Ushul Fiqh HK (Kel 7) - (Revisi)
Ushul Fiqh HK (Kel 7) - (Revisi)
Ushul Fiqh HK (Kel 7) - (Revisi)
Disusun Oleh :
Miskul Adzfar 222102010035
Mochammad Farhan Ammar 222102010037
Mazda Dinuriyah 222102010034
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, yang
telah memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya berupa rezeki yang masih bisa kita
nikmati dan rasakan pada diri kita hingga saat ini.
Setelah melalui beberapa riset mengenai sumber-sumber refrensi yang akan
kami ambil untuk dijadikan sebagai sumber dari pada makalah ini, yang insyaAllah
akan membahas terkait “Hukum Keluarga Dalam Pandangan Istishan”. Dan
kami akan sangat bahagia sekiranya para pembaca dapat mengambil manfaat dari
makalah yang telah kami buat. Oleh karena itu, makalah Ushul Fiqh Hukum
Keluarga ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi kami
sendiri yang merangkumnya dari beberapa sumber refrensi yang kami dapatkan.
Hukum berperan penting di lingkungan masyarakat, dimana ada masyarakat
maka disitu pulalah terdapat hukum. Masyarakat sangat rekat dengan hukum dan
tidak akan pernah terpisahkan, terlebih lagi hukum sifatnya adalah dinamis yang
akan berubah dan berkembang menyesuaikan dengan waktu, dan tempatnya.
Kajian terkait pengetahuan agama islam pada dasarnya membahas dua hal,
yant pertama apa yang harus diyakini oleh umat islam dala kehidupannya itulah
yang disebut dengan iman dan yang kedua tentang apa yang akan diamalkan dalam
kehidupannya, itulah yang disebut dengan ilmu syariah. Lalu bagaimana cara dan
usaha dalak menghasilkan materi yang akan diamalkan setiap hari sebagai seorang
pemeluk agana islam. Maka dari itu lahirlah teori ushul fiwh yang menjadi landasan
teori dalam ilmu fiqh yang tidak dapat terpisahkan dari ilmu agama islam, oleh
karena itu perlunya kita memepelajari Ushul Fiqh agar dapat memahamai
keberlakuan hukum di tengah-tengah suatu masyarakat pada daerah tertentu.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, aammiinnn...
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
ii
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Heri Mahfudhi Dan M. Kholis Arrosid, “Teori Adat Dalam Qowaid Fiqhiyah Dan Penerapanya
Dalam Hukum Keluarga Islam,” Familia: Jurnal Hukum Keluarga 2, No. 2 (31 Desember 2021):
59, Https://Doi.Org/10.24239/Familia.V2i2.28.
1
Selama ini yang dilakukan oleh sejumlah peneliti adalah sebagai
berikut: Pertama permasalahan yang berkaitan dengan pembahasan istihsan
1. Secara terminologi Abdul Wahab Khakaf memberikan defini bahwa
istishan adalah berpindahhnya seorang mujtahid dari ketentuan
qiyas jali kepada qiyas khafi atau ketentuam hukum kulli kepada
ketentuan hukum yang sifatnya istima’i karena adanya kesalahan
memahami dalil yang memungkinkan memenangkan perpindahan
itu.2
2. Menurut Imam al Ghazalii meyatakan bahwa istishan adalah dallil
yang tertolak, karen aistishan merupan suatu upaya seorang
mujtahid yang menduga-diga dengan akalnya, melihat kepada
situasi dan kondisi.3
3. Dalam pandangan al Sarakhsi istishan adalah suatu usaha
mendapatkan yang terbaik untuk diikuti bagi suatu masalah yang
diperhitungkan untuk dilaksanakan.4
2
Achamad Lubabul Chadziq, “Istihsan Dan Implementasinya Dalam Pemetapan Hukum Islam,”
Miyah : Jurnal Studi Islam 15, No. 2 (2 Agustus 2019): 338–39,
Https://Doi.Org/10.33754/Miyah.V15i2.192.
3
Wardatun Nabilah, Arifki Budia Warman, Dan Nurul ’Aini Octavia, “Istihsan Dalam Literatur
Syafi’iyah (Telaah Istihsan Dalam Kitab Al-Mustaṣfa Al-Ghazali),” Juris (Jurnal Ilmiah Syariah)
20, No. 1 (21 Juni 2021): 78–87, Https://Doi.Org/10.31958/Juris.V20i1.3323.
4
Arif Nur’aini Dan Muttaqin Muhammad Ngizzul, “Istihsan Sebagai Metode Istimbath Hukum
Imam Hanafi Dan Relevansinya Dalam Pengembangan Ekonomi Syariah,” Tribakti: Jurnal
Pemikiran Keislaman 31, No. 1 (13 Januari 2020): 5–6,
Https://Doi.Org/10.33367/Tribakti.V31i1.957.
5
Tedy Sudrajat, “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak Sebagai Hak Asasi Manusia Dalam
Perspektif Sistem Hukum Keluarga Di Indonesia,” Kanun Jurnal Ilmu Hukum 13, No. 2 (1 Agustus
2011): 111–12.
2
2. Hukum keluarga memiliki posisi penting dalam diskursus kajian
hukum islam, hal ini disebabkan oleh pemahaman yang menyatakan
bahwa hukum keluarga merupakan gerbang utama dalam memasuki
ketentuan hukum-hukun selanjutnya.6
3. Hukum keluarga merupakan suatu hukum yang membahas terkait
didalamnya hukum perkawainan, perceraian, waris, wasiat, dan
hibbah.7
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian hendak melanjutkan
pembahasan implementasi istihsan dalam hukum keluarga Islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan pembahasan
D. Metode penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka (library
research) dimana penelitian yang menekankan pada penelusuran dan
penelaahan sumbersumber tertulis dan bahan bacaan lain yang ada
kaitannya dengan tema yang dibahas untuk selanjutnya dikaji dan
ditelaah secara mendalam.
2. Pendekatan Penelitian
6
Lilis Hidayati Yuli Astutik Dan Muhammad Ngizzul Muttaqin, “Positifikasi Hukum Keluarga Di
Dunia Muslim Melalui Pembaharuan Hukum Keluarga: Hukum Keluarga Islam,” Islamika : Jurnal
Ilmu-Ilmu Keislaman 20, No. 01 (30 Juli 2020): 55–57,
Https://Doi.Org/10.32939/Islamika.V20i01.562.
7
Bani Syarif Maula, “Kajian Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah Dengan Pendekatan Maqasid Al-Syari’ah,”
Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam 8, No. 2 (12 Desember 2014): 5–11,
Https://Doi.Org/10.24090/Mnh.V8i2.410.
3
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan historis
konseptual (Conseptual Approach) yang berdasarkan dari pandangan-
pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam hukum.
4. Analisis Data
Analisis data merupakan satu cara yang dipakai untuk menganalisis,
mempelajari serta mengelola data tertentu sehingga dapat diambil suatu
kesimpulan yang konkrit tentang persoalan yang diteliti. Dalam
menganalisis data, penyusun menggunakan cara deduksi yaitu analisis
yang berkaitan dari norma yang bersifat umum, kemudian ditarik
menjadi kesimpulan yang bersifat khusus. Terlebih dahulu dilakukan
pengkajian atas data yang telah dikumpulkan, baik secara definitif
maupun prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan
teori-teori yang ada, penyusun berusaha menganalisis dan merumuskan
secara spesifik.
Data Model analisis berfokus pada data atau informasi terkait
metode istishan khususnya pada dinamika seputas hukum keluarga dan
seperti apa contoh implemetasi metode istishan dalam penerapannya
pada hukum keluarga. Adapun alur penelitian dalam tulisan ini yakni
dengan menampilkan terlebih dahulu pengertian istishan, kemudian
apakah istishan dijadikan sebagai hujjah, dan yang terakhir seperti apa
implemetasi istishan pada konsep hukum keluarga islam.
4
E. Tujuan Penulisan
5
BABII
PEMBAHASAN
8
Eka Sakti Habibullah, “Pandangan Imam Abu Hanifah Dan Imam Syafi’i Tentang Al-Istihsan,”
Al-Mashlahah Jurnal Hukum Islam Dan Pranata Sosial 4, No. 07 (2016): 4–9,
Https://Doi.Org/10.30868/Am.V4i07.156.
6
2. Pengecualian sebagai hukum kulli 9 dengan dalil, seperti transaksi
online, karena:
a. Berdasarkan istishan
Diperbolehkannya transaksi yang sifatnya masih belum
diketahui detailnya, karena alasan transasksi seperti itu saat ini
menjadi suatu kebutuhan yang sering dilakukan oelh masyarakat
dan sudah menjadi suatu yang umum dan menjadi ‘Urf
(kebiasaan).10
b. Berdasarkan dalil Kulli
Syari’at melarang transaksi yang memiliki unsur ketidak
jelasan dari segi apapun, ataupun tidak ada pada waktu akad
sedang dilakukan. Yang menjadikan tidak terlihat oleh kedua
belah pihak seperti apa suatu objek yang sedang dijadikan suatu
transaksi terebut, karena termasuk gharar.11
9
Yati Nurhayati, “Posisi Agama Dalam Ranah Politik Di Indonesia,” Al-Adl : Jurnal Hukum 5, No.
9 (1 Januari 2013), Https://Doi.Org/10.31602/Al-Adl.V5i9.186.
10
Darliana Darliana Dkk., “Pembaharuan Hukum Islam Di Indonesia (Pendekatan Metode
Istihsan),” Jurnal Al-Ahkam: Jurnal Hukum Pidana Islam 4, No. 1 (30 Maret 2022): 4–11,
Https://Doi.Org/10.47435/Al-Ahkam.V4i1.851.
11
Achamad Lubabul Chadziq, “Istihsan Dan Implementasinya Dalam Pemetapan Hukum Islam,”
Miyah : Jurnal Studi Islam 15, No. 2 (2 Agustus 2019): 338–39,
Https://Doi.Org/10.33754/Miyah.V15i2.192.
7
َ ِّْى الَّذِّينَ يَ ْست َِّمعُونَ ْالقَو َل فَيَتَّبِّعُونَ أَح
ُسنَه َ فَبَش ِّْر ِّعبَاد
Artinya:
“Berilah kabar gembira kepada hemba-hambaku yang
mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik
diantaranya..”(QS.az Zumar:18).12
b. Firman Allah Subhanahu Wata’ala:
ي ُِّر ْيد ُ ِّب ُك ُم ْاليُس َْر َو ََلي ُِّر ْيد ُ ِّب ُك ُم ْالعُس َْر
Artinya:
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu...”(QS. al Baqarah:185)13
c. Hadits Nabi Shallallhu Alaihi Wasallam:
َسنًا فَ ُه َو ِّع ْندَ هللاِّ ُحسْن َ مآ َرآهُ ْال ُم ْس ِّل ُمونَ َح
Artinya:
“Sesuatu yang dipandang baik oleh umat islam, maka ia
dihadapan Allah juga baik"(HR. Ahman ibn Hambal).
12
“Surat Az-Zumar Ayat 18: Arab, Latin, Terjemah Dan Tafsir Lengkap | Quran Nu Online,”
Diakses 1 Maret 2024, Https://Quran.Nu.Or.Id/Az-Zumar/18.
13
“Surat Al-Baqarah Ayat 185: Arab, Latin, Terjemah Dan Tafsir Lengkap | Quran Nu Online,”
Diakses 1 Maret 2024, Https://Quran.Nu.Or.Id/Al-Baqarah/185.
8
menghindari mudharat yang akan ditimbulkan, namu sekali ditegaskan
bahawa istishan bukanlah suatu metode hukum yang hanya berdasarkan
ra’yu semata, melainkan berpindahnya suatu ketentuan hukum dari satu
dalil ke dalil yang lebih kuat kandungannya.
سو َل َو أ ُ ْو ِّلى ْاْل َ ْم ِّر ِّم ْن ُك ْم فَإ ِّ ْن تَنَازَ ْعت ُ ْم فِّ ْي َّ يَا أَيُّ َها الَّ ِّذيْنَ آ َمنُوا أ َ ِّط ْيعُوا هللاَ َوأ َ ِّط ْيعُوا
ُ الر
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taailah
Rasul-Nya, dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu
berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (al Qur’an) dan Rasul (Sunnah-Nya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian (QS, an
Nisa’:59)14
b. Tidak boleh membuat sebuah hukum kecuali dengan nash atau
dengan yang diqiyashkan dengan nash, karena hal tersebut
berarti membuat hukum syara’ dengan keingin hawa nafsu,
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
َوأ َ ِّن احْ ُك ْم بِّ ْينَ ُه ْم ِّب َما أ َ ْنزَ َل هللاُ َو ََلتَتَبِّ ْع أَ ْه َوائ َ ُهم
Artinya:
14
“Surat An-Nisa’ Ayat 59: Arab, Latin, Terjemah Dan Tafsir Lengkap | Quran Nu Online,” Diakses
1 Maret 2024, Https://Quran.Nu.Or.Id/An-Nisa'/59.
9
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka...(QS. al Maidah:49).15
c. Sesungguhnya Nabi Muhhammad Shallaallahu Alaihi
Wasallam, tidak pernah berfatwa dengan menggunakan istishan,
aka tetapi belia menunggu hingga wahyu turun, walaupun
sekiranya dia beristishan itu adalah benar, karena beliau
berbicara bukan karena kehendak hawa nafsu.
d. Istishan itu dasarnya adalah akal, akal itu ada yang pintar dan
ada juga yang bodoh. Kalau sekiranya seseorang boleh
beristishan, berarti setiap orang boleh menetapkan hukum
syara’ yang baru untuk dirinya sendiri.
Sedangkan hukum yang ditetapkan berdasarkan apa yang dianggap
baik oleh mujtahid adalah hukm buatan manusia dan bukan hukum syar’i.
Demikian dua pendapat para ulama dalam menyikapi kehujjahan
menggunakan istishan dalam fiqh islam, yang dikuat dengan dalil-dalil dan
argumentasi mereka masing-masing.16
15
“Surat Al-Ma’idah Ayat 49: Arab, Latin, Terjemah Dan Tafsir Lengkap | Quran Nu Online,”
Diakses 1 Maret 2024, Https://Quran.Nu.Or.Id/Al-Ma'idah/49.
16
Chadziq, “Istihsan Dan Implementasinya Dalam Pemetapan Hukum Islam,” 340–44.
17
Darliana Darliana Dkk., “Pembaharuan Hukum Islam Di Indonesia (Pendekatan Metode
Istihsan),” Jurnal Al-Ahkam: Jurnal Hukum Pidana Islam 4, No. 1 (30 Maret 2022): 1–14,
Https://Doi.Org/10.47435/Al-Ahkam.V4i1.851.
10
Jika tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa salah satu dari
anak-anak tersebut telah meninggal sebelum waris
dibagikan, maka secara hukum mereka dianggap masih
hidup dan berhak atas bagian warisan mereka.
2. Istihsan Bi An-Nas
Istihsan yang didasarkan atas ayat maupun hadits.
Maksudnya ialah, terdapat ayat maupun hadits yang
menjelaskan tentang hukum atas persoalan yang berbeda
dengan aturan umum.
Contoh: dalam persoalan waqaf adalah ketika seseorang
menetapkan tanahnya untuk digunakan sebagai masjid. Jika
tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa tujuan awal waqaf
tersebut telah berubah atau tidak berlaku lagi, maka tanah
tersebut akan tetap dianggap sebagai waqaf dan harus
digunakan sesuai dengan keinginan awal pemiliknya.
3. Istihsan Bi Al-‘Urf
Sesuatu yang didasarkan atas adat kebiasaan yang
berlakau secara umum.18
Contoh:dalam pernikahan adalah penggunaan
perjanjian pra-nikah di beberapa masyarakat Islam.
Meskipun tidak secara jelas diatur dalam teks hukum Islam,
perjanjian pra-nikah dapat disesuaikan dengan kebiasaan dan
norma masyarakat untuk menetapkan hak dan kewajiban
antara pasangan yang akan menikah.
18
Syarifah Gustiawati Mukri, Harisah Harisah, Dan Aliyeva Patimat Shapiulayevna, “Revitalization
Of Istihsan Bi Al ’Urfi In Sharia Financing: Fatwa Study 2010-2018,” Journal Of Islamic Economic
Laws 6, No. 1 (6 Maret 2023): 1–12, Https://Doi.Org/10.23917/Jisel.V6i1.17436.
11
4. Istishan Bi Ad Dhoruroh
Suatu keadaan darurat yang menyebabkan seorang
mujtahid tidak memberlakukan kaedah kulli(umum) atau
qiyas.19
Contoh: menghukumi sucinya air sumur atau kolam
air yang kejatuhan najis dengan cara menguras airnya.
5. Istishan Bi al Mushlahah Al Mursalah
Engecualikan ketentuan hukum yang berlaku umum
berdasarkan kemashlahatan, dengan memberlakukan
ketentuan lain yang memenuhi prinsip kemaslahatan.20
Contoh: Kebolehan dokter dalam melihat aurat
ajnaby (aurat orang lain) karena faktor kemaslahatan dalam
pengobatan.
6. Istishan Bi Al Qiyas Khofi
Adanya perbedaan huhkum karena asal dan cabang yang
memperngaruhi qiyas21
Misalnya dalam masalah wakaf lahan pertanian. Menurut
ketentuan qiyas jali (qiyas yang nyata), wakaf ini sama
dengan jual beli, karena pemilik lahan telah menggugurkan
hak miliknya melalui pemindah tanganan lahan tersebut.
Oleh sebab itu, hak orang lain untuk mengalirkan air ke lahan
pertaniannya ke tanah tersebut tidak termasuk dalam akad
wakaf itu, kecuali jika dinyatakan dalam akad.
19
Ari Nugraha, “Analisis Kaidah Istihsan Bi Al-Darurah Wa Al-Urf Terhadap Praktik
Pengembalian Uang Sisa Pembelian Dengan Barang (Studi Kasus Di Indomaret Sukanagalih Kec.
Pacet Kab. Cianjur),” Muawadah Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 3, No. 1 (1 Maret 2024),
Https://Jurnal.Stisnu.Ac.Id/Index.Php/Muawadah/Article/View/32.
20
Darliana Darliana Dkk., “Pembaharuan Hukum Islam Di Indonesia (Pendekatan Metode
Istihsan),” Jurnal Al-Ahkam: Jurnal Hukum Pidana Islam 4, No. 1 (30 Maret 2022): 1–14,
Https://Doi.Org/10.47435/Al-Ahkam.V4i1.851.
21
Afthon Yazid, “The Discovery Of Islamic Law With The Turas Books: Method Development,”
Maqashid Jurnal Hukum Islam 6, No. 2 (7 November 2023): 1–15,
Https://Doi.Org/10.35897/Maqashid.V6i2.1153.
12
BABIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
14
2018.” Journal of Islamic Economic Laws 6, no. 1 (6 Maret 2023): 1–12.
https://doi.org/10.23917/jisel.v6i1.17436.
Nabilah, Wardatun, Arifki Budia Warman, dan Nurul ’Aini Octavia. “ISTIHSAN
DALAM LITERATUR SYAFI’IYAH (Telaah Istihsan dalam Kitab Al-Mustaṣfa
Al-Ghazali).” JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah) 20, no. 1 (21 Juni 2021): 77–89.
https://doi.org/10.31958/juris.v20i1.3323.
Sudrajat, Tedy. “Perlindungan Hukum terhadap Hak Anak sebagai Hak Asasi
Manusia dalam Perspektif Sistem Hukum Keluarga di Indonesia.” Kanun Jurnal
Ilmu Hukum 13, no. 2 (1 Agustus 2011): 111–32.
“Surat Al-Baqarah Ayat 185: Arab, Latin, Terjemah Dan Tafsir Lengkap | Quran
NU Online.” Diakses 1 Maret 2024. https://quran.nu.or.id/al-baqarah/185.
“Surat Al-Ma’idah Ayat 49: Arab, Latin, Terjemah Dan Tafsir Lengkap | Quran NU
Online.” Diakses 1 Maret 2024. https://quran.nu.or.id/al-ma'idah/49.
“Surat An-Nisa’ Ayat 59: Arab, Latin, Terjemah Dan Tafsir Lengkap | Quran NU
Online.” Diakses 1 Maret 2024. https://quran.nu.or.id/an-nisa'/59.
“Surat Az-Zumar Ayat 18: Arab, Latin, Terjemah Dan Tafsir Lengkap | Quran NU
Online.” Diakses 1 Maret 2024. https://quran.nu.or.id/az-zumar/18.
15