Inspeksi K3

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

INSPEKSI K3

Saat melaksanakan inspeksi K3, tidak hanya kondisi dan tindakan tidak aman saja yang diamati,
tetapi justru bahaya-bahaya yang tersembunyi dibalik kedua kondisi tersebut yang perlu
ditelusuri dan dibuat tindakan pengendaliannya. 
Inspeksi kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dapat membantu perusahaan dalam mencegah
kecelakaan, cedera dan penyakit akibat kerja (PAK). Melalui pemeriksaan yang dilakukan secara
kritis dan sistematis, inspeksi K3 bisa membantu mengidentifikasi dan mencatat berbagai potensi
bahaya guna tindakan perbaikan di tempat kerja.
Dalam hal ini, baik departemen K3, supervisor atau manajer berwenang merencanakan,
melaksanakan, melaporkan dan memantau inspeksi K3. Inspeksi K3 berkala di tempat kerja
menjadi bagian penting dari keseluruhan program K3 dan sistem manajemen K3 di perusahaan.
 

Apa itu inspeksi K3?


Inspeksi K3 adalah suatu upaya untuk memeriksa atau mendeteksi semua faktor (peralatan,
proses kerja, material, area kerja, prosedur) yang berpotensi menimbulkan cedera atau PAK,
sehingga kecelakaan kerja ataupun kerugian dapat dicegah atau diminimalkan. Inspeksi K3
diperlukan untuk menemukan sumber-sumber bahaya yang mengakibatkan kerugian dan segera
menentukan tindakan perbaikan yang diperlukan untuk mengendalikan bahaya tersebut.
Apa tujuan dilaksanakannya inspeksi K3?
Adapun tujuan dilaksanakannya inspeksi K3 di tempat kerja antara lain:
 Memeriksa apakah pelaksanaan program K3 atau standar K3 sudah berjalan efektif atau belum
 Mendapatkan pemahaman lebih lanjut tentang pekerjaan dan tugas
 Mengidentifikasi bahaya yang ada di area kerja dan bahaya tersembunyi
 Menemukan penyebab bahaya
 Merekomendasikan tindakan perbaikan untuk mengendalikan bahaya
 Memantau langkah-langkah perbaikan yang diambil untuk menghilangkan bahaya atau
mengendalikan risiko (misalnya, memantau perihal administratif, kebijakan, prosedur, peralatan
kerja, alat pelindung diri dll.)
 Meningkatkan kembali kepedulian tentang K3, karena dengan inspeksi, pekerja merasa bahwa
keselamatannya diperhatikan
 Menilai kesadaran pekerja akan pentingnya K3
 Mengukur dan mengkaji usaha serta peranan para supervisor terhadap K3.
Siapa yang berwenang melaksanakan inspeksi
K3?
Tim inspeksi K3 adalah mereka yang sudah familier dengan area kerja, tugas, pekerjaan atau
mereka yang telah menerima pelatihan atau sertifikasi.
Kriteria lain untuk memilih tim inspeksi K3 di antaranya:
 Pengetahuan tentang peraturan dan prosedur K3, termasuk menguasai undang-undang dan
berbagai peraturan K3 yang dikeluarkan pemerintah maupun standar internasional
 Pengetahuan tentang potensi bahaya
 Pengalaman dengan prosedur kerja.
Inspeksi K3 biasanya dilakukan oleh supervisor, manajer, perwakilan departemen K3, pekerja yang
kompeten, dan/ atau pihak ketiga dari luar perusahaan.
Tim inspeksi K3 dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Eksternal perusahaan
Inspeksi K3 yang dilaksanakan oleh pengawas dari instansi pemerintah atau pihak ketiga.
b. Internal perusahaan
Inspeksi K3 dilakukan oleh orang yang kompeten di dalam perusahaan seperti supervisor atau
manajer dan juga yang memiliki spesialisasi di bidangnya seperti safety advisor dan teknisi atau
pekerja yang kompeten dari level terendah sampai level tertinggi (top management).
Bila perusahaan memiliki area kerja yang luas, memiliki lebih dari satu tim inspeksi sangat
disarankan. Tim-tim inspeksi tersebut akan ditempatkan di area terpisah yang akan dilakukan
pemeriksaan.

Catatan:
Bila supervisor tidak dilibatkan dalam inspeksi, sebelum memeriksa area, tim harus menghubungi
supervisor yang bertanggung jawab di area tersebut. Jika supervisor tidak mengikuti  selama
pelaksanaan inspeksi, berkonsultasilah dengan supervisor tersebut sebelum meninggalkan area
inspeksi
Seberapa sering inspeksi K3 sebaiknya
dilaksanakan?

Waktu pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan tipe-tipe inspeksi K3, di antaranya:


1. Inspeksi tidak terencana
Waktu pelaksanaan inspeksi ini tidak menentu, sehingga umumnya bersifat dangkal dan
tidak sistematis. Inspeksi tidak terencana mencakup beberapa hal berikut ini:
 Umumnya hanya memeriksa kondisi tidak aman (kondisi tidak aman yang memerlukan
perhatian besar yang sering terlewati)
 Fokus lebih besar pada kepentingan produksi
 Tidak tercatat atau tidak didokumentasikan
 Tindakan perbaikan dan pencegahan tidak sampai mendetail.
 
2. Inspeksi terencana, dibagi menjadi dua, yakni:
a. Inspeksi rutin atau umum
Inspeksi rutin biasanya dilakukan minimal satu bulan sekali, tetapi ada juga yang melakukannya
setiap enam bulan sekali hingga setahun sekali, tergantung kebijakan perusahaan. Inspeksi harus
dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan manajemen K3.
Inspeksi rutin biasanya dilakukan untuk memeriksa sumber-sumber bahaya di tempat kerja atau
kegiatan identifikasi terhadap bahaya, tugas-tugas, proses operasional, peralatan, mesin-mesin
yang memiliki risiko tinggi dan alat pelindung diri.
b. Inspeksi khusus
Inspeksi khusus biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi bahaya
terhadap objek-objek kerja tertentu yang memiliki risiko tinggi atau setiap kali ada proses atau
mesin baru yang diperkenalkan di tempat kerja, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk
pencegahan dan pengendalian risiko di tempat kerja.
Perbedaan antara inspeksi umum dan khusus adalah inspeksi umum direncanakan dengan
cara walk-through survey ke seluruh area kerja dan bersifat komprehensif, sedangkan inspeksi
khusus direncanakan untuk fokus kepada kondisi-kondisi tertentu, seperti mesin, peralatan, atau
area kerja yang memiliki risiko tinggi.
Objek- objek apa saja yang harus diinspeksi?

Untuk membantu menentukan aspek-aspek di tempat kerja apa saja yang sebaiknya diinspeksi,
ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan di antaranya:
1. Bahaya yang berpotensi menimbulkan cedera atau PAK di tempat kerja, meliputi:
 Bahaya biologis, yang disebabkan oleh organisme seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit.
 Bahaya kimiawi, disebabkan oleh uap, cairan, gas, debu, kabut atau asap.
 Bahaya ergonomis, disebabkan gerakan berulang, postur yang salah saat bekerja, metode
bekerja tidak tepat, serta desain posisi kerja dan peralatan tidak dirancang dengan benar.
 Bahaya fisik, disebabkan kebisingan, getaran, suhu ekstrem, pencahayaan, dll.
 Bahaya psikososial, dapat memengaruhi kesehatan mental seperti kerja berlebihan,
stres, bullying atau kekerasan.
 Bahaya keselamatan, disebabkan kondisi dan tindakan tidak aman.
2. Peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar yang berkaitan dengan bahaya,
tugas-tugas, proses produksi tertentu, alat pelindung diri, dll.
3. Permasalahan K3 yang terjadi sebelumnya meskipun risikonya kecil juga perlu
dipertimbangkan.
Bagaimana langkah-langkah melaksanakan inspeksi K3?
Inspeksi K3 dilaksanakan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Agar pelaksanaan inspeksi K3 berjalan lancar dan efektif, ada beberapa hal yang harus Anda
persiapkan, di antaranya:
 Jadwal inspeksi dan tim inspeksi
 Peta inspeksi berdasarkan denah area kerja
 Jalur-jalur inspeksi K3
 Potensi bahaya yang terkait dengan mesin, peralatan, material dan proses kerja
 Standar, peraturan atau prosedur kerja yang berlaku
 Laporan inspeksi sebelumnya
 Data kecelakaan kerja
 Laporan pemeliharaan
 Daftar atau hal-hal apa saja yang akan diinspeksi
• Alat pelindung diri (APD) yang diperlukan selama inspeksi
2. Tahap pelaksanaan
Bila persiapan Anda sudah matang dan terencana, saatnya Anda melaksanakan inspeksi K3.
Berikut langkah-langkahnya:
 Menghubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi untuk menginformasikan bahwa
akan diadakan inspeksi K3
 Usahakan untuk mengikuti peta dan jalur inspeksi yang sudah direncanakan
 Mengamati rangkaian proses kerja untuk memastikan ada atau tidaknya pelanggaran terhadap
peraturan atau prosedur K3
 Mengamati tindakan perorangan atau perilaku pekerja apakah sudah memenuhi persyaratan K3
 Mengumpulkan data atau memeriksa kembali data sesuai daftar inspeksi yang telah dibuat.
Daftar inspeksi bersifat permanen, tidak boleh ada hal yang dipertimbangkan kembali selama
pelaksanaan inspeksi berlangsung. Daftar inspeksi harus ditinjau dan ditambahkan atau direvisi
seperlunya, misalnya perubahan prosedur kerja atau perubahan proses kerja menggunakan
peralatan tertentu.
 Melakukan perbaikan sementara dengan segera apabila saat pelaksanaan inspeksi ditemukan
tindakan atau kondisi berbahaya.
 
3. Pencatatan hasil pengamatan
Buat catatan ringkas tentang ketidaksesuaian dan kesesuaian peralatan, tindakan dan kondisi
terhadap standar, kemudian lakukan identifikasi bahaya. Pencatatan hasil pengamatan diperlukan
untuk meninjau semua informasi yang dikumpulkan dan memudahkan tim inspeksi untuk membuat
klasifikasi bahaya dalam laporan.
Terdapat dua kategori dalam membuat kelas bahaya, yakni:
 Menentukan perkiraan besarnya konsekuensi yang diakibatkan oleh bahaya apabila terjadi
kecelakaan.
• Perkiraan kemungkinan terjadinya kecelakaan yang dapat dipergunakan untuk pengambilan
keputusan atau perencanaan tindakan perbaikan dan/ atau pencegahan
Kategori Konsekuensi Bahaya Jenis Bahaya Keterangan
I Katastropik Dapat mengakibatkan kematian atau kehilangan kemampuan
Dapat mengakibatkan cedera serius atau kerusakan berat pada aset
II Kritis
perusahaan
Dapat mengakibatkan cedera ringan atau PAK ringan yang mengakibatkan
III Kecil/ ringan
kehilangan waktu kerja atau kerusakan ringan pada aset perusahaan

Kemungkinan tidak memengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja jadi


IV Dapat diabaikan tidak mengakibatkan kehilangan waktu kerja, tetapi merupakan pelanggaran
dalam kriteria tertentu.
Kategori Probabilitas Kecelakaan Keterangan
Cenderung dapat segera terjadi atau terjadi dalam waktu dekat bila terdapat
A
paparan bahaya
B Kemungkinan akan terjadi pada waktu tertentu

C Kemungkinan terjadi pada waktu tertentu lebih kecil (dibanding kategori B)

D Cenderung tidak akan terjadi

4. Tahap pelaporan
Setiap inspeksi K3 harus ditindak lanjuti dengan membuat laporan tertulis. Berikut tiga tipe laporan
inspeksi K3, antara lain:
 Laporan keadaan darurat − Mencakup kategori bahaya katastropik atau kritis, laporan harus
segera dibuat sebelum kecelakaan kerja terjadi atau sesaat setelah inspeksi K3 dilaksanakan.
 Laporan berkala − Mencakup keadaan bahaya yang tidak masuk kategori darurat. Laporan bisa
dibuat dalam 24 jam setelah inspeksi.
 Laporan ringkas − Mencakup kesimpulan dari semua item laporan terdahulu.
Laporan inspeksi K3 harus berisi nama departemen dan area yang diinspeksi, nama dan jabatan
yang mengadakan inspeksi, tanggal laporan dibuat dan nama untuk siapa laporan dibuat.
Adapun persyaratan dalam membuat laporan inspeksi agar mudah dipahami dan ditindak lanjuti,
meliputi:
 Mencatat dan memberi tanda pada item temuan yang belum ditindak lanjuti
 Setiap item harus diberi nomor urut
 Setiap item harus diberi kategori bahaya
 Menentukan siapa yang akan menindaklanjuti setiap item pada hasil inspeksi
 Laporan inspeksi ditujukan kepada departemen yang diinspeksi dengan tembusan kepada
atasan
 Menentukan tindakan perbaikan sebagai tindak lanjut
 Melakukan evaluasi terhadap hasil inspeksi K3 untuk menentukan tindak lanjut yang dilakukan
guna pengembangan berkelanjutan.
Hasil inspeksi K3 adalah indikator keberhasilan atau kegagalan mengenai kebijakan dan
prosedur yang telah diterapkan di perusahaan. Bahaya yang teridentifikasi pada akhirnya
harus dihilangkan atau diminimalkan, supervisor atau manajer yang bertanggung jawab atas
hal ini.
Hasil inspeksi juga akan menunjukkan kategori bahaya mana yang memerlukan tindakan
perbaikan cepat dan tidak. Informasi yang diperoleh dari inspeksi K3 rutin sebaiknya ditinjau
ulang untuk:
 Mengidentifikasi bahaya
 Membantu memantau efektivitas program K3
 Menentukan kebutuhan pelatihan untuk pekerjaan tertentu
 Memberikan pengetahuan mengapa kecelakaan terjadi di area kerja tertentu
 Menentukan tindakan perbaikan
 Menetapkan atau memperbaiki prosedur bekerja aman
 Memberi tanda area, peralatan, dll. yang mungkin memerlukan analisis bahaya lebih dalam.

Anda mungkin juga menyukai