warna merah menjadi pucat→ eritema
- warna merah tidak menjadi pucat → purpura
8 Pemeriksaan selesai, pasien dipersilahkan untuk duduk
kembali
9 Pemeriksa membuka hand schoen dan membuang gelas
alas beserta hand schoen pada tempat sampah medis
10 Pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan pada rekam
medis
Indikasi:
Pemeriksaan Nikolsky dan Asboe Hansen untuk mengetahui akantolisis pada Pemfigus,
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS), Steven Johnson Syndrome (SJS), Toxic Epidermal
Necrolysis (TEN)
Kontraindikasi:
-
Komplikasi:
Lecet, lesi melebar
Sasaran pembelajaran:
1. Mahasiswa mampu untuk melakukan pemeriksaan Nikolsky dan Asboe Hansen guna menentukan
diagnosis banding suatu penyakit berlepuh
2. Mahasiswa dapat dengan lengkap mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
3. Mahasiswa mampu melakukan universal precaution
4. Mahasiswa mampu menentukan lesi yang akan diperiksa
5. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan dengan alat bantu kaca pembesar
6. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil pemeriksaan Nikolsky dan Asboe Hansen
Peralatan:
1. Wastafel/pencuci tangan
2. Lampu/ruangan terang
3. Rekam medis
4. Hand schoen
5. Bed periksa
6. Kaca pembesar
Skill checklist
29
Dilakukan Dilakukan
Tidak
No tidak dengan
Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1 Menyapa, memperkenalkan diri pada pasien,
menciptakan suasana yang baik untuk
mengurangi rasa takut
2 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan
3 Mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
− Wastafel/pencuci tangan
− Lampu/ruangan terang
− Rekam medis
− Hand schoen
− Bed periksa
− Kaca pembesar
4 Identifikasi pasien, pastikan nomor rekam
medis benar
5 Melakukan universal precaution
− Pemeriksa inform consent pada pasien
secara lisan
− Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan
atau dengan sabun di bawah air mengalir
− Pemeriksa menggunakan hand schoen
− Pasien dipersilahkan untuk berbaring dan
membuka pakaian atau lesi vesikel atau bula
yang akan diperiksa
− Pasien dipersilahkan untuk berbaring dan
membuka pakaian atau lesi vesikel atau bula
yang akan diperiksa
6 Menentukan lesi yang akan diperiksa
Melakukan pemeriksaan 7
• Nikolsky :
Lakukan penggeseran kulit sehat di antara 2
vesikel atau bula menggunakan ujung jari
telunjuk secara perlahan.
• Asboe Hansen:
Lakukan penekanan pada puncak vesikel/bula
30
− Jika vesikel/bula melebar →Asboe Hansen
positif
Jika vesikel/bula tidak melebar → Asboe
Hansen negatif
10 Perilaku profesional
1. pemeriksaan selesai, pasien dipersilahkan
untuk duduk kembali
2. pemeriksa membuka hand schoen, buang
pada pada tempat sampah medis
3. pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan
pada rekam medis
1.1.3 AUSPITZ
Indikasi:
Untuk mengetahui/menilai titik-titik perdarahan (pinpoint bleeding) pada permukaan kulit yang
disebabkan oleh proses papilomatosis.
Kontraindikasi:
-
Komplikasi:
Nyeri, perdarahan
Sasaran pembelajaran:
1) Mahasiswa memperkenalkan diri dan melakukan inform consent pada pasien
2) Mahasiswa dapat dengan lengkap mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
3) Mahasiswa mampu melakukan universal precaution
4) Mahasiswa mampu menentukan lesi yang akan diperiksa
5) Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Auspitz
6) Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan dengan alat bantu kaca pembesar
7) Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil pemeriksaan Auspitz
8) Perilaku profesional
Peralatan:
1. Wastafel/pencuci tangan
2. Lampu/ruangan terang
3. Rekam medis
4. Hand schoen
5. Kertas karton dengan tetesan lilin (bahan simulasi)
6. Kaca pembesar
7. Pisau bisturi
8. Kaca objek
9. pinset
Skill checklist
31
Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1 Pemeriksa memperkenalkan diri
2 Pemeriksa inform consent pada pasien secara lisan
3 Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan atau
dengan sabun di bawah air mengalir
4 Pemeriksa menggunakan hand schoen
5 Pasien dipersilahkan untuk berbaring dan membuka
pakaian pada lesi berskuama yang akan diperiksa
6 Pemeriksa menentukan lesi yang akan diperiksa
dengan bantuan lampu atau cahaya matahari
7 Dengan menggunakan bahan simulator lakukan
pengelupasan pada sisik berlapis dengan pinset/kaca
objek/pisau bisturi: skuama dikelupas satu per satu
sampai dasar lesi. Amati perubahan dengan
menggunakan kaca pembesar.
Interpretasi:
- Jika terlihat bintik perdarahan → Auspitz positif
- Jika tidak terihat → Auspitz negatif
8 Pemeriksaan selesai, pasien dipersilahkan untuk
duduk kembali
9 Pemeriksa membuka hand schoen, buang pada pada
tempat sampah medis
10 Pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan pada rekam
medis
1.1.4 KOEBNER
Indikasi:
Untuk mencetuskan trauma guna mengetahui terjadi lesi isomorfik pada kasus psoriasis, vitiligo,
liken planus dan kasus lain.
Sasaran pembelajaran:
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan melakukan inform consent pada pasien
2. Mahasiswa dapat dengan lengkap mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
3. Mahasiswa mampu melakukan universal precaution
4. Mahasiswa mampu menentukan lesi yang akan diperiksa
5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Koebner
6. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan dengan alat bantu kaca pembesar
7. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil pemeriksaan Koebner
8. Perilaku profesional
Peralatan:
1. Wastafel/pencuci tangan
2. Lampu/ruangan terang
3. Rekam medis
4. Hand schoen
32
5. Kertas karton dengan tetesan lilin (bahan simulasi)
6. Kaca pembesar
7. Kaca objek
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1 Pemeriksa memperkenalkan diri
2 Pemeriksa inform consent pada pasien secara lisan
3 Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan atau
dengan sabun di bawah air mengalir
4 Pemeriksa menggunakan hand schoen
5 Pasien dipersilahkan untuk berbaring dan membuka
pakaian pada lesi papul/eritem/skuama yang akan
diperiksa
6 Pemeriksa menentukan lesi yang akan diperiksa
dengan bantuan lampu atau cahaya matahari
7 Dengan menggunakan bahan simulator lakukan
goresan linear dari tengah lesi ke kulit sehat
8 Pemeriksaan selesai, pasien diminta untuk kembali 7
dan 14 hari kemudian
Interpretasi:
- Jika terlihat lesi linear yang sama dengan lesi pada
lokasi goresan → Koebner positif
- Jika tidak terlihat lesi linear yang sama dengan lesi
pada lokasi goresan → Koebner negatif
9 Pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan pada rekam
medis
Kontraindikasi:
Terdapat tanda tanda-tanda infeksi pada lesi dan sekitarnya
Komplikasi:
Tidak ada
Sasaran pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat menerangkan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan tujuanya
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan uji goresan lilin
3. Mahasiswa dapat menentukan lokasi lesi yang akan dilakukan uji goresan lilin
Peralatan:
1. Wastafel/pencuci tangan
2. Lampu/ruangan terang
33
3. Rekam medis
4. Hand schoen
5. Kertas karton dengan tetesan lilin (bahan simulasi)
6. Kaca pembesar
7. Kaca objek
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
No tidak dengan
Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1. Pemeriksa memperkenalkan diri
2. Pemeriksa inform consent pada pasien secara
lisan
3. Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan
atau dengan sabun di bawah air mengalir
4. Pemeriksa menggunakan hand schoen
5. Pasien dipersilahkan untuk berbaring dan
membuka pakaian pada lesi berskuama yang
akan diperiksa
6. Pemeriksa menentukan lesi yang akan
diperiksa dengan bantuan lampu atau cahaya
matahari
7. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan
Goresan lilin
Interpretasi:
- Jika lesi terlihat lebih putih menyerupai lilin
→ Tes goresan lilin positif
- Jika lesi tidak terlihat lebih putih menyerupai
lilin → Tes goresan lilin negatif
8. Pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan pada
rekam medis
Indikasi:
Tindakan diagnostik triple response Lewis pada kasus urtikaria/atopik
Kontraindikasi:
- Terdapat luka/peradangan di daerah penggoresan
Komplikasi:
- Infeksi
- Iritasi/peradangan
- Hematoma subkutis
Sasaran pembelajaran:
34
- Mahasiswa dapat menerangkan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
- Mahasiswa dapat melakukan tindakan dermografisme
- Mahasiswa dapat menentukan lokasi kulit yang akan digores
- Mahasiswa dapat melakukan tindakan triple response Lewis dengan benar
- Mahasiswa dapat menginterpretasi hasil tindakan triple response Lewis dengan benar
Peralatan:
- Wastafel/pencuci tangan
- Lampu/ruang terang
- Alat pelindung diri (hand schoen)
- Kertas karton (bahan simulasi)
- Kaca pembesar
- Kaca objek
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1 Memeriksa kelengkapan alat-alat
2 Mencuci tangan dan memasang sarung tangan
3 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan dan melakukan
informed consent
4 Mencari lokasi yang akan dilakukan penggoresan
5 Pemeriksa mampu melakukan pemeriksaan
dermografisme pada kertas simulasi
6 Pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan dengan
alat bantu kaca pembesar
7 Pemeriksa mampu melakukan interpretasi hasil
pemeriksaan dermografisme, yaitu urtika atau wheal
linear yang muncul akibat goresan
8 Perilaku profesional
9 Alat-alat dirapikan sesuai tempatnya
Indikasi:
Tindakan diagnostik untuk dermatitis atopik
Kontraindikasi:
Terdapat luka/peradangan di daerah penggoresan
Komplikasi:
1. Infeksi
2. Iritasi/peradangan
3. Hematoma subkutis
Sasaran pembelajaran:
35
1. Mahasiswa dapat menerangkan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan white dermografisme
3. Mahasiswa dapat menentukan lokasi kulit yang akan digores
4. Mahasiswa dapat melakukan tindakan white dermografisme dengan benar
5. Mahasiswa dapat menginterpretasi hasil white dermografisme dengan benar
Peralatan:
1. Wastafel/pencuci tangan
2. Lampu/ruang terang
3. Alat pelindung diri (sarung tangan)
4. Kertas karton bergambar (bahan simulasi)
5. Kaca pembesar
6. Kaca objek
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1 Memeriksa kelengkapan alat-alat
2 Mencuci tangan dan memasang sarung tangan
3 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan dan melakukan
informed consent
4 Mencari l
okasi yang akan dilakukan penggoresan
5 Melakukan pemeriksaan white dermografisme pada
kertas simulasi
6 Pemeriksaan dengan alat bantu kaca pembesar
7 Interpretasi hasil pemeriksaan white dermografisme,
yaitu pada bekas goresan akan tampak garis merah,
kemudian muncul garis putih setelah 10 detik
8 Perilaku profesional
9 Alat-alat dirapikan sesuai tempatnya
1.1.8 DERMOGRAFISME
Indikasi:
Tindakan diagnostik dermografisme
Kontraindikasi:
1. Terdapat luka/peradangan di daerah penggoresan
Komplikasi:
1. Infeksi
2. Iritasi/peradangan
3. Hematoma subkutis
36
Sasaran pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat menerangkan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan dermografisme
3. Mahasiswa dapat menentukan lokasi kulit yang akan digores
4. Mahasiswa dapat melakukan tindaka dermografisme dengan benar
5. Mahasiswa dapat menginterpretasi hasi dermografisme dengan benar
Peralatan:
1. Wastafel/pencuci tangan
2. Lampu/ruang terang
3. Alat pelindung diri (hand schoen)
4. Kertas karton (bahan simulasi)
5. Kaca pembesar
6. Kaca objek
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1 Memeriksa kelengkapan alat-alat
2 Mencuci tangan dan memasang sarung tangan
3 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan dan melakukan
informed consent
4 Mencari lokasi yang akan dilakukan penggoresan
5 Pemeriksaan dermografisme pada kertas simulasi
6 Melakukan pemeriksaan dengan alat bantu kaca
pembesar
7 Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan
dermografisme, yaitu urtika atau wheal linear yang
muncul akibat goresan
8 Perilaku profesional
9 Alat-alat dirapikan sesuai tempatnya
37
1.2 MODUL KETERAMPILAN PEMERIKSAAN DENGAN LAMPU WOOD
Indikasi:
Tindakan diagnostik lampu wood
Sasaran pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat menerangkan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan pemeriksaan lampu wood
3. Mahasiswa dapat menentukan lokasi kulit yang akan diperiksa
4. Mahasiswa dapat melakukan tindakan pemeriksaan lampu wood dengan benar
5. Mahasiswa dapat menginterpretasi hasil Tindakan pemeriksaan lampu wood dengan benar
Peralatan:
1. Wastafel/pencuci tangan
2. Ruang gelap
3. Alat pelindung diri (hand schoen)
4. Kertas simulasi
5. Lampu wood
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1 Memeriksa kelengkapan alat-alat
2 Mencuci tangan dan memasang sarung tangan
3 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan dan melakukan
informed consent
4 Mencari lokasi yang akan dilakukan pemeriksaan
5 Membersihkan lokasi lesi yang akan dilakukan
pemeriksaan
6 Pemeriksa memanaskan lampu Wood
7 Pemeriksa masuk terlebih dulu pada ruangan gelap
8 Pasien dipersilahkan masuk ke ruangan gelap
9. Melakukan pemeriksaan lampu wood pada pasien
dengan mengarahkan lampu pada lesi dengan jarak
25-30 cm
10. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan lampu
wood
11. Perilaku profesional
12. Alat-alat dirapikan sesuai tempatnya
38
1. 3 MODUL KETERAMPILAN PEMERIKSAAN SARAF TEPI
Sasaran pembelajaran:
Mahasiswa dapat dapat melakukan pemeriksaan syaraf tepi untuk membantu diagnosis kusta dan
pemeriksaan mencegah kecacatan (prevention of disability)
Peralatan:
Hand schoen
Prosedur Pemeriksaan
Inspeksi
Dengan penerangan yang baik, lesi kulit harus diperhatikan dan juga kelainan kulit: nodus, I
nfiltrat, jaringan parut, ulkus, khususnya pada tangan dan kaki
Palpasi
Lokasi pembesaran saraf tepi yang umum diperiksa:
• N. Auricularis magnus
• N. Ulnaris
• N. Medianus
• N. Radialis
• N. Peroneus communis
• N. Tibialis posterior
39
N. Auricularis Magnus
⚫ Amati N. Auricularis Magnus yang berjalan melintang pada otot sternomastoid
dengan meminta pasien menolehkan kepala pada satu sisi secara maksimal
⚫ Setelah saraf terlihat, pemeriksa mendorong dagu pasien ke lateral sampai pasien
diminta untuk menolehkan kepala secara maksimal, lakukan palpasi pada saraf di
kedua sisi.
⚫ Lakukan penilaian pembesaran saraf N. auricularis magnus kanan dan kiri dengan
palpasi secara perlahan, nilai konsistensi dan penebalan sarafnya. Amati
perubahan ekspresi wajah pasien untuk menilai nyeri tekan
⚫ Catat hasil penilaian pada rekam medik.
N. Ulnaris
• Topang lengan kanan pasien dengan tangan kanan pemeriksa, posisikan lengan
pasien sedikit fleksi
• Lakukan palpasi N. Ulnaris yang terletak di bawah fossa olecranon dengan tangan
kiri pemeriksa.
• Lakukan palpasi untuk nilai konsistensi dan ketebalan saraf, amati ekspresi pasien
untuk menilai adanya nyeri tekan. Lakukan pada lengan kiri dan kanan.
• Catat hasil penilaian pada rekam medik.
40
Pemeriksaan N. ulnaris
N. Radialis
• Lakukan palpasi N. radialis yang terletak di bawah radial grove pada lengan kanan
pasien menggunakan tangan kiri pemeriksa.
• Lakukan palpasi menggunakan jari telunjuk dan jari tengah dari proksimal sampai
distal radial grove untuk menilai konsistensi dan permukaan dan ketebalan saraf,
amati ekspresi pasien untuk menilai adanya nyeri tekan. Lakukan pada kedua sisi.
• Catat hasil penilaian pada rekam medik.
41
Pemeriksaan N. Radialis
N. Medianus
⚫ Letakkan lengan kanan bawah pasien di atas meja atau topang menggunakan
lengan kanan pasien, posisikan fleksi pada siku.
• Lakukan palpasi N. Medianus pasien pada pergelangan tangan di antara celah
tendon fleksor menggunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk menilai
konsistensi dan permukaan dan ketebalan saraf, amati ekspresi pasien untuk
menilai adanya nyeri tekan. Lakukan pada kedua sisi.
• Catat hasil penilaian pada rekam medik.
Pemeriksaan N. Medianus
N. Peroneus Communis
⚫ Posisikan pasien duduk dengan relaks, kedua tungkai dapat sedikit menggantung atau
menapak di tanah.
⚫ N. Peroneus Communis terletak pada bagian leher tulang fibula (bagian lateral), dua
sentimeter di bawah caput fibula.
42
⚫ Lakukan palpasi pada kedua tungkai bawah, tungkai kanan dengan tangan kiri
pemeriksa dan juga sebaliknya. Pemeriksaan dapat dilakukan secara bergantian atau
serentak dengan kedua tangan pemeriksa. Lakukan penilaian konsistensi, permukaan
dan ketebalan saraf, amati ekspresi pasien untuk menilai adanya nyeri tekan. Lakukan
pada kedua sisi.
⚫ Catat hasil penilaian pada rekam medik
N. Tibialis Posterior
⚫ Posisikan pasien duduk dengan relaks, kedua kaki menapak di tanah.
⚫ Dengan posisi pemeriksa menunduk atau berjongkok di hadapan pasien, lakukan
palpasi pada bagian posterior inferior maleolus medialis, kaki kanan diperiksa dengan
tangan kiri pemeriksa dan juga sebaliknya. Pemeriksaan dapat dilakukan secara
bergantian atau serentak dengan kedua tangan pemeriksa. Lakukan penilaian
konsistensi, permukaan dan ketebalan saraf, amati ekspresi pasien untuk menilai
adanya nyeri tekan. Lakukan pada kedua sisi.
⚫ Catat hasil penilaian pada rekam medik
43
Pemeriksaan N. tibialis posterior
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
No tidak dengan
Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan
melakukan inform consent pada pasien
2. Mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
3. Mampu melakukan universal precaution
4. Mampu menentukan lokasi dan melakukan
pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada N.
Aurikularis Magnus
5. Menentukan lokasi dan melakukan
pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada N.
Ulnaris
6. Menentukan lokasi dan melakukan
pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada N.
Radialis
7. Menentukan lokasi dan melakukan
pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada N.
Medianus
8. Menentukan lokasi dan melakukan
pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada N.
peroneus communis
9. Menentukan lokasi dan melakukan
pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada N.
tibialis posterior
10 Perilaku profesional
44
1.3.2 FUNGSI MOTORIK
Indikasi:
1. Menilai fungsi motorik pasien
Kontraindikasi:
1. Tidak ada
Komplikasi:
1. Tidak ada
Sasaran pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat menerangkan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
2. Mahasiswa dapat menentukan lokasi saraf tepi motorik umum
3. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan saraf tepi motorik umum dengan benar
Peralatan:
1. Alat pelindung diri (sarung tangan)
2. Kursi 2 buah
3. Penggaris
4. Kertas HVS
5. Status rekam medis
PROSEDUR PEMERIKSAAN:
- Lokasi kelainan saraf tepi motorik yang umum diperiksa:
• N. Facialis
• N. Ulnaris
• N. Medianus
• N. Radialis
• N. Peroneus communis
- Pemeriksa memperkenalkan diri
- Pemeriksa melakukan informed consent pada pasien secara lisan
- Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan atau dengan sabun di bawah air mengalir
- pemeriksa menggunakan hand schoen
- pasien dipersilahkan untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa
- Periksa secara berurutan agar tidak ada yang terlewatkan mulai dari kepala sampai kaki
N. Facialis
45
• Pasien diminta memejamkan mata
• Pemeriksa melihat dari bagian depan dan samping apakah mata tertutup dengan
sempurna atau tidak ada celah.
• Bagi mata yang menutup tidak rapat, diukur lebar celahnya lalu dicatat, misalnya
lagopthalmos ±3mm mata kiri atau kanan
N. Ulnaris
• Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari manis, jari tengah dan telunjuk tangan kanan
pasien, dengan telapak tangan pasien menghadap ke atas dan posisi ekstensi (jari
kelingking bebas bergerak tidak terhalang oleh tangan pemeriksa)
• Minta pasien mendekatkan (adduksi) dan pada menjauhkan (abduksi) kelingking dari jari-
jari lainnya (Gambar6.5a). Bila pasien dapat melakukannya, minta ia menahan
kelingkingnya pada posisi jauh dari jari lainnya, dan kemudian jari telunjuk pemeriksa
mendorong pada bagian pangkal kelingking (Gambar 6.5b)
Interpretasi:
- Bila jari kelingking pasien dapat menahan dorongan ibu jari pemeriksa, berarti
masih Kuat.
- Bila jari kelingking pasien tidak dapat menahan dorongan pemeriksa berarti
Sedang.
- Bila jari kelingking pasien tidak dapat mendekat atau menjauh dari jari lainnya
berarti sudah Lumpuh.
• Bila hasil pemeriksaan meragukan apakah masih kuat atau sudah mengalami kelemahan,
anda dapat melakukan pemeriksaan konfirmasi dengan meminta pasien menjepit sehelai
46
kertas yang diletakkan diantara jari manis dan jari kelingking tersebut, lalu pemeriksa
menarik kertas tersebut sambil menilai ada tidaknya tahanan/jepitan terhadap kertas
tersebut.
Interpretasi:
- Bila kertas terlepas dengan mudah berarti kekuatan otot Lemah
- Bila ada tahanan terhadap kertas berarti otot masih Kuat
• Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis.
N. Medianus
• Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk sampai kelingking tangan kanan pasien
agar telapak tangan pendeita menghadap ke atas, dan dalam posisi ekstensi.
• Ibu jari pasien ditegakkan keatas sehingga tegak lurus terhadap telapak tangan pasien
(seakan-akan menunjuk ke arah hidung) dan pasien diminta untuk mempertahankan
posisi tersebut. (Gambar 6 .6a)
• Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkal ibu jari pasien yaitu dari bagian batas antara
punggung dan telapak tangan mendekati telapak tangan (Gambar 6.6b)
• Bandingkan kekuatan otot tangan kanan dan kiri untuk menentukan adanya kelemahan
Interpretasi:
- Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih kuat
- Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti sedang
47
- Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh
• Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis
N. Radialis
• Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan bawah tangan kanan pasien.
• Pasien diminta menggerakkan pergelangan tangan kanan yang terkepal ke atas
(ekstensi) (Gambar 6.7a)
• Pasien diminta bertahan pada posisi ekstensi (ke atas) lalu dengan tangan kanan
pemeriksa menekan tangan pasien ke bawah ke arah fleksi. (Gambar 6.7b)
Interpretasi :
- Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih Kuat
- Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti sedang
- Bila tidak ada gerakan berarti Lumpuh (pergelangan tangan tidak bisa ditegakkan ke
atas)
• Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis
48
Interpretasi:
- Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti Kuat
- Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti Sedang
- Bila tidak ada gerakan berarti Lumpuh ( ujung kaki tidak bisa ditegakkan ke
atas )
• Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis.
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1 Mahasiswa memperkenalkan diri dan melakukan
informed consent pada pasien
2 Mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
3 Melakukan universal precaution
4 Menentukan kekuatan motorik dari otot yang
dipersarafi N. Facialis
5 Menentukan kekuatan motorik dari otot yang
dipersarafi N. Ulnaris
6 Menentukan kekuatan motorik dari otot yang
dipersarafi N. Medianus
7 Menentukan kekuatan motorik dari otot yang
dipersarafi N. Radialis
8 Menentukan kekuatan motorik dari otot yang
dipersarafi N. Peroneus Communis
9 Perilaku profesional
49
1.3.3 FUNGSI SENSORIK
Indikasi:
1. Menilai fungsi sensorik saraf pada Morbus Hansen
Kontraindikasi:
1. Tidak ada
Komplikasi:
1. Tidak ada
Sasaran pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fungsi sensorik syaraf untuk membantu diagnosis kusta
dan pemeriksaan mencegah kecacatan (prevention of disability)
Peralatan:
1. Kursi 2 buah
2. Hand schoen
3. Pena
4. Jarum
5. Kapas
6. Tabung kaca 2 buah: air dingin dan air hangat
7. Status rekam medis
Prosedur Pemeriksaan
- Lokasi pemeriksaan: kulit yang dipersarafi oleh N. Medianus, N. ulnaris, N. tibialis posterior
dan pada lesi (bercak eritem/hipopigmentasi, nodul)
- Pemeriksa memperkenalkan diri
- Pemeriksa melakukan informed consent pada pasien secara lisan
- Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan atau dengan sabun di bawah air mengalir
- pemeriksa menggunakan hand schoen dan mempersiapkan alat periksa (pena, jarum,
kapas, tabung berisi air suhu 200C dan 400C)
- pasien dipersilahkan untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa
50
- Periksa secara berurutan agar tidak ada yang terlewatkan mulai dari kepala sampai kaki
51
• Bila pasien merasakan sentuhan diminta untuk menunjuk tempat sentuhan tersebut dengan
jari tangan yang lain dan diminta merasakan rasa dingin atau hangat (Gambar 6.4b)
• Test diulangi sampai pasien mengerti dan kooperatif
• Pasien diminta menutup mata atau menoleh ke arah berlawanan dari tangan yang diperiksa
• Pasien diminta menunjuk tempat yang terasa disentuh dan menyebutkan rasa hangat atau
dingin
• Usahakan pemeriksaan titik-titik tersebut tidak berurutan (secara acak)
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
No tidak dengan
Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan melakukan
informed consent pada pasien
2. Mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
3. Melakukan universal precaution
4. Menentukan fungsi sensorik raba
5. Menentukan fungsi sensorik nyeri
6. Menentukan fungsi sensorik suhu
7. Perilaku profesional
52
1.3.4 FUNGSI OTONOM TES GUNAWAN
Indikasi:
1. Menilai fungsi otonom saraf pada Morbus Hansen
Kontraindikasi:
1. Tidak ada
Komplikasi:
1. Tidak ada
Sasaran pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fungsi otonom syaraf untuk membantu diagnosis kusta
dan pemeriksaan mencegah kecacatan (prevention of disability)
2. Mahasiswa mampu menentukan fungsi otonom secara inspeksi (tanda-tanda alopecia, dehidrasi
pada lesi)
3. Mahasiswa mampu menentukan fungsi otonom dengan melakukan Tes Gunawan
Peralatan:
1. Wastafel/pencuci tangan
2. Lampu/ruang terang
3. Alat pelindung diri (hand schoen)
4. Kertas karton (bahan simulasi)
5. Kaca pembesar
6. Tinta Gunawan
7. Pensil tinta
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1 Memeriksa kelengkapan alat-alat
2 Mencuci tangan dan memasang sarung tangan
3 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan dan melakukan
informed consent
53
4 Mencari lokasi yang akan dilakukan penggoresan
dengan pensil tinta, yaitu pada lesi makula Morbus
Hansen
5 Melakukan tes Gunawan, yaitu menggoreskan tinta
pada bagian tengah lesi hingga ke kulit normal
6 Pasien diminta untuk melakukan aktivitas agar
berkeringat
7 Melakukan pemeriksaan dengan alat bantu kaca
pembesar, apakah bekas penggoresan tinta melabar
atau tidak akibat terkena keringat
8 Melakukan interpretasi hasil tes Gunawan, tinta
melebar menandakan fungsi saraf otonom normal,
tinta tidak melebar menandakan fungsi saraf otonom
tidak normal
9 Perilaku profesional
10 Alat-alat dirapikan sesuai tempatnya
54
1.4 MODUL KETERAMPILAN PEMERIKSAAN LABORATORIK SEDERHANA
1.4.1 PULASAN GRAM
Indikasi:
1. Pemeriksaan dilakukan untuk mengkonfirmasi infeksi bakteri.
Sasaran Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat menerangkan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan tujuanya
2. Mahasiswa dapat melakukan pengambilan spesimen yang benar
3. Mahasiswa dapat melakukan pulasan gram yang benar
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi bentuk dan jenis gram bakteri yang tervisualisasi
Peralatan:
1. Kassa Kertas
2. Gelas objek
3. Kaca penutup
4. Kapas Lidi Steril
5. Tabung reaksi
6. Api Bunsen
7. Povidon Iodine 10%
8. Spuit 3cc,5cc,10cc
9. NaCI 0,9%
10. Mikroskop
11. Alkohol 70%
12. Gentian violet 2%
13. Lugol 1%
14. Alkohol 95%
15. Fuchsin Indi 0,35%
16. Minyak imersi
17. Safranin
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
55
1 Memeriksa kelengkapan alat-alat
2 Mencuci tangan dan memasang sarung tangan
3 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan
4 Melakukan pengambilan specimen yang benar:
1. Lesi purulen/ulkus/krusta
a) Bersihkan luka dengan kain kasa yang
telah dibasahi dengan NaCI fisiologis
sebanyak tiga kali untuk menghilangkan
kotoran dan lapisan eksudat yang
mengering. Bila lesi dilapisi krusta,
diangkat lebih dahulu kemudian
spesimen diambil dari dasar krusta.
b) Tanpa menyentuh bagian kapas buka
kapas lidi dari pembungkus kemudian
usapkan bagian kapas pada luka/dasar
ulkus tanpa menyentuh bagian tepi.
Lakukan sebanyak dua kali dengan
menggunakan dua kapas lidi.
c) Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan
pada agar, atau dapat dimasukkan ke
dalam tabung media transport.
d) Patahkan tangkai lidi yang berada di luar
tabung.
e) Tutup tabung dengan erat.
f) Cantumkan identitas dengan jelas pada
tabung.
2. Lesi pustule/abses
a) Lakukan tindakan desinfeksi dengan
povidon iodine 10% di atas lesi.
Bersihkan sisa povidon iodine dengan
kapas alkohol 70%.
b) Tusukkan jarum dan hisap dengan
semprit steril cairan eksudat atau pus.
c) Cabut jarum, dan tutup bekas tusukan
dengan kasa steril.
d) Teteskan cairan aspirasi eksudat/pus
pada lidi kapas steril.
e) Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan
pada agar, atau dapat dimasukkan ke
dalam tabung media transport.
f) Sisa eksudat/pus dapat dimasukkan
dalam wadah steril.
5 Preparat yang sudah dibuat dan didiamkan
beberapa saat di udara terbuka dipanaskan
sebentar dan didinginkan.
56
6 Taruh preparat dalam posisi horizontal, tuangi
dengan larutan karbol gentian violet 2% sampai
objek tersebut tergenang. Diamkan ½ sampai 1
menit. Pegang objek dan letakkan secara vertikal,
lalu cuci dengan air mengalir sampai tidak ada
lagi warna yang lepas.
7 Taruh kembali preparat dalam posisi horizontal
kemudian tuangi dengan larutan lugol 1% sampai
tergenang. Biarkan selama ½ sampai 1 menit,
kemudian cuci lagi dengan air mengalir.
8 Letakkan objek dalam posisi tegak lurus, tuangi
alkohol absolut 90% sampai cairan yang terbuang
tak berwarna.
9 Letakkan objek dalam posisi mendatar, tuangi
safranin sampai tergenang, biarkan selama 10
detik.
10 Setelah didiamkan selama 10 detik, cuci dengan
air mengalir.
11 Letakkan preparat kering, periksa di bawah
mikroskop dengan minyak emersi dengan
pembesaran 1000 kali.
12 Mengidentifikasi bentuk dan jenis gram bakteri
yang terlihat.
13 Merapikan/ membuang alat-alat yang sudah
digunakan sesuai tempatnya.
Indikasi:
1. Dermatofitosis pada kulit, kuku dan rambut
2. Kandidiasis kulit dan kuku
3. Pitiriasis versikolor
4. Piedra
5. Tinea nigra
6. Mikosis profunda
Sasaran Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat menerangkan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan tujuanya
2. Mahasiswa dapat melakukan pengambilan spesimen yang benar
3. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan KOH yang benar
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis jamur yang tervisualisasi
Peralatan:
1. Kassa
2. Gelas objek
3. Kaca penutup
4. Larutan KOH 10-30%
5. Api Bunsen
6. Pisau skalpel tumpul
57
3. Taruh kembali preparat dalam posisi horizontal kemudian tuangi dengna
larutan lugol 1% sampai tergenang. Biarkan selama ½ sampai 1 menit,
kemudian cuci lagi dengan air mengalir. Guna untuk memperkuat ikatan
karbol gentian violet oleh mikroorganisme Gram positif.
4. Letakkan objek dalam posisi tegak lurus, tuangi alkohol absolut 90% sampai
cairan yang terbuang tak berwarna. Guna alkhol absolut: dekolorisasi yaitu
melepas, melarutkan, dan membuang zat warna kedua reagen terdahulu dari
preparat yang tidak diikat oleh mikroorganisme.
5. Letakkan objek dalam posisi mendatar, tuangi safranin sampai tergenang,
biarkan selama 10 detik. Guna sebagai outer staining dimana mikroorganisme
atau sel bersifat Gram negatif akan mengikat zat warna ini yaitu warna merah.
6. Setelah didiamkan selama 10 detik, cuci dengan air mengalir.
7. Letakkan preparat kering, periksa di bawah mikroskop dengan minyak emersi
dengan pembesaran 1000 kali.
8. Hasil: di bawah mikroskop yang akan terlihat
- sel epitel
- sel PMN
- Gram positif: violet/biru: Stafilococcus, Streptococcus, Candida, basil
fusiformis
- Gram negatif: merah: N. Gonorrhoeae, Haemophilus ducreyi, sel PMN,
sel epitel, clue cells, Campylobacter.
* Pemeriksaan mikroskopik langsung tidak dapat menbedakan antara
Staphylococcus aureus atau spesies Staphylococcus yang lain, untuk itu
perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan guna menentukan identifikasi
Staphylococcus.
37
A B
Pemeriksaan biakan
Diagnosis hasil biakan tergantung pada beberapa faktor: jumlah lokasi
sampel, cara pengambilan spesimen, metoda dan durasi transport, komposisi
media pertumbuhan, kondisi dan metoda inkubasi, serta reagen yang
digunakan untuk identifikasi isolat.
Media yang digunakan untuk pertumbuhan S. aureus adalah agar
darah. Media yang telah diberi spesimen diinkubasi pada suhu 37 0C, dalam
waktu 18 jam koloni spesifik sudah dapat tumbuh namun belum dapat
menghasilkan pigmen dan hemolisis. S. aureus mengfermentasi mannitol.
Kontaminasi dengan bakteri lain dapat dihindari dengan menggunakan media
mengandung NaCI 7,5%; karena gram dapat menghambat perkembangan
mikroorganisme lain kecuali S. aureus. Mannitol salt agar digunakan dalam
penapisan nasal carriers S. aureus.
Cara melakukan pemeriksaan biakan:
- Lidi kapas mengandung spesimen digulung di ¼ bagian permukaan media
biakan untuk memastikan pertumbuhan koloni isolat.
- Media biakan segera diinkubasi dalam inkubator dengan temperatur 37 0C
selama 24 - 48 jam.
- Pemeriksa koloni yang tumbuh. Koloni S. aureus berwarna abu-abu
sampai kuning emas, berbentuk bulat, halus, konveks dan berkilau.
38
7. Selotip
8. Lampu wood
9. Swab
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1 Memeriksa kelengkapan alat-alat
2 Mencuci tangan dan memasang sarung tangan
3 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan
4 Melakukan pengambilan spesimen yang benar:
1. Kulit
a. Melakukan kerokan dari tengah lesi ke
arah tepi sampai melalui batas lesi
dengan pisau skalpel tumpul steril atau
tepi kaca objek.
b. Pada skuama tipis atau halus,
pengambilan spesimen dengan selotip
dnegan cara menekankan selotip pada
lesi, dilepas dan direkatkan ke kaca
objek
c. Melakukan kerokan di semua bagian
lesi pada pasien yang curiga Kandidosis
dan pityriasis vesikolor.
d. Cantumkan identitas dengan jelas pada
kaca objek berisi spesimen.
2. Rambut
a. Mengidentifikasi tempat pengambilan
spesimen dengan menggunakan lampu
wood
b. Mencabut 10-12 helai rambut sampai
akar (hasil terbaik di basal akar rambut)
c. rambut rapuh (contoh: tinea kapitis
tipe black dot) : kerokan dengan
skalpel tumpul, tapi harus beserta
tunggul rambut, isi sumbatan folikel
dan skuama
d. Cantumkan identitas dengan jelas pada
kaca objek berisi specimen
3. Kuku
a. Pada kasus subungal distal: potong
kuku sependek mungkin dan
mengambil spesimen sedekat
mungkin dengan kutikula dengan
kuret atau scalpel. Hancurkan
58
potongan kuku dengan nail
micronizer atau dikerok di bawahnya.
b. Pada kasus subungal proximal:
Spesimen diambil di lapisan tengah
lempeng dan dasar kuku. Lempeng
kuku dikupas dnegan cara melubangi
bagian proximal dengan scalpel 15
atau bor listrik sehingga lempeng
terbuka, seterusnya dikerok
c. Pada kasus Superficialis: spesimen
dari kerokan permukaan kuku dengan
scalpel 15 atau kuret tajam
d. Pada kasus Kandida: spesimen
diambil dari bawah lipatan kuku
proximal dan lateral, dasar kuku
terinfeksi dikerok dan saat debris
tidak banyak, spesimen dapat diambil
dari permukaan bawah lempeng kuku
e. Cantumkan identitas dengan jelas
pada kaca objek berisi spesimen
Indikasi:
1. Membedakan bakteri menjadi 2 kelompok tahan asam dan tidak tahan asam.
Kontraindikasi:
1. Terdapat infeksi di daerah pemeriksaan
59
Prosedur pembuatan preparat KOH:
1. Teteskan 1 tetes larutan KOH 10-30% di atas kaca objek
2. Tambahkan spesimen
3. Tutup dengan kaca penutup
4. Panaskan dengan melewatkan di api bunsen beberapa kali, jangan
mendidih (2-4 kali)
5. Tekan kaca penutup agar sediaan yang lisis tipis dan rata
6. Periksa di mikroskop dengan pembesaran 100 kali konfirmasi
dengan 400 kali
41
Komplikasi:
1. Infeksi
2. Iritasi/peradangan
3. Hematoma subkutis
Sasaran pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat menerangkan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan desinfeksi
3. Mahasiswa dapat menentukan sampel pemeriksaan
4. Mahasiswa dapat melakukan tindakan pemeriksaan ziehl neelsen
5. Mahasiswa dapat membersihkan dan membuang sampah tajam/infeksius pada tempatnya
Peralatan:
1. Blade scalpel no 15
2. Alkohol 70%
3. Gelas objek
4. Carbol fuchsin 0,3%
5. Alkohol asam 3% (alkohol + konsentrasi HCl 3%)
6. Metilen-blue 0,3%
7. Air
8. Ose
9. Lampu bunsen/spiritus
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1 Memeriksa kelengkapan alat-alat
2 Mencuci tangan dan memasang sarung tangan
3 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan
4 Desifeksi kulit dengan alkohol 70%
5 Tekan cuping telinga dengan jari telunjuk dan ibu
jari, sampai pucat
6 Sayat dengan blade sclapel
7 Putar blade scalpel 90 derajat
8 Kumpulkan bubur jaringan
9 Jika ada darah, prosedur diulangi lagi
10. Bersihkan objek gelas, beri label
11 Sterilkan ose, dinginkan
12 Ambil 1 ose sputum yang kental (hijau kuning)
letakkan diatas objek gelas, ratakan.
13 Sediaan biarkan kering pada suhu kamar.
14 Setelah kering fiksasi denga melewatkkan diatas
nyala api sebanyak 3 kali, sediaan siap untuk
diwarnai.
15 Sediaan dituangi Carbol Fuchsin sampai penuh
16 Panaskan selama 3-5 menit, jangan sampai mendidih
60
17 Biarkan dingin selama 5 menit, cuci dengan air
18 Dekolorisasi dengan alkohol asam 10-30 detik, cuci
dengan air
19 Tuangi dengan metilen blue selama 20-30 detik, cuci
dengan air
Indikasi:
Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi sel datia berinti banyak pada kasus seperti: varisela dan
herpes simpleks.
Sasaran Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat menerangkan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan tujuanya
2. Mahasiswa dapat melakukan pengambilan spesimen yang benar
3. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan pulasan tzanck yang benar
4. Mahasiswa dapat membersihkan dan membuang sampah tajam/infeksius pada tempatnya
Peralatan:
1. Gelas objek
2. Kaca penutup
3. Rak gelas objek
4. Kassa
5. Forsep
6. Reagen Wright-Giemsa-Papaniculou
7. Kapas Lidi/swab
8. Metil alkohol
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1 Memeriksa kelengkapan alat-alat
2 Mencuci tangan dan memasang sarung tangan
3 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan
4 Melakukan pengambilan spesimen yang benar:
- Lesi vesikel/bula dibersihkan dengan alcohol
70%
- Melembabkan swab dengan NaCl 0,9%
sebelum melakukan pengambilan spesimen
- Atap lesi vesikel/bula dibuka dengan
menggunakan needle steril sejajar dengan
atap bula, lalu diambil spesimen dari
dasarnya menggunakan cotton swab yang
telah dilembabkan NaCl 0,9%
- Cantumkan identitas dengan jelas pada kaca
objek berisi spesimen
5 Meletakkan gelas objek di atas rak
61
6 Teteskan slide preparat sampai penuh dengan
metil alkohol dan diamkan selama 3 menit
7 Teteskan giemsa 15 tetes sampai tergenang dan
diamkan selama 3 menit
8 Cuci dengan air mengalir sampai tidak ada lagi
warna lepas dari preparat
9 Diamkan preparat selama 15 menit
10 Periksa di mikroskop dengan oil emersi
11 Mampu menginterpretasi hasil dengan tepat
12 Merapikan/ membuang alat-alat yang sudah
digunakan sesuai tempatnya.
Indikasi:
Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi parasit seperti Trikomonas Vaginalis.
Sasaran Pembelajaran:
5. Mahasiswa dapat menerangkan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan tujuanya
6. Mahasiswa dapat melakukan pengambilan spesimen yang benar
7. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Giemsa yang benar
8. Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis parasit yang tervisualisasi
Peralatan:
9. Gelas objek
10. Kaca penutup
11. Rak gelas objek
12. Kassa
13. Forsep
14. Reagen Wright-Giemsa
15. Bufer phosphat
16. Akuadest
17. Kipas
18. Kapas Lidi/ swab
Skill checklist
Dilakukan Dilakukan
Tidak
tidak dengan
No. Aktivitas dilakukan
sempurna sempurna
(√)
(√) (√)
1 Memeriksa kelengkapan alat-alat
2 Mencuci tangan dan memasang sarung tangan
3 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan
4 Melakukan pengambilan spesimen yang benar:
- Cairan Duh
62
- Melembabkan swab sebelum melakukan
pengambilan specimen
- Cantumkan identitas dengan jelas pada kaca
objek berisi spesimen
5 Meletakkan gelas objek di atas rak
6 Banjiri slide preparat dengan reagen Wright-
Giemsa dan diamkan selama 5 menit
7 Teteskan bufer phosphat sejumlah reagen
Wright-Giemsa pada preparat
8 Tiup slide preparat untuk mencampur reagen
dan buffer
9 Diamkan preparat selama 15 menit
10 Bilas preparat dengan akuadest, selanjutnya
miringkan slide preparate menggunakan forsep
sambil dibilas air mengalir sampai slide tersebut
tidak berwarna
11 Bersihkan sisa cat pada sisi belakang slide
preparat (jika ada)
12 Keringkan slide preparat
13 Periksa di mikroskop dengan pembesaran 40 kali,
konfirmasi dengan 100 kali
14 Mengidentifikasi parasit yang terlihat.
15 Merapikan/ membuang alat-alat yang sudah
digunakan sesuai tempatnya.
LAMPIRAN 2
63
Mahasiswa tampak nyaman, santai, dan sedia mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Terhadap lingkungan sekitar, mahasiswa tampak empatik dan
sedia membantu. Tidak terlalu tegang atau tampak terganggu dengan
pikiran/perasaannya sendiri.
Komunikasi
Mahasiswa dapat berbicara dengan lancar, bahasa tubuh tampak luwes.
Tidak terbata-bata atau menunjukkan keraguan yang terlalu berat.
Keselamatan Pasien
Mahasiswa melakukan ketetpatan identifikasi pasien, peningkatan
komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspai,
kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi,
pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan
pengurangan risiko pasien jatuh.
Skor Total =
Skor Akhir (Skor Total/24*100)=
Penilai,
( ................................... )
64
BED SIDE TEACHING / Mini – CEX
Waktu : ………………………………………..
Tanggal : ………………………………………..
Diagnosis/ Permasalahan pasien : ………………………………………..
Ruang : ☐ Poliklinik ☐ Rawat Inap ☐ IGD
☐ Kamar Bersalin ☐ Kamar operasi
☐ ICU ☐ Lain-lain ……………………
Informasi Pasien : ……………… tahun; ☐ baru ☐ follow up
Nama Mahasiswa : ………………………………………..
NIM : ………………………………………..
Umpan balik:
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
(……………………..)
Angka dan Huruf Mutu:
A : >86
B : 70 – <86
C : 50 – <70
D : 35 – <50
E : <35
65
CASE BASED DISCUSSION
Waktu : ………………………………………..………..
Tanggal : ………………………………………..………..
Kasus : ………………………………………..………..
Nama Mahasiswa : ………………………………………..………..
NIM : ………………………………………..………..
(……………………..)
66
LAPORAN TULISAN ILMIAH (JOURNAL READING/ REFERAT)
Waktu : ………………………………………..………..
Tanggal : ………………………………………..………..
Nama Mahasiswa : ………………………………………..………..
NIM : ………………………………………..………..
(……………………..)
67
LAMPIRAN 6
Survey ini adalah pengukuran kepuasan mahasiswa terhadap kinerja pengelola program studi,
dosen, dan tenaga kependidikan serta ketersediaan sarana-prasarana Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
PENILAIAN TERHADAP PENGELOLA PROGRAM STUDI : Sangat Baik/ Baik/ Cukup/ Kurang*
1. Keandalan dan kemampuan pengelola dalam memberikan pelayanan terhadap peserta didik:
2. Daya tanggap pengelola dalam membantu Peserta Didik dan memberikan jasa dengan cepat
3. Kepastian bahwa pelayanan pengelola sesuai dengan ketentuan
4. Kepedulian pengelola dalam memberi perhatian kepada Peserta Didik
Palembang, ______________________
MAHASISWA
(___________________)
NIM__________________
Catatan: nama mahasiswa boleh tidak diisi.
68