5.+artikel+524 +production+41-50
5.+artikel+524 +production+41-50
5.+artikel+524 +production+41-50
ABSTRAK
Jerawat dan kulit kusam akibat paparan sinar matahari merupakan permasalahan kulit yang
kerap dialami oleh individu. Penggunaan skincare dan krim antibiotik berbahan kimia
menjadi salah satu alternatif yang banyak digunakan, namun efek samping seperti iritasi kulit
dan resistensi menjadi permasalahan baru sehingga mendorong dilakukannya penemuan
produk baru berbasis senyawa bahan alam. Daun asam jawa berpotensi dijadikan bahan
antijerawat dan tabir surya karena mengandung senyawa fitokimia seperti fenolik, flavonoid,
saponin, dan vitamin C. Jumlah kandungan senyawa tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor di antaranya ekstraksi dan fraksinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
adanya perbedaan potensi aktivitas antijerawat dan tabir surya antara ekstrak dan fraksi daun
asam jawa, adapun parameter antijerawat dilihat dari aktivitas penghambatan terhadap
bakteri penyebab jerawat (Staphylococcus epidermidis ATCC 12228) menggunakan metode
difusi agar pada konsentrasi 1%, 3%, 5%, sedangkan aktivitas tabir surya dilakukan dengan
penentuan nilai SPF secara in vitro untuk melihat seberapa besar kemampuannya dalam
melindungi kulit dari paparan sinar UV B. Ekstraksi daun asam jawa dilakukan dengan
maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, sedangkan fraksinasi dilakukan menggunakan
pelarut etil asetat. Hasil skrining fitokimia dan KLT menunjukkan bahwa keduanya
mengandung senyawa polifenol, flavonoid, dan saponin dengan nilai SPF 22,65 pada ekstrak
dan 18,37 pada fraksi daun asam jawa. Hasil pengujian aktivitas anibakteri juga
menunjukkan bahwa ekstrak memiliki diameter daya hambat yang lebih besar dibandingkan
fraksi. Hal ini kemungkinan karena ekstrak mengandung senyawa yang lebih kompleks
dibanding fraksi.
Kata kunci : Antibakteri, daun asam jawa, SPF, Staphylococcus epidermidis, tabir surya
ABSTRACT
Acne and dull skin due to sun exposure are skin problems that are often experienced by
individuals. The use of chemical-based skincare and antibiotic creams is an alternative to
overcome this problem, but side effects such as skin irritation and resistance are becoming
new problems, so discovery of new products based on natural ingredients are needed to
overcome these problems. Tamarind leaves can potentially be anti-acne and sunscreen. It
contains phytochemical compounds such as phenolics, flavonoids, saponins, and vitamin C.
The amount of these compounds is influenced by several factors, including extraction and
fractionation. This study aims to determine the difference in potential anti-acne and
sunscreen activities between extracts and fractions of tamarind leaves. In contrast, the anti-
acne parameters were seen from the inhibitory activity against acne-causing bacteria
PENDAHULUAN
Kulit yang sehat dan bersih menjadi dambaan setiap orang, terutama pada kaum hawa.
Namun paparan sinar UV B yang mengenai kulit setiap harinya dapat menyebabkan
terjadinya hiperpigmentasi, wrinkle, photoaging hingga kanker kulit. Hal ini terjadi akibat
peningkatan terbentuknya ROS (Reactive Oxygen Species) pada kulit yang kemudian dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan struktur sel kulit (Nur et al., 2017). ROS dapat
terbentuk akibat radikal bebas dari sinar matahari maupun lingkungan seperti debu dan asap
lingkungan. Struktur kulit yang mengalami kerusakan atau menipis menyebabkan resiko
terjadinya jerawat pada kulit, salah satunya kulit dapat terinfeksi bakteri Staphylococcus
epidermidis.
Penggunaan produk tabir surya serta antijerawat berbahan kimia telah banyak
digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, namun permasalahan akibat penggunaan
produk tersebut mulai banyak dikeluhkan. Antibiotik seperti tetrasiklin sering digunakan
untuk mengatasi jerawat, namun penggunaan dalam jangka waktu panjang menyebabkan
terjadinya resistensi antibiotik dan hipersensitivitas (Maftuhah et al., 2016). Selain itu,
PABA dan oxybenzone merupakan contoh tabir surya sintetik yang umum ditambahkan
dalam produk kosmetika tabir surya dan sering dilaporkan mampu menyebabkan alergi.
Berdasarkan alasan tersebut maka penting untuk dilakukan pengembangan suatu senyawa
yang aman dan berpotensi sebagai tabir surya serta antijerawat, yakni dengan
memanfaatkan senyawa dari sumber bahan alam seperti daun asam jawa.
Daun asam jawa (Tamarindus indica) adalah salah satu tanaman yang kaya akan
manfaaat terutama dalam dunia kecantikan. Hal ini dikarenakan adanya kandungan senyawa
dalam daun asam jawa seperti fenolik dan vitamin C (Buanasari et al., 2018; Faradiba et al.,
2016) yang diketahui mempunyai karakteristik antioksidan sehingga dapat berperan sebagai
photo protective untuk mengurangi kerusakan kulit akibat paparan sinar UV (Rahardian et
al., 2015) dan antibakteri bersama dengan kandungan saponin dan tanin (Faradiba et al.,
2016). Flavonoid (kuersetin) pada daun asam jawa juga dilaporkan berpotensi sebagai
antiinflamasi (Yunita et al., 2019) sehingga dapat mengurangi peradangan akibat jerawat.
Menurut penelitian (Faridah, 2018) menyebutkan bahwa ekstrak air daun asam jawa
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dengan diameter
zona hambat 19 mm. Berdasarkan alasan tersebut maka perlu dilakukan penelitian ini
karena belum adanya pengujian terkait aktivitas ekstrak etanol sebagai antibakteri dalam
menghambat salah satu bakteri penyebab jerawat yaitu Staphylococcus epidermidis serta
aktivitas tabir surya secara in vitro dengan menentukan nilai SPF. SPF menggambarkan
faktor perlindungan ekstrak maupun fraksi daun asam jawa terhadap kulit dari paparan sinar
matahari, sehingga efek samping dari radiasi sinar UV dapat dikurangi.
Ekstrak dan fraksi akan memiliki jumlah kandungan senyawa fitokimia daun asam jawa
yang berbeda. Hal ini karena ekstrak mengandung senyawa yang lebih kompleks
dibandingkan fraksi akibat proses penarikan senyawa fitokimia yang berbeda, dimana
ekstraksi akan menarik seluruh senyawa fitokimia dalam daun asam jawa sedangkan
fraksinasi mampu memisahkan senyawa yang memiliki polaritas yang sama dengan
pelarutnya. Penentuan nilai SPF dilakukan secara in vitro menggunakan spektrofotometer
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol. 8 No. 1, Januari - Maret 2023, Hal. 41-50
Medical Sains ISSN : 2541-2027; e-ISSN : 2548-2114 43
UV-Vis dengan panjang gelombang sesuai radiasi sinar UV B yaitu 280─320 nm, hal ini
karena sinar UV B lebih sering memapari kulit dan menyebabkan terjadinya masalah pada
kulit. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi
terkait kemampuan ekstrak dan fraksi daun asam jawa sebagai sumber antioksidan alami,
antijerawat dan tabir surya alami serta dapat juga dijadikan sebagai acuan dalam
pengembangan formulasi produk tabir surya dan antijerawat alami.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Autoklaf (HIRAYAMA), jangka sorong (Tricke brand), kuvet (HELLMA), LAF (Biolus
CLB-201), Lampu UV 254 (UV Transilluminator JY02S), Moisturizer Balance Test
(Shimadzu 0,01%), Rotary evaporator (Heidolph), Spektrofotometri UV-Vis double beam
(Shimadzu UV 1800), waterbath (MEMMERT).
Daun asam jawa (umur 3─4 bulan) dari Dusun Colo Kudus, Etanol 70% Tk (Merck),
Etil asetat p.a (Merck), Ethyl methoxycinnamate (Sigma Aldrich), kultur bakteri
Staphylococcus epidermidis ATCC 12228, Media MSA (Oxoid), Media Nutrient Agar
(Merck), Media Nutrient Broth (Oxoid), clindamicyn, DMSO (Merck).
Prosedur Penelitian
1. Determinasi Tanaman dan Penyiapan Simplisia
Determinasi tanaman daun asam jawa (Tamarindus indica) dilakukan untuk
mengetahui kebenaran bahan jenis tanaman yang digunakan. Determinasi tanaman
dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang dengan
menyiapkan bagian akar, batang, dan daun tanaman asam jawa.
2. Pembuatan Ekstrak Daun Asam jawa
Serbuk daun asam jawa sebanyak 250 gram diekstraksi menggunakan pelarut etanol
70% sebanyak 2500 mL selama 3 hari sambil beberapa kali dilakukan pengadukan.
Maserat yang didapat disaring dengan kertas saring (Filtrat I), kemudian sisa ampas
dilakukan remaserasi dengan etanol 70% selama 2 hari lalu disaring (Filtrat II). Filtrat I
dan II diuapkan dengan rotary evaporator hingga nantinya diperoleh ekstrak kental
(Assagaf et al., 2015).
3. Pembuatan Fraksi Daun Asam Jawa
Sebanyak 10 gram ekstrak etanol daun asam jawa dilarutkan dalam 100 mL aquades,
kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah. Fraksi air tersebut ditambah etil asetat 100
mL untuk memisahkan senyawa semipolar, kemudian dikocok. Setelah itu dipisahkan
antara fase air dan fase etil asetat, kemudian dilakukan 3 kali pengulangan (hingga warna
larutan bening). Fraksi etil asetat diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 40°─50°C
hingga diperoleh fraksi kental.
4. Uji Kualitatif Senyawa Antioksidan Pada Ekstrak dan Fraksi Daun Asam Jawa
(Harborne, 1984)
Alkaloid
Ekstrak dan fraksi diambil sebanyak 0,5 gram kemudian dilarutkan dalam air panas,
didinginkan lalu disaring. Filtrat selanjutnya ditambahkan reagen Mayer. Adanya endapan
putih atau kekuningan menunjukkan bahwa ekstrak positif mengandung alkaloid (Putri et
al., 2022).
Flavonoid
Ekstrak dan fraksi diambil sebanyak 0,5 gram kemudian dicampur dengan methanol.
Selanjutnya tambahkan 0,1 gr serbuk Mg dan 5 tetes HCl pekat. Hasil terdapat endapan
berwarna jingga menandakan positif adanya flavonoid dalam ekstrak dan fraksi daun
asam jawa (Agustina et al., 2016).
Saponin
Ekstrak dan fraksi sebanyak 0,5 gram ditambah 10 mL air panas dalam tabung reaksi,
kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Hasil positif terdapat adanya saponin
ditandai dengan terbentuknya buih yang stabil (Putri et al., 2022).
Potensi Ekstrak Dan Fraksi Daun Asam Jawa Sebagai Antijerawat... (Chintiana Nindya Putri, dkk)
44 ISSN : 2541-2027; e-ISSN : 2548-2114
Keterangan:
CF= Faktor Korelasi (10), EE= Efisiensi Eriterma, I= Spektrum Simulasi Sinar Surya.
Nilai EE x I untuk masing-masing panjang gelombang dapat dilihat pada Tabel 1.
Analisis Data
Data hasil dari pengujian yang didapat, selanjutnya dianalisis menggunakan SPSS
dengan uji ANOVA. Apabila data tersebut memiliki perbedaan yang signifikan dengan taraf
uji (P ≥ 0,05) maka dapat dilakukan uji Post Hoc untuk mengetahui perbedaan antar
kelompoknya dengan taraf uji (P ≤ 0,05).
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol. 8 No. 1, Januari - Maret 2023, Hal. 41-50
Medical Sains ISSN : 2541-2027; e-ISSN : 2548-2114 45
Tabel II. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak dan Fraksi Daun Asam Jawa
Ekstrak
Golongan
Senyawa Skrining Skrining
Nilai Rf Ket. Nilai Rf
Fitokimia Fitokimia
Alkaloid + 0,66 + + 0,57
Flavonoid + 0,50 + + 0,47
Saponin + 0,42 + + 0,48
Tanin + 0,81 + 0,88
Fenolik + + +
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh (Nurhayarti et
al., 2019) juga melaporkan bahwa daun asam jawa mengandung senyawa alkaloid, fenolik,
flavonoid, saponin, dan tanin. Berdasarkan pengujian skrining fitokimia pada penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa pelarut dan metode penarikan senyawa merupakan hal yang dapat
mempengaruhi kandungan senyawa yang terdapat dalam sampel.
Potensi Ekstrak Dan Fraksi Daun Asam Jawa Sebagai Antijerawat... (Chintiana Nindya Putri, dkk)
46 ISSN : 2541-2027; e-ISSN : 2548-2114
Tabel III. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Daun Asam Jawa
Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 12228
A B
Gambar 1. Hasil uji aktivitas antibakteri Fraksi (A) dan Ekstrak (B) daun asam jawa
terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis ATCC 12228
Ekstrak dan fraksi daun asam jawa mampu memberikan aktivitas penghambatan terbesar
pada konsentrasi 5% dibandingkan konsentrasi 1% dan 3%. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan konsentrasi akan memberikan aktivitas penghambatan bakteri Staphylococcus
epidermidis semakin besar karena semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula
komponen zat aktif yang terkandung di dalamnya sehingga zona bening yang terbentuk juga
berbeda pada tiap konsentrasi baik pada ekstrak maupun fraksi (Romadanu et al., 2014).
Selain itu kemampuan suatu ekstrak maupun fraksi dalam menghambat pertumbuhan bakteri
juga ditentukan oleh golongan senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh kedua sampel
tersebut (Surjowardojo et al., 2015). Pada penelitian ini aktivitas antibakteri daun asam jawa
disebabkan karena adanya kandungan senyawa fitokimia atau metabolit sekunder yaitu
alkaloid, fenolik, flavonoid, saponin dan tanin, selain itu juga karena ekstrak mengandung
senyawa yang lebih kompleks dibandingkan fraksi sehingga terdapat senyawa aktif lain yang
mendukung kerja penghambatan bakteri.
Mekanisme alkaloid sebagai antibakteri yaitu merusak dinding sel dan DNA pada inti sel
bakteri akibat adanya gugus basa pada alkaloid yang menyebabkan perubahan struktur dan
susunan asam amino, dimana asam amino merupakan penyusun dinding sel dan DNA
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol. 8 No. 1, Januari - Maret 2023, Hal. 41-50
Medical Sains ISSN : 2541-2027; e-ISSN : 2548-2114 47
bakteri. Hal tersebut mendorong terjadinya lisis pada inti sel bakteri yang menyebabkan inti
sel bakteri kekurangan nutrient dan apabila hal ini terjadi secara menerus maka bakteri akan
menjadi inaktif dan mati.
Mekanisme flavonoid dan fenolik sebagai antibakteri melalui perusakan dinding sel oleh
senyawa fenol sehingga mengakibatkan lisis atau mengubah permeabilitas membran
sitoplasma yang menyebabkan kebocoran nutrient dari dalam sel, mendenaturasi protein sel
dan merusak sistem metabolisme di dalam sel melalui penghambatan kerja enzim
intraselular.
Mekanisme saponin dan tanin dalam menghambat pertumbuhan bakteri yaitu setelah
dinding sel bakteri rusak, saponin akan berdifusi melalui membran sitoplasma sehingga
kestabilan membran akan terganggu yang menyebabkan sitoplasma menjadi bocor dan
keluar dari sel (Surjowardojo et al., 2015), sedangkan tanin mengikat ion-ion logam seperti
Fe dan Cu yang menyebabkan dinding sel rusak (Kurniawati, 2015).
Kekuatan antibakteri menurut CLSI (Clinical and Laboratory Standards Institute)
digolongkan menjadi 3 kategori yaitu resisten (< 14 mm), intermediet (15-18 mm) dan
sensitive (>19 mm). Berdasarkan penggolongan tersebut, maka daya hambat ekstrak dan
fraksi daun asam jawa terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis pada konsentrasi 5%
termasuk kategori intermediet, begitu pula dengan klindamisin. Oleh karena itu, ketika
dilakukan analisis SPSS dengan ANOVA menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan (p>0,05) antara ekstrak dan fraksi daun asam jawa dengan klindamisin dalam
menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis.
Uji Aktivitas Tabir Surya Ekstrak dan Fraksi Daun asam jawa
Pengujian aktivitas tabir surya dilakukan melalui penentuan nilai SPF (Sun Protection
Factor) yang bertujuan untuk menilai kemampuan ekstrak dan fraksi daun asam jawa dalam
melindungi kulit dari paparan sinr UV B dengan cara menyerap, memantulkan atau
menyebarkan sinar matahari. Semakin tinggi nilai SPF maka semakin baik perlindungannya
terhadap sinar UV. Hasil pengukuran nilai SPF ekstrak daun asam jawa memiliki nilai SPF
22,65±0,29 artinya mampu memberikan ketahanan proteksi kulit dari radiasi sinar UV B
hingga 4 jam, sedangkan fraksi daun asam jawa memiliki nilai SPF 18,37±0,18 yang artinya
mampu memberikan ketahanan selama 3 jam dalam melindungi kulit dari paparan sinar UV
B. Pada Ethylhexyl metoxycinamate (EMS) sebagai standar menunjukkan nilai SPF 31 yang
menandakan bila EMS mampu melindungi kulit dari radiasi sinar UV B hingga 5 jam.
Ekstrak daun asam jawa memiliki nilai SPF yang lebih besar dibandingkan fraksi daun
asam jawa dalam kemampuannya memproteksi kulit dari radiasi sinar UV B. Hal ini
menandakan bahwa esktrak daun asam jawa memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
pertahanan perlindungan kulit dari radiasi UV B dibandingkan fraksi. Tingginya nilai SPF
dari ekstrak daun asam jawa dikaitkan dengan adanya kandungan senyawa fenolik dan
vitamin C dalam daun asam jawa. Vitamin C memiliki banyak ikatan polar OH dan C-O
sehingga menyebabkan vitamin C bersifat polar dan terekstrak banyak pada etanol.
Fenolik merupakan senyawa yang berpotensi memiliki aktivitas tabir surya karena
memiliki ikatan yang saling terkonjugasi dalam inti benzena dimana saat terkena sinar UV
akan terjadi resonansi dengan cara transfer elektron. Adanya kesamaan sistem konjugasi
pada senyawa kimia yang biasanya terkandung dalam sediaan tabir surya menyebabkan
senyawa ini berpotensi memiliki pertahanan yang baik dalam melindungi kulit dari radiasi
UV (Abdiana & Anggraini, 2017). Kandungan vitamin C yang diduga pada fraksi
menunjang kemampuan fraksi dalam menahan radiasi UV B serta juga bersifat antioksidan.
Antioksidan berperan sebagai photo protective yang mampu mencegah terbentuknya ROS
akibat radikal bebas dari sinar UV B matahari. Berdasarkan hasil yang diperoleh nilai SPF
ekstrak daun asam jawa hampir mendekati dengan nilai SPF Ethylhexyl metoxycinamate
(EMS) yaitu 28,25 sebagai pembanding. Ethylhexyl metoxycinamate merupakan bahan yang
telah banyak dimanfaatkan sebagai sunscreen dalam suatu produk kosmetika tabir surya
karena mampu mengabsorbsi sinar UV sehingga penetrasi sinar UV ke dalam lapisan
epidermis kulit menjadi terhambat. Oleh karena itu, pada penelitian ini dapat disimpulkan
Potensi Ekstrak Dan Fraksi Daun Asam Jawa Sebagai Antijerawat... (Chintiana Nindya Putri, dkk)
48 ISSN : 2541-2027; e-ISSN : 2548-2114
bahwa ekstrak dan fraksi daun asam jawa berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber bahan
aktif alami proteksi kulit dari paparan sinar UV B matahari karena keduanya memiliki
kemampuan yang baik dalam pertahanan perlindungan kulit dari radiasi UV dan nilai SPF
yang diperoleh tergolong SPF dengan aktivitas proteksi kulit tinggi karena memiliki nilai
SPF diatas 15 (nilai SPF minimal untuk sediaan tabir surya).
Hasil analisis dengan ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
(p<0,05) antara kelompok ekstrak dan fraksi daun asam jawa sebagai tabir surya, namun
pada fraksi daun asam jawa menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05)
dengan EMS (Ethylhexyl metoxycinamate) sebagai kontrol positif yang menandakan
kemampuan keduanya yang sebanding dalam melindungi kulit dari radiasi UV B.
KESIMPULAN
Ekstrak dan fraksi daun asam jawa terbukti memiliki kandungan senyawa antioksidan
seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan fenolik yang berperan dalam aktivitas
antibakteri dan proteksi kulit terhadap paparan radiasi UV B. Adapun berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa ekstrak dan fraksi daun asam jawa konsentrasi 5% mampu
menghambat bakteri Staphylococcus epidermis dengan rata-rata diameter daya hambat
14,974±0,46 (ekstrak) dan 15,102±0,71 (fraksi) yang termasuk kategori intermediet, serta
sebanding dengan klindamisin. Selain itu, ekstrak dan fraksi daun asam jawa mampu
memberikan ketahanan perlindungan kulit terhadap radiasi UV B dengan nilai SPF
22,65±0,61 (ekstrak) dan 18,37±0,35 (fraksi). Adanya perbedaan antara ekstrak dan fraksi
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pelarut dan proses penarikan senyawa yang
akan berpengaruh pada kandungan senyawa yang ada pada ekstrak maupun fraksi. Oleh
karena itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan pembuatan
sediaan tabir surya maupun krim antijerawat dari daun asam jawa.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Islam Sultan Agung atas dana hibah penelitian internal yang
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdiana, R., & Anggraini, D. I. 2017. Rambut Jagung (Zea mays L.) Sebagai Alternatif
Tabir Surya, Jurnal Majority. Vol. 7 No. 1, pp. 31–35.
Agustina, S., Wiraningtyas, A., & Bima, K. 2016. Skrining Fitokimia Tanaman Obat di
Kabupaten Bima, Cakra Kimia. Vol. 4 No. 1, pp. 71–76.
Alhabsyi, D. F., & Suryanto, E. 2014. Aktivitas Antioksidan dan Tabir Surya Pada Ekstrak
Kulit Buah Pisang Goroho (Musa acuminate L.), Pharmacon. Vol. 3 No. 2, pp. 107–
114.
Assagaf, K. K., Bodhi, W., & Yamlean, P. V. Y. 2015. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun
Asam Jawa (Tamarindus indica Linn.) Terhadap Penurunan Kadar, Jurnal Ilmiah
Farmasi. Vol. 4 No. 3, pp. 58–63.
Buanasari, Warlan, S., & Apriyanti, A. C. 2018. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Asam Jawa (Tamarindus indica L.) dengan Metode DPPH, Jurnal Farmasi & Sains
Indonesia. Vol. 1 No. 1, pp. 19–24.
Diniatik. 2015. Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanolik Daun Kepel
(Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook F. & Th.) dengan Metode Spektrofotometri,
Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 3 No. 1, pp. 1–5.
Faradiba, A., Gunadi, A., & Praharani, D. 2016. Daya Antibakteri Infusa Daun Asam Jawa
(Tamarindus indica Linn) Terhadap Streptococcus mutans, Pustaka Kesehatan. Vol. 4
No. 1, pp. 55–60.
Faridah, H. 2018. Efektivitas Ekstrak Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L.) Terhadap
Daya Hambat Staphylococcus epidermidis Sebagai Sumber Belajar Biologi, Skripsi.
Harborne, J. B. 1984. Phytochemical Methods: A Guide to Modern Techniques of Plant
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol. 8 No. 1, Januari - Maret 2023, Hal. 41-50
Medical Sains ISSN : 2541-2027; e-ISSN : 2548-2114 49
Potensi Ekstrak Dan Fraksi Daun Asam Jawa Sebagai Antijerawat... (Chintiana Nindya Putri, dkk)
50 ISSN : 2541-2027; e-ISSN : 2548-2114
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol. 8 No. 1, Januari - Maret 2023, Hal. 41-50