Pertemuan 2

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 61

Tutorial ke-2

Mata Kuliah Statistika Pendidikan


Program Studi S1 PGSD dan S1 PGAUD
Fakultas Ilmu Pendidikan

Penulis: Dr. Dwi Ivayana Sari, M.Pd


Email: dwiivayanasari@stkippgri-
bkl.ac.id
Apersepsi

Masih ingatkah Anda mengenai populasi


dan sampel?

Masih ingatkah Anda mengenai aturan


pembulatan?
Motivasi
Tujuan Tuton 2

1. Menyajikan data dalam bentuk tabel


2. Menyajikan data dalam bentuk diagram
Macam-Macam Penyajian Data
dalam Bentuk Tabel

Penyajian data dalam bentuk tabel terdapat 3 macam, yaitu:


1. Baris-kolom
2. Kontingensi
3. Distribusi frekuensi

Sedangkan penyajian tabel dalam bentuk distribusi frekuensi terdapat


3 macam, yaitu:
4. Relatif
5. Kumulatif
6. Kumulatif relatif
Macam-Macam Penyajian Data
dalam Bentuk Tabel
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
1. Array adalah penyusunan sekumpulan data menurut urutan nilainya,
mulai dari nilai data yang terkecil sampai nilai data yang terbesar.
2. Data tersebar adalah data yang nilai-nilainya belum disusun dalam tabel
distribusi frekuensi.
3. Data terkelompok adalah data yang nilai-nilainya sudah disusun dalam
tabel distribusi frekuensi.
BENTUK UMUM TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
Nilai Data Frekuensi
a−b
c−d
e−f
g−h
i−j
Jumlah
Macam-Macam Penyajian Data
dalam Bentuk Tabel
Beberapa istilah yang digunakan di dalam tabel distribusi frekuensi, yaitu:
1. Kelas Interval adalah kelompok nilai data yang berupa interval. Tabel
distribusi frekuensi tersebut terdiri dari lima kelas interval.
a − b merupakan kelas interval pertama,
c − d merupakan kelas interval kedua,
e − f merupakan kelas interval ketiga,
g − h merupakan kelas interval keempat, dan
i − j merupakan kelas interval kelima.
2. Ujung Bawah adalah bilangan yang terdapat di sebelah kiri interval nilai
data untuk setiap kelas interval. Pada tabel distribusi frekuensi tersebut
maka ujung-ujung bawahnya adalah:
merupakan ujung bawah kelas interval pertama,
merupakan ujung bawah kelas interval kedua,
merupakan ujung bawah kelas interval ketiga,
merupakan ujung bawah kelas interval keempat,
merupakan ujung bawah kelas interval kelima.
Macam-Macam Penyajian Data
dalam Bentuk Tabel
3. Ujung Atas adalah bilangan yang terdapat di sebelah kanan interval nilai
data untuk setiap kelas interval. Pada tabel distribusi frekuensi tersebut
maka ujung-ujung atasnya adalah: .
merupakan ujung atas kelas interval pertama,
merupakan ujung atas kelas interval kedua,
merupakan ujung atas kelas interval ketiga,
merupakan ujung atas kelas interval keempat,
merupakan ujung atas kelas interval kelima.
4. Batas Bawah adalah bilangan yang diperoleh dengan cara ujung bawah
dikurangi ketelitian data yang digunakan. Dalam hal ini, ketelitian data
yang digunakan bergantung pada pencatatan datanya.
a. Jika data yang digunakannya dicatat dalam bilangan bulat, maka
ketelitian datanya 0,5.
b. Jika data yang digunakannya dicatat dalam bilangan satu desimal,
maka ketelitian datanya 0,05.
c. Jika data yang digunakannya dicatat dalam bilangan dua desimal,
maka ketelitian datanya 0,005. dst
Macam-Macam Penyajian Data
dalam Bentuk Tabel
Jika datanya dicatat dalam bilangan bulat, maka dari bentuk umum pada
Daftar 2 (3) batas-batas bawahnya adalah:
a − 0,5 merupakan batas bawah kelas interval pertama,
c − 0,5 merupakan batas bawah kelas interval kedua,
e − 0,5 merupakan batas bawah kelas interval ketiga,
g − 0,5 merupakan batas bawah kelas interval keempat,
i − 0,5 merupakan batas bawah kelas interval kelima.
5. Batas Atas adalah bilangan yang diperoleh dengan cara ujung atas
ditambah ketelitian data yang digunakan. Ketelitian datanya sama
dengan ketelitian data dalam menentukan batas bawah.
Misal datanya dicatat dalam bilangan bulat maka dari bentuk umum
dalam Daftar 2 (3) batas-batas atasnya adalah:
merupakan batas atas kelas interval pertama,
merupakan batas atas kelas interval kedua,
merupakan batas atas kelas interval ketiga,
merupakan batas atas kelas interval keempat,
merupakan batas atas kelas interval kelima.
Macam-Macam Penyajian Data
dalam Bentuk Tabel

6. Titik Tengah (Tanda Kelas) adalah bilangan yang diperoleh dengan cara
ujung bawah ditambah ujung atas, kemudian hasilnya dibagi dua untuk
setiap kelas interval.
Titik Tengah = (Ujung Bawah + Ujung Atas)
Dari bentuk umum dalam Daftar 1 (3) maka kelima titik tengahnya
adalah sebagai berikut.
merupakan titik tengah kelas interval pertama,
merupakan titik tengah kelas interval kedua,
merupakan titik tengah kelas interval ketiga,
merupakan titik tengah kelas interval keempat,
merupakan titik tengah kelas interval kelima.
Macam-Macam Penyajian Data
dalam Bentuk Tabel
7. Panjang Kelas adalah bilangan yang diperoleh dari jarak/selisih antara
ujung bawah dan ujung atas, dengan ujung bawahnya termasuk
dihitung. Ada beberapa cara dalam menentukan panjang kelas untuk
kelas interval tertentu dari tabel distribusi frekuensi yang sudah
tersedia, antara lain:
a. Ujung bawah kelas interval berikutnya dikurangi ujung bawah kelas
interval yang bersangkutan;
b. Batas bawah kelas interval berikutnya dikurangi batas bawah kelas
interval yang bersangkutan;
c. Ujung atas kelas interval berikutnya dikurangi ujung atas kelas
interval yang bersangkutan;
d. Batas atas kelas interval berikutnya dikurangi batas atas kelas
interval yang bersangkutan;
e. Ujung atas dikurangi ujung bawah masing-masing untuk kelas
interval yang bersangkutan, kemudian hasilnya ditambah dengan
dua kali ketelitian data yang digunakan. Perhitungan ketelitian
datanya sama dengan perhitungan batas bawah.
Macam-Macam Penyajian Data
dalam Bentuk Tabel

Langkah-langkah menyusun sekumpulan data ke dalam tabel distribusi


frekuensi dengan panjang kelas yang sama untuk setiap kelas interval
sebagai berikut.
1. Tentukan Nilai Rentang

2. Tentukan Banyak Kelas yang Digunakan


Biasanya banyak kelas yang digunakan itu paling sedikit 5 buah dan
paling banyak 15 buah, sehingga dapat ditulis 5 ≤ BANYAK KELAS ≤ 15.
Bisa juga menggunakan ATURAN STURGES dengan rumusnya:

dengan: Banyak kelas interval.


Banyak data yang digunakan.
Hasil perhitungan biasanya bilangan desimal. Pembulatan bilangannya
boleh dilakukan ke bawah atau ke atas, tapi sebaiknya pembulatan
bilangannya dilakukan ke atas.
Macam-Macam Penyajian Data
dalam Bentuk Tabel

3. Tentukan Panjang Kelas


Panjang kelas diperoleh dengan rumus berikut ini.

dengan: Panjang kelas


Range
Banyak kelas
Hasil akhir dari perhitungannya biasanya berupa bilangan desimal. Oleh
karena itu, harus dilakukan pembulatan bilangan yang sesuai dengan
pencatatan datanya, artinya:
a. Jika data yang digunakan dicatat dalam bilangan bulat, maka
Panjang kelas pun dicatat dalam bilangan bulat.
b. Jika data yang digunakan dicatat dalam bilangan satu desimal, maka
panjang kelas pun dicatat dalam bilangan satu desimal.
c. Jika data yang digunakan dicatat dalam bilangan dua desimal, maka
panjang kelas pun dicatat dalam bilangan dua desimal.
Macam-Macam Penyajian Data
dalam Bentuk Tabel

4. Tentukan Nilai Ujung Bawah Kelas Interval Pertama


Dalam hal ini, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu:
a. Ujung bawah kelas interval pertama boleh mengambil nilai data
yang terkecil.
b. Ujung bawah kelas interval pertama boleh mengambil nilai data
yang lebih kecil dari nilai data yang terkecil.
5. Masukkan Semua Data ke dalam Interval Kelas
Untuk memudahkan sebaiknya dibuat kolom tersendiri yang berisi garis
miring (tally/turus) sesuai dengan kelas intervalnya. Selanjutnya
jumlahkan semua tally/turus, yang terdapat pada masing-masing kelas
interval. Kemudian nilai jumlah tersebut diletakkan pada kolom
tersendiri. Kolom tersendiri ini disebut kolom Tally.
Contoh: Berikut ini diberikan data mengenai hasil testamen tengah semester,
mata kuliah Statistika dari mahasiswa Program S-1 Jurusan Pendidikan
Matematika di IKIP.
Macam-Macam Penyajian Data
dalam Bentuk Tabel

65 72 67 82 72 91 67 73 71 70
85 87 68 86 83 90 74 89 75 61
65 76 71 65 91 79 75 69 66 85
95 74 73 68 86 90 70 71 88 68
Susunlah data di atas ke dalam tabel distribusi frekuensi dengan panjang kelas
yang sama.
Penyelesaian:
Langkah-langkah penyusunannya adalah sebagai berikut.
1.
2. Banyak kelas =

Jadi, banyak kelas yang digunakan bisa 6 buah atau 7 buah.


Di sini akan diambil banyak kelas sebanyak 7 buah.
Macam-Macam Penyajian Data
dalam Bentuk Tabel

3. Panjang kelas =
𝑝=
Karena datanya dicatat dalam bilangan bulat, maka Panjang kelasnya 5.
4. Ujung bawah kelas interval pertamanya diambil nilai data terkecil yaitu
61. Untuk memasukkan sekumpulan data ke dalam kelas interval
diperlukan kolom tally, dengan cara:
a. Nilai 65 termasuk ke dalam kelas interval pertama, yaitu 61 – 65
dan pada kolom tally yang sesuai dengan kelas interval pertama
ditulis /. Selanjutnya, nilai 65 dicoret agar tidak dihitung dua kali.
b. Nilai 67 termasuk ke dalam kelas interval kedua yaitu 66 – 70 dan
pada kolom tally yang sesuai kelas interval kedua ditulis /.
Selanjutnya nilai 67 dicoret agar tidak dihitung dua kali.
c. Nilai 72 termasuk ke dalam kelas interval ketiga, yaitu 71 – 75 dan
pada kolom tally yang sesuai dengan kelas interval ketiga ditulis /.
selanjutnya nilai 72 dicoret agar tidak dihitung dua kali. dst
Macam-Macam Penyajian Data
dalam Bentuk Tabel

DAFTAR 2 (4)
HASIL TENTAMEN TENGAH SEMESTER STATISTIKA
MAHASISWA PROGRAM S–1 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
DI IKIP

Hasil Tentamen Tally Banyak Mahasiswa

61 – 65 //// 4
66 – 70 //////// 9
71 – 75 ///////// 11
76 – 80 // 2
81 – 85 //// 4
86 – 90 ////// 7
91 – 95 /// 3

Jumlah 40
Macam-Macam Penyajian Data
dalam Bentuk Tabel

Dengan menghilangkan kolom tally, hasil tabel distribusi frekuensi yang


sebenarnya dapat dilihat dalam Daftar 2 (5).
DAFTAR 2 (5)
HASIL TENTAMEN TENGAH SEMESTER STATISTIKA
MAHASISWA PROGRAM S–1 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
DI IKIP
Hasil Tentamen Banyak Mahasiswa

61 – 65 4
66 – 70 9
71 – 75 11
76 – 80 2
81 – 85 4
86 – 90 7
91 – 95 3

Jumlah 40
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF


• Tabel distribusi frekuensi relatif adalah sebuah tabel yang berisi nilai-nilai
data, dengan nilai-nilai tersebut dikelompokkan ke dalam interval-interval
dan setiap interval masing-masing mempunyai nilai frekuensi dalam
bentuk persentase.
• Jumlah semua frekuensi relatif ada kemungkinan tidak akan sama dengan
100%, mungkin kurang dari 100% atau mungkin juga lebih dari 100%.
Jika hal ini terjadi, maka di bawah tabel harus dibuat catatan yang berisi
pernyataan sebagai berikut.
”Jumlah Frekuensi Relatif Tidak Sama dengan 100%, Karena Adanya
Pembulatan Bilangan”
• Walaupun jumlah semua frekuensi relatif itu tidak sama dengan 100%,
namun pada baris jumlah tetap ditulis 100, (di sini tidak ditulis tanda
persennya, karena pada kolom judul frekuensi relatif sudah ditulis tanda
persennya).
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi

DAFTAR 2 (12)
BENTUK TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF
Nilai Data Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif
a−b
c−d
e−f
g−h
i−j
Jumlah 100
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF


• Tabel distribusi frekuensi kumulatif didefinisikan sebagai tabel yang
diperoleh dari tabel distribusi frekuensi, dengan frekuensinya
dijumlahkan selangkah demi selangkah (artinya kelas interval demi kelas
interval). Dalam kolom nilai data, bilangan yang digunakannya berupa
ujung bawah untuk masing-masing kelas interval.
• Tabel distribusi frekuensi kumulatif ada dua macam:
1. Kurang dari, dan
2. Atau lebih.
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi

DAFTAR 2 (13) DAFTAR 2 (14)


BENTUK UMUM TABEL DISTRIBUSI BENTUK UMUM TABEL DISTRIBUSI
FREKUENSI KUMULATIF FREKUENSI KUMULATIF
"KURANG DARI" "ATAU LEBIH"
Nilai Data Nilai Data
Kurang dari 0 atau lebih
Kurang dari atau lebih
Kurang dari atau lebih
Kurang dari atau lebih
Kurang dari atau lebih
Kurang dari atau lebih

Dengan p adalah panjang kelas interval Dengan p adalah panjang kelas interval
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi
DAFTAR 2 (15)
BENTUK UMUM TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
RELATIF KUMULATIF "KURANG DARI"
Nilai Data (%)

Kurang dari 0
Kurang dari
Kurang dari
Kurang dari
Kurang dari
Kurang dari

DAFTAR 2 (16)
BENTUK UMUM TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI Dengan N dapat dilihat dalam Daftar 2
RELATIF KUMULATIF "ATAU LEBIH" (12)
Nilai Data (%)

atau lebih
atau lebih
atau lebih
atau lebih
atau lebih
atau lebih

Dengan N dapat dilihat dalam Daftar 2 (12)


Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi

Contoh 5:
Salin kembali data mengenai hasil tentamen tengah semester, mata kuliah
Statistika dari mahasiswa Program S-1 Jurusan Pendidikan Matematika di
sebuah IKIP yang sudah disusun dalam tabel distribusi.

Hasil Tentamen Banyak Mahasiswa 1) Buat tabel distribusi frekuensi


relatifnya.
61 – 65 4 2) Buat tabel distribusi frekuensi
66 – 70 9
71 – 75 11 kumulatif ”kurang dari”
76 – 80 2 3) Buat tabel distribusi frekuensi
81 – 85 4 kumulatif ”atau lebih”.
86 – 90 7 4) Buat tabel distribusi frekuensi relatif
91 – 95 3 kumulatif ”kurang dari”.
5) Buat'tabel distribusi frekuensi relatif
Jumlah 40
kumulatif ”atau lebih”.
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi
1) Tabel distribusi frekuensi relatif
DAFTAR 2 (17)
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF HASIL TENTAMEN TENGAH SEMESTER
STATISTIKA DARI MAHASISWA PROGRAM S-1 JURUSAN PEND. MATEMATIKA DI IKIP
Hasil Tentamen Banyak Mahasiswa Frekuensi Relatif (%)

61 – 65 4

66 – 70 9

71 – 75 11

76 – 80 2

81 – 85 4

86 – 90 7

91 – 95 3

Jumlah 40 100
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi

2) Tabel distribusi frekuensi kumulatif ”kurang dari”


a. Untuk kelas interval pertama (kurang dari 61).
Karena tidak ada nilai data yang kurang dari 61 maka frekuensi
kumulatifnya 0 (nol).
b. Untuk kelas interval kedua (kurang dari 66).
Data yang nilainya kurang dari 66 adalah 61 sampai 65, sehingga
frekuensi kumulatifnya 4.
c. Untuk kelas interval ketiga (kurang dari 71).
Data yang nilainya kurang dari 71 adalah 61 sampai 70, sehingga
frekuensi kumulatifnya 4 + 9 = 13.
d. Untuk kelas interval keempat (kurang dari 76)
Data yang nilainya kurang dari 76 adalah 61 sampai 75, sehingga
frekuensi kumulatifnya 5 + 9 + 11 = 24
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi

e. Untuk kelas interval kelima (kurang dari 81).


Data yang nilainya kurang dari 81 adalah 61 sampai 80, sehingga
frekuensi kumulatifnya 4 + 9 + 11 + 2 = 26.
f. Untuk kelas interval keenam (kurang dari 86)
Data yang nilainya kurang dari 86 adalah 61 sampai 85, sehingga
frekuensi kumulatifnya 4 + 9 + 11 + 2 + 4 = 30.
g. Untuk kelas interval ketujuh (kurang dari 91)
Data yang nilainya kurang dari 91 adalah 61 sampai 90, sehingga
frekuensi kumulatifnya 4 + 9 + 11 + 2 + 4 + 7 = 37.
h. Untuk kelas interval kedelapan (kurang dari 96)
Data yang nilainya kurang dari 96 adalah 61 sampai 95, sehingga
frekuensi kumulatifnya 4 + 9 + 11 + 2 + 4 + 7 + 3 = 40.
Hasil tabelnya dapat dilihat dalam Daftar 2 (18).
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi

Daftar 2 (18)
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF "KURANG DARI"
HASIL TENTAMEN TENGAH SEMESTER STATISTIKA
DARI MAHASISWA PROGRAM S-1
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DI IKIP
Hasil Tentamen
Kurang dari 61 0
Kurang dari 66 4
Kurang dari 71 13
Kurang dari 76 24
Kurang dari 81 26
Kurang dari 86 30
Kurang dari 91 37
Kurang dari 96 40
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi

3) Tabel distribusi frekuensi kumulatif ”atau lebih”


a. Untuk kelas interval pertama (61 atau lebih)
Data yang nilainya 61 atau lebih adalah dari 61 sampai 95, sehingga
frekuensi kumulatifnya 4+9+11+2+4+7+3 = 40.
b. Untuk kelas interval kedua (66 atau lebih)
Data yang nilainya 66 atau lebih adalah 66 sampai 95, sehingga
frekuensi kumulatifnya 9+11+2+4+7+3 = 36.
c. Untuk kelas interval ketiga (76 atau lebih)
Data yang nilainya 71 atau lebih adalah 71 sampai 95, sehingga
frekuensi kumulatifnya 11 + 2 + 4 + 7 + 3 =27.
d. Untuk kelas interval keempat (76 atau lebih)
Data yang nilainya 76 atau lebih adalah 76 sampai 95, sehingga
frekuensi kumulatifnya 2 + 4 + 7 + 3 = 16.
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi

e. Untuk kelas interval kelima (81 atau lebih)


Data yang nilainya 81 atau lebih adalah 81 sampai 95, sehingga
frekuensi kumulatifnya 4 + 7 + 3 = 14.
f. Untuk kelas interval keenam (86 atau lebih)
Data yang nilainya 86 atau lebih adalah 86 sampai 95, sehingga
frekuensi kumulatifnya 7+3 = 10.
g. Untuk kelas interval ketujuh (91 atau lebih)
Data yang nilainya 91 atau lebih adalah 91 sampai 95, sehingga
frekuensi kumulatifnya 3.
h. Untuk kelas interval kedelapan (96 atau lebih)
Karena tidak ada data yang nilainya 96 atau lebih, maka frekuensi
kumulatifnya 0 (nol).
Hasil tabelnya dapat dilihat dalam Daftar 2.20.
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi

Daftar 2 (19)
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF "ATAU LEBIH"
HASIL TENTAMEN TENGAH SEMESTER STATISTIKA
DARI MAHASISWA PROGRAM S-1
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DI IKIP
Hasil Tentamen
61 atau lebih 40
66 atau lebih 36
71 atau lebih 27
76 atau lebih 16
81 atau lebih 14
86 atau lebih 10
91 atau lebih 3
96 atau lebih 0
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi

4) Tabel distribusi Frekuensi Relatif kumulatif ”kurang dari”

DAFTAR 2 (20)
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF KUMULATIF "KURANG DARI"
HASIL TENTAMEN TENGAH SEMESTER STATISTIKA
DARI MAHASISWA PROGRAM S-1
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DI IKIP
Hasil Tentamen Banyak Mahasiswa Frekuensi Relatif (%)
Kurang dari 61 0
Kurang dari 66 4
Kurang dari 71 13
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi

Hasil Tentamen Banyak Mahasiswa Frekuensi Relatif (%)


Kurang dari 76 24
Kurang dari 81 26
Kurang dari 86 30
Kurang dari 91 37
Kurang dari 96 40 100
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi

5) Tabel distribusi frekuensi relatif kumulatif ”atau lebih”

Daftar 2 (21)
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF KUMULATIF "ATAU LEBIH"
HASIL TENTAMEN TENGAH SEMESTER STATISTIKA
DARI MAHASISWA PROGRAM S-1
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DI IKIP
Hasil Tentamen Banyak Mahasiswa Frekuensi Relatif (%)
61 atau lebih 40
66 atau lebih 36
71 atau lebih 27
Macam-Macam
Tabel Distribusi Frekuensi

Hasil Tentamen Banyak Mahasiswa Frekuensi Relatif (%)


76 atau lebih 16
81 atau lebih 14
86 atau lebih 10
91 atau lebih 3
96 atau lebih 0 0
Data Terkelompok dan
Data Tidak Terkelompok

A. DATA TERKELOMPOK
• Dari sebagian data yang sejenis kalau kita telaah maka data tersebut
terdiri dari beberapa anggota, bahkan sampai tak terhitung banyaknya
anggota yang memiliki ciri yang sama.
• Contoh 1: Misalnya, data tentang inteligensi anak-anak Sekolah Dasar.
Kumpulan data ini sejenis, karena hanya membicarakan soal
inteligensinya saja. Setiap anak Sekolah Dasar memiliki identitas tentang
indeks inteligensinya (IQ), namun IQ-IQ tersebut tidak selalu sama antara
anak yang satu dengan anak lainnya. Dengan demikian data tersebut
merupakan kumpulan dari IQ-IQ. Untuk lebih memudahkan proses
penyampaian, khususnya untuk keperluan laporan dan pengolahan,
biasanya kumpulan data itu disederhanakan menjadi beberapa kumpulan
bagian atau biasa kita sebut kelompok-kelompok (klaster-klaster).
Pengelompokan ini mempunyai aturan tersendiri, seperti adanya panjang
kelas interval, dan banyaknya kelas interval.
Data Terkelompok dan
Data Tidak Terkelompok

B. DATA TIDAK TERKELOMPOK


• Data yang tidak terkelompok umumnya digunakan bagi data yang berasal
dari ukuran yang kecil, di mana tanpa kita mengelompokkannya. Hal itu
tidak akan mengganggu teknik pengelolaan selanjutnya, misalkan data
tentang banyaknya murid perempuan dan laki-laki yang terdapat pada
setiap kelas sebuah sekolah dasar tertentu. Data semacam ini cukup
diurutkan ke dalam kolom-kolom yang tidak terlalu panjang, dan cara
mengurutkannya tidak perlu ada aturan-aturannya seperti pada data
terkelompok, yaitu dengan adanya panjang kelas interval, banyak kelas,
dan sebagainya.
• Umumnya pada data tidak terkelompok merupakan variabel diskrit, dan
perlu juga diperhatikan bahwa antara data yang satu dengan data yang
lainnya tidak memiliki suatu hubungan, atau dengan kata lain masing-
masing data itu terpisah (disjoint).
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Tidak Terkelompok

C. PENYAJIAN DATA TIDAK TERKELOMPOK DALAM BENTUK DIAGRAM


1. Diagram Batang
Diagram batang adalah diagram yang berdasarkan data berbentuk
kategori. Langkah-langkah dalam membuat diagram batang adalah
sebagai berikut.
a. Buat dua buah sumbu, yaitu sumbu datar dan sumbu tegak. Dalam
sumbu datar ditulis nama kategorinya dan pada sumbu tegaknya
ditulis frekuensi yang bersesuaian dengan setiap kategori. Dalam
pembagian skalanya masing-masing sumbu sebaiknya mengambil
skala yang proporsional.
Buat batang-batang pada setiap kategori berupa empat persegi
Panjang dengan lebar yang sama pada setiap kategori dan tingginya
sesuai nilai frekuensi pada setiap kategori. Jarak antara batang
yang satu dengan batang lainnya juga harus sama.
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Tidak Terkelompok
b. Untuk selanjutnya masing-masing batang tersebut diberi warna
yang sama atau diarsir dengan corak yang sama.
c. Di bawah diagram diberi judul diagram dengan paragraf tengah
(center). Judul diagram terdiri dari nomor, masalah apa, di mana
masalah itu terjadi, dan kapan masalah itu terjadi. Nomor diagram
dibuat agar lebih mudah dalam pencarian diagram. Biasanya nomor
itu meliputi bab berapa materi itu sedang dibahas dan nomor urut
diagram itu sendiri. Misal Gambar 3 (5) artinya gambar itu
membahas bab tiga dan urutan gambar kelima yang sedang dibahas.
Contoh: Misalkan jumlah siswa SD, SMP, SMA, SMEA dan STM di kota "X"
pada Tahun 1990 adalah
Jumlah siswa SD ada 1500 orang,
Jumlah siswa SMP ada 900 orang,
Jumlah siswa SMA ada 1100 orang,
Jumlah siswa SMEA ada 1250 orang,
Jumlah siswa STM ada 870 orang.
Gambarkan diagram batangnya.
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Tidak Terkelompok

Penyelesaian:
Perhatikan Gambar 3.1. di bawah ini.

Gambar 3.1.
Jumlah Siswa SD, SMP, SMA, SMEA, STM di kota 'X' pada tahun 1990

Pada Gambar 3.1, sumbu datarnya ditulis SD, SMP, SMA, SMEA dan STM,
sedangkan pada sumbu tegaknya ditulis jumlah siswa (frekuensi) yang
nilainya dimulai dari 0, 400, 800, 1200, 1600.
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Tidak Terkelompok

2. Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran diartikan sebagai cara penyajian sekumpulan data ke
dalam lingkaran, lingkarannya dibagi menjadi beberapa bagian sesuai
dengan pengklasifikasian data. Dalam menggambarkan diagram
lingkaran data yang digunakan berupa nama-nama kategori yang
masing-masing mempunyai nilai frekuensinya. Langkah-langkah dalam
membuat diagram lingkaran adalah sebagai berikut.
a. Ubah nilai data absolut ke dalam bentuk persentase untuk masing-
masing kategori.
b. Ubah nilai data dalam bentuk persentase ke dalam satuan derajat
untuk masing-masing kategori.
c. Buat sebuah lingkaran dengan menggunakan jangka, ukuran
lingkarannya jangan terlalu besar, dan jangan terlalu kecil.
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Tidak Terkelompok

d. Masukkan kategori yang pertama seukuran sudut kategori tersebut


dengan menggunakan busur derajat. Sebaiknya, dimulai dari titik
yang tertinggi (000 pada jurusan tiga angka).
e. Masukkan kategori-kategori lainnya ke dalam lingkaran seukuran
masing-masing sudut pada kategori tersebut sesuai dengan arah
jarum jam.
f. Kemudian untuk setiap kategori yang terdapat dalam lingkaran,
hendaknya diberi corak atau warna yang berbeda.
g. Dan terakhir untuk setiap kategori yang terdapat dalam lingkaran
hendaknya diberi identitas.
1) Nama kategori disertai nilai persentasenya, atau
2) Nilai persentasenya saja, sedangkan nama kategorinya
dicantumkan pada catatan tersendiri yang terletak di luar
lingkaran disertai dengan corak atau warna yang sesuai seperti
dalam lingkaran.
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Tidak Terkelompok

Contoh: Lihat kembali data mengenai jumlah siswa SD, SMP, SMA, SMEA dan
STM di kota ”X” pada Tahun 1990. Gambarkan diagram lingkarannya.

Penyelesaian:
Sebelumnya kita harus mengubah dahulu ke dalam bentuk persentase untuk
masing-masing tingkatan sekolah.
SD
SMP
SMA
SMEA
STM
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Tidak Terkelompok

Selanjutnya, nilai persentase tersebut diubah ke dalam satuan derajat untuk


masing-masing tingkatan sekolah.
SD
SMP
SMA
SMEA
STM

Gambar 3.2.
Jumlah Siswa SD, SMP, SMA, SMEA, dan
STM di kota “X” pada tahun 1990
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Tidak Terkelompok

3. Diagram Titik
Diagram titik dapat juga dikatakan sebagai diagram koordinat karena
penyajian data melalui diagram ini hanya merupakan titik-titik
koordinat yang memberikan gambaran antara data atau variabel yang
terdapat di sumbu datar (horizontal) dengan yang terdapat di sumbu
tegak (vertikal). Contoh di bawah ini, mengenai banyaknya penduduk
pada daerah tertentu.

Gambar 3.3.
Bentuk Umum Diagram Garis
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Tidak Terkelompok

4. Diagram Garis
Diagram garis adalah diagram yang digambarkan berdasarkan data
waktu. Biasanya waktu yang digunakan adalah tahun atau bulan.
Langkah-Langkah dalam membuat diagram garis sebagai berikut.
a. Buatlah dua buah sumbu, yaitu sumbu datar dan sumbu tegak. Pada
sumbu datar biasanya menunjukkan waktu, sedangkan pada sumbu
tegak menunjukkan bilangan frekuensinya. Dalam pembagian skala
pada masing-masing sumbu sebaiknya mengambil skala yang
proporsional.
b. Sesuaikan data pada masing-masing sumbu, artinya data tahun
pada sumbu datar dibuat garis bantu ke atas sehingga berpotongan
dengan garis bantu dari sumbu tegak yang merupakan frekuensi
kategori tersebut.
c. Jika semua data sudah disesuaikan pada masing-masing sumbu,
maka akan terdapat sekumpulan titik-titik.
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Tidak Terkelompok

d. Hubungkan titik-titik tersebut sehingga akan diperoleh diagram


garis.
e. Di bawah diagram diberi judul diagram dengan paragraf tengah
(center). Judul diagram terdiri dari nomor, masalah apa, di mana
masalah itu terjadi, dan kapan masalah itu terjadi. Nomor diagram
dibuat agar lebih mudah dalam pencarian diagram.
Contoh: Berikut ini diberikan data mengenai jumlah siswa yang
diterima di sebuah SMA dari Tahun 1980 sampai 1986.
Tahun 1980 siswa yang diterima berjumlah 150 orang.
Tahun 1981 siswa yang diterima berjumlah 162 orang.
Tahun 1982 siswa .yang diterima berjumlah 175 orang.
Tahun 1983 siswa yang diterima berjumlah 200 orang.
Tahun 1984 siswa yang diterima berjumlah 225 orang.
Tahun 1985 siswa yang diterima berjumlah 230 orang.
Tahun 1986 siswa yang diterima berjumlah 240 orang.
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Tidak Terkelompok

Gambar 3.4.
Jumlah Siswa yang Diterima di Sebuah SMA Tahun 1980 sampai Tahun
1986
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Tidak Terkelompok

5. Diagram Lambang
Diagram Lambang adalah suatu cara penyajian data dalam
menggunakan lambang-lambang. Lambang-lambang yang digunakan
harus sesuai dengan objek yang diteliti. Misalnya, data yang digunakan
mengenai jumlah siswa maka lambang yang digunakannya adalah
gambar orang. Langkah-Langkah dalam membuat diagram lambang
sebagai berikut.
a. Buat tiga buah kolom, dengan ketentuan sebagai berikut.
Kolom pertama berisi nama-nama kategori,
Kolom kedua berisi lambang yang digunakan, dan
Kolom ketiga berisi frekuensinya.
b. Di bawah diagram diberi catatan berisi satu lambang
(digambarkan) mewakili sejumlah objek tertentu. Bilangan yang
dipakai untuk satu lambang ini hendaknya jangan terlalu besar
dan jangan terlalu kecil.
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Tidak Terkelompok

c. Tulis nama kategori pertama dan gambarkan lambangnya pada


kolom lambang serta tuliskan banyak datanya pada kolom frekuensi.
d. Banyaknya lambang yang digambarkan tidak sama dengan
banyaknya yang ada tetapi kalau dikalikan dengan bilangan yang
mewakili satu lambang tersebut sama dengan frekuensinya. Dengan
demikian, kemungkinan ada lambang yang digambarkan secara tidak
utuh.
e. Untuk kategori lainnya dapat dilakukan seperti pada kategori
pertama.
f. Di bagian tengah bawah diagram diberi nomor agar lebih mudah
dalam pencarian diagram. Biasanya nomor itu meliputi bab berapa
materi itu sedang dibahas dan nomor urut diagram itu sendiri.
Kemudian di bawahnya disertai penjelasan mengenai datanya.
Contoh: Lihat kembali data mengenai jumlah siswa SD, SMP, SMEA, dan
STM di kota ”X” pada tahun 1990. Gambarkan diagram lambangnya.
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Tidak Terkelompok

Penyelesaian:
Dalam hal ini, setiap lambang yang digunakan untuk mewakili 300 orang.
Diagram lambangnya dapat dilihat dalam Gambar 3.5.

Gambar 3.5.
Jumlah Siswa SD, SMP, SMEA dan STM di Kota “X” pada tahun 1990
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Terkelompok

A. HISTOGRAM DAN POLIGON FREKUENSI


Histogram dan poligon frekuensi diperoleh jika kita menggambarkan
grafik berdasarkan data yang sudah disusun dalam tabel distribusi
frekuensi. Langkah-langkah dalam menggambarkan histogram dan
polygon frekuensi sebagai berikut.
1. Buat dua sumbu, sumbu datar dan sumbu tegak. Pada sumbu datar
memuat bilangan yang merupakan batas-batas bawah semua kelas
interval dan batas atas pada kelas interval terakhir (ada juga yang
menggunakan titik tengah atau tanda kelas untuk setiap kelas
interval). Sumbu tegaknya mengenai nilai frekuensi dari data yang
bersesuaian dengan kelas intervalnya.
2. Untuk kelas interval pertama, pada sumbu datar dibatasi oleh batas
bawahnya dan batas atasnya. Pada batas bawah dan batas atas
masing-masing ditarik garis tegak lurus ke atas sampai menunjukkan
bilangan yang sesuai dengan frekuensi pada sumbu tegak.
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Terkelompok
Selanjutnya, hubungkan kedua ujungnya, sehingga akan terbentuk
sebuah batang yang berupa empat persegi panjang. Ulangi kegiatan ini
hingga seluruh kelas interval terakhir. Dalam hal ini, batas bawah kelas
interval kedua sama dengan batas atas kelas interval pertama, sehingga
garis yang ditarik tegak lurus akan berimpit dan akan diperoleh batang-
batang yang saling berimpit kemudian grafik inilah yang dinamakan
histogram.
3. Apabila dari histogram ini, titik-titik tengah sisi atas persegi panjang
dihubungkan satu sama lain dan hubungkan sisi atas pertama dengan
setengah jarak dari panjang kelas yang diukurkan ke kiri batas bawah
kelas interval pertama, serta hubungkan sisi atas terakhir dengan
setengah jarak dari panjang kelas yang diukurkan ke kanan batas atas
interval terakhir maka akan diperoleh poligon frekuensi.
4. Di bawah diagram diberi judul diagram dengan paragraf tengah (center).
Judul diagram terdiri dari nomor, masalah apa, di mana masalah itu
terjadi, dan kapan masalah itu terjadi. Nomor diagram dibuat agar lebih
mudah dalam pencarian diagram.
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Terkelompok

Contoh: Misalkan tinggi badan (dicatat dalam cm) dari sejumlah


mahasiswa angkatan 1989/1990 di Universitas "A" diberikan dalam tabel
berikut.
Daftar 3 (1).
Tinggi Badan (dalam Cm) Mahasiswa Angkatan 1989/1990
di Universitas "A"
Tinggi Badan Banyak Mahasiswa

152 - 154 15
155 - 157 17
158 - 160 25
161 - 163 20
164 - 166 15
167 - 169 12
170 - 172 8

Gambarkan histogram serta poligon frekuensinya


Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Terkelompok

Penyelesaian:
Ada dua cara kita yang dapat membuat histogram dan poligon frekuensi dari
daftar distribusi frekuensi di atas, yaitu dengan Langkah-langkah berikut.
1. Pada sumbu tegaknya kita cantumkan bilangan-bilangan untuk nilai
frekuensinya. Untuk menyesuaikan dengan daftar di atas kita tentukan
bilangan-bilangan itu adalah 0, 5, 10, 15, 20, dan 25.
2. Pada sumbu datarnya kita bisa cantumkan data tinggi badan yang
diambil dari titik-titik tengah setiap kelas interval (dalam hal ini 153,
156, 159, 162, 165, 168, 171) atau dari batas bawah dan batas atas
setiap kelas interval (151,5, 154,5, 157,5, 160,5, 163,5, 166,5, 169,5,
172,5), sehingga kita dapat membuat dua keadaan histogram dan
polygon frekuensi:
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Terkelompok

Gambar 3.8.
Histogram dan Poligon Frekuensi
Tinggi Badan (dalam Cm) Mahasiswa Angkatan 1989/1990 di
Universitas "A”
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Terkelompok

Gambar 3.9.
Histogram dan Poligon Frekuensi
Tinggi Badan (dalam Cm) Mahasiswa Angkatan 1989/1990
di Universitas "A”
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Terkelompok

B. OGIVE (OZAIV)
Ozaiv (ogive) adalah grafik yang dilukiskan berdasarkan data yang
sudah disusun dalam tabel distribusi frekuensi kumulatif. Grafik yang
dibuat berdasarkan data yang sudah disusun dalam tabel distribusi
frekuensi kumulatif ”kurang dari” disebut ogive positif. Sedangkan
grafik yang dibuat berdasarkan data yang sudah disusun dalam tabel
distribusi frekuensi kumulatif ”atau lebih” disebut ogive negatif.

Contoh: Diberikan data dalam tabel distribusi frekuensi kumulatif


berikut ini (lihat kembali data pada Daftar 2 (19) dan Daftar 2 (20)).
Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Terkelompok

Daftar 3 (2). Daftar 3 (3).


Tabel Distribusi Frekuensi Tabel Distribusi Frekuensi
Kumulatif "Kurang Dari" Kumulatif "Atau Lebih"
Hasil Tentamen Hasil Tentamen
Kurang dari 61 0 61 atau lebih 40
kurang dari 66 4 66 atau lebih 36
kurang dari 71 13 71 atau lebih 27
kurang dari 76 24 76 atau lebih 16
kurang dari 81 26 81 atau lebih 14
kurang dari 86 30 86 atau lebih 10
kurang dari 96 37 91 atau lebih 3
kurang dari 91 40 96 atau lebih 0

Gambarkan ogive positif dan ogive negatif.


Macam-Macam Bentuk Diagram untuk
Data Terkelompok
Penyelesaian:
Sumbu datarnya berisi bilangan-bilangan 61, 66, 71, 76, 81, 86, 91, 96.
Sumbu tegaknya berisi bilangan-bilangan 10, 20, 30, 40. Pada sumbu
datarnya jarak antara 0 dan 61 dibuat loncatan karena selisihnya 61,
sedangkan yang lainnya berselisih 5.
Hasil grafiknya dapat dilihat dalam Gambar 3.10.

Gambar 3.10.
Ogive Positif dan Ogive Negatif Hasil Tentamen
Tengah Semester Statistika Mahasiswa Program S-1
Jurusan Pendidikan Matematika di IKIP
Latihan soal
Berdasarkan data di bawah ini, buatlah tabel distribusi frekuensi, histogram,
poligon, ogive positif dan ogive negative

Anda mungkin juga menyukai