Askep Klien Post Partum DG Infeksi Puerpuralis

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Askep klien post partum

dg infeksi puerperalis

Oleh
Diyan Indriyani, M.Kep., Sp.Mat
Pengertian
infeksi puerpuralis
o
 Keadaan peningkatan suhu tbh sampai 38 C
atau lebih selama 2 hr dlm 10 hr pertama
pp, dg mengecualikan hr pertama.
 Infeksi saluran reproduksi yg terjd dlm 28 hr
stlh kelahiran anak atau abortus.
Infeksi pp dpt terjadi
dg kondisi :

Metritis peritonitis

Infeksi
pascapartum

Saluran
Endometritis
pelvis/parametritis
Metritis
• Infeksi uterus setelah persalinan.
• Salah satu penyebab terbesar kematian ibu.
endometritis
• Kuman memasuki endometrium, biasanya pd
luka bekas insersio plasenta.
Peritonitis
 Infeksi nifas menyebar melalui :
 pembuluh limfe didlm uterus
 atau melalui jaringan diantara kedua ligamentum
latum
 Salpingo-oofaritis atau sellulitis pelvis,

 langsung mencapai peritonium, hingga tjd


peritonitis
Selulitis pelvis (parametritis)
 Terjadi melalui 3 jalan :
 Melalui limfe dr luka servik yg terinfeksi/dr
endometritis
 Langsung dr luka servik yg meluas sampai
kedasar ligamentum
 Penyebaran sekunder dr tromboflebitis
pelvika
Komplikasi mastitis
 Abses payudara
 Penyebab stasis ASI dan infeksi
Etiologi demam puerperalis
 Beberapa organisme patogen :
 Streptococcus haemolyticus aerobicus (biasanya dr alat2 tdk
steril, dari pasien lain, infeksi tenggorokan org lain)

 Streptococcus aureus (kdg jd sebab infeksi umum, nosokomial


atau dr tenggorokan org yg nampak sehat)

 E. coli (dr kandung kemih/rektum)

 C. welci (anaerobik, jarang, biasanya pd kasus abortus


kriminalis)
Faktor
Pendukung : tgn petugas predisposisi :
tdk steril dlm pertolongan KPD, partus
persalinan, droplet Post partum
infection, nosokomial alat2 kasep,
tenun dan medis, koitus malnutisi, sosek
akhir kehamilan saat KPD, rendah, budaya
infeksi intrapartum
pantang makan

Pengobatan :
Infeksi terapi medik
Mikroorganisme (AB), rawat
puerperalis
pathogen entry inap, terapi
operatif
Suhu tbh 38 atau lebih 2 hr
berturut2, tdk pd 24 jam
pertama pp, menggigil, Komplikasi :septik
keletihan, letargi, anoreksia, emia, abses
mual muntah, nyeri sekunder pd paru,
perineum/distress abdomen emboli paru, syok
bwh, nyeri bak septik,
tromboflebitis
Asuhan
keperawatan
Pengkajian :
ANAMNESA
• Identitas : umur, paritas,sosek
• Riwayat kesh : keluhan utama demam sampai menggigil,
riwayat pertolongan persalinan oleh dukun, partus kasep,
KPD, memiliki infeksi penyerta,
• Status obstetrik : taksiran partus (cenderung pd bumil dg
TP tdk tepat), usia gestasi (kehamilan muda lbh berisiko)
• Pola nutrisi; malnutisi lbh berisiko, mual muntah, anoreksia
• Pola eliminasi : bak terasa nyeri
• Pola tidur dan istirahat : malaise, letargi, kelelahan,
keletihan yg terus menerus.
 Pola persepsi : ansietas jelas
 Neurosensori : sakit kepala
 Nyeri dan kenyamanan : nyeri lokan
perineum, nyeri abdomen bwh atau
uterus, merasakan kekakuan
abdomen bersifat unilateral/bilateral
Pemeriksaan fisik :
• Keadaan umum : terlihat pucat, lemah
dan menggigil, muntah.
o
• TTV : suhu > 38 C, nadi > 90x/m (lemah
tapi cepat), RR cepat dan dangkal (proses
sitemik), TD meningkat dan akhirnya bisa
turun pd keadaan syok septik
• Mammae : sgt tegang, jejas kemerahan
dan keluar pus dr putting susu pada
komplikasi abses payudara
• Abdomen : nyeri tekan sesuai area infeksi
• Genetalia : lokhea patologis, keluaran
pervaginam berbau tidak sedap.
Diagnosa keperawatan
 Hipertermi yg berhubungan dg respon
invasi kuman dlm saluran reproduksi.
 Perubahan nutrisi kurang dr kebutuhan
tbh yg b.d intake tdk adekuat utk
memenuhi kebutuhan metabolik sekunder
terhadap mual, muntah dan anoreksia
 Nyeri akut yg b.d efek invasi agent
mikrobiologis (mikroorganisme)
 Risiko perubahan proses keluarga yg b.d
pelekatan yg terlambat antara orgtua-bayi
sekunder thd kewaspadaan infeksi.
 Risiko hambatan interaksi sosial yg b.d
isolasi terapeutik
 Intoleransi aktivitas yg b.d terapi tirah
baring.
 Ansietas yg b.d perubahan dlm status
kesehatan sekunder thd infeksi
puerperalis.
 Risiko menyusui tdk efektif yg b.d
kurangnya pengetahuan ttg perawatan
payudara kondisi post partum komplikasi.
 Defisit perawatan diri yg b.d keterbatasan
kemampuan
Rencana tindakan
Risiko perubahan proses keluarga :
Beri kesempatan kontak ibu-bayi kpn saja
memungkinkan.Tempatkan gambar bayi disamping klien
Pantau respon emosi klien thd penyakit dan pemisahan
bayi, seperti kondisi marah dan depresi.
Anjurkan klien utk menyusui bila memungkinkan dan
tingkatkan patisipasinya dlm perawatan bayi saat infeksi
teratasi.
Observasi interaksi ayah-ibu-bayi.
Anjurkan ayah/anggota keluarga lain utk merawat dan
berinteraksi dg bayi.
Rencana tindakan
Risiko menyusui tdk efektif :
 Beri penkes ttg kondisi penyakitnya terkait
menyusui.
 Kaji kondisi payudara ibu dan keluhan2 terkait
laktasi.
 Ajarkan tehnik perawatan payudara dan
menyusui yg benar.
 Ajarkan hal-hal yg mungkin menjadi hambatan
dalam proses laktasi.
 Fasilitasi proses laktasi, meskipun mungkin
terpisah dg bayi.
Kriteria evaluasi
yg diharapkan
• Suhu tubuh kembali dicapai dlam keadaan normal
(normothermi).
• Nutrisi klien adekuat.
• Nyeri klien dpt diadaptasi sampai dengan
diperolehnya kenyamanan.
• Klien/keluarga dpt beradaptasi dlm perubahan
keluarga dlm menerima anggota baru (bayi bru lahir).
• Tdk terjadi hambatan interaksi sosial
• Dpt terpenuhinya kebutuhan aktivitas dg bantuan
selama klien dalam keterbatasan kemampuan dan
terapi pembatasan aktivitas
Kriteria evaluasi
yg diharapkan
• Ansietas klien dapat teratasi dengan pemberian
pemahaman yg optimal.
• Menyusui akan efektif
• Perawatan diri klien terfasilitasi selama
mengalami keterbatasan kemampuan.

Anda mungkin juga menyukai