Pertemuan Ke 14 Technopreunership
Pertemuan Ke 14 Technopreunership
Pertemuan Ke 14 Technopreunership
PERATURAN
PENDIRIAN USAHA
Dosen Pengampu : Fenny Bintarawati, M. H
KELOMPOK 14
1. M. Faiq Abdala Diyaulhaq (2002016009)
2. Nilna Husna Yain (2002016042)
3. Siti Nur Lailatul Alvim M. (2002016047)
4. Achmad Dairobi (2002016062)
5. Akmad Zidni Fahmi (2002016064)
6. Erika Amalia (2002016104)
7. Fatiah Triani (2002016106)
.
8. Ilham Musthofa Armia (2002016108)
9. M. Athoillah Shohibul Hikam (2002016121)
BENTUK- BENTUK BADAN USAHA
Badan usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari
laba/keuntungan. Badan usaha seringkali disamakan dengan perusahaan padahal pada
kenyataannya berbeda. Badan usaha adalah lembaga, sementara perusahaan adalah tempat
dimana badan usaha mengolah faktor –faktor produksi.Undang – Undang Dasar 1945 Pasal
33 menyebutkan akan pembagian bentuk badan usaha. Badan usaha yang dikenal di
Indonesia ada tiga, yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS).
1. BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)
Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh
Negara Republik Indonesia. Badan Usaha Milik Negara terdiri dari tiga jenis, yaitu Perusahaan Perseroan,
Perusahaan Jawatan dan Perusahaan
Umum. Ciri-ciri perseroan adalah sebagai berikut :
Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan
peran koperasi sebagai berikut:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosialnya.
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia
dan masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya.
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang
merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.
Jenis - jenis koperasi, antara lain:
Adapun prinsip koperasi menurut UU No. 25 tahun a. Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang
1992 Pasal 5, yaitu: bergerak dibidang simpanan dan
pinjaman.
b. Koperasi Konsumen adalah koperasi beranggotakan
para konsumen dengan
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
menjalankan kegiatannya jual beli menjual barang
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
konsumsi.
c. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara
c. Koperasi Produsen adalah koperasi beranggotakan
adil sebanding dengan besarnya
para pengusaha kecil menengah
jasa usaha masing-masing anggota (andil anggota (UKM) dengan menjalankan kegiatan pengadaan bahan
tersebut dalam koperasi). baku dan penolong untuk
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. anggotanya.
e. Kemandirian. d. Koperasi Pemasaran adalah koperasi yang
f. Pendidikan perkoprasian. menjalankan kegiatan penjualan
g. kerjasama antar koperasi produk/jasa koperasinya atau anggotanya.
e. Koperasi Jasa adalah koperasi yang bergerak di
bidang usaha jasa lainnya.
Sumber modal koperasi diperoleh dari:
a. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota
kepada koperasi dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi
anggota.
b. Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dalam waktu dan
kesempatan tertentu, misalnya tiap bulan dengan jumlah simpanan yang sama untuk
setiap bulannya.
c. Simpanan khusus/lain-lain misalnya:Simpanan sukarela (simpanan yang dapat
diambil kapan saja), Simpanan Qurba, dan DepositBerjangka
d. Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil
usaha.
e. Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang
yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak mengikat.
3. BADAN USAHA MILIK SWASTA (BUMS)
Badan Usaha Milik Swasta adalah badan usaha yang pemilik sepenuhnya ditangan individu atau swasta.
Bentuk badan usaha swasta dapat dibagi dalam beberapa macam yaitu Perusahaan Perseorangan dan Perseroan Terbatas.
1) Perusahaan Perseorangan
Perusahaan perseorangan merupakan badan usaha yang kepemilikan dan pengelolaannya ditangani oleh satu orang.
Dalam sisi pengelolaannya, pengusaha memperoleh semua keuntungan perusahaan namun juga menanggung semua
resiko yang timbul dalam kegiatan perusahaan.
2) Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas ( PT ) adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian untuk menjalankan usaha yang
modalnya terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Kekayaan
perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Pemilik saham
akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen. Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari
obligasi. Keuntungan yang diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga tetap tanpa menghiraukan
untung atau ruginya perseroan terbatas tersebut.
IZIN USAHA BAGI UKM
Izin usaha merupakan suatu bentuk dokumen resmi dari instansi berwenang, yang menyatakan sah/dibolehkannya
seseorang atau badan untuk melakukan suatu usaha atau kegiatan tertentu. Jadi, begitu pentingnya ijin usaha tersebut
dalam konteks berusaha, khususnya bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), sehingga mereka dapat
terlindungi, adanya kepastian dalam berusaha dan menikmati kenyamanan serta keamanan yang patut mereka
peroleh, agar dapat berkontribusi secara lebih nyata didalam peningkatan nilai tambah produksi, penyediaan barang
dan jasa kebutuhan
masyarakat, penyerapan tenaga kerja dan diseminasi penumbuhan kewirausahaan. Ditegaskan pada pasal 12 UU
Nomor 20/2008 tentang UMKM tersebut, bahwa aspek perizinan usaha itu ditujukan untuk:
a. menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha dengan sistem pelayanan
terpadu satu pintu;
b. membebaskan biaya perizinan bagi Usaha Mikro dan memberikan keringanan biaya
perizinan bagi Usaha Kecil.
Di indonesia, untuk mendapatkan izin usaha bagi UMKM, berikut adalah beberapa langkah umum yang perlu diikuti:
4) Izin Lokasi
5) Izin Khusus
6) Izin Lingkungan
ASPEK HUKUM DALAM
PERUSAHAAN RINTISAN
1. Menentukan Jenis Badan Usaha
Badan usaha berbadan hukum berarti ada pemisahan antara harta kekayaan pribadi pendiri dan harta
kekayaan badan usaha. Artinya jika terjadi suatu permasalahan hukum, badan usaha hanya dapat dituntut atau
dimintakan ganti kerugian sebatas pada harta kekayaan badan usaha itu sendiri dan tidak termasuk pada harta
pribadi pendirinya. Contoh badan usaha berbadan hukum adalah Perseroan Terbatas (“PT”), Yayasan, dan Koperasi.
Sedangkan badan usaha tidak berbadan hukum adalah badan usaha yang tidak memisahkan harta kekayaan pribadi
pendirinya dan harta kekayaan badan usaha. Contoh dari badan usaha tidak berbadan hukum adalah Persekutuan
Komanditer (“CV”), Firma, dan Persekutuan Perdata
2. Melengkapi Perizinan Berusaha
Sejatinya, untuk dikatakan bahwa perusahaan Start-Up tersebut legal untuk beroperasi di Indonesia,
setidaknya harus ada dasar hukum yang menjadi landasannya, seperti Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan serta Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan
Nasional Berbasis Elektronik. Selain itu, dalam proses mendirikan Start-Up, pastinya ada beberapa
dokumen perizinan yang harus dikantongi. Dokumen-dokumen tersebut diantaranya:
Pengenaan PPh secara final adalah pendapatan yang dihasilkan akan dikenakan PPh dengan tarif tertentu dengan dasar pengenaan
pajak tertentu pada saat penghasilan tersebut didapat. PPh yang dikenakan, baik yang dipungut pihak lain maupun yang diserahkan
sendiri, bukan merupakan pembayaran di awal atas PPh terutang tetapi sudah langsung membayar PPh terutang untuk penghasilan
tersebut.
Peredaran kotor merupakan jumlah peredaran bruto semua gerai/counter/outlet baik pusat maupun cabangnya. Pajak yang terutang
dan harus dibayar adalah 1% dari jumlah peredaran kotor. Yang dikenakan pajak penghasilan yakni orang pribadi serta badan
Badan, diluar bentuk usaha tetap yang menghasilkan dari kegiatan, diluar penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan
lepas, dengan peredaran bruto tidak melampaui Rp 4,8M dalam satu tahun pajak.
Pemerintah mengeluarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 sebagai upaya mendukung
pemenuhan kewajiban perpajakan secara ikhlas (voluntary tax compliance) dan
mendukung andil penerimaan negara dari sektor UMKM,. Dalam PP ini diatur pengenaan
Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak dengan batasan peredaran kotor tertentu. Sebelum dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah No. 46 Tahun 2013, pengenaan PPh UMKM sebelumnya diatur dalam Pasal
14 ayat (2) dan Pasal 31E UU No. 36 Tahun 2008.
Pengenaan PPh khusus ini sejatinya tidak secara langsung dimaksudkan untuk
usaha kecil menengah. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 hanya merumuskan
penghitungan untuk Wajib Pajak tertentu yang mempunyai jumlah penjualan tertentu,
dimana diatur sebagai Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu
Thank you!