Tutorial Skenario 2 Hidung Meler

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 101

HIDUNG MELER

Kelompok 3B
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia
2016
Tujuan Pembelajaran
• Diagnosis rhinitis alergi
• Penatalaksanaan rhinitis alergi
• Komplikasi & prognosis rhinitis alergi
• Anatomi, histologi, fisiologi hidung
• Definisi & klasifikasi rhinitis
• Etiologi & faktor resiko rhinitis alergi
• Patogenesis rhinitis alergi
• Patofisiologi rhinitis alergi
DIAGNOSIS RHINITIS ALERGI
Anamnesis
Anamnesis
Identitas Nama: - perempuan
Jenis kelamin: - 21th
Umur:
Alamat:
Pekerjaan:
Status perkawinan:
Agama:
Suku:
Keluhan Utama Apa yang anda keluhkan? - Pilek

Onset Sudah berapa lama pileknya? - (intermitten): Kurang dari 4


hari/minggu atau kurang dari 4
minggu
- (persisten/menetap): lebih dari
4 hari/minggu
Kronologis Apakah ibu/bpk bisa ceritakan
awal mulanya mengalami
keluhan tersebut?
Kualitas -Bagaimana konsistensi & warna dari • Sekret encer, jernih
sekret hidung tersebut? (encer, seperti air
kental, nanah atau bercampur darah)
- Apakah sekret keluar pada waktu
tertentu misalnya pada musim
hujan?
- Apakah sekretnya berbau?
Kuantitas - Apakah jumlah sekretnya banyak? • jumlahnya banyak

memperingan - Apa yang anda lakukan untuk


mengurangi keluhan?
- Anda sudah minum obat? Jika ya,
obat apa? Bagaimana yang dirasakan
sekarang?
Memperberat Apa keluhannya mengganggu • Ringan (tidak ada
aktivitas harian (bersantai, mengganggu aktivitas)
berolahraga, belajar, gangguan • Sedang- berat ( terdapat
tidur)? 1 atau lebih gangguan
aktivitas)
Keluhan lain Ada keluhan lain? • Hidung & mata gatal
• Bersin- bersin
• Hidung tersumbat
Tinjauan sistem - Apakah ada sakit kepala, demam,
batuk?
-Apakah ada gangguan di telinga?
- Apakah ada nyeri tenggorokan?
- Apakah ada sesak napas?

Riwayat penyakit - Apa pernah mengalami keluhan


dahulu seperti ini?
- Adakah sebelumnya riwayat kontak
dengan bahan alergen (debu, tepung
sari, bulu binatang, pemakaian obat
tetes hidung)?
- Apakah ada riwayat alergi?
Riwayat penyakit -Apa di keluarga ada yang mempunyai • ya, ibu nya memiliki
keluarga riwayat atopik? (asma, alergi) riwayat asma (skenario)

Riwayat kebiasaan -Apakah anda punya kebiasaan


pasien menggosok hidung dengan punggung
tangan jika hidungnya gatal?
- Apa anda memelihara binatang?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hidung
Inspeksi Apakah bentuk hidung normal?
(simetris/ asimetris, bentuk saddle
nose)

Palpasi Nilai adakah:


• nyeri tekan
• krepitasi pada tulang hidung

Pemeriksaan dengan Nilai adakah:


menggunakan alat bantu • sekret, perdarahan, penyumbatan
(spekulum) • adakah deviasi septum
• adakah benda asing
Allergic Allergic Allergic
Shinner Salute Crease
Rinoskopi Anterior
Pemeriksaan Penunjang dan DD
Rhinitis Alergi
By: Dhanes 
Pemeriksaan Penunjang
• Eosinofil sekret hidung
• Eosinofil dalam darah tepi
• Kadar IgE spesifik
• Tes kulit
Eosinofil Sekret Hidung
• Merupakan indikator yang sensitive untuk
membedakan rhinitis alergi
• Tidak dapat menentukan allergen penyebab
• Eosinofilia:
– Pada anak: >4%
– Pada dewasa: >10%

Atkins D, Leung DYM. Diagnosis of Allergic Disease. Philadelphia: Saunders;


2004.h.747-751
Munasir Z. Buku Ajar Alergi – Imunologi Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2007.h.465-80
Eosinofil Darah Tepi
• Dilakukan untuk menunjang diagnosis
• Eosinofilia apabila jumlah eosinofil darah >450
eosinophil/µl

Atkins D, Leung DYM. Diagnosis of Allergic Disease. Philadelphia: Saunders;


2004.h.747-751
Munasir Z. Buku Ajar Alergi – Imunologi Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2007.h.465-80
Kadar IgE
• Peningkatan kadar IgE serum didapatkan
pada peyakit alergi
• Pemeriksaan IgE spesifik bisa dilakukan
dedngan metode Radio Allergosorbent Test
(RAST)
• Hasil uji RAST tidak dipengaruhi oleh obat
maupun kelainan kulit
Atkins D, Leung DYM. Diagnosis of Allergic Disease. Philadelphia: Saunders;
2004.h.747-751
Munasir Z. Buku Ajar Alergi – Imunologi Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2007.h.465-80
Leung DYM. Diagnososis and Treatment of Allergic Disease. Missouri. 2003.h.233-51
Uji Kulit
• Skin Prick Test / Tes Tusuk:
1. Tempat uji kulit yang paling baik adalah pada daerah volar
lengan bawah dengan jarak sedikitnya 2 sentimeter dari
lipat siku dan pergelangan tangan.
2. Biaya bervariasi dari murah-mahal tergantung banyak
faktor
3. Alergen yang dites terbatas jumlahnya
4. Tidak dapat dilakukan pada anak dibawah 2 thn
5. Pasien yang dites harus bebas gejala alergi dan bebas dari
obat alergi sedikitnya 10 hari
6. Tidak efektif untuk allergen makanan / reaksi lambat
7. Setelah tes ditunggu sekitar 30 menit sampai timbul reaksi
8. Tidak dapat dilakukan pada pasien dengan infeksi kulit
9. Efek samping dari ringan sampai berat
Atkins D, Leung DYM. Diagnosis of Allergic Disease. Philadelphia: Saunders;
2004.h.747-751
Munasir Z. Buku Ajar Alergi – Imunologi Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2007.h.465-80
Leung DYM. Diagnososis and Treatment of Allergic Disease. Missouri. 2003.h.233-51
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS RHINITIS
ALERGI
RINITIS AKUT RINITIS VASOMOTOR RINITIS
MEDIKAMENTOSA
ETIOLOGI Infeksi akut virus, bakteri Gangguan vasomotor Rinitis akut berulang, obat
untuk pencegahan infeksi karena bertambahnya –obatan baik lokal
menyebar ke organ vital aktifitas parasimpatis (neosynephrine dan
seperti paru-paru kokain) maupun sistemik
(influenza) (beta blocker, aspirin,
morfin), atau efek
rebound

GEJALA KLINIK Rinore, bersin – bersin, Hidung tersumbat, rinore Hidung tersumbat
hidung buntu, demam, mukus atau serous,
sakit kepala gejala memburuk
disertai perubahan suhu
yang ekstrim, udara
lembab, asap rokok

Gambaran khas Sekret hidung mula – Udem mukosa hidung, Mukosa udem, hiperemi,
mula encer dan banyak konka merah gelap atau hipertrofi
kemudian mukoid dang merah tua, sekret
lengket mukoid sedikit

TEST KULIT NEGATIF NEGATIF NEGATIF/POSITIF


PENATALAKSANAAN
Pengobatan Rhinitis Alergi dilakukan dalam 3
langkah:
I. Farmakologi
II. Non-Farmakoterapi
III. Immunoterapi
I. Penatalaksanaan Farmakologi
Menggunakan obat untuk mengurangi gejala :
1. Antihistamine
2. Decongestant
3. Intranasal corticostreroid (INS)
4. Cromolyn Sodium
5. Lpratropium bromida
1. Antihistamine
• Lini pertama pengobatan alergi
• Diabsorpsi dan dimetabolisme di hepar
• 1st gen : berefek sedatif, durasi aksi pendek
(chlorpheniramine, diphenhydramine)
• 2nd gen : tidak berefek sedatif, durasi aksi
panjang (cetrizine, loratadine)
• 3rd gen : tidak berefek sedatif, durasi aksi lebih
panjang (levocetrizine, desloratadine)
Macam-Macam Antihistamine
2. Decongestant
• Golongan simpatomimetik yang beraksi pada
reseptor adrenergik pada mukosa hidung
untuk menyebabkan vasokonstriksi,
menciutkan mukosa yang membengkak, dan
memperbaiki pernafasan.
• Penggunaan agen topikal yang lama (lebih dari
3-5 hari) dapat menyebabkan rinitis
medikamentosa, di mana hidung kembali
tersumbat akibat vasodilatasi perifer.
Obat Decongestant Topikal
3. Intranasal Corticostreroid (INS)
• Menghambat respon alergi fase awal maupun
fase lambat
• Efek utama pada mukosa hidung :
1.Mengurangi inflamasi dengan memblok pelepasan
mediator
2. Menekan kemotaksis neutrofil
3. Mengurangi edema intrasel
4. Menyebabkan vasokonstriksi ringan
5. Menghambat reaksi fase lambat yang diperantarai
oleh sel mast
3. Intranasal Corticostreroid (INS)
• Efek samping : bersin, perih pada mukosa
hidung, sakit kepala, epistaxis, dan infeksi
Candida albicans.
• Respon puncak umumnya tercapai dalam 2- 3
minggu. Dosis kemudian dapat diturunkan jika
sudah tercapai respon yang diinginkan.
4. Cromolyn Sodium
• Suatu penstabil sel mast
yang mencegah
degranulasi sel mast dan
pelepasan mediator,
termasuk histamin.
• Bentuk semprotan hidung
untuk mencegah dan
mengobati rinitis alergi.
• Efek samping : iritasi lokal
(bersin dan rasa perih
pada membran mukosa
hidung)
5. Ipratropium Bromida
• Merupakan agen
antikolinergik berbentuk
semprotan hidung.
• Tersedia dalam bentuk
larutan dengan kadar
0,03%, diberikan dalam 2
kali semprotan (42 mg) 2- 3
kali sehari.
• Efek sampingnya ringan,
meliputi sakit kepala,
epistaxis, dan hidung terasa
kering.
II. Penatalaksanaan Non
Farmakologi
• Satu-satunya terapi tanpa obat untuk alergi
adalah menghindari pencetus alergi.
Penderita dan keluarganya diberikan
pendidikan untuk mampu mengenali pemicu
alergi karena sifatnya sangat individual dan
alergi sangat sulit disembuhkan, hanya
mampu dijaga agar tidak muncul. Pengenalan
pemicu ini sangat penting dalam penanganan
reaksi anafilaksis khususnya karena dengan
menghindari pemicu, kematian dapat
terhindarkan.
• 1. Alergi bulu hewan
– Tidak memelihara hewan
– Keluarkan binatang dari dalam rumah
– Jauhkan dari perabotan berlapis kain
– Rajin memandikan binatang
• 2. Alergi Polen
– Tinggal dalam rumah saat hari berangin atau
memakai masker
• 3. Alergi tungau debu
– Bersihkan debu dengan penghisap debu
– Lindungi tempat tidur dengan pelindung anti
tungau
– Jagalah agar benda berbahan tekstil tetap bersih
– Turunkan kelembapan ruangan
III. Immunoterapi
Badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan
pemberian imunoterapi dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Imunoterapi sebagai terapi tambahan selain menghindari
pajanan alergen dan sebagai pengobatan pasien rhinitis
yang diinduksi alergen
2. Imunoterapi harus dimulai sejak dini untuk mengurangi
risiko efek samping dan untuk mencegah perkembangan
penyakit menjadi lebih berat.

Argumen untuk melakukan imunoterapi adalah sebagai berikut :


1. Respon terhadap farmakoterapi tidak maksimal
2. Terjadi efek samping obat
3. Penolakan tatalaksana dengan menggunakan farmakoterapi
Cara kerja :
1. Larutan alergen yang sangat encer (1:100.000
sampai 1:1000.000.000 b/v) diberikan 1 – 2 kali
seminggu.
2. Konsentrasi kemudian ditingkatkan sampai
tercapai dosis yang dapat ditoleransi.
3. Dosis ini kemudian dipertahankan setiap 2-6
minggu, tergantung pada respon klinik.
4. Terapi dilakukan sampai pasien dapat
mentoleransi alergen pada dosis yang umumnya
dijumpai pada paparan alergen.
Parameter efektifitas ditunjukkan dengan :
1. Berkurangnya produksi IgE
2. Meningkatnya produksi IgG
3. Perubahan pada limfosit T
4. Berkurangnya pelepasan mediator dari sel
yang tersensitisasi
5. Berkurangnya sensitivitas jaringan terhadap
alergen.
Komplikasi Rinitis Alergi
Polip Hidung

• kelainan selaput permukaan hidung berupa massa lunak yang bertangkai


berbentuk bulat dan lonjong, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan
licin dan agak bening.

Otitis media
• inflamasi akibat alergi dapat berkontribusi terhadap otitis media terutama dengan
efusi dengan menyumbat jalur masuk tuba Eustachius

Sinusitis paranasal
• Teradi akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa
yangmenyebabkan sumbatan ostia sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan
tekananudara rongga sinus.
Disfungsi tuba
• Disfungsi tuba pada rhinitis alergi disebabkan oleh terjadinya sumbatan
tuba.Sumbatan inilah yang menyebabkan proteksi, drainase dan
ventilasi/aeresi telingatengah (kavum timpani) terganggu.
Prognosis
• Secara umum prognosis pasien dengan rhinitis
alergi tanpa komplikasi yang respon dengan
pengobatan memiliki prognosis baik.
• Pasien diketahui terdapat alergi serbuk sari,
maka rhinitis alergi biasa terjadi musiman.
• Prognosis sulit diprediksi pada anak-anak
dengan penyakit sinusitis dan telinga berulang
• Prognosis juga dipengaruhi kekebalan tubuh
pasien.
ANATOMI
Hidung
Kerangka Hidung
Tulang pada hidung
Rongga Hidung
• Rongga hidung = kavum nasi
• - dibagi dua oleh septum nasi di garis median
• • Batas-batas :
• - atap : lamina kribosa tulang etmoid
• bagian anterior dibentuk oleh tulang frontal posterior dibentuk
oleh tulang sfenoid
• keluar ujung syaraf olfaktorius menuju mukosa yang melapisi
bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial konka sup :
regio olfaktoria
• - anterior : nares
• - posterior : koane
• - lateral : konka nasi dan meatus nasi
Rongga Hidung
Dinding lateral hidung
Perdarahan pada hidung
Perdarahan pada hidung
Persarafan pada hidung
Sinus Paranasal
HISTOLOGI
Permukaan luar hidung
• Kulit , tdd :
kel. Sebasea
kel. Sudorifera
folikel rambut
• Rambut kaku dan kasar  menapis
benda2 kasar
• Vestibulum nasi, merupakan rongga,
dilapisi epitel berlapis gepeng bertanduk,
pada vestibulum ke arah dalam menjadi
epitel berlapis gepeng tidak bertanduk
Mukosa Hidung
Mukosa hidung terdiri dari
• Palut lendir (mucous blanket),
• epitel kolumnar berlapis semu bersilia,
• membrana basalis,
• lamina propria yang terdiri dari lapisan
subepitelial, lapisan media dan lapisan
kelenjar profunda
Mukosa Hidung
• Rongga Hidung :
– Mukosa pernapasan/respiratori : epitel torak
berlapis semu + silia + sel goblet
– Mukosa penghidu/olfaktori : epitel torak berlapis
semu + sel penunjang + sel basal + sel reseptor
penghidu/olfaktoris
Gambar : Kiri : Potongan melalui Konka nasalis superior ( panah) terlihat mukosa olfaktoria
(O) dan mukosa respiratoris (r), mukosa olfaktoria lebih tebal dengan epitel yang lebih tinggi
dan kelenjar, saraf dan sinus venosus di dalam lamina propria 35x Kanan : Pembesaran
kuat dengan epitel olfaktoria di atas dan epitel respirasi di bawah. Panah menunjukkan
Konka nasalis superior. 175x
13.186

Mukosa Olfaktorius
dan Konka Superior
13.186

Mukosa Olfaktorius:
Daerah Transisi
13.186

Mukosa Olfaktorius:
Daerah Transisi
Sinus paranasal
• Merupakan ronga2 berisi udara yang
terdapat didalam tulang2 tengkorak
• Terdapat empat sinus :
 Sinus maksilaris
 Sinus frontalis
 Sinus etmoidalis
 Sinus sfenoid
Sinus paranasal
Epitel sinus paranasalis merupakan
kelanjutan epitel hidung dan epitel
bertingkat silindris bersilia

Lamina propria lebih tipis dan mengandung


sedikit kelenjar dan tidak mengandung
jaringan erektil

Lapisan terdalam bersatu dengan


periosteum
FISIOLOGI PENGHIDU
Fisiologi Penghidu
• Syarat satu bahan dapat
dibaui,
– Cukup mudah menjadi
gas --> molekul dapat
masuk ke hidung
– Cukup mudah larut
dalam air --> molekul
larut dalam mukus
– Larut dalam lemak
Mekanisme Perangsangan Reseptor
Penghidu
Melalui udara inspirasi sel reseptor akan terangsang
oleh partikel kecil yang berasal dari zat (Harum)

Area olfaktoria

Zat dilarutkan oleh sekret/mukus
Kmd diabsorpsi oleh reseptor

Depolarisasi

Potensial Reseptor
Transduksi Olfaktorius
Jaras Olfaktorius
Jaras Olfaktorius
Definisi dan Klasifikasi Rinitis
Definisi
• Rhinitis is defined as inflammation of the
nasal membranes and is characterized by a
symptom complex that consists of any
combination of the following: sneezing, nasal
congestion, nasal itching, and rhinorrhea.
(Medscape)
• Rhinitis adalah peradangan pada membran
mukosa nasal (Kamus Kedokteran Dorland)
Klasifikasi Rinitis
Akut Kronis
1. Rinitis Akut 1. Rinitis Alergi
2. Rinitis Vasomotor
3. Rinitis Hipertropi
4. Rinitis Difteri
5. Rinitis Atropi (ozaena)
6. Rinitis Sifilis
7. Rinitis Tuberkulosis
8. Rinitis karena Jamur
Infectious

Presistent Allergic

Intermitent
Drug-
Classification induced
of Rhinitis

Idiopathic Occupational

Other
Hormonal
Causes

-Word Allergy Organization


Etiologi Rhinitis Alergi
Etiologi
• Rinitis alergi melibatkan interaksi antara
lingkungan dengan predisposisi genetik dalam
perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan
herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis
alergi (Adams, Boies, Higler, 1997)
• Berbagai pemicu yang bisa berperan dan
memperberat adalah beberapa faktor nonspesifik
diantaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma
yang kuat atau merangsang dan perubahan cuaca
(Becker, 1994).
Adams, George L. Boies: buku ajar penyakit THT (Boeis
fundamentals of otolaryngology). Edisi ke-6. Jakarta:
EGC, hal; 174, 240-247, 1997.
Berdasarkan cara masuknya allergen
Menurut Kaplan 2003 :
• Alergen Inhalan
• Alergen Ingestan
• Alergen Injektan
• Alergen Kontaktan

Adams, George L. Boies: buku ajar penyakit THT (Boeis


fundamentals of otolaryngology). Edisi ke-6. Jakarta: EGC, hal;
174, 240-247, 1997.
• Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan
udara pernafasan, misalnya debu rumah,
tungau, serpihan epitel dari bulu binatang
serta jamur. Adams, George
L. Boies: buku
ajar penyakit
THT (Boeis
fundamentals
of
otolaryngology).
Edisi ke-6.
Jakarta: EGC,
hal; 174, 240-
247, 1997.
• Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran
cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur,
coklat, dan udang.

Adams, George L.
Boies: buku ajar
penyakit THT (Boeis
fundamentals of
otolaryngology).
Edisi ke-6. Jakarta:
EGC, hal; 174, 240-
247, 1997.
• Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan
atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan
lebah.

Adams, George L.
Boies: buku ajar
penyakit THT
(Boeis
fundamentals of
otolaryngology).
Edisi ke-6. Jakarta:
EGC, hal; 174, 240-
247, 1997.
• Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak
dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya
bahan kosmetik atau perhiasan

Adams, George L. Boies: buku ajar penyakit


THT (Boeis fundamentals of otolaryngology).
Edisi ke-6. Jakarta: EGC, hal; 174, 240-247,
1997.
Faktor Resiko
Faktor Resiko Rinitis Alergi
Anak yang lahir dari keluarga dengan riwayat atopi
cenderung menderita penyakit alergi (risiko alergi
50% sampai 80%) bila dibandingkan dengan anak
tanpa riwayat atopi keluarga (risiko alergi 20%).
Sebuah studi melaporkan insidensi penyakit atopi
pada anak tanpa riwayat atopi keluarga sebesar
10%, bila salah satu orangtua menderita penyakit
atopi sebesar 20%, dan bila dijumpai riwayat atopi
pada kedua orangtua meningkat menjadi 42%
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38
024/4/chapter%20II.pdf
Penelitian terhadap 1456 bayi baru lahir di
Inggris menunjukkan kadar IgE tali pusat
menurun seiring dengan meningkatnya jumlah
kelahiran. Peningkatan IgE tali pusat yang diukur
saat lahir dapat meningkatkan prevalensi
sensitisasi alergi pada usia 4 tahun.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
38024/4/chapter%20II.pdf
Adanya dugaan bahwa imunisasi akan
meningkatkan kejadian alergi, baik melalui
pengaruh terhadap rendahnya paparan infeksi
maupun efek langsung perangsangan IgE oleh
vaksin. Namun, dua penelitian skala besar yang
dilakukan di Inggris (penelitian kohort tahun 1999
dengan jumlah sampel 9500 anak yang lahir pada
awal 1990-an) dan penelitian di Swedia (jumlah
sampel 9829 anak) tidak menemukan adanya
hubungan antara vaksinasi pertusis terhadap
kejadian asma dan atopi pada anak

http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/38024/4/chapter%20II.pdf
Paparan lingkungan pedesaan
Paparan lingkungan berhubungan dengan
kejadian atopi. Sebuah penelitian di Quebec
pada 1199 anak sekolah mendapatkan bahwa
anak yang dibesarkan pada lingkungan ladang
atau pedesaan semasa kecilnya memiliki risiko
asma lebih kecil (OR 0.59; IK 95% 0.37 sampai
0.95) dan kejadian atopi yang lebih rendah (OR
0.58; IK 95% 0.46 sampai 0.75) dibandingkan
dengan sampel lainnya.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38024
/4/chapter%20II.pdf
PATOGENESIS
Sensitasi
Sensitasi (2)
Ditangkap Antigen →
Allergen Antigen Fragmen
Presenting Cell pendek peptida

Dipresentasi ke Bentuk
Gabung dengan
sel T-helper kompleks MHC
HLA kelas II
(Th0) kelas II

Th2 memproduksi
Th0 → Aktivasi Proliferasi → Th1
IL-3, IL-4, IL-5, IL-
oleh Sitokin (IL-1) dan Th2
13
Sensitasi (3)
IL-4 & IL-13 diikat
Produksi IgE Limfosit B Aktif di permukaan
limfosit B

IgE disirkulasi Diikat di Sel mediator


darah → permukaan Sel (Mastosit &
masuk jar. ikat Mediator Basofil) aktif

Bila terpapar antigen spesifik lagi…

Provokasi
Reaksi Alergi Fase Lambat

Sel Mastosit → Lepas molekul kemotaktik → Akumulasi


sel Eosinofil & Neutrofil di jar. Target → berlanjut →
mencapai puncak dalam 6-8 jam

• ↑ jumlah & jenis sel inflamasi (eosinofil, limfosit, neutrofil,


basofil & mastosit) di mukosa hidung
• ↑ Sitokin [IL-3, IL-4, IL-5, GMCSF (Granulocyte Macrophage
Colony Stimulating Factor) & ICAM 1] pada sekret hidung
• Eosinofil & mediator inflamasi dari granul (ECP, EDP, MBP, EPO)
menyebabkan timbul gejala Hiperreaktif dan Hiperresponsif
Patofisiologi

Rhinitis alergi
Mukosa
IgE mengikat
tersensitisasi
alergen
terpapar alergen

Terlepas Terjadi
mediator kimia degranulasi sel
(histamin,prostaglandin,leuk
rotien,sitokin,bradikinin) mast dan basofil

Histamin
Merangsang Bersin-bersin
Histamin reseptor H1 di dan Hidung
ujung N. Vidianus Gatal

Hipersekresi
↑ Permeabilitas
mukus yang
cepat dan
& Kapiler
banyak

Rhinoroe
Vasodilatasi
Histamin
sunisoid

Edema mukosa
cavum nasi

Hipersekresi
mukus yang
Hidung
cepat dan
tersumbat
banyak
Gatal pada Menggosok Muncul garis Allergic
hidung hidung horizontal salute/crease
Kongesti Vasodilatasi
Lingkaran hitam
nasal/hidung pembuluh darah
(allergic shiner)
tersumbat disekitar mata

Anda mungkin juga menyukai