KDK Rhinitis Alergika

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

KEDOKTERAN KELUARGA
PENDEKATAN KEDOKTERAN
KELUARGA
PADA NEONATUS DENGAN
RHINITIS ALERGIKA

Pembimbing : dr. Dea Amarilisa A., M.Kes


PENDAHULUAN
TUJUAN KHUSUS
MANFAAT
Tinjauan Pustaka
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan
oleh alergi pada pasien yang atopi yang sebelumnya
sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi
paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.1

Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and Its


Impact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada
hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal
dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen
yang diperantarai oleh IgE.1
Patogenesis
Klasifikasi
Berdasarkan sifat berlangsungnya rinitis alergi
Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis).
Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial).

Berdasarkan WHO Initiative ARIA, rinitis alergi berdasarkan sifat


berlangsungnya
Intermitten (kadang-kadang): bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang
dari 4 minggu.
Persisten/ menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu.

Tingkat berat ringannya penyakit


Ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan akivitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.
Sedang-berat bila terdapat salah satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada rinitis Awitan gejala timbul
alergi : cepat setelah paparan
bersin berulang pada pagi allergen dapat berupa
hari bersin, mata atau
keluar ingus (rinore) yang palatum yang gatal berair,
encer dan banyak rinore, hidung gatal,
hidung tersumbat, hidung hidung tersumbat
dan mata gatal yang
kadang-kadang disertai
dengan banyak keluar air
mata (lakrimasi).
Diagnosis
Anamnesa: Pemeriksaan Fisik:
Pada rinoskopi anterior tampak
serangan bersin yang berulang.
mukosa edema basah, berwarna
keluar ingus (rinore) yang encer dan pucat atau livid disertai adanya
banyak secret encer yang banyak. Bila
hidung tersumbat gejala persisten, mukosa inferior
hidung dan mata gatal, tampak hipertofi.
banyak keluar air mata (lakrimasi) Bayangan gelap di daerah bawah
mata yang terjadi karena stasis vena
Riwayat penyakit alergi dalam
sekunder akibat obstruksi hidung.
keluarga perlu ditanyakan. Gejala ini disebut allergic shiner.
Pasien juga perlu ditanya gangguan Menggosok-gosok hidung
alergi selain yang menyerang mengakibatkan timbulnya garis
hidung, seperti asma, eczema, melintang di dorsum nasi bagian
urtikaria, atau sensitivitas obat. sepertiga bawah yang disebut
Keadaan lingkungan kerja allergic crease.
Penatalaksanaan
Menghindari kontak dengan alergen
Medikamentosa
Antihistamin yang dipakai adalah antagonis
histamin H-1 yang bekerja secara inhibitor
kompetitif pada reseptor H-1 sel target.
Laporan Hasil
Kunjungan
IDENTITAS PASIEN

Nama : By. Angela Rusdiana


Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 5 bulan
Alamat : Desa Madyocondro RT 01 RW 03
Sandangsari, Kecamatan Secang,
Kabupaten Magelang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Belum sekolah
Suku : Jawa
Kunjungan Puskesmas : 11 April 2017
Kunjungan Rumah : 12 April 2017
Aloanamnesis
(Selasa, 12-04-2017)
Keluhan Utama :
Pilek sejak kurang lebih 3 hari yang lalu.
RPS:
Pasien datang ke Puskesmas Secang I diantar oleh ibunya dengan
keluhan pilek sejak 5 hari yang lalu. Pilek terjadi terutaama saat pagi hari
dan malam hari. Pilek disertai dengan bersin-bersin dan keluar hingus.
Menurut ibu pasien, hingus yang keluar berwarna bening, cair, tidak
berwarna kuning kehijauan. Pilek yang dialami pasien tanpa disertai
dengan batuk, demam, sesak napas. Sebelumnya pasien pernah
mengalami keluhan serupa sekitar 2 bulan yang lalu, akan tetapi hingus
berwarna kehijauan dan sembuh setelah diberikan obat yang beli di
apotek. Pasien dan keluarganya baru 2 bulan menempati rumah yang
didiami saat ini, sebelumnya, pasien dan keluarganya tinggal di Kota Solo.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat sakit yang serupa : Diakui, kurang lebih 2 bulan yang
lalu.
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat rawat inap : Disangkal
Riwayat kelahiran : Pasien lahir spontan, BBL 3500
gram
Riwayat tumbuh kembang : Pada saat pasien berusia 5 bulan
pertama kehidupan, KMS menunjukkan bahwa pasien memiliki
berat badan diatas garis merah dan sehat.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran / KU: Compos mentis / Tampak Sakit Ringan
Tanda vital: RR : 24x/menit
Nadi : 120 x/menit
Suhu : 36,6C
a. Kepala : Normocephali
b. Mata : Conjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterik -/-,
Mata cekung -/
c. Telinga : Normotia, serumen -/-, sekret -/-
d. Hidung : Sekret kering (+/+)
e. Mulut : Bibir kering (+), mukosa lembab (-), sianosis (-)
f. Tenggorok : Faring hiperemis (-)
g. Leher : Pembesaran KGB (-)
h. Thoraks :
1) Cor
Inspeksi : Iktus cordis tak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial Linea Midclavikularis
Sinistra
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II Normal, murmur (-), gallop (-),
2) Pulmo
Inspeksi : Normochest, Gerak dinding dada simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler,ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
i. Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel,turgor < 2
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

Dignosis Kerja :
Diagnosis : Rhinitis Alergika

Rencana Penatalaksanaan
Medikamentosa
-
Non Medikamentosa

Edukasi mengenai rhinitis alergi.


Edukasi agar pasien sering dibawa menghirup udara
segar pada pagi hari dan bayi diberi pakaian hangat
Memandikan pasien dengan air hangat.
Menghidari faktor resiko terjadinya alergi.
Kondisi Pasien
Dari hasil kunjungan ke rumah pasien pada tanggal 12 April
2017 didapatkan keterangan bahwa keadaan pasien agak
membaik setelah melakukan anjuran dari dokter puskesmas.
Faktor pendukung :
Pasien dibawa pergi menghirup udara segar pagi hari dan dimandikan
dengan air hangat sesuai anjuran dokter, pasien dapat beristirahat sesuai
jadwalnya.
Faktor penghambat :
Tidak ada
Indikator keberhasilan :
Hingus yang keluar berkurang dibandingkan sebelun diperiksakan ke
dokter.
Kondisi Rumah
Karakteristik Demografi
Keluarga
Kedudukan
No Nama JK Umur (th) Pendidikan Pekerjaan Keterangan
dalam Keluarga

Kepala
1. Tn. Heman L 30 SMP Buruh Sehat
Keluarga

Pembantu
2. Ny. Dewi Istri P 33 SMA Sehat
Rumah Tangga

3. An. Putri Anak P 3 Belum sekolah - Sehat

4. By. Angela Anak P 5 bulan Belum sekolah - Rhinitis Alergi


Komponen APGAR
Kompon Indikator Hampir Kadang-kadang (1) Sering/
en tidak selalu (2)
pernah (0)

Adaptati Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga


on saya bila saya menghadapi masalah

.
Partners Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
hip saya membahas dan membagi masalah dengan
saya.

Growth Saya puas dengan cara keluarga saya menerima


dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru.

Affectio Saya puas dengan cara keluarga saya


n mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

Resolve Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya


membagi waktu bersama-sama

Skor 8
total
Family Screem
Komponen Sumberdaya Interpretasi
Social Pasien selalu mempunyai waktu berkumpul dan Pasien aktif bersosialisasi dengan sekitar dan memiliki banyak teman
bersosialisasi dengan anggota keluarga dan di lingkungan rumahnya
masyarakat lain seperti biasanya.

Culture Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, Dari kecil sudah ditanamkan oleh orang tua pasien tentang
dapat dilihat pada pergaulan mereka yang masih kebudayaan yang dianut dan untuk diterapkan.
menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-
hari.
Religion Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran Untuk kegiatan ibadah masih dalam bimbingan orang tua
agama, ketaatan ibadah cukup baik.

Economy Penghasilan ayah dan ibu, sebulan cukup untuk Walaupun pekerjaan ayah sebagai buruh serabutan dan ibu sebagai
memenuhi kebutuhan hidup, terutama kebutuhan pembantu rumah tangga.
pokok keluarga.

Education Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini Pendidikan terakhir kedua orang tua adalah SMP dan SMA, maka dari
kurang, dimana pendidikan terakhir adalah SMP dan itu dapat dsiimpulkan bahwa tingkat pendidikan keluarga ini kurang.
SMA. Pasien dapat belajar dari tetangga atau keluarga lainnya.

Medical Keluarga ini memiliki asuransi kesehatan Pasien dan keluarganya merupakan anggota BPJS sehingga
jika ia dan keluarganya sakit, menggunakan BPJS.
Family Lifeline
Tahun Usia Peristiwa Severity Of Illness

2017 4 bulan Berpisah dengan Pasien belum mengerti


sang kakak, karena tentang arti perpisahan
harus mengikuti dengan seseorang dan
kedua orang tua belum dapat mengerti
pindah ke Magelang. rasa kehilangan.
Sedangkan kakaknya
tinggal dengan
neneknya yang
berdomisili di Solo.
Diagnosis Fungsi Keluarga
Fungsi Biologis
Pilek sejak 5 hari yang lalu, pilek pada pagi dan sore hari, membaik jika
siang hari. Hingus berwarna bening, pilek tidak disertai demam, batuk,
sesak napas. Berdasarkan alloanamnesa ibu pasien, psien tetap ceria
seperti biasanya, tidak ada perubahan dalam jumlah menyusui dan dapat
tidur dengan nyenyak.
Fungsi Psikologis
Hubungan dengan tiap anggota keluarga baik.
Hubungan dengan tetangga (teman-teman) rumah baik.
Fungsi Ekonomi
Perekonomian keluarga cukup sehingga kebutuhan juga dapat terpenuhi.
Fungsi Pendidikan
Ayah adalah tamatan SMP dan ibu pasien adalah tamatan SMA.
Fungsi Religius dan Fungsi Sosial Budaya
Dapat bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar dengan baik.

Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi


Masalah yang berhubungan dengan keluarga diselesaikan dengan
musyawarah.

Faktor Perilaku
Pasien lebih sering berada di dalam kamar dan di tempat kerja ibunya
sebagai Pembantu Rumah Tangga.

Faktor Non Perilaku


Sarana pelayanan kesehatan dekat dengan rumah.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kesehatan Dalam Keluarga
Pembinaan Dan Hasil Kegiatan
Tanggal Kegiatan yang dilakukan Keluarga yang Hasil kegiatan
terlibat
11 April Edukasi mengenai Ibu pasien Ibu pasien memahami
2017 penyakit rhinitis alergi yang penjelasan yang
meliputi, faktor risiko, diberikan.
rencana pengobatan
komplikasi dan
pencegahan.

12 April Edukasi mengenai perilaku Ibu pasien Ibu pasien memahami


2017 hidup sehat diantaranya bagaimana mencegah
adalah tentang rhinitis berulang pada
membersihkan lingkungan, pasien.
mencegah rhinitis
berulang.
Diagnostik Holistik
Aspek Personal
Alasan kedatangan :
Pasien datang berobat ke puskesmas karena pasien mengeluhkan pilek
selama 5 hari yang tak kunjung membaik.
Harapan :
Pasien maupun keluarga pasien memiliki harapan agar pasien dapat
sembuh dan sehat seperti sebelumnya.

Aspek Klinis
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik disimpulkan
sebagai berikut :
Diagnosis kerja : Rhinitis Alergi
Diagnosis banding : -
Aspek Internal
Genetik : Tidak terdapat faktor genetik dalam keluhan yang
dialami pasien.
Pola makan : Pola makan pasien yang belum memenuhi pola makan
untuk seumurnya. Pasien diberikan ASI dan telah diberikan makanan
tambahan sejak berusia 4 bulan..
Kebiasaan : -.

Aspek Eksternal
Faktor pendukung kesehatan pasien yang berasal dari keluarga ialah
adanya dukungan dari keluarga (Ayah dan Ibu) dalam mengupayakan
kesehatan pasien.

Derajat Fungsional
Menurut skala pasien termasuk derajat 4 dimana pasien tidak bekerja
dan masih tergantung pada keluarga.
Komprehensif Pengelolaan
Pasien Dan Keluarga
Promotif
Pencegahan yang dilakukan terhadap pasien diberikan dalam bentuk mengedukasi
orang tua pasien agar rutin membesihkan kamar, membersihkan lemari dan pakaian,
serta membawa pasien menghirup udara segar setiap pagi dan mengenakan pakaian
yang hangat untuk menghidari paparan udara dingin.
Preventif
Edukasi dan penyuluhan mengenai rhinitis alergi kepada ibu pasien. mulai dari definisi,
penyebab, faktor risiko, pencegahan, cara mengobati, dan komplikasinya. Selain tentang
rhinitis alergi, dijelaskan juga mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
Kuratif
Pelayanan pengobatan yang dilakukan pasien ke puskesmas merupakan upaya pasien
untuk mengobati rhinitis alergi. karena pasien tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan
gejala alergi berat, maka tidak diberikan antibiotik atau obat alergi, sehingga hanya
dilakukan edukasi mengenai penyakit pasien serta cara pencegahan kekambuhan.
Rehabilitatif
-
Prinsip Kedokteran Keluarga
1. Holistic care
Rhinitis alergika pada bayi berusia 5 bulan dengan tingkat pengetahuan keluarga yang
kurang terhadap penyakitnya, terdapat masalah ekonomi, terdapat masalah faktor resiko
pola hidup, fungsi keluarga sehat, dan terdapat masalah terhadap rumah sehat.
2. Comprehensive care
Promotif
Istirahat yang cukup
ASI eksklusif
Menggunakan pakaian yang lebih hangat disaat mengajak bayi keluar rumah pada pagi
dan sore hari
Memperhatikan kebersihan baik dari higienitas diri, pakaian, dan tempat tinggal
Preventif
Edukasi mengenai rhinitis alergika kepada pasien dan keluarganya, mulai dari definisi,
penyebab, pencegahan, pengobatan dan pengertian jika pasien perlu istirahat serta
menghidari pajanan terhadap zat ataupun kondisi yang bersifat alergen/menyebabkan
alergi
Kuratif
Pada pasien ini belum ada terapi medikamentosa yang diberikan karena
penyakit yang diderita pasien bersifat alergi dan dapat dicegah dengan
menghindari pajanan terhadap zat yang bersifat alergen
Rehabilitatif
Tidak ada.

3. Personal Care
Pasien (ibu pasien) telah diberikan pelayanan yang memberikan kesempatan
bagi pasien untuk bertanya, mendapat informasi tentang penyakit yang sedang
dialami serta pasien dapat menyalurkan perasaan, ide, harapan terhadap
penyakit.

4. Continuing care
Pasien telah mendapatkan pelayanan home visit untuk melihat perkembangan
kesehatan dan penyakit dari pasien serta untuk melihat faktor-faktor kebiasaan
dan perilaku sehari-hari yang terkait dengan penyakit.
5. Patient Centered, Family Focused and Community Oriented
Pada pasien untuk manajemen diri pasien telah melibatkan ibu pasien.

6. Emphasis of Preventive Medicine


Pencegahan supaya tidak terjadi komplikasi dengan melaksanakan instruksi
dari dokter puskesmas dan kontrol untuk melihat perkembangan kesehatan
dari pasien dan terdapat pula harapan keluarga pasien agar pasien sembuh.
Namun dari segi perilaku, pasien rentan mengalami sakit karena pasien selalu
ikut dengan ibu pasien bekerja sebaga pembantu.

7. Colaborative and Coordinate Care


Untuk penanganan pasien telah dilakukan diantaranya adalah dokter

8. Patient Advocacy
Pada ibu pasien telah dijelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan,
penjelasan penyakit secara rinci sesuai dengan kebutuhan pasien.
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil binaan keluarga ini adalah didapatkannya
pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan cukup baik

Sikap seluruh anggota keluarga yang kooperatif sehingga


mempunyai keinginan untuk mengubah perilaku yang tidak baik
bagi kesehatan

Faktor penyulit yaitu biaya yang masih kurang sehingga keluarga


bertempat tinggal di kos dengan fasilitas ala kadarnya. Selain itu,
kondisi bayi yang selalu dibawa oleh ibunya ke tempat kerja
Saran
Bagi Keluarga Binaan
Agar dilakukan pemantauan dan pembinaan yang
berkesinambungan terhadap pasien
Meningkatkan peran dari seluruh anggota keluarga dalam
penatalaksanaan dan dukungan terhadap pasien
.
Bagi Puskesmas
Sistem penatalaksanaan pasien secara paripurna dengan
pendekatan kedokteran keluarga.
Tersedianya sarana yang memadai untuk pengelolaan pasien
dengan pendekatan kedokteran keluarga.
Sistem pemberian informasi yang jelas dan komprehensif yang
ditujukan pada pasien dan keluarganya.
Daftar Pustaka
1. Irawati, N., Kasakeyan, E., Rusmono, N. Rinitis Alergi. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telonga Hidung Tenggorok Kepala Leher
Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2007; 128-134.
2. Sudiro, M., Madiadipoera, T., Purwanto, B. Eosinofil Kerokan Mukosa Hidung Sebagai Diagnostik Rinitis Alergi. MKB volume 42 No
1; 2010. hslm 6-11.
3. Sheikh, J. Allergic Rhinitis. Available from: http://emedicine.medscape. com/article/134825. [Accessed 18 April 2017].
4. Gordon dan Le Richt (1950) : teori ekologi untuk menjelaskan peristiwa penyakit. Dalam Gan GL, Azwar A, Wonodirekso S. 2004. A
Primer on Family Medicine Practice. Singapore International Foundation . Penang Road.
5. Adams, G., Boies, L R., Higler, P A. Penyakit Hidung. Dalam : Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi keenam. Jakarta: EGC; 1997;
210-218.
6. Snow, J B., Ballenger, J J. Allergic Rhinitis. In: Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery Edition 9 th. Spain: BC
Decker; 2003; 708-731.
7. Dhingra, PL. Allergic Rhinitis. In : Disease of Ear, Nose and Throat fourth edition. Elsevier. 157-159.
8. Mabry, R., Marple, B. Allergic Rhinitis. In:Cummings Otolaryngologi Head Neck Surgery Fourth Edition. USA: Elsevier. 2005; 982-
988.
9. Pasha, R. Allergy and Rhinitis. In: Otolaryngolongy Head and Neck Surgery Clinical Reference Giude. Singular Thomson Learning;
28-33.
10. Karya, I W., Aziz, A., Rahardjo S P., Djufri, N I. Pengaruh Rinitis Alergi (ARIA WHO 2001) terhadap Gangguan Fungsi Ventilasi Tuba
Eustachius. Cermin Dunia Kedokteran 166 volume 37 (7). 2008; 405-410.
11. Snell, R S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: EGC. 2006; 803-805.
12. ARIA. ARIA At A Glance Pocket Reference 2007 1 st Edition. 2007.
13. Plaut, M., Valentine, M D. Allergic Rhinitis. The New England Journal of Medicine 353;18. 2005; 1934-1943.
14. Harsono, Ariyanto, Endaryato, Anang. Rinitis Alergika. Diunduh dari :
http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-bfxu225.htm . [Diakses 18
April 2017].
15. National Library of Medicine. Allergic Rhinitis. Diunduh dari : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000813.htm . [Diakses
18 April 2017].
Dokumentasi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai