Klasifikasi Tanah Nasional 4

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 70

SISTEM KLASIFIKASI TANAH NASIONAL

Kuliah IVTgl 3 Maret 2021

KONSEP DASAR KLASIFIKASI TANAH NASIONAL


Pendekatan Morfogenesis
Konsepsi dasar membangun sistem klasifikasi tanah pada awalnya lebih ditujukan untuk keperluan pertanian dalam arti luas. Namun akhir-
akhir ini klasifikasi tanah tidak hanya untuk pertanian tetapi juga untuk tujuan non-pertanian, antara lain untuk perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan jalan dan bangunan gedung (engineering),pemukiman, septic tank, bahan tambang, bahan industri, dan lain-
lain. Sistem klasifikasi tanah nasional yang dibangun harus sederhana, bermanfaat bagi masyarakat luas, mudah dipahami dan
dipraktekkan oleh para pengguna. Hal lain yang sangat penting adalah bahwa semua jenis tanah yang ada di Indonesia dapat ditampung
dalam system tersebut.
Sistem klasifikasi tanah nasional disusun dengan penyempurnaan system klasifikasi tanah yang relah dikembangkan sebelumnya di
Indonesia. Sistem ini disusun menggunakan pendekatan semi-morfometrik, yaitu peralihan dari morfogenesis ke morfometrik.

Perkembangan Morfologi Tanah


Berdasarkan bahan induk pembentuknya, tanah dibedakan atas dua kelompok besar, yaitu tanah organik (tanah
gambut) dan tanah mineral. Tanah organik dapat dibedakan lebih rinci berdasarkan tingkat dekomposisi atau
kematangannya. Sedangkan tanah mineral dibedakan berdasarkan tingkat perkembangannya menurut susunan horison
yang terbentuk, terbagi atas: (1) Tanah-tanah yang belum berkembang, memiliki susunan horison (A)R dan atau A-C,
dan (2) Tanah-tanah yang sudah berkembang,
memiliki susunan horison lengkap A-B-C atau A-E-B-C.
Klasifikasi tanah nasional ditetapkan berdasarkan sifat-sifat horison penciri (diagnostic horizon). Sifat penciri
dapat diukur dan diamati secara kualitatif dari sifat morfologi tanah di lapangan, dan secara kuantitatif dari hasil
analisis tanah di laboratorium.

Tata nama tanah terbagi dalam dua tingkatan/kategori, yaitu Jenis Tanah dan Macam Tanah. Nama-nama Jenis
Tanah mengacu pada sistem klasifikasi Dudal dan Soepraptohardjo (1957) dengan sedikit modifikasi dan
penambahan yang disesuaikan dengan perkembangan klasifikasi tanah dunia. Sedangkan pada tingkat/kategori
Macam Tanah menggunakan warna tanah pada horison penciri bawah (B-warna). Hasil kajian beberapa peneliti
menyimpulkan bahwa pada tanah-tanah tertentu penggunaan warna tanah pada Macam Tanah kurang
mencerminkan karakteristik dan potensi tanah yang sesungguhnya. Sebagai contoh, warna tanah merah
mencerminkan sifat Oxisols yang telah mengalami perkembangan lanjut, tetapi pada tanah Mediteran warna
merah tidak mencerminkan sifat perkembangan lanjut. Oleh karena itu Suhardjo dan Soepraptohardjo (1981)
menggunakan nama-nama atau istilah dari sifat atau horizon penciri dari Sistem Taksonomi Tanah USDA dan
atau Unit Tanah FAO/UNESCO. Sifatsifat tersebut tetap dilanjutkan dipakai dalam klasifikasi tanah nasional
dengan berbagai revisi dan penyesuaian.
Gambar 1. Hierarki penetapan klasifikasi tanah nasional
Horison Penciri
Horison penciri yang digunakan dalam penetapan klasifikasi tanah terdiri dari horison A (horison atas,
epipedon) dan horison B (horison bawah permukaan). Horison A merupakan lapisan tanah permukaan setebal 25
cm atau kurang, berwarna lebih gelap dibanding horison di bawahnya, dan banyak dipengaruhi oleh aktivitas
biologi. Beberapa epipedon yang umum ditemukan dan memiliki sifat-sifat penciri sebagai berikut:
• Okrik : Ketebalan ≤ 18 cm atau berwarna cerah (value/chroma > 3).
• Umbrik : Ketebalan ≥ 18 cm, berwarna gelap (value/chroma ≤ 3), kadar C organik > 2,5%, atau ≥ 0,6% lebih
tinggi dari horison C, dan Kejenuhan Basa (KB) <50%.
• Molik : Ketebalan ≥18 cm, berwarna gelap (value/chroma ≤ 3), kadar C organik ≥ 2,5% atau ≥ 0,6% lebih
tinggi dari horison C, dan KB ≥ 50%.
• Histik : Bahan tanah organik dengan ketebalan 20-60 cm, mengandung ≥ 75% serat-serat spagnum atau
ketebalan 20-60 cm dan berat volume (lembab) < 0,1 gr/cm3, atau ketebalan 20-40 cm; atau horison Ap
dengan ketebalan sampai 25 cm, kadar C organik ≥16% jika kadar liat > 60%, atau ≥ 8% tanpa kadar
liat, atau 8 ditambah (persentase liat dibagi 7,5) persen atau lebih jika fraksi liat kurang dari 60%.
Horison B merupakan lapisan di bawah epipedon, ketebalan 25 cm atau lebih dan memiliki sifat-sifat penciri sebagai berikut:
• Kambik : Tidak mempunyai kenaikan liat secara nyata, dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) liat > 16 cmol(+)/kg.
• Oksik : Ketebalan ≥ 30 cm, tidak mempunyai kenaikan liat secara nyata, KTK liat ≤ 16 cmol(+)/kg.
• Argilik : - Jika horison A mempunyai kadar liat ≤ 15%, maka kenaikan liat horison B adalah 3% secara absolut
(misal: 10% + 3% = 13%).
- Jika horison A mempunyai kadar liat 15-40%, maka kadar liat horison B adalah 1,2 kali horison A (misal: 30% + 6% =
36%).
- Jika horison A mempunyai kadar liat > 40%, maka kenaikan liat horison B adalah 8% secara absolut (misal: 40% +
8% = 48%).
Natrik : Mengalami akumulasi liat dengan kandungan Na tinggi (≥15%).
Kandik : Mempunyai KTKliat < 16 cmol(+)/kg, dan KTK efektif ≤ 12 cmol(+)/kg, dan memiliki salah satu dari sifat- sifat
berikut:
- Jika horison A mempunyai kadar liat ≤ 20%, maka kenaikan liat horison B adalah 4% secara absolut (misal: 20% +
4% = 24%).
- Jika horison A mempunyai kadar liat 20-40%, maka kadar liat horison B adalah 1,2 kali horison A (misal: 30% + 6%
= 36%).
- Jika horison A mempunyai kadar liat > 40%, maka kenaikan liat horison B adalah 8% secara absolut (misal: 40% +
8% = 48%).
• Albik : Mengalami pencucian liat dan unsur lainnya dari horison A (eluviasi), warna kelabu putih.
• Sulfurik : Ketebalan ≥ 15 cm, mengandung asam sulfat, pH ≤ 3,5.
• Sulfidik : Ketebalan ≥ 15 cm, mengandung pirit 1,46%, pH buih (H2O2) < 2,5.
• Spodik : Ketebalan > 2,5 cm tersementasi kontinyu oleh senyawa komplek organikbesi atau organik-
aluminium, berpasir atau berlempung kasar.
• Kalkarik : Mengandung bahan kapur, membuih jika ditetesi larutan HCl 15%.
• Kalsik : Ketebalan ≥ 15 cm, mengandung kalsium karbonat (CaCO3) ≥ 15%, atau ≥5% lebih tinggi dari
horison C.
• Gipsik : Ketebalan ≥ 15 cm, mengandung senyawa gipsum (MgCO3) ≥ 5% lebih tinggi dari horison C.
• Duripan : Tersementasi Si kontinyu secara lateral, padas keras, tidak pecah jika direndam dalam air.
• Fragipan : Ketebalan ≥ 15 cm, horison tersementasi Si, padas tidak keras, pecah jika direndam dalam air.
• Plintik : Mengandung kongkresi dan kerikil besi > 5% berdasarkan volume.
• Vertik : Mempunyai rekahan selebar >1 cm sedalam 50 cm.
• Ortoksik : Mempunyai KTK liat 16 – < 24 cmol(+)/kg.
Struktur Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah nasional disusun mengacu kepada sistem klasifikasi tanah yang telah ada (Suhardjo dan
Soepraptohardjo 1981, Suhardjo et al. 1983) yang merupakan penyempurnaan dari sistem klasifikasi Dudal dan
Soepraptohardjo (1957) dan Soepraptohardjo (1961).
Sistem klasifikasi tanah ini didasarkan pada morfogenesis, bersifat terbuka dan dapat menampung semua jenis
tanah di Indonesia.
Struktur klasifikasi tanah terbagi dalam dua tingkat/kategori, yaitu Jenis Tanah dan Macam Tanah.
Pembagian Jenis Tanah didasarkan pada susunan horison utama penciri, proses pembentukan (genesis) dan sifat
penciri lainnya.
Pada tingkat Macam Tanah digunakan sifat tanah atau horison penciri lainnya.
Tata nama pada tingkat Jenis Tanah lebih dominan menggunakan nama Jenis Tanah yang lama dengan beberapa
penambahan baru. Sedangkan pada tingkat Macam Tanah sepenuhnya menggunakan nama/istilah yang berasal
dari Unit Tanah FAO/UNESCO dan atau Sistem Taksonomi Tanah USDA.
Klasifikasi tanah dilakukan dengan mengikuti kunci penetapan Jenis dan Macam Tanah.
Kunci Jenis Tanah
Kunci penetapan Jenis Tanah berdasarkan pada perkembangan horison tanah dan
sifat penciri lainnya.
Perkembangan Susunan Horison: AR, AC, ABC atau AEBC, dimana:
A (Horison Atas),
E dan B (Horison Bawah),
C (Bahan Induk), dan
R (Batuan Induk).
Sifat penciri tanah lainnya adalah: KTK-liat, Kejenuhan Basa (KB), kenaikan liat,
kandungan C-organik tanah. Pada Jenis Tanah terdapat beberapa perubahan nama dan
penambahan nama baru, yaitu Ranker menjadi Umbrisol, Brunizem menjadi Molisol,
dan menambah atau memunculkan kembali Jenis Tanah Lateritik.
Ringkasan Kunci Penetapan Jenis Tanah
SUSUNAN SIFAT PENCIRI JENIS TANAH
HORISON
A. TANAH ORGANIK
H Bahan organik, ketebalan > 50 cm, kadar C organik > 12% Organosol

B. TANAH MINERAL
I. TANPA PERKEMBANGAN
AR Tanah sangat dangkal (< 25 cm) di atas batuan kukuh Litosol

AC Tanah mempunyai horison A umbrik, ketebalan ≤ 25 cm Umbrisol


Tanah mempunyai horison A molik, dan di bawahnya langsung Renzina
batukapur
SUSUNAN SIFAT PENCIRI JENIS TANAH
HORISON
AC Tanah terbentuk dari bahan endapan muda (aluvium), mempunyai Aluvial
horison penciri A okrik, umbrik, histik, tekstur lebih halus dari
pasir berlempung pada kedalaman 25-100 cm, berlapis-lapis.
AC Tanah bertekstur kasar (pasir, pasir berlempung), mempunyai Regosol
horison A okrik, umbrik atau histik, ketebalan > 25 cm.
AC Tanah mempunyai kadar liat > 30% setebal 50 cm dari permukaan Gromusol
tanah, terdapat rekahan (crack) selebar > 1 cm sampai kedalaman
50 cm dari permukaan tanah, atau bentukan gilgai (micro relief),
bidang kilir atau struktur membaji pada kedalaman 25-100 cm dari
permukaan.
II. DENGAN PERKEMBANGAN
A(B)C Tanah bertekstur kasar (pasir, pasir berlempung) sedalam 50 cm Arenosol
dari permukaan, memiliki horison penciri A okrik, dan horison
bawah mirip B argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi
syarat karena faktor tekstur.
SUSUNAN SIFAT PENCIRI JENIS TANAH
HORISON
ABwC Mempunyai horison A molik atau umbrik di atas horison B kambik, Andosol
pada kedalaman ≥ 35 cm mempunyai satu atau keduanya: (a) bulk
density < 0,90 g/cm3 dan didominasi oleh bahan amorf, (b) >60%
abu volkan atau bahan piroklastik.
ABwC Berkembang dari bahan volkan, kandungan liat ≥ 40%, remah, Latosol
gembur dan warna homogen, penampang tanah dalam, KB< 50%
pada beberapa bagian horison B, mempunyai horison penciri A
okrik, umbrik, atau B kambik, tidak mempunyai plintit dan sifat
vertik.
ABwC Memiliki horison penciri A molik dan KB ≥ 50% di seluruh Molisol
penampang.
ABwC Mempunyai horison B kambik tanpa atau dengan horison A okrik, Kambisol
umbrik atau molik, tanpa gejala hidromorfik sampai kedalaman 50
cm dari permukaan.
SUSUNAN HORISON PENCIRI JENIS TANAH
HORISON
ABgC Mempunyai ciri hidromorfik sampai kedalaman 50 cm dari Gleisol
permukaan; mempunyai horison A okrik, umbrik, histik, dan B
kambik, sulfurik, kalsik atau gipsik.
ABtC Mempunyai horison B argilik dengan kadar liat tinggi dan terdapat Nitosol
penurunan kadar liat < 20% terhadap liat maksimum di dalam
penampang 150 cm dari permukaan, kandungan mineral mudah
lapuk < 10% di dalam 50 cm dari permukaan, tidak mempunyai
plintit, sifat vertik dan ortoksik.
ABtC Mempunyai horison B argilik, KB < 50% pada beberapa bagian Podsolik
horison B di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan dan tidak
mempunyai horison albik yang berbatasan langsung dengan
horison argilik atau fragipan.
ABtC Mempunyai horison B argilik, KB ≥ 50% pada beberapa bagian Mediteran
horison B di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan dan tidak
mempunyai horison albik yang berbatasan langsung dengan
horison argilik atau fragipan.
SUSUNAN SIFAT PENCIRI JENIS TANAH
HORISON
AEBtgC Mempunyai horison E albik di atas horison B argilik atau natrik Planosol
dengan permeabilitas lambat (perubahan tekstur nyata, liat berat,
fragipan) di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan, ciri
hidromorfik sedikitnya di lapisan horison E albik.
ABhsC Mempunyai horison B spodik (padas keras: Fe/Al+humus). Podsol
ABoC Mempunyai horison B oksik (KTK liat<16 cmol(+)/kg) Oksisol
ABcC Mempunyai horison B yang mengandung kadar plintik atau Lateritik
kongkresi besi > 30% (berdasarkan volume) di dalam kedalaman
125 cm dari permukaan tanah.
• Catatan: KTK merupakan kemampuan tanah mempertukarkan kation.

KTK liat = KTK tanah/% liat x 100


Kunci Macam Tanah
Macam Tanah merupakan turunan atau tingkat kedua dari Jenis Tanah, ditetapkan secara berurutan menurut
kunci klasifikasi tanah. Nama Macam Tanah sebagian besar mengambil dari istilah FAO/UNESCO dan
Taksonomi Tanah dengan sedikit modifikasi sesuai perkembangan IPTEK tanah di Indonesia. Kunci penetapan
Macam Tanah secara ringkas disajikan sebagai berikut:.

Susunan Jenis Tanah Sifat Penciri Macam Tanah Macam Tanah


Horison
A. TANAH ORGANIK

H ORGANOSOL Bahan fibrik, serat kasar >75% Organosol Fibrik (Hf)

Bahan hemik, serat kasar 15-75% Organosol Hemik (Hh)

Bahan saprik, serat kasar <15% Organosol Saprik (Hs)

B. TANAH MINERAL

I. TanpaPerkembangan

AR Litosol Tanpa Litosol (I)


AC Umbrisol Tanpa Umbrisol (U)
AC RENZINA Tanpa Renzina (E)
AC Aluvial Ciri hidromorfik (warna kelabu/glei) 50-100 cm dari Aluvial Gleik (Ag)
permukaan,
Mempunyai bahan sulfidik pada kedalaman < 125 cm Aluvial Tionik (At)
dari permukaan
Mempunyai KB< 50% pada kedalaman 25- 100 cm dari Aluvial Humik (Ah)
permukaan, C organik ≥ 12 kg/m3
Tanah berkapur pada kedalaman 20-50 cm dari Aluvial Kalkarik (Ak)
permukaan tanah
Mempunyai KB < 50% pada kedalaman 20- 50 cm dari Aluvial Distrik (Ad)
permukaan tanah
Lainnya, mempunyai KB ≥ 50% Aluvial Eutrik (Ae)
AC Regosol Ciri hidromorfik pada kedalaman 50-100 cm dari Regosol Gleik (Rg)
permukaan
Mempunyai KB < 50% pada kedalaman 25-100 cm dari Regosol Humik (Rh)
permukaan dan C -organik 12 kg/m3
Tanah berkapur pada kedalaman 20-50 cm dari permukaan Regosol Kalkarik (Rk)
Mempunyai KB <50% pada kedalaman 20-50 cm dari Regosol Distrik (Rd)
permukaan
Mempunyai KB ≥ 50% Regosol Eutrik (Re)
AC Gumusol Warna gelap, chroma < 2 dilapisan atas Grumusol Pelik (Vp)
Lainnya Grumusol Kromik (Vc)
Susunan Jenis Tanah Sifat Penciri Macam Tanah Macam Tanah
Horison
II. Dengan Perkembangan
A(B)C ARENOSOL Ciri hidromorfik pada kedalaman 50-100 cm dari Arenosol Gleik (Qg)
permukaan
Memiliki bahan albik Arenosol Albik (Qa)
Terdapat lapisan akumulasi liat tipis (<5 cm) Arenosol Luvik (Ql)
KTK liat < 24 cmol(+)/kg pada horison B Arenosol Oksik (Qx)
Lainnya Arenosol Kambik (Qc)
ABwC ANDOSOL Ciri hidromorfik pada kedalaman 50-100 cm dari permukaan Andosol Gleik (Tg)

Mempunyai horison A molik Andosol Molik (Tm)


Mempunyai horison A umbrik Andosol Umbrik (Tu)
Mempunyai lapisan hitam gelap >30 cm pada kedalaman 25- Andosol Melanik (Tn)
100 cm dari permukaan

Pada kedalaman 25-100 cm mempunyai lapisan hitam gelap Andosol Taptik (Tq)
≥ 10 cm dan Corganik >3%

Mempunyai KB ≥ 50% pada kedalaman 25- 100 cm dari Andosol Eutrik (Te)
permukaan

Mempunyai KB < 50% pada kedalaman 25- 100 cm dari Andosol Distrik (Td)
permukaan
Konsistensi licin (smeary), tekstur lempung berdebu atau Andosol Okrik (To)
lebih halus di dalam penampang 100 cm dari permukaan

Mempunyai kontak litik atau paralitik pada kedalaman 50 cm Andosol Litik (Tl)
dari permukaan
Lainnya Andosol Vitrik (Tv)
ABwC LATOSOL Ciri hidromorfik pada kedalaman 50-100 cm dari permukaan Latosol Gleik (Lg)
Mempunyai horison A umbrik Latosol Umbrik (Lu)
Mempunyai KTK liat < 24 cmol(+)/kg pada horison B Latosol Oksik (Lx)
Warna horison B merah (lebih merah dari 5YR) Latosol Rodik (Lr)
Warna horison B coklat tua sampai merah (hue 7,5 YR atau Latosol Kromik (Lc)
lebih merah)
Lainnya Latosol Haplik (Li)
Susunan Jenis Tanah Sifat Penciri Macam Tanah Macam Tanah
Horison
ABwC MOLISOL Ciri hidromorfik pada kedalaman 50-100 cm dari permukaan Molisol Gleik (Dg)
Mempunyai KTK liat < 24 cmol(+)/kg pada horison B Molisol Oksik (Dx)
Warna horison B merah sampai merah gelap (hue lebih Molisol Rodik (Dr)
merah dari 5YR)
Warna horison B coklat tua sampai merah (hue 7,5 YR atau Molisol Kromik (Dc)
lebih merah)
Lainnya Molisol Haplik (Di)
ABwC KAMBISOL Ciri hidromorfik pada 50-100 cm dari permukaan Kambisol Gleik (Bg)
Memperlihatkan sifat vertik Kambisol Vertik (Bv)
Mempunyai horison kalsik/gipsik, atau konsentrasi hablurkapur Kambisol Kalsik (Bk)
lunak di dalam 125 cm dari permukaan, atau berkapur pada 20-
50 cm dari permukaan.
Mempunyai horison A umbrik atau kadar C organik ≥ 12 kg/m3 Kambisol Humik (Bh)
Mempunyai horison A molik Kambisol Molik (Bm)
Mempunyai KTKliat < 24 cmol(+)/kg pada horison B Kambisol Oksik (Bx)
Warna horison B merah sampai merah gelap (hue lebih merah Kambisol Rodik (Br)
dari 5 YR)
Warna horison B coklat tua sampai merah (hue 7,5 YR atau lebih Kambisol Kromik (Bc)
merah)
Mempunyai kontak litik atau paralitik pada kedalaman 50 cm Kambisol Litik (Bl)
dari permukaan

Mempunyai KB < 50% pada horison B Kambisol Distrik (Bd)


Lainnya, mempunyai KB >50% Kambisol Eutrik (Be)
ABgC GLEISOL Belum matang, berat isi 0,6 gr/cm3, nilai n > 0,7 Gleisol Hidrik (Gw)
Mempunyai horison sulfurik atau bahan sulfidik di dalam 125 cm Gleisol Tionik (Gt)
dari permukaan

Berlapis atau pengendapan berbeda dan kadar bahan organik tak Gleisol Fluvik (Gf)
teratur

Mempunyai plintit di dalam penampang 125 cm dari permukaan Gleisol Plintik (Gp)

Mempunyai horison A molik dengan KB >50% Gleisol Molik (Gm)


Mempunyai horison A umbrik atau histik dengan KB < 50% Gleisol Humik (Gh)
Mempunyai horison kalsik atau gipsik di dalam 125 cm dari Gleisol Kalkarik (Gk)
permukaan atau berkapur pada 20-50 cm dari permukaan
Memperlihatkan ciri-ciri vertik Gleisol Vertik (Gv)
Mempunyai KB< 50% pada 20-50 cm dari permukaan tanah Gleisol Distrik (Gd)
Lainnya, mempunyai KB > 50% Gleisol Eutrik (Ge)
ABtC NITOSOL Mempunyai KB < 50% pada horison B, mempunyai horison A Nitosol Humik (Nh)
umbrik atau kadar C organik ≥ 12 kg/m3ni
Mempunyai horison A molik Nitosol Molik (Nm)
Warna horison B merah sampai merah gelap (hue lebih Nitosol Rodik (Nr)
merah dari 5 YR)
Warna horison B coklat tua sampai merah (hue 7,5 YR atau Nitosol Kromik (Nc)
lebih merah)
Mempunyai KB < 50% pada horison B Nitosol Distrik (Nd)
Lainnya, mempunyai KB > 50% Nitosol Eutrik (Ne)
Mempunyai plintit di dalam 125 cm dari permukaan Nitosol Humik (Nh)
Mempunyai horison A molik Nitosol Molik (Nm)
Warna horison B merah sampai merah gelap (hue lebih Nitosol Rodik (Nr)
merah dari 5 YR)
Warna horison B coklat tua sampai merah (hue 7,5 YR atau Nitosol Kromik (Nc)
lebih merah)
Mempunyai KB < 50% pada horison B Nitosol Distrik (Nd)
Lainnya, mempunyai KB > 50% Nitosol Eutrik (Ne)
ABtC PODSOLIK Mempunyai plintit di dalam 125 cm dari permukaan Podsolik Plintik (Pp)

Ciri hidromorfik di dalam 50 cm dari permukaan Podsolik Gleik (Pg)


Mempunyai horison A umbrik atau kadar C -organik ≥ 12 Podsolik Humik (Ph)
kg/m3
Mempunyai KTK liat < 16 cmol(+)/kg pada horison B Podsolik Kandik (Pk)
Mempunyai KTK liat 16 – <24 cmol(+)/kg pada horison B Podsolik Ortoksik (Px)
Warna horison B merah sampai merah gelap (hue lebih Podsolik Rodik (Pr)
merah dari 5 YR)
Warna horison B coklat tua sampai merah (hue 7,5 YR atau Podsolik Kromik (Pc)
lebih merah)
Mempunyai kontak litik atau paralitik pada kedalaman 50 Podsolik Litik (Pl)
cm dari permukaan
Lainnya Podsolik Haplik (Pi)
ABtC MEDITERAN Mempunyai plintik di dalam 125 cm dari permukaan Mediteran Plintik (Mp)
Ciri hidromorfik di dalam 50 cm dari permukaan Mediteran Gleik (Mg)
Memperlihatkan ciri-ciri vertik Mediteran Vertik (Mv)
Mempunyai horison kalsik atau konsentrasi hablur kapur Mediteran Kalsik (Mk)
lunak di dalam 125 cm dari permukaan tanah
Mempunyai horison A molik atau kadar C Mediteran Molik (Mm)
organik 12 kg/m3
Mempunyai KTK-liat < 24 cmol(+)/kg pada Mediteran Ortoksik (Mx)
horison B

Warna horison B merah sampai merah gelap (hue lebih Mediteran Rodik (Mr)
merah dari 5 YR)

Warna horison B coklat tua sampai merah (hue 7,5 YR atau Mediteran Kromik (Mc)
lebih merah)

Mempunyai kontak litik atau paralitik pada kedalaman 50 Mediteran Litik (Ml)
cm dari permukaan

Lainnya Mediteran Haplik (Mi)


ABtgC PLANOSOL Mempunyai kadar Na > 6% dalam komplek pertukaran Planosol Solodik (Ws)
kation dari horizon berpermeabilitas lambat
Mempunyai horison A molik dengan KB >50% Planosol Molik (Wm)
Mempunyai horison A umbrik atau histik dengan KB < 50% Planosol Humik (Wh)
Mempunyai KB < 50% pada lapisan berpermeabilitas Planosol Distrik (Wd)
lambat di dalam 125 cm dari permukaan
Lainnya, mempunyai KB > 50% Planosol Eutrik (We)
ABsC PODSOL Mempunyai lapisan berkadar besi tipis memadas di dalam Podsol Plasik (Zp)
atau di atas horison B spodik
Ciri hidromorfik di dalam 50 cm dari permukaan Podsol Gleik (Zg)
Mempunyai A umbrik atau horison B mengandung bahan Podsol Humik (Zh)
organik hasil disperse dan kadar besi bebas kurang
Perbandingan kadar besi bebas dan karbon ≥ 6 pada semua Podsol Ferik (Zf)
horison B bagian bawah
Mempunyai horison E albik atau hanya tipis ≤ 2 cm dan Podsol Leptik (Zl)
terputus-putus; pada horison B bagian bawah tidak ada
perkayaan karbon
Lainnya Podsol Ortik (Zo)
ABoC OKSISOL Mempunyai plintit di dalam 125 cm dari permukaan Oksisol Plintik (Op)
Ciri hidromorfik di dalam 50 cm dari permukaan Oksisol Gleik (Og)
Mempunyai KB < 50% pada horison B, dan horison A umbrik Oksisol Humik (Oh)
atau kadar C organik ≥ 12 kg/m3
Mempunyai KTKliat (NH4Cl) ≤ 1,5 cmol(+)/kg pada horison B Oksisol Akrik (Oa)
di dalam 125 cm dari permukaan
Mempunyai KB ≥ 35% di dalam 125 cm dari permukaan Oksisol Eutrik (Oe)
Warna horison B merah sampai merah tua (hue lebih merah Oksisol Rodik (Or)
dari 5 YR)
Warna horison B coklat tua sampai merah (hue 7,5 YR atau Oksisol Kromik (Oc)
lebih merah)
Lainnya Oksisol Haplik (Oi)
ABcC LATERITIK Mempunyai kontak litik atau paralitik pada kedalaman 50 cm Lateritik Litik (Cl)
dari permukaan
Ciri hidromorfik di dalam 50 cm dari permukaan Lateritik Gleik (Cg)
Mempunyai horison A umbrik atau kadar C organik ≥ 12 Lateritik Humik (Ch)
kg/m3
Mempunyai KTKliat (NH4Cl) ≤ 1,5 cmol(+)/kg pada horison B Lateritik Akrik (Ca)
di dalam 125 cm dari permukaan
Warna horison B merah sampai merah tua (hue lebih merah Lateritik Rodik (Cr)
dari 5 YR)
Lainnya Lateritik Haplik (Ci)
KUNCI PENETAPAN JENIS TANAH
Tanah yang mempunyai horison Hsetebal ≥ 50 cm (jika bahan organik terdiri dari spaghnum atau lumut ≥ 60 cm
atau mempunyai bulk density < 0,1 gr/cm3) dari permukaan tanah, atau kumulatif 50 cm di dalam 80 cm dari
lapisan atas; ketebalan horison H mungkin berkurang bila terdapat lapisan batuan atau bahan fragmen batuan
yang terisi oleh bahan organik diantaranya
ORGANOSOL
Tanah lain yang berada pada batuan kukuh sampai kedalaman 20 cm dari permukaan tanah.
LITOSOL
Tanah lain yang berkembang dari bahan aluvium muda (resen), mempunyai susunan berlapis atau kadar C organik
tidak teratur dan yang tidak mempunyai horizon diagnostik (kecuali tertimbun oleh ≥ 50 cm bahan baru) selain
horison A okrik, horizon Hhistik, dengan tekstur lebih halus dari pasir berlempung pada kedalaman antara 25 100
cm dari permukaan tanah mineral.
ALUVIAL
Tanah lain yang tidak mempunyai horison penciri, tidak bertekstur kasar dari bahan albik atau horison apapun
(kecuali jika tertimbun ≥ 50 cm bahan baru) selain horison A okrik, horison H histik serta mempunyai tekstur kasar
(pasir, pasir berlempung) pada kedalaman antara 25-100 cm dari permukaan tanah mineral.
REGOSOL
Tanah lain yang mempunyai horison A umbrik ≤ 25 cm, tidak mempunyai horizon penciri lainnya (kecuali jika
tertimbun oleh ≥ 50 cm bahan baru).
UMBRISOL
Tanah lain yang mempunyai horison A molik dan di bawahnya langsung batukapur berkadar CaCO3 >40% (Jika
horison A mengandung pecahan CaCO3 halus banyak, warna horison A molik ..
RENZINA
Tanah lain setelah 20 cm dari lapisan atas dicampur, kadar liat ≥ 30% sampai sekurangkurangnya 50 cm
dari permukaan, mempunyai rekahan (cracks) tanah sekurangkurangnya lebar 1 cm pada kedalaman 50 cm
jika tidak mendapat pengaruh pengairan dan mempunyai satu atau lebih ciri berikut: bentukan gilgai,
bidang kilir atau struktur membaji yang jelas pada kedalaman antara 25-100 cm dari permukaan.

GRUMUSOL
Tanah lain bertekstur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman sekurangkurangnya 50 cm dari
permukaan, atau memperlihatkan ciri mirip horison B argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat
karena faktor tekstur, tidak mempunyai horison penciri (kecuali tertimbun ≥ 50 cm bahan baru) selain horison A
okrik.
ARENOSOL
Tanah lain yang mempunyai horison A molik atau umbrik, dan dapat dijumpai horison B kambik, atau horison A
okrik dan horison B kambik, tidak mempunyai horison penciri lain (kecuali jika tertimbun ≥ 50 cm bahan
baru)pada kedalaman sampai 35 cm atau lebih mempunyai satu atau kedua-duanya dari: (a) bulk density fraksi
tanah halus (< 2 mm) pada kapasitas lapang dari <0,90 gr/cm3 dan komplek pertukaran didominasi oleh bahan
amorf; (b) > 60% adalah abu volkan vitrik, cinders, atau bahan piroklastik yang lain dalam fraksi debu, pasir, dan
liat.
ANDOSOL
Tanah lain yang mempunyai kandungan liat ≥ 40%, remah sampai gumpal, gembur, dan warna homogen pada
penampang tanah dalam dengan batas horison baur, KB < 50% (NH4OAc) sekurang-kurangnya pada beberapa
bagian dari horison B di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan, tidak mempunyai horison penciri (kecuali
jika tertimbun ≥ 50 cm bahan baru) selain horison A umbrik, atau horison B kambik, tidak memperlihatkan
gejala plintit di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan, dan tidak mempunyai sifat vertik.
LATOSOL
Tanah lain yang mempunyai kandungan liat tinggi (≥ 60%), remah sampai gumpal,gembur dan warna homogen
pada penampang tanah dalam dengan batas horison baur, KB 50% atau lebih (NH4OAc), tidak mempunyai
horison penciri (kecuali jika tertimbun ≥ 50 cm bahan baru) selain horison A molik atau horison B kambik, tidak
memperlihatkan gejala plintit di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan, dan tidak memiliki sifat vertik.
MOLISOL
Tanah lain yang mempunyai horison B kambik tanpa atau dengan horison A okrik,umbrik atau molik, tanpa
memperlihatkan gejala hidromorfik di dalam penampang 50 cm dari permukaan.
KAMBISOL
Tanah lain yang memperlihatkan sifat hidromorfik di dalam kedalaman 50 cm dari permukaan, tidak
mempunyai horison penciri (kecuali jika tertimbun ≥ 50 cm bahan baru) selain horison A, horison H,
horison B kambik, kalsik atau gipsik.
GLEISOL
Tanah lain yang mempunyai horison B argilik dengan kadar liat tinggi, penurunan kadar liat < 20% terhadap liat
maksimum di dalam kedalaman 150 cm dari permukaan, kandungan bahan mudah lapuk < 10% di dalam
kedalaman 50 cm dari permukaan, tidak mempunyai plintit sampai 125 cm dari permukaan, tidak mempunyai
sifat vertik dan ortoksik.
NITOSOL
Tanah lain yang mempunyai horison B argilik, mempunyai KB < 35% (NH4OAc) sekurang-kurangnya pada
beberapa bagian dari horison B di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan, dan tidak mempunyai horison
albik yang berbatasan langsung dengan horison argilik atau fragipan.
PODSOLIK
Tanah lain yang mempunyai horison B argilik, mempunyai KB ≥ 35% (NH4OAc) dan tidak mempunyai
horison albik yang berbatasan langsung dengan horison argilik atau fragipan.

MEDITERAN
Tanah lain yang mempunyai horison E albik di atas suatu horison dengan permeabilitas lambat (horison B
argilik atau natrik yang memperlihatkan perubahan tekstur nyata, liat tinggi, fragipan) di dalam kedalaman 125
cm dari permukaan, memperlihatkan ciri hidromorfik sekurang-kurangnya sebagian lapisan dari horison E.
PLANOSOL
Tanah lain yang mempunyai horison B spodik.
PODSOL
Tanah lain yang mempunyai horison B oksik.
OKSISOL
Tanah lain yang mempunyai horison B yang memiliki kadar plintit dan atau kongkresi besi ≥ 30% (berdasarkan
volume) di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan tanah.
LATERITIK
KUNCI PENETAPAN JENIS DAN MACAM TANAH

Tanah yang mempunyai horison H setebal ≥ 50 cm (jika bahan organik terdiri dari spaghnum atau lumut ≥ 60
cm atau mempunyai bulk density< 0,1 gr/cm3) dari permukaan tanah, atau kumulatif 50 cm di dalam 80 cm dari
lapisan atas; ketebalan horison H mungkin berkurang bila terdapat lapisan batuan atau bahan fragmen batuan
yang terisi oleh bahan organik diantaranya.
ORGANOSOL (H)
Organosol yang didominasi oleh bahan fibrik setebal 50 cm atau berlapis sampai kedalaman 80 cm dari
permukaan.
Organosol Fibrik (Hf)
Organosol lain yang didominasi oleh bahan hemik setebal 50 cm atau berlapis sampai 80 cm dari permukaan.

Organosol Hemik (Hh)


Organosol lain.
Organosol Saprik (Hs)
Tanah lain yang berada pada batuan kukuh sampai kedalaman 20 cm dari permukaan tanah.
LITOSOL (I)
Tanah lain yang mempunyai horison A umbrik ≤ 25 cm, tidak mempunyai horizon penciri lainnya (kecuali jika
tertimbun oleh ≥ 50 cm bahan baru).
UMBRISOL (U)
Tanah lain yang mempunyai horison A molik dan di bawahnya langsung batukapur berkadar CaCO3 > 40% (Jika
horison A mengandung pecahan CaCO3 halus banyak, warna horison A molik dapat menyimpang).
RENSINA (E)
Tanah lain yang berkembang dari bahan aluvium muda (resen), mempunyai susunan berlapis atau kadar C organik
tidak teratur dan yang tidak mempunyai horizon diagnostik (kecuali tertimbun oleh ≥ 50 cm bahan baru) selain
horison A okrik, horizon H histik, dengan kadar fraksi pasir < 60% pada kedalaman antara 25-100 cm dari
permukaan tanah mineral.
ALUVIAL (A)
Tanah Aluvial yang memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik di dalam kedalaman antara 25- 100 cm dari permukaan.
Aluvial Gleik (Ag)
Tanah Aluvial lain yang mempunyai bahan sulfidik pada kedalaman < 125 cm dari permukaan.
Aluvial Tionik (Af)
Tanah Aluvial lain yang mempunyai KB <50% (NH4Ac) sekurang-kurangnya pada beberapa bagian lapisan
tanah antara 25-100 cm dari permukaan dan mempunyai C organik ≥12 kg/m3 (kecuali serasah lapisan atas)
pada luas 1 m2 sampai lapisan keras sedalam <1 m dari permukaan tanah.
Aluvial Humik (Ah)
Tanah Aluvial lain yang berkapur (“calcareous”), sekurang-kurangnya pada 20-50 cm dari permukaan.
Aluvial Kalkarik (Ak)
Tanah Aluvial lain yang mempunyai KB < 50% (NH4OAc) sekurang-kurangnya pada beberapa bagian lapisan
tanah antara 20-50 cm dari permukaan.
Aluvial Distrik (Ad)
Tanah Aluvial lain.
Aluvial Eutrik (Ae)
Tanah lain yang tidak mempunyai horison penciri, tidak bertekstur kasar dari bahan albik atau horison apapun (kecuali
jika tertimbun ≥ 50 cm bahan baru) selain horison A okrik, horison H histik serta mempunyai tekstur kasar (pasir, pasir
berlempung) pada kedalaman antara 25-100 cm dari permukaan tanah mineral.
REGOSOL (R)
Regosol yang memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik di dalam kedalaman antara 50-100 cm dari permukaan. Regosol
Gleik (Rg)
Regosol lain yang mempunyai KB < 50% (NH4OAc) sekurang-kurangnya pada beberapa bagian lapisan tanah antara
25-100 cm dari permukaan dan mempunyai C organik ≥ 12 kg/m3 (kecuali serasah lapisan atas) pada luas 1 m2 sampai
lapisan keras sedalam < 1 m dari permukaan tanah.
Regosol Humik (Rh)
Regosol lain yang berkapur (“calcareous”), sekurang-kurangnya pada 20-50 cm dari permukaan.
Regosol Kalkarik (Rk)
Regosol lain yang mempunyai KB < 50% (NH4OAc) sekurang-kurangnya dalam beberapa bagian lapisan tanah antara
20-50 cm dari permukaan.
Regosol Distrik (Rd)
Regosol lain.
Regosol Eutrik (Re)
Tanah lain setelah 20 cm dari lapisan atas dicampur, kadar liat ≥ 30% sampai sekurangkurangnya 50 cm dari
permukaan, mempunyai rekahan (cracks) tanah sekurangkurangnya lebar 1 cm pada kedalaman 50 cm jika
tidak mendapat pengaruh pengairan dan mempunyai satu atau lebih ciri berikut: bentukan gilgai, bidang kilir
atau struktur membaji yang jelas pada kedalaman antara 25-100 cm dari permukaan.
GRUMUSOL (V)
Grumusol yang mempunyai kroma kurang dari 1,5 (lembab) secara dominan dalam matrik lapisan atas tanah.
Grumusol Pelik (Vp)
Grumusol lain.
Grumusol Kromik (Vc)
Tanah lain bertekstur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman sekurangkurangnya 50 cm dari
permukaan, atau memperlihatkan ciri mirip horison B argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat
karena faktor tekstur, tidak mempunyai horison penciri (kecuali tertimbun ≥ 50 cm bahan baru) selain horison A
okrik.
ARENOSOL (Q)
Arenosol yang memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik di dalam kedalaman antara 50-100 cm dari permukaan.
Arenosol Gleik (Qg)
Arenosol lain yang terdiri dari bahan albik.
Arenosol Albik (Qa)
Arenosol lain yang memperlihatkan akumulasi liat pada lapisan tipis.
Arenosol Luvik (Ql)
Arenosol lain yang mempunyai KTK liat < 24 cmol(+)/kg (NH4OAc) sekurang-kurangnya pada bagian horison B di
dalam kedalaman 125 cm dari permukaan.
Arenosol Oksik (Qx)
Arenosol lain.
Arenosol Kambik (Qc)
Tanah lain yang mempunyai horison A molik atau umbrik, dan dapat dijumpai horison B kambik, atau horison A okrik dan
horison B kambik, tidak mempunyai horison penciri lain (kecuali jika tertimbun ≥ 50 cm bahan baru) pada kedalaman
sampai 35 cm atau lebih mempunyai satu atau kedua-duanya dari: (a) bulk density fraksi tanah halus (< 2 mm) pada
kapasitas lapang dari < 0,90 gr/cm3 dan komplek pertukaran didominasi oleh bahan amorf; (b) > 60% adalah abu volkan
vitrik, cinders, atau bahan piroklastik yang lain dalam fraksi debu, pasir, dan liat.
ANDOSOL (T)
Andosol yang memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik di dalam kedalaman antara 50-100 cm dari permukaan.
Andosol Gleik (Tg)
Andosol lain yang mempunyai horison A molik.
Andosol Molik (Tm)
Andosol lain yang mempunyai horison A umbrik.
Andosol Umbrik (Tu)
Andosol lain yang mempunyai lapisan hitam atau gelap di dalam lapisan atas atau di dalam kedalaman 30 cm; lapisan
setebal 30 cm (kumulatif) di dalam ketebalan 40 cm,kadar C organik ≥ 6% rata-rata tertimbang; dan kadar C organik ≥ 4%
pada semua lapisan di dalam kedalaman antara 25-100 cm dari permukaan.
Andosol Melanik (Tn)
Andosol lain yang mempunyai lapisan hitam gelap ≥ 10 cm dan kadar Corganik > 3% pada kedalaman 25-100 cm
dari permukaan.
Andosol Taptik (Tq)
Andosol lain yang mempunyai KB ≥ 50% pada kedalaman 25-100 cm dari permukaan.
Andosol Eutrik (Te)
Andosol lain yang mempunyai KB < 50% pada kedalaman 25-100 cm dari permukaan.
Andosol Distrik (To)
Andosol lain yang mempunyai konsistensi “smeary” dan/atau bertekstur lempung berdebu atau lebih halus secara
rata-rata untuk semua horison di dalam kedalaman 100 cm dari permukaan.
Andosol Okrik (To)
Andosol lain yang mempunyai kontak litik atau kontak paralitik di dalam kedalaman 50 cm.
Andosol Litik (Tl)
Andosol lain.
Andosol Vitrik (Tv)
Tanah lain yang mempunyai kandungan liat ≥ 40%, remah sampai gumpal, gembur, dan warna homogen pada
penampang tanah dalam dengan batas horison baur, KB < 50% (NH4OAc) sekurang-kurangnya pada beberapa bagian
dari horison B di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan, tidak mempunyai horison penciri (kecuali jika tertimbun ≥
50 cm bahan baru) selain horison A umbrik, atau horison B kambik, tidak memperlihatkan gejala plintit di dalam
kedalaman 125 cm dari permukaan, dan tidak mempunyai sifat vertik.
LATOSOL (L)
Latosol yang memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik di dalam kedalaman antara 50-100 cm dari permukaan.
LatosolGleik (Lg)
Latosol yang mempunyai horison A umbrik.
Latosol Umbrik (Lu)
Latosol lain yang mempunyai KTK liat < 24 cmol(+)/kg (NH4OAc) sekurang-kurangnya pada bagian horison B
di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan.
Latosol Oksik (Lx)
Latosol lain yang mempunyai warna horison B merah sampai merah gelap (tanah yang dicampur mempunyai
“hue” lebih merah dari 5 YR dengan “value” lembab kurang dari 4 dan “value” kering tidak melebihi 1 unit
terhadap “value” lemah).
Latosol Rodik (Lr
Latosol lain yang mempunyai horison B coklat tua sampai merah (bila tanah dicampur mempunyai “hue” 7,5 YR
dan “Chroma” lebih dari 4, atau “hue” lebih merah dari 7,5 YR)
Latosol Kromik (Lc)
Latosol lain.
Latosol Haplik (Li)
Tanah lain yang mempunyai kandungan liat tinggi (≥ 60%), remah sampai gumpal,gembur dan warna homogen
pada penampang tanah dalam dengan batas horison baur, KB 50% atau lebih (NH4OAc), tidak mempunyai
horison penciri (kecuali jika tertimbun ≥50 cm bahan baru) selain horison A molik atau horison B kambik, tidak
memperlihatkan gejala plintit di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan, dan tidak memiliki sifat vertik.
MOLISOL (D)
Molisol yang memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik di dalam kedalaman antara 50-100
cm dari permukaan.
Molisol Gleik (Dg)
Molisol yang mempunyai KTK <24 cmol(+)/kg liat (NH4OAc) sekurang-kurangnya pada
bagian horison B di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan.
Molisol Oksik (Dx)
Molisol lain yang memppunyai warna horison B merah sampai merah gelap (tanah yang dicampur mempunyai “hue” lebih merah dari 5 YR
dengan “value” lembab kurang dari 4 dan “value” kering tidak melebihi 1 unit terhadap “value” lembab).
Molisol Rodik (Dr)
Molisol lain yang mempunyai horison B coklat tua sampai merah (bila tanah dicampur mempunyai “hue” 7,5 YR dan “chroma” lebih dari 4,
atau “hue” lebih merah dari 7,5 YR).
Molisol Kromik (Dc)
Molisol lain.
Molisol Haplik (Di)
Molisol lain yang memppunyai warna horison B merah sampai merah gelap (tanah yang dicampur mempunyai “hue” lebih merah dari 5 YR
dengan “value” lembab kurang dari 4 dan “value” kering tidak melebihi 1 unit terhadap “value” lembab).
Molisol Rodik (Dr)
Molisol lain yang mempunyai horison B coklat tua sampai merah (bila tanah dicampur mempunyai “hue” 7,5 YR dan “chroma” lebih dari 4,
atau “hue” lebih merah dari 7,5 YR).
Molisol Kromik (Dc)
Molisol lain.
Molisol Haplik (Di)
Tanah lain yang mempunyai horison B kambik tanpa atau dengan horison A okrik, umbrik atau molik, tanpa
memperlihatkan gejala hidromorfik di dalam penampang 50 cm dari permukaan.
KAMBISOL (B)
Kambisol yang memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik di dalam kedalaman 50-100 cm dari permukaan.
Kambisol Gleik (Bg)
Kambisol lain yang memperlihatkan ciri-ciri Vertik.
Kambisol Vertik (Bv)
Kambisol lain yang memperlihatkan salah satu atau lebih dari horison kalsik atau horison gipsik atau
konsentrasi hablur kapur lunak, di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan dengan tekstur kasar, di dalam
kedalaman 90 cm dengan tekstur sedang, dan di dalam penampang 75 cm dengan tekstur halus, berkapur
(“calcareous”) sekurangkurangnya pada horison 20-50 cm dari permukaan.
Kambisol Kalsik (Bk)
Kambisol lain yang mempunyai horison A umbrik atau kadar C organik ≥ 12 kg/m3pada kedalaman 1 m dari
permukaan tanah.
Kambisol Humik (Bh)
Kambisol lain yang mempunyai horison A molik.
Kambisol Molik (Bm)
Kambisol lain yang mempunyai KTK < 24 cmol(+)/kg liat (NH4OAc) sekurang-kurangnya pada bagian horison
B di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan.
Kambisol Oksik (Bx)
Kambisol lain yang mempunyai warna horison B merah sampai merah gelap (tanah yang dicampur mempunyai
“hue” lebih merah dari 5 YR dengan “value” lembab kurang dari 4 dan “value” kering tidak melebihi 1 unit
terhadap “value” lembab).
Kambisol Rodik (Br)
Kambisol lain yang mempunyai horison B coklat tua sampai merah (bila dicampur mempunyai “hue” 7,5 YR
dan “chroma” lebih dari 4, atau “hue” lebih merah dari 7,5 YR).
Kambisol Kromik (Bc)
Kambisol lain yang mempunyai kontak litik atau kontak paralitik di dalam kedalaman 50 cm.
Kambisol Litik (Bl)
Kambisol lain yang mempunyai KB < 50% (NH4OAc) sekurang-kurangnya pada beberapa bagian dari horison
B.
Kambisol Distrik (Bd)
Kambisol lain.
Kambisol Eutrik (Be)
Tanah lain yang memperlihatkan sifat hidromorfik di dalam kedalaman 50 cm dari permukaan, tidak
mempunyai horison penciri (kecuali jika tertimbun ≥ 50 cm bahan baru) selain horison A, horison H, horison B
kambik, kalsik atau gipsik.
GLEISOL (G)
Gleisol yang selalu jernih air dan tanahnya belum matang (“unriped soil”) umumnya mempunyai berat isi
sekitar 0,6 gr/cm3dengan kejenuhan air lebih dari 100% atau nilai n (“ripening”) lebih dari 0,7.
Gleisol Hidrik (Gw)
Gleisol lain yang mempunyai horison sulfurik atau bahan sulfidik, atau kedua-duanya pada kedalaman < 125
cm dari permukaan.
Gleisol Tionik (Gt)
Gleisol lain yang berlapis karena pengendapan berbeda atau kadar bahan organik tak teratur dalam penampang.
Gleisol Fluvik (Gf)
Gleisol lain yang mempunyai plintit di dalam penampang 125 cm dari permukaan.
Gleisol Plintik (Gp)
Gleisol lain yang mempunyai horison A molik dengan KB > 50%.
Gleisol Molik (Gm)
Gleisol lain yang mempunyai horison A umbrik atau horison H histik yang distrik.
Gleisol Humik (Gh)
Gleisol lain yang mempunyai satu atau lebih ciri berikut: horison kalsik atau gipsik di dalam
kedalaman 125 cm dari permukaan atau berkapur (“calcareous”) pada sekurangkurangnya
antara 20-50 cm dari permukaan.
Gleisol Kalkarik (Gk)
Gleisol lain yang memperlihatkan ciri-ciri vertik.
Gleisol Vertik (Gv)
Gleisol lain yang mempunyai KB < 50% (NH4OAc), sekurang-kurangnya pada bagian lapisan tanah antara 20-
50 cm dari permukaan.
Gleisol Distrik (Gd)
Gleisol yang lain.
Gleisol Eutrik (Ge)
Tanah lain yang mempunyai horison B argilik dengan kadar liat tinggi, penurunan kadar liat < 20% terhadap liat
maksimum di dalam kedalaman 150 cm dari permukaan, kandungan bahan mudah lapuk < 10% di dalam
kedalaman 50 cm dari permukaan, tidak mempunyai plintit sampai 125 cm dari permukaan, tidak mempunyai
sifat vertik dan ortoksik.
NITOSOL (N)
Nitosol yang mempunyai KB < 50% (NH4OAc), sekurang-kurangnya pada beberapa bagian horison B di
dalam kedalaman 125 cm dari permukaan; mempunyai horison A umbrik atau mempunyai C organik ≥ 12
kg/m3 (kecuali serasah lapisan atas) pada luas 1m2 sampai lapisan keras/sedalam kurang dari 1 m dari
permukaan tanah.
Nitosol Humik (Nh)
Nitosol lain yang mempunyai horison A molik.
Nitosol Molik (Nm)
Nitosol lain yang mempunyai warna horison B merah sampai merah gelap (tanah yang dicampur mempunyai
“hue” lebih merah dari 5 YR dengan “value” lembab kurang dari 4 dan “value” kering tidak melebihi satu unit
terhadap “value” lembab)
.Nitosol Rodik (Nr)
Nitosol lain yang mempunyai horison B coklat tua sampai merah (bila tanah dicampur mempunyai “hue” 7,5
YR dan “chroma” lebih dari 4, atau “hue” lebih merah dari 7,5 YR).
Nitosol Kromik (Nc)
Nitosol lain yang mempunyai KB < 50% (NH4OAc) sekurang-kurangnya beberapa bagian dari horison B di
dalam kedalaman 125 cm dari permukaan.
Nitosol Distrik (Nd)
Nitosol yang lain.
Nitosol Eutrik (Ne)
Tanah lain yang mempunyai horison B argilik, mempunyai KB < 35% (NH4OAc) sekurang-kurangnya pada
beberapa bagian dari horison B di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan, dan tidak mempunyai horison
albik yang berbatasan langsung dengan horison argilik atau fragipan
PODSOLIK (P)
Tanah Podsolik lain yang mempunyai plintit di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan.
Podsolik Plintik (Pp)
Tanah Podsolik lain yang memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik di dalam kedalaman 50 cm dari permukaan.
Podsolik Gleik (Pg)
Tanah Podsolik lain yang mempunyai horison A umbrik atau C organik ≥ 12 kg/m3 pada kedalaman 1 m dari
permukaan tanah.
Podsolik Humik (Ph)
Tanah Podsolik lain yang mempunyai KTK < 16 cmol(+)/kg liat(NH4OAc),sekurangkurangnya pada bagian
horison B di dalam penampang 125 cm dari permukaan.
Podsolik Kandik (Pk)1
Tanah Podsolik lain yang mempunyai KTK < 24 cmol(+)/kg liat (NH4OAc), sekurangkurangnya pada horison
B di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan.
Podsolik Ortoksik (Px)2
Tanah Podsolik lain yang mempunyai warna horison B merah sampai merah gelap (tanah yang dicampur
mempunyai “hue” lebih merah dari 5 YR dengan “value” lembab kurang dari 4 dan “value” kering tidak
melebihi satu unit terhadap “value” lembab).
Podsolik Rodik (Pr)
Tanah Podsolik lain yang mempunyai horison B coklat tua sampai gelap (bila tanah dicampur mempunyai “hue”
7,5 YR dan “chroma” lebih dari 4, atau “hue” lebih merah dari 7,5 YR).
Podsolik Kromik (Pc)
Tanah Podsolik lain yang mempunyai kontak litik atau kontak paralitik di dalam kedalaman 50 cm.
Podsolik Litik (Pl)
Tanah Podsolik lain.
Podsolik Haplik (Pi)
Tanah lain yang mempunyai horison B argilik, mempunyai KB ≥ 35% (NH4OAc) dan tidak mempunyai horison
albik yang berbatasan langsung dengan horison argilik atau fragipan.
MEDITERAN (M)
Tanah Mediteran yang mempunyai plintit di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan.
Mediteran Plintik (Mp)
Tanah Mediteran lain yang memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik di dalam kedalaman 50 cm dari permukaan.
Mediteran Gleik (Mg)
Tanah Mediteran lain yang memperlihatkan ciri-ciri vertik.
Mediteran Vertik (Mv)
Tanah Mediteran lain yang mempunyai horison kalsik atau konsentrasi hablur kapur lunak di dalam kedalaman
125 cm dari permukaan dengan rata-rata klas tekstur kasar, di dalam kedalaman 90 cm untuk tekstur sedang, di
dalam kedalaman 75 cm untuk tekstur halus.
Mediteran Kalsik (Mk)
Tanah Mediteran lain yang mempunyai horison A molik atau C organik ≥ 12 kg/m3 (kecuali serasah lapisan atas) pada luas 1
m2 sampai lapisan keras/sedalam < 1 m dari permukaan tanah.
Mediteran Molik (Mm)
Tanah Mediteran lain yang mempunyai KTK < 24 cmol(+)/kg liat (NH4OAc), sekurangkurangnya pada bagian horison B di
dalam kedalaman 125 cm dari permukaan.
Mediteran Ortoksik (Mx)3
Tanah Mediteran lain yang mempunyai warna horison B merah sampai merah gelap (tanah yang dicampur mempunyai “hue”
lebih merah dari 5 YR dengan “value” lembab kurang dari 4 dan “value” kering tidak melebihi satu unit terhadap “value”
lembab).
Mediteran Rodik (Mr)
Tanah Mediteran lain yang mempunyai horison B coklat tua sampai merah (bila tanah dicampur
mempunyai “hue” 7,5 YR dan “chroma” lebih dari 4, atau “hue” lebih merah dari 7,5 YR).
Mediteran Kromik (Mc)
Tanah Mediteran lain yang mempunyai kontak litik atau kontak paralitik di dalam kedalaman 50 cm.
Mediteran Litik (Ml)
Tanah Mediteran lain.
Mediteran Haplik (Mi)
Tanah lain yang mempunyai horison E albik di atas suatu horison dengan permeabilitas lambat (horison B
argilik atau natrik yang memperlihatkan perubahan tekstur nyata, liat tinggi, fragipan) di dalam kedalaman 125
cm dari permukaan, memperlihatkan ciri hidromorfik sekurang-kurangnya sebagian lapisan dari horison E.
PLANOSOL (W)
Planosol lain yang mempunyai kadar Na > 6% dalam kompleks pertukaran kation dari horizon berpermeabilitas
lambat.
Planosol Solodik (Ws)
Planosol lain yang mempunyai horison A molik atau horison H histik yang eutrik.
Planosol Molik (Wm)
Planosol lain yang mempunyai horison A umbrik atau horison H histik yang distrik.
Planosol Humik (Wh)
Planosol lain yang mempunyai KB < 50% (NH4OAc) sekurang-kurangnya sebagian pada lapisan berpermeabilitas
lambat di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan.
Planosol Distrik (Wd)
Planosol lain.
Planosol Eutrik (We)
Tanah lain yang mempunyai horison B spodik.
PODSOL (Z)
Podsol yang mempunyai lapisan berkadar besi tipis memadas di dalam atau di atas horison B spodik.
Podsol Plasik (Zp)
Podsol lain yang memperlihatkan ciri hidromorfik di dalam kedalaman 50 cm dari permukaan.
Podsol Gleik (Zg)
Podsol lain yang mempunyai horison B dengan bahan organik hasil dispersi dan kadar besi bebas berkurang.
Podsol Humik (Zh)
Podsol lain yang mempunyai perbandingan kadar besi bebas dengan karbon adalah 6 atau lebih pada semua
horison B bagian bawah.
Podsol Ferik (Zf)
Podsol lain yang tidak mempunyai horison E albik atau hanya tipis (≤ 2 cm) dan terputus-putus; pada horison B
bagian bawah tidak nampak adanya perkayaan karbon.
Podsol Leptik (Zl)
Podsol lain.
Podsol Ortik (Zo)
Tanah lain yang memiliki horison B oksik.
OKSISOL (O)
Oksisol mempunyai plintit di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan.
Oksisol Plintik (Op)
Oksisol lain yang memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik di dalam kedalaman 50 cm dari permukaan.
Oksisol Gleik (Og)
Oksisol lain yang mempunyai KB < 50% (NH4OAc) pada sekurang-kurangnya bagian dari horison B di dalam
kedalaman 100 cm dari permukaan, mempunyai horison A umbrik atau mempunyai C organik ≥ 12 kg/m3
(kecuali serasah lapisan atas) pada luas 1 m2 sampai lapisan/sedalam < 1 m dari permukaan tanah.
Oksisol Humik (Oh)
Oksisol lain yang mempunyai KTK ≤ 1,5 me/100 g liat (NH4Cl), sekurang-kurangnya pada bagian horison B di
dalam kedalaman 125 cm dari permukaan.
Oksisol Akrik (Oa)
Oksisol lain yang mempunyai KB ≥ 35% (NH4OAc) di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan.
Oksisol Eutrik (Oe)
Oksisol lain yang mempunyai warna horison B merah sampai merah gelap (tanah yang dicampur mempunyai
“hue” lebih merah dari 5 YR dengan “value” lembab kurang dari 4 dan “value” kering tidak melebihi satu unit
terhadap “value” lembab)
.Oksisol Rodik (Or)
Oksisol lain yang mempunyai warna horison B coklat tua sampai merah (bila tanah dicampur mempunyai “hue”
7,5 YR dan “chroma” lebih dari 4, atau “hue” lebih merah dari 7,5 YR).
Oksisol Kromik (Oc)
Oksisol lain.
Oksisol Haplik (Oi)
Tanah lain yang mempunyai horison B yang memiliki kadar plintit dan atau kongkresi besi ≥ 30% (berdasarkan
volume) di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan tanah.
LATERITIK (C)
Lateritik yang mempunyai kontak litik atau paralitik di dalam kedalaman 50 cm dari permukaan.
Lateritik Litik (Cl)
Lateritik lain yang memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik di dalam kedalaman 50 cm dari permukaan.
Lateritik Gleik (Cg)
Lateritik lain yang mempunyai KB < 50% (NH4OAc) pada sekurang-kurangnya bagian dari horison B di dalam
kedalaman 100 cm dari permukaan, mempunyai horison A umbrik atau mempunyai C organik ≥ 12 kg/m3
(kecuali serasah lapisan atas) pada luas 1 m2 sampai lapisan/sedalam < 1 m dari permukaan tanah.
Lateritik Humik (Ch)
Lateritik lain yang mempunyai KTK ≤ 1,5 me/100 gr liat (NH4Cl) pada horison B di dalam kedalaman 125 cm
dari permukaan.
Lateritik Akrik (Ca)
Lateritik lain yang mempunyai warna horison B merah sampai merah tua (hue lebih merah dari 5 YR).
LateritikRodik (Cr)
Lateritik lain.
Lateritik Haplik (Ci)
Contoh Profil Tanah pada Berbagai Klasifikasi Tanah
Podsolik Kromik
Renzina Kambisol Distrik
(Typic Hapludults)
(Lithic Haprendolls) (Typic Dystrudepts)
Mediteran Vertik
Mediteran Vertik Podsolik Humik Oksisol Eutrik
(Vertic Hapludalfs) (Typic Haplohumults) (Rhodic Eutrudox)
Organosol Saprik Latosol Rodik Lateritik Rodik
(Typic Haplosaprist (Typic Dystrudepts) (Typic Plinthudults)
Podsolik Plintik
Podsolik Plintik Oksisol Haplik Podsol Haplik
(Plinthic Hapludults) (Typic Hapludox) (Typic Haplorthods)
Nitosol Haplik Kambisol Humik Arenosol Kambik
(Typic Paleudults) (Oxic Humudepts) (Psammentic
Dystrudepts)
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai