Disiplin Positif Pada Modul Ajar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Disiplin positif pada Modul Ajar

I. Pendahuluan
Guru membuka pembelajaran dengan kegiatan rutin, “Menyapa dan Berdoa”
● Guru melakukan presensi dengan tema “Pagi berbagi” :

● “Siswa diminta menyampaikan satu kalimat


pendek tentang apa yang membuat mereka bahagia padahari ini.”Guru
memberikan apresiasi terhadap jawaban siswa
● Guru mengajak peserta didik melakukan refleksi dinamika kelas mengacu
kesepakatan kelas;
● Guru : Sebelum kita mulai pelajaran kita, Hari ini kitaakan
melihat bersama bagaimana dinamika
kelas kitaberjalan. Mari kita ingat, apa saja kesepakatan kelasyang sudah kita
buat bersama?
● Peserta didik: (Menjawab) Kesepakatan kelas kita,misalnya, saling
menghargai, tidak menyela saat guru sedang berbicara, dan bekerja sama
dengan baik.Guru: Benar! Sekarang, mari kita refleksika
bersamabagaimana kita telah mengikuti kesepakatan
kelastersebut selama beberapa waktu terakhir. Apa yangmenurut kalian
sudah berjalan baik sesuai kesepakatankelas?
● Guru menunjukkan kesediaan mendengarkan pandangan peserta didik
tentang dinamika kelas;
● Peserta didik: (Menjawab) Beberapa di antaranya sudah
berjalan baik, seperti saling menghargai dan bekerjasama dalam kelompok.
● Guru: Itu bagus sekali! Namun, mungkin ada jugabeberapa hal yang perlu ki
ta perbaiki. Apakah adapengalaman atau situasi tertentu yang membuat
kalian merasa kesepakatan kelas tidak diikuti dengan baik?
● Peserta didik: (Menjawab) Kadang-kadang ada teman yang masih suka
menyela saat guru berbicara, dan itu membuat suasana kelas menjadi
kurang kondusif.
● Guru bersikap adaptif sehingga bersedia mengubahkesepakatan kelas
bila diperlukan :Guru: Terimakasih atas kejujuran kalian. Sekarang, mari
kita bersama-sama pikirkan apa yang bisa kita lakukan
untuk meningkatkan kepatuhan terhadap kesepakatan kelas. Ada ide atau
saran dari teman-teman?
● Peserta didik: (Menjawab) Mungkin kita bisa membuat
pengingat tentang kesepakatan
kelas danmenempelkannya di papan tulis agar
selalu terlihat.
Guru: Sip, itu ide brilian! Bagaimana kalau kita jadwalkan sesi diskusi terseb
ut pada hari Jumat mendatang? Apakah kalian setuju?

II. Kegiatan Inti

III. Penutup

Disiplin positif merupakan pendekatan positif dengan cara pengelolaan perilaku dalam
mendidik siswa tanpa adanya kekerasan. Contoh penerapan disiplin positif di sekolah sangat
penting dipahami oleh seorang guru.
Manfaat Disiplin Positif :
Penerapan disiplin positif tersebut mempunyai banyak manfaat dalam mewujudkan lingkungan
belajar yang sehat. Selain itu, juga dapat menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan
aman bagi setiap siswa.
Dikutip dari buku Bunga Rampai “Analisis Kebijakan Hukum dan Perlindungan Anak”, imam, dkk
(2022:213), contoh penerapan disiplin positif di sekolah merupakan cara penerapan disiplin
tanpa menggunakan kekerasan atau ancaman.
Sehingga penerapan disiplin tersebut mengarah pada bimbingan untuk memahami dan
memberikan pengetahuan mengenai konsekuensi dari perilaku yang telah diperbuat. Selain itu,
juga berfokus pada pendekatan merefleksi kesalahan, memotivasi, menghargai, dan
membangun logika.
Berikut adalah beberapa contoh dari disiplin positif yang dapat diterapkan dalam lingkungan
sekolah.

1. Guru dan staf sekolah memberikan contoh dengan menujukkan sikap positif saat berinteraksi
dengan siswa ataupun sesama guru.
2. Membuat aturan yang jelas dan konsisten di kelas ataupun di selurun lingkungan sekolah.
Kemudian dipastikan aturan tersebut dapat diterapkan secara adil.
3. Memberikan bimbingan positif pada siswa daripada memberikan hukuman. Bimbingan tersebut
dengan membantu siswa dalam memahami dampak dari perilaku yang diperbuat dan
memberikan cara untuk mengubah.
4. Memberikan pelatihan atau progam untuk melakukan pengembangan keterampilan sosial.
Contohnya, seperti keterampilan empati, komunikasi, dan resolusi konflik.
5. Memberikan tanggung jawab pada siswa dalam pengelolaan kelas ataupun berbagai proyek
tertentu. Hal ini berfungsi untuk menciptakan rasa kepemilikan dan tanggung jawab setiap
siswa.
6. Memberikan layanan konseling dan dukungan mental untuk siswa yang sedang membutuhkan
pemahaman mengenai pengelolaan emosi dan perilaku.
7. Memakai program sanksi positif dengan mengharuskan siswa memberikan kontribusi positif di
sekolah. Contohnya, seperti layanan masyarakat atau proyek sosial.
8. Memakai pendekatan restoratif dalam menyelesaikan permasalahan dan konflik. Hal ini
mencakup mendengarkan semua pihak yang telah terlibat, kemudian mengidentifikasi dampak,
serta memberikan solusi untuk memulihkan hubungan pihak yang terlibat konflik.

Pengelolaan Disiplin Positif :

1. Restitusi Disiplin Diri adalah Metode untuk menyusun kembali model disiplin di satuan
pendidikan yang mengajak murid untuk melakukan hal-hal seperti menemukan masalah
yang timbul untuk mengetahui penyebabnya dan siapa yang bersalah

2. Masing-masing murid memiliki latar belakang yang berbeda-beda untuk itu agar gar bisa
menjalankan segitiga restitusi dengan epektif maka satuan pendidikan harus

PPT Modul Ajar Berdeferensiasi

Tujuan
1. Setelah kegiatan pembelajaran diharapkan guru memahami :

a. Modul Ajar berdeferensiasi


b. Kreteria Modul Ajar Berdeferensiasi
c. Displin Positif
d. Disiplin positif dalam pembelajaran
3. Setelah kegiatan pembelajaran ini diharapkan guru dapat membuat modul ajar
berdeferensiasi terintegrasi dengan disiplin positif

Penerapan Disiplin Positif Melalui Segitiga Restitusi


sman15tanjabbarat.sch.id, TEBING TINGGI, 19/01/2024.

Disiplin positif adalah suatu tindakan yang memberikan perhatian khusus pada
pengembangan disiplin dan tanggung jawab diri dengan pendekatan yang seimbang
dan mendukung.

Konsep disiplin positif ini menggabungkan elemen ketegasan dengan penghargaan


terhadap pertumbuhan pribadi, kesejahteraan emosional, dan motivasi internal,
sehinga diharapkan Iahir peserta didik yang merdeka.

Daftar Isi Disiplin Positif dan Segitiga Restitusi

1. Tujuan Disiplin
2. Makna Disiplin
3. Segitiga Restitusi
4. Contoh Kasus

Jika tidak memiliki motivasi internal, maka diperlukan bantuan pihak luar (motivasi
eksternal) untuk mendisiplinkan kita. Disiplin positif ini selaras dengan apa yang
ditanamkan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa disiplin diri diperlukan dalam menciptakan
murid yang merdeka.

Disiplin positif mampu membuat seseorang menggali kekuatan atau potensinya untuk
suatu tujuan yang bermakna. Disiplin diri merupakan kemampuan mengontrol diri,
menjalankan tugas , mematuhi aturan dan tanggungjawab dengan konsisten serta
penguasaan diri sehingga dapat memilih serta menentukan sikap yang mengacu pada
nilai yang kita hargai.

Disiplin diri memiliki nilai yang tinggi dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam hal
pendidikan, pekerjaan, kesehatan, maupun hubungan sosial. Oleh karena itu, penting
bagi setiap individu untuk mengembangkan dan menjaga disiplin diri mereka agar
dapat meraih kesuksesan yang lebih besar dalam hidup.

Tujuan Disiplin

Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi pada peserta didik kita yaitu
untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-
nilai yang mereka percaya.

Ketika peserta didik kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi
intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada
adanya hukuman atau hadiah.
Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena
mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai, atau
mencapai suatu tujuan mulia.

Makna Disiplin

Dalam budaya kita, makna kata 'disiplin' dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan
seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan dan ketaaatan. serta
cenderung menghubungkan kata 'disiplin' dengan keterkekangan dan
ketidaknyamanan.

Apa yang terlintas dipikiran sobat GS ,ketika mendengar kata 'disiplin' ? Kebanyakan
orang akan mengasosiasikan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan ketaatan
pada peraturan.

Kata 'disiplin' juga sering dihubungkan dengan punishmen, padahal itü sungguh
berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman.
Hukuman harusnya menjadi alternatif terakhir dan bila perlu tidak digunakan sama
sekali.

Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa

"Dimana ada kemerdekaan, disitu[ah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin
itü bersifat 'self discipline' yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-
kerasnya, tetapi itü sama safa; şebab jikalau kita tidak cakap me]akukan self discip/ine,
wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita- Dan peraturan demikian itulah harus ada di
dalam suasana yang merdeka" (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsj Kete/adanan,
Sikap Merdeka, Cetakan Ke/ima, 2073 Ha[aman 470).

Segitiga Restitusi

Dalam dunia pendidikan, kita dapat melakukan disiplin diri kepada peserta didik
melalui segitiga restitusi, jika peserta didik tersebut melakukan pelanggaran
keyakinan dan kesepakatan kelas. Jika murid melakukan pelanggaran, apakah langkah
kita? Siapa yang mengingatkan? Apakah mereka kita beri hukuman atau kita
memaafkan saja?

Contoh guru, ketika melakukan praktikum terdapat siswa menggunakan pakaian kerja
tidak lengkap sesuai kesepakatan kelas. Apakah siswa tersebut diperbolehkan praktik
atau tidak? Selama ini, kita langsung memaafkan dan membiarkan mereka melanjutkan
praktiknya atau diomel yang membuat mereka tidak nyaman. Perhatian kita lebih
cenderung pada kesalahan yang dilakukan daripada mencari cara bagi mereka untuk
memperbaiki diri. Salah satu cara untuk memperbaiki diri agar terwujud disiplin diri
dapat dilakukan melaui segitiga restitusi.

Segitiga restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi peserta didik untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok
mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Melalui restitusi kita dapat
membantu peserta didik menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, serta
memulihkan dirinya setelah berbuat salah.

Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain


atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang
menghargai nilai- nilai kebajikan yang mereka pegang.

Restitusi membantu peserta didik untuk jujur pada diri sendiri, mampu merefleksi diri
dan mengevaluasi dampak dari kesalahan yang dilakukan. Restitusi memberikan
penawaran bukan paksaan. Sangat penting bagi sobat guru untuk menciptakan kondisi
yang membuat murid bersedia menyelesaikan masalah dan berbuat lebih baik lagi,
dengan berkata, "Semua orang pasti pernah berbuat salah", bukan mengatakan,
"Kamu harus lakukan ini, kalau tidak maka...".

Ada tiga langkah dalam Segititiga Restitusi yaitu:

1 . Menstabilkan identitas, contoh kalimatnya

● Berbuat salah itü tidak apa-apa.

● Tidak ada manusia yang sempurna

● Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.

● Kita bisa menyelesaikan ini.

● Bapak/lbu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/lbu ingin mencari solusi
dari permasalahan ini.
● Kamu berhak merasa begitu.

● Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?

2. Validasi tindakan yang salah, contoh kalimatnya

● "Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”

● "Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”

● "Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang
penting buatmu".
● "Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang
baru.”

3. Menanyakan keyakinan. contoh kalimatnya

● Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?

● Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?

● Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?

● Kamu mau jadi orang yang seperti apa?

Langkah ini digambarkan dalam bentuk segitiga seperti Gambar 1 dibawah ini.

1. Langkah pertama pada bagian dasar segitiga adalah menstabilkan identitas.

Jika anak berbuat salah maka ada kebutuhan dasar mereka yang tidak terpenuhi.
Bagian dasar segitiga restitusi memiliki tujuan untuk merubah orang yang gagal karena
telah berbuat kesalahan menjadi orang yang sukses. Kita harus mampu meyakinkan
mereka dengan mengatakan kalimat seperti :

● tidak ada manusia yang sempurna;


● saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.

Ketika seseorang dalam kondisi emosional maka Otak tidak akan mampu berpikir
rasional, saat inilah kita menstabilkan identitas anak. Anak kita bantu untuk tenang dan
mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan.

2. Langkah kedua adalah memvalidasi tindakan yang salah.

Pada langkah kedua ini, kita harus memahami dan menemukan kebutuhan dasar yang
mendasari tindakan anak berbuat kesalahan. Menurut Teori Kontrol semua tindakan
manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu. Ketika kita menolak
anak yang berbuat salah, dia akan tetap dalam masalah. Yang diperlukan adalah kita
memahami alasan melakukan hal tersebut sehingga anak merasa dipahami.

3. Langkah ketiga yaitu menanyakan keyakinan.

Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika
langkah 1 dan Langkah 2 sukses dilakukan, maka anak akan siap untuk dihubungkan
dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan.
Penting menanyakan ke anak tentang kehidupan kedepan yang dia inginkan.

Ketika mereka sudah menemukan gambaran masa depannya, guru dapat membantu
mereka untuk tetap fokus pada gambarannya. Melalui segitiga restitusi kita dapat
mewujudkan mereka menjadi murid yang merdeka. Mereka mampu menyelesaikan
masalah dengan motivasi internal dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.

Contoh Kasus

Guru Matematika dan wali kelas X1, lbu Santi sedang sakit, sehingga tidak dapat
masuk dan mengajar di kelas. Akhirnya dicarikan guru pengganti, yaitu lbu Eni. lbu Eni
baru dua tahun menjadi guru SMA.

Beberapa peserta didik perempuan, Fifi dan Natali, mereka mengetahui hal ini dan
mulai menggunakan kesempatan dan bersikap seenaknya, tertawa dan tidak
mengindahkan kehadiran lbu Eni.

Melihat hal ini lbu Eni tetap mencoba menyapa Fifi dan Natali dengan ramah, sambil
mengingatkan mereka untuk tetap fokus pada pengerjaan tugas, "Ayolah tugasnya
dikerjakan, nanti Ibu ditegur Bapak Kèpala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan tugas.
Tolong bantu lbu ya?" Namun Fifl dan Natali malah jadi tertawa, "Ah lbu, santai saja
bu". Mereka tetap tidak mengerjakan tugas dan malah mengobrol.
Keesokan harinya, lbu Santi memanggil Fifl dan Natali serta menanyakan tentang
laporan lbu Eni. lbu Santi menanyakan apakah mereka mau memperbaiki
permasalahan yang telah terjadi? awalnya Fifi dan Natali sempat ragu-ragu dan
membela diri, namun pada akhirnya mengatakan akan meminta maaf.

lbu Santi menanggapi bahwa tindakan itu boleh saja dilakukan bila mereka sungguh
sungguh ingin meminta maaf, namun lbu Santi menanyakan kembali, apa yang mereka
bisa lakukan untuk menggantikan rasa tidak menghormati lbu Eni?

Baik Fifl maupun Natali mengakui bahwa perilaku mereka tidak sesuai dengan
Keyakinan Kelas. lbu Santi melanjutkan kembali apa yang akan mereka lakukan untuk
memperbaiki masalah, apakah ada gagasan?

Setelah berpikir sejenak, Natali dan Fifi mengusulkan bagaimana kalau mereka
mengadakan sebuah diskusi kelompok dengan teman-teman sekelasnya. Tema yang
mereka pilih adalah penerapan keyakinan kelas, terutama tentang sikap saling
menghormati dan bagaimana penerapannya di kehidupan sehari-hari di sekolah.

Usulan kedua adalah mengirim email kepada lbu Eni tentang gagasan mereka tersebut.
Mereka pun memberitahu lbu Eni bahwa mereka telah memberitahu Kepala Sekolah,
Pak Hasan, bila lain waktu ada ketiadaan guru, maka mereka akan mengusulkan lbu
Eni sebagai guru pengganti.

Dari kasus diatas, langkah-langkah restitusi sudah dijalankan oleh lbu Santi dengan
menggunakan Segitiga Restitusi yaitu

● Menstabilkan Identitas : "Ibu Santi menanyakan apakah mereka bersedia melakukan


memperbaiki permasalahan yang ada? Fifi dan Natali sempat ragu-ragu dan membela
diri, namun pada akhirnya mengatakan akan meminta maaf.
● Memvalidasi Tindakan : "Ibu Santi menanggapi bahwa tindakan itu boleh saja dilakukan
bila mereka sungguh-sungguh ingin meminta maaf, namun Ibu Santi menanyakan
kembali, apa yang mereka bisa lakukan untuk menggantikan rasa tidak dihormati Ibu
Santi? Baik Fifi maupun Natali mengakui bahwa perilaku mereka tidak sesuai dengan
Keyakinan Kelas.
● Menanyakan Keyakinan : "Ibu Santi melanjutkan kembali apa yang akan mereka
lakukan untuk memperbaiki masalah, apakah ada gagasan?

Restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah sesuai dengan pelanggaran yang telah
dibuat mereka, langkah yang mereka ambil adalah :

● Mereka mengusulkan bagaimana kalau mereka mengadakan sebuah diskusi kelompok


dengan teman-teman sekelasnya. Tema yang mereka pilih adalah penerapan keyakinan
kelas, terutama tentang sikap saling menghormati dan bagaimana penerapannya di
kehidupan seharihari di sekolah.
● Usulan kedua adalah mengirim email kepada Ibu Eni tentang gagasan mereka tersebut.

● Mereka pun memberitahu Ibu Eni bahwa mereka telah memberitahu Kepala Sekolah,
Pak Hasan, bila lain waktu ada ketiadaan guru, maka mereka akan mengusulkan Ibu Eni
sebagai guru pengganti.

Kemudian posisi apakah yang telah diambil oleh Ibu Eni dalam menangani
permasalahan Fifi dan Natali adalah sebagai teman seperti tercermin dalam kalimat "
bu Eni mencoba menyapa Fifi dan Natali dengan ramah, sambil mengingatkan mereka
untuk tetap fokus pada pengerjaan tugas, "Ayolah tugasnya dikerjakan, nanti Ibu
ditegur Bapak Kepala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan tugas. Tolong bantu Ibu ya?"

Sebagai seorang pimpinan sekolah Pak Hasan mengapresiasi langkah yang ditempuh
Ibu Santi yang Sudah tepat sesuai dengan langkah-langkah restitusi yang benar dan
mau berbagi praktik baik dengan rekan sejawat.

Penting bagi setiap peserta didik untuk mengembangkan dan menjaga disiplin diri
mereka agar dapat meraih kesuksesan yang lebih besar dalam hidup, peran guru
sangat sentral dalam proses tersebut, maka penerapan disiplin positif melalui segitiga
restitusi menjadi penting dikuasai setiap pendidik.

Semoga Bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai