KUSTA
KUSTA
KUSTA
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh M. leprae yang merupakan basil tahan
asam (BTA), bersifat obligat intraseluler, menyerang sel saraf
perifer, kulit, dan organ lain seperti mukosa saluran napas bagian
atas, hati, dan sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.
Kuman Myohacterium leprae hidup pada sel Schwann dan sistim
retikuloendotelial, dengan masa generasi 12-24 hari, dan termasuk
kuman yang tidak ganas serta lambat berkembangnya.
Kuman-kuman kusta berbentuk batang, biasanya berkelompok dan
ada yang tersebar satu-satu dengan ukuran panjang 1-8 mic, lebar
0,2-0,5 mic yang bersifat tahan asam.
Sampai saat ini kuman tersebut belum dapat dibiakkan dalam
medium buatan, dan manusia merupakan satu-satunya sumber
penularan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk membiakkan
kuman tersebut yaitu melalui: telapak kaki tikus, tikus yang
diradiasi, kultur jaringan syaraf manusia dan pada media buatan.
Diagnosis penyakit lepra melalui usapan sekret hidung dan
melalui kerokan kulit penderita. Kuman yang berada di sekret
hidung yang kering,dapat bertahan hidup sampai 9 hari di luar
tubuh, sedangkan di tanah yang lembab dan suhu kamar, kuman ini
dapat bertahan sampai 46 hari
MANIFESTASI KLINIS
Menurut WHO (1995), diagnosis kusta ditegakkan bila terdapat
satu dari tanda kardinal berikut:
1) Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas. Lesi
kulit dapat tunggal atau multipel, biasanya hipopigmentasi tetapi
kadang-kadang lesi kemerahan atau berwarna tembaga. Lesi dapat
bervariasi tetapi umumnya berupa makula, papul, atau nodul.
Kehilangan sensibilitas pada lesi kulit merupakan gambaran khas.
Kerusakan saraf terutama saraf tepi, bermanifestasi sebagai
kehilangan sensibilitas kulit dan kelemahan otot. Penebalan saraf
tepi saja tanpa disertai kehilangan sensibilitas dan/atau kelemahan
otot juga merupakan tanda kusta.
2) BTA positif. Pada beberapa kasus ditemukan basil tahan asam
dari kerokan jaringan kulit. Bila ragu-ragu maka dianggap sebagai
kasus dicurigai dan diperiksa ulang setiap 3 bulan sampai
ditegakkan diagnosis kusta atau penyakit lain.
Menurut (Dep Kes RI. Dirjen PP & PL, 2007). Tanda-tanda utama
atau Cardinal Sign penyakit kusta, yaitu:
1. Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa Kelainan kulit/lesi dapat
berbentuk bercak keputih-putihan (hypopigmentasi) atau kemerah-
merahan (erithematous) yang mati rasa (anaesthesi).
2. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi
saraf. Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan
kronis saraf tepi (neuritis perifer ).
Gangguan fungsi saraf ini bisa berupa :
Ø Gangguan fungsi sensori seperti mati rasa
Ø Gangguan fungsi motoris seperti kelemahan otot (parese) atau
kelumpuhan ( paralise)
Ø Gangguan fungsi otonom seperti kulit kering dan retak-retak.
Adanya bakteri tahan asam (BTA) didalam kerokan jaringan kulit
(BTA+) Seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta apabila di
temukan satu atau lebih dari tanda-tanda utama diatas. Pada
dasarnya sebagian besar penderita dapat didiagnosis dengan
pemeriksaan klinis. Namun demikian pada penderita yang
meragukan dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kulit.
Klasifikasi
Menurut Departemen Kesehatan Ditjen P2MPLP (1999) dan WHO
(1995) penyakit ini dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu
Pause Basilier (PB) dan Multi Basier (MB).
Secara awam kusta dikenal ada dua macam yakni kusta kering dan
kusta basah. Jika kusta terlambat diobati maka akan timbul
kerusakan saraf dengan akibat berupa mati rasa (terhadap stimulus
panas, dingin, nyeri), kelumpuhan otot, buta, dan akibat lain yang
disebabkan oleh proses immunologis yang disebut reaksi kusta.
Patofisiologi
Setelah M. leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit
kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respon tubuh
terhadap masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem
immunitas seluler (cellular mediated immune) pasien.