Surat Berharga POWER POINT

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 72

SURAT BERHARGA

HERRIL FAHMI, SH., MH


Institute Business Law And Management
(IBLAM)

Jakarta, Februari 2010


Surat Berharga
Pengertian surat berharga berbeda dengan pengertian
surat yang berharga, karena surat berharga mengandung
pengertian yang sempit dan bersifat objektif sedangkan
surat yang berharga mengandung pengertian yang sangat
luas dan bersifat subjektif, oleh karena itu istilah bahasa
belanda surat berharga disebut dengan Waarde Papier
dan untuk penyebut surat yang berharga dengan Papier
Van Waarde.
Devinisi surat berharga adalah surat yang
mempunyai nilai dan bersifat seperti uang tunai
yang dapat dipindah tangankan serta mudah
diperdagangkan dan merupakan alat bukti terhadap
utang yang telah ada.
Fungsi surat berharga sebagai pengalihan hak tagih
seseorang kreditur kepada pihak lain dan sebagai
instrument pembayaran, pengalihan hak tersebut dapat
dilakukan secara berturut-turut dari satu pihak ke pihak
lain sampai tiba waktu jatuh temponya, jadi fungsi surat
berharga :
1. Sebagai alat pembayaran.
2. Sebagai alat pemindahan hak tagih.
3. Sebagai surat bukti hak tagih.
Pemindahan surat berharga tergantung dari Klausul atau
syarat yang terdapat dalam surat tersebut ada klausul
atas tunjuk dan klausul atas penganti.

Teori tentang surat berharga didasari oleh ada perjanjian


antara penerbit dengan pemegang surat berharga
tersebut sebagai akibat transaksi yang telah terjadi :
1. Teori Kepantasan
2. Teori Perjanjian
3. Teori Penunjukan
Surat berharga sebagai surat legitimasi :

a. yang bersifat legitimasi formil seperti dalam pasal 115


ayat (1) untuk wesel, pasal 176 untuk surat aksep, dan
pasal 198 untuk surat Cek.
b. yang bersifat legitimasi materil seperti dalam pasal 115
ayat (2) untuk wesel dan aksep, pasal 198 untuk Cek.
Definisi surat wesel didalam KUHD tidak ditemukan
akan tetapi hanya menyebut tentang 7 syarat suatu
surat wesel yakni pasal 100 KUHD :

1. Nama wesel dalam warkatnya.


2. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang
tertentu.
3. Nama orang yang harus membayar sejumlah uang.
4. Penunjukan hari jatuh tempo.
5. Penunjukan tempat dimana pembayaran dilakukan.
6. Nama pihak yang menerima pembayaran.
7. Tanggal dan tempat wesel diterbitkan.
8. Tanda tangan orang yang menerbitkan wesel.
Jenis surat wessel dapat digolongkan kedalam
4 bentuk :

1. Surat wessel atas penglihatan.pasal 101 ayat (2)


KUHD
2. Surat wesel sesudah penglihatan. Pasal 122 KUHD
3. Surat wesel sesudah penanggalan
4. Surat wesel penanggalan pasal 136 ayat (1) KUHD
Dalam penerbitan surat wessel dapat dijamin atau aval
dengan perjanjian jaminan untuk seluruhnya atau
sebahagian dari surat wesel, bentuk aval atau jaminan
itu dapat berupa jaminan benda atau jaminan orang.
Diatur dalam KUHD pasal 129 sampai pasal 130.

Intervensi adalah ikut campur tangan pihak-pihak yang


tidak termasuk dalam kategori personil surat wessel
dalam menyelesaian masalah yang terjadi akibat pihak
tertarik tidak mau melakukan pembayaran atau
akseptasi terhadap surat wessel yang telah jatuh tempo.
Bentuk surat wessel beragam adanya antara
lain :

1. Surat wesel atas penganti penerbit


2. Surat wesel atas penerbit sendiri
3. Surat wesel untuk perhitungan pihak ketiga
4. Surat wesel inkaso
5. Surat wesel domisili
6. Surat wesel susulan
7. Surat wesel rekta
8. Surat wesel berganda
9. Surat wesel sola
Endosemen adalah pemindahan hak tagih dari
pemegang surat berharga seperti cheque dan wesel
kepada pihak lainnya dengan cara membubuhi tanda
tangan dibelakang surat berharga tersebut.

1. Endosemen biasa pasal 110 ayat (1) KUHD


2. Endosemen blanko pasal 112 ayat (2) KUHD
3. Endosemen inkaso pasal 117 ayat (1) KUHD
4. Endosemen jaminan pasal 118 ayat (1) KUHD
5. Endosemen khusus
6. Endosemen terbatas
Surat Sanggup atau Surat Aksep

Surat pernyataan kesanggupan untuk membayar kepada


seseorang atau pihak lain sejumlah uang tertentu pada
tempat dan tanggal tertentu. Jadi sebagai pengakuan
hutang yang dibuat oleh debitur atas permintan kreditur.
Pasal 174 KUHD
Yang memuat syarat surat sanggup :

1. Memuat sebutan “ surat sanggup“ di blankonya.


2. Penyanggupan Membayar sejumlah uang tertentu
tanpa syarat.
3. Penunjukan hari jatuh tempo.
4. Penunjukan tempat pembayaran harus dilakukan.
5. Nama orang yang menerima pembayaran dilakukan.
6. Tempat dan tanggal surat sanggup ditanda tangani.
7. Tanda tangan orang yang mengeluarkan.
Pengecualian dari syarat tersebut adalah :
1. Tempat pembayaran tidak disebut secara tegas,
maka tempat penanda tangan dianggap sebagai
tempat pembayaran.
2. Hari pembayaran tidak disebut secara tegas, maka
dibayar pada waktu penunjukan.
3. Tempat dan tanggal penanda tangan tidak
disebutkan,maka tempat yang tertera disamping
tanda tangan dianggap sebagai tempat pembayaran.
4. Tanggal pembayar tidak disebutkan, maka tanggal
jatuh tempo pembayaran adalah tanggal surat
sanggup itu diperlihatkan.
Pasal 176 KUHD menyebutkan bahwa sepanjang tidak
menyalahi sifat surat sanggup, maka terhadapnya berlaku
juga ketentuan mengenai surat wesel tentang :
1. Endosemen pasal 110 sampai 119 KUHD
2. Hari pembayaran pasal132 sampai 136 KUHD
3. Hak regres dalam hal tidak ada pembayaran pasal 142, 149,
151, 153 KUHD
4. Salinan surat wesel pasal 166, 167 KUHD
5. Surat wesel yang hilang pasal 167a, 167b KUHD
6. Perubahan pasal 168 KUHD
7. Lewat waktu pasal 168a, 169, 176b KUHD
8. Tentang hari besar pasal 171, 171a, 172, 173 KUHD.
Dalam hal bank komersil mangalami kesulitan
likwiditas akibat arus kas masuk dan keluar tidak tepat
mismatch, atau akibat NPL meningkat maka, sutat aksep
digunakan sebagai instrument untuk mengatasi
kesulitan tersebut berdasar pada surat keputusan direksi
Bank Indonesia No,21/54/kep/DIR tanggal 27 oktober
1988 dan 23/84/KEP/DIR tanggal 28 januari 1991.
Dengan Tujuan adalah :
1. Fasilitas diskonto (fasdis), adalah bantuan BI kepada bank
untuk menutup pelanggran giro wajb minimum atau untuk
mencegah saldo giro negatif dalam jangka waktu 7 hari.
2. Fasilitas diskonto I (fasdis I) adalah fsilitas yang disediakan
oleh BI kepada bank dalam rangka memperlancar pengatuan
likwiditas sehari hari dan sebagaia alat pengendali
moneter.berjangka waktu 2 hari.
3. Fasilitas diskonto I repo adalah fasilitas yang disediakan oleh
BI kepada bank yang sehat dan memiliki SBI yang mengalami
krisis moneter sehingga melanggar ketentuan giro wajib.
4. Fasilitas diskonto II (fasdis II) adalah fasilitas yang disediakan
oleh BI untuk memudahkan bank menanggulangi kesulitan
pendanaan semantara karena ada rencana pengerahan dana
tidak sesuai dengan penarikan kredit jangka menengah,
diberikan dalam jangka waktu 90 hari.
Surat Cheque
Menurut Abdulkadir Muhammad adalah surat yang
memuat kata cek yang diterbitkan pada tanggal dan
tempat tertentu, dengan mana penerbit memerintah
tanpa syarat kepada broker untuk membayar sejumlah
uang tertentu kepada pemegang atau pembawa ditempat
tertentu.
Dasar hukum surat cek diatur dalam pasal 178 sampai
dengan 229 KUHD yang fungsi utama surat cek adalah
perintah bayar tak bersyarat sebagai mana ditegaskan
dalam pasal 181 bahwa surat cek tidak dapat
diakseptasi, pasal 184 bahwa dalam surat cek tidak ada
bunga dan pasal 205 bahwa surat cek yang diajukan
sebelum hari bayar dapat dicairkan pada saat itu karena
tidak mengenal adanya cek mundur, sesuai dengan surat
presidium kabinet no AS/D/II/tahjun 1964 Indonesia
tidak mengenal cek mundur.
Syarat formal surat cek diatur dalam pasal 178
KUHD yaitu:
1. Kata cek ditulis dalam blanko surat cek
dimaksud.
2. Perintah bayar tak bersyarat.
3. Nama Pihak pembayar.
4. Tempat pembayaran dilakukan.
5. Tempat dan tanggal penerbit.
6. Tanda tangan penerbit.
Jika salah satu dari syarat formal tersebut tidak
terpenuhi maka surat cek dapat ditolak dan dinyatakan
tidak sebagai surat cek, kecuali :
1. Jika tidak menulis tempat pembayaran, maka tempat
pembayaran dianggap sama dengan nama yang
dicantum disamping nama bank pembayar.
2. Jika terdapat beberapa tempat pembayaran maka
yang dianggap tempat pembayaran adalah yang
pertama.
3. Dalam hal tidak dituliskan nama tempat pembayaran
maka, surat cek dibayarkan dikantor pusat bank.
4. Setiap surat cek yang tidak menuliskan tempat
penerbitannya dianggap ditanda tangani ditepat
tertulis disampng nama penerbit.
Secara yuridis fungsi surat cek adalah sebagai :

1. Alat bukti
Penerbitan surat cek adalah untuk melakukan pembayaran terhadap
suatu kewajiban. Dengan penyerahan surat cek maka kewajiban
dapat diselesaikan. Kepada pihak yang berpiutang merupakan suatu
alat bukti telah dilunasi kewajiban utang piutang.
2. Alat legitimasi
Penerbitan surat cek dapat berfungsi sebagai surat legitimasi yaitu
setiap orang yang menguasai cek berhak untuk meminta dipenuhi
atas haknya tanpa perlu pembuktian lebih lanjut.
Disamping itu Bank Indonesia tanggal 6 januari 1990 dengan surat
edarannya nomor 22/23/interen menyebutkan surat cek sebagai surat
perintah atas beban pemegang rekening dan surat edaran
No.8/13/UAO tanggal 8 januari tahun1976 menyebutkan cek
sebagai alat pengambilan uang tunai pada bank.
Surat cek khusus
Bentuk khusus surat cek diterbitkan untuk
tujuan yang khusus pula seperti:

1. Surat cek atas pengganti penerbit, pasal 183 ayat (1)


KUHD
2. Surat cek atas penerbi sendiri, pasal 183 ayat (3)
KUHD
3. Surat cek untuk perhitungan pihak ketiga, pasal 183
ayat (2) KUHD
4. Surat cek inkaso, pasal 183 a ayat (1) KUHD
5. Surat cek domisili, pasal 185 KUHD
6. Surat cek silang, pasal 214-216 KUHD
Endosemen terhadap surat cek hanya dilakukan
terhadap surat cek atas pengganti diatur dalam pasal 191
vsampai 201 KUHD, klausul surat cek atas pengganti
berbunyi “Bayarlah kepada saudara Herril Fahmi atau
pengganti’ pengalihan surat cek ini dengan endosemen
dan terhadap surat cek atas tunjuk dilakukan dengan
cara cessie.

Aval atau jaminan yang umum terjadi pada surat cek


dilakukan oleh pihak ketiga karena bila aval dilakukan
oleh pembayar itu hal yang mustahil, diatur dalam pasal
202 sampai 204 KUHD.
Pemegang surat cek atas nama dapat mengajukan Hak
regres atau protes bilamana tidak terjadi pembayaran
dari bank secara berturut-turut kepada endosan atau
penerbit atau avails. Dengan tenggang waktu 70 hari,
sedangkan terhadap surat cek atas tunjuk protes
langsung kepada penerbit diatur dalam pasal 217
KUHD.
Kemudian pasal 222 KUHD menegaskan yang dapat
diajukan oleh pemegang cek yang melakukan hak regres
adalah :
1. Jumlah surat cek yang tidak dibayarkan
2. Bunga dihitung sebesar 6% sejak hari pengajuan
pembayaran
3. Biaya protes, biaya notifikasi dan biaya lainnya.
Masa berlakunya suatu surat cek adalah 70 hari dihitung
semenjak diterbitkan jika diajukan setelah itu bank
wajib menolak pasal 206 KUHD.
Bank Indonesia menetapkan beberapa larangan dalam
penggunaan blanko surat cek untuk diedarkan dalam
wilayah Republik Indonesia yaitu:
1. Larangan penerbitan surat cek dalam bentuk valuta
asing.
2. Larangan mengunakan huruf bukan latin.
3. Larangan penulisan dan penanda tanganan warkat
dengan pointpen.
4. Larangan pengunaan stabiliboss pada surat berharga.
5. Larangan fiat atas surat cek.
Cek Kosong
Adalah suatu surat cek yang ditarik oleh pemegang
rekening giro pada suatu bank yang ketika diajukan
dananya tidak mencukupi atau saldo nol.

Penyebab terjadinya cek kosong adalah:


1. Akibat adanya alenia ke dua pasal 180 KUHD.
2. Akibat adanya ketentuan tantang rahasia bank.
3. Akibat adanya spekulasi dari nasabah penerbit cek.
Pengaturan Cek Kosong
Undang undang no.17 tahun 1964 tentang larangan
penarikan cek kosong.kemudian dicabut dengan UU no.
12 tahun 1971. Kemudian berlaku UU no.13 tahun 1968
tantang Bank sentral selanjutnya UU no. 23 tahun 1999
tetang Bank Indonesia.
Sengketa cek kosong dapat diselesaikan melalui
beberapa upaya hukum :
1. Mediasi dasar hukumnya peraturan mahkamah
agung no.1 tahun 2008.
2. Gugatan perdata, nominal yang ditagih, bunga
dihitung semanjak penerbitan cek, biaya biaya yang
timbul dala penagihan.
3. Perkara pidana, dasarnya ada indikasi penipuan yang
dilakukan oleh penerbit.
Kwitansi dan Promes atas Tunjuk
Dasar hukum pengaturan kwitansi dan promes atas
tunjuk dalam pasal 229e sampai dengan pasal 229k
KUHD, pasal 229e, 229j, 229k mengatur secara
bersamaan kwitansi dan promes atas tunjuk, sedangkan
pasal 229f, 229g, 229h, khusus mengatur kwitansi atas
tunjuk, dan pasal 229i khusus mengatur promes atas
tunjuk.
Devinisi Kwitansi atas Tunjuk
Adalah surat yang diterbitkan oleh penanda tangan pada
tanggal dan tempat tertentu yang berisi perintah
pembayaran sejumlah tertentu kepada pemegang pada
saat diperlihatkan.
Dari devinisi tersebut dapat lihat Syarat suatu kwitansi
yaitu :
1. Tulisan dan tanda tangan penerbit.
2. Tanggal penerbitan.
3. Perintah pembayaran sejumlah uang tertenu.
4. Nama orang yang harus membayar.
Menurut pasal 229f Tanggung jawab penerbit atas
pemenuhan pembayaran untuk jangka waktu 20 hari dan
bila tidak ada pembayaran, pemegang kwitansi atas
tunjuk tidak perlu protes seperti halnya dalam surat
wesel, melainkan langsung protes ke penerbit.

Pasal 229k menetapkan batas waktu kwitansi atas


tunjuk selama 6 bulan semenjak hari penerbitannya dan
batas waktu tersebut tidak mutlak berlaku sebagaimana
pasal 1967 KUHPerdata, penagihan tetap dilakukan
sampai terjadi pemenuhan kewajiban.
Devinisi Promes atas Tunjuk
Adalah surat yang ditanggali dimana penanda
tangannya sendiri berjanji akan membayar sejumlah
uang yang ditentukan didalammya kepada tertunjuk
pada waktu diperlihatkan pada suatu waktu tertentu.
Dari devinisi tersebut dapat dilihat ada tiga syarat
dari surat promes yaitu:
1. Surat yang ditanda tangani sendiri oleh penerbit.
2. Jani untuk membayar sejumlah uang.
3. Tanggal penerbitanya.
Kewajiban dan tanggung jawab penerbit menurut pasal
299i adalah bilamana tidak terjadi pembayaran dalam
waktu 6 hari maka,pemegang promes atas tunjuk dapat
mengajukan regres kepada endosan atau pihak penerbit
dan menunut pembatalan trasaksi penyerahan.

Lewat waktu terhadap surat promes datur dalam pasal


229k yang menegaskan bahwa penagihan terhadap surat
promes tetap dilakukan walaupun sudah lewat waktu
dan semuanya itu tidak mengeyampingkan pasal 1967
KUHPerdata.
Bilyet Giro
Adalah surat perintah dari nasabah.kepada bank
penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah
dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegang yang disebutkan namanya.

Dari devinisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa


bilyet giro sejatinya berfungsi sebagai warkat untuk
pemindahanbukuan, tetapi tidak dapat dijadikan
sebagai alat bayar. Yang berfungsi sebagai surat
berharga.
Dasar Hukum
Pengaturan bilyet giro dikeluarkan oleh Bank Indonesia
selaku otoritas sistim pembayaran yang untuk pertama
kali dengan SEBI no.4/6/70/UPPB/PbB tanggal 24
januari 1972, kemudian diganti dengan SK Dir BI
no.28/32/ kep/DIR tanggal 4 juli 1995.
Syarat formal suatu surat bilyet giro diatur dalam pasal 2
SK Dir BI.no. 28/32/kep/DIR/1995 ada 8 syarat yaitu :
1. Nama bilyet giro dan nomor bilyet giro yang
bersangkutan waktu
2. Nama tertarik, pihak yang menerbitkan
3. Nama dan nomor rekening pemegang
4. Nama bank penerima
5. Jumlah dana yang dipindahbukukan dalam angka dan
huruf
6. Tempat dan tanggal penarikan
7. Tanda tangan, nama jelas dan stempel
Tenggang waktu pembayaran adalah jangka waktu
kewajiban penerbit menyediakan dana yang dihitung
sejak tanggal penarikan sampai 70 hari kedepan pasal
6 ayat (1), bilyet giro yang ditawarkan kepada bank
pembayar sebelum tanggal efektif atau sebelum
tanggal penarikan harus ditolak oleh bank tanpa
memperhatikan tersedia atau tidaknya dana dalam
rekening penaruk.

Pasal 7 ayat (1) SK Dir BI menetapkan bahwa penarik


tidak boleh membatalkan bilyet giro bukberspekulasi
dalam membuka bilyet giro.
Bilyet giro kosong adalah bilyet giro yang ditarik
tanpa tersedianya dana yang cukup pada bank, ketika
bilyet giro diajukan untuk diambil alih atau
diperhitungkan, pasal 12 ayat (1) SK Dir BI
menetapkan bank wajib menolak bilyet giro yang
dananya tidak mencukupi, penarik bilyet giro kosong
menurut pasal 12 ayat (3) dikenakan sanksi
administratif.
Perbedaan antara bilyet giro dengan cek :
1. Surat Cek diatur dalam KUHD sedangkan bilyert giro
diatur dalam SK direksi Bank Indonesia
2. Surat Cek sebagai instrument penarik uang tunai,
sedangkan bilyet giro sebagai instrument
pemindahbukuan dana
3. Cek sebagi alat pembayaran tak bersyarat, sedangkan
bilyet giro alt perintah pemindahbukuan tan syarat
4. Surat Cek dapat diberikan pada siapapun, sedangkan
bilyet giro hanya pada pihak yang mempunyi rekening
giro dibank
5. Surat Cek berbagi jenis bentuknya, sedangkan bilyet
giro hanya satu jenis
Permasalahan bilyet giro sebagai surat
berharga adalah:
1. Bilyet giro tidak dapat dipindah tangankan atau
diendosemenkan
2. Adanya perbedaan antara tanggal penarik dengan
tanggal efektif selama 70 hari
3. Adanya kewenangan penarik untuk membatalkan
bilyet giro yang ditariknya
Konosemen
Konosemen sama artinya dengan bill of lading dalam
bahasa inggris, yang pengertiannya ditemukan dalam
pasal 506 KUHD adalah sepucuk surat yang ditanggali,
dimana pengangkut menyatakan bahwa ia telah
menerima barang tertentu untuk diangkut kesuatu tempat
tujuan yang ditunjuk dan disana menyerahkannya kepada
orang yang ditunjuk beserta janji - janji apa penyerahan
akan terjadi.

Dalam KUHD tidak menyebutkan syarat –syarat formal


tentang konosemen, pada dasarnya setiap warkat yang
disebut konosemen maka berlaku ketentuan tentang
konosemen terhadap warkat tersebut.
Fungsi konosemen meliputi :
1. Tanda terima penyerahan barang.
2. Kontrak penyerahan barang.
3. Bukti kepemilikan barang.
4. Perlindungan atas barang yang diangkut.
5. Bukti pembayaran uang tambang.
Jenis-jenis konosemen menurut sifatnya :

1. Clean bill of lading : konosemen yang menyatakan barang dalam


keadaan baik.
2. Unclean blll of lading : konosemen yang menyatakan barang
tidak sempurna.
3. Combined transport bill of lading : konosemen yang moda
transpot lebih dari satu.
4. Throught bill of lading : konosemen menyatakan sarana angkut
lebih dari satu kapal.
5. Shippers order bill of lading : konosemen yang dapat diperjual
belikan.
6. Air way bill : konosemen pengangkutan barang melalui udara.
7. Konosemen rekta : konosemen atas nama dan tidak dapat
dipindah tangankan.
8. Konosemen tanpa resi : konosemen.
Konosemen dapat dipindah tangankan dengan cara
endosemen yaitu dengan membuat pernyataan
dibelakang lembaran konosemen tersebut dan ditanda
tangani, endosemen terbagi dua yaitu endosemen
khusus dan endosemen blanko

Klausul yang ada dalam konosemen terbagi dua yaitu :


1. Klausul kasatoria.
2. Klausul paramount.
Sertifikat Bank Indonesia

SBI pertama kali diterbitkan dengan SK direksi Bank


Indonesia No.2/34 KEPDIR tanggal 12 maret 1970
dengan ketentuan antara laIn : jangka waktu 3 bulan,
bunga 3, 3/4% dengan sistim diskonto, hak tagih
kadaluarsa setelah 5 tahun sejak jatuh tempo.
Terakhir SBI diatur dengan peraturan Bank Indonesia
no.4/10/PBI/2002 dan diubah dengan PBI
no.6/5/PBI/2004 tanggal 6 februari 2004, karakteristik:
1. Satuan unit sebesar satu juta rupiah.
2. Jangka waktu satu bulan paling lama 12 bulan.
3. Dengan sistim diskonto.
4. Diterbitkan tanpa warkat.
5. Dapat dipindah tangankan.

Fungsi SBI adalah sebagai piranti pengendalian


moneter sesuai dengan amanat pasal 10 ayat (1) huruf
b.1.undang-undang no.3 tahun 2004 tentang Bank
Indonesia
Pasal 12 PBI mengatur Sanksi bagi bank yang tidak
melaksanakan:
1. Bank harus menyelesaikan transaksi dengan
penyedian dana saldo giro di BI, jika tidak maka
transaksi terebut dinyatakan batal.
2. Atas batalnya transaksi SBI tersebut bank yang
bersangkutan dikenakan teguran tertuis dan
kewajiban membayar satu permil dari nilai nominal.
3. Atas batalnya transaksi dipasar sekunder dikenakan
teguran tertulis dan kewajiban membayar satu juta.
4. Transaksi batal berturut turut tiga kali di pasar
sekunder dalam waktu 6 bulan bank dilarang ikut
kegiatan operasi pasar terbuka.

Tedapat Dilema dalam penerbitan sertifikat Bank


Indonesia terhadap kelancaran pembangunan didaerah.
SBI Syariah
Pasal 1 angka 4 PBI no.10/11PBI/2008 menyebutkan SBI
syariah adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah
berjangka waktu pendek dalam mata unah rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia.

Penerbitan SBI Syariah didukung oleh dewan syariah nasional


majelis ulama Indonesia no.36/DSN-MUI/2002 tanggal 25
oktober 2002 yang menetapkan :
1. BI menerbitkan SBI syariah dengan nama sertifikat wadiah
bank Indonesia SWBI yang dapat dimanfaatkan oleh bank
syariah.
2. Dalam SWBI tidak boleh ada imbalan yang disyaratkan
kecuali pemberian dengan suka rela dari BI.
3. SWBI tidak boleh di perjual belikan.
Pasal 4 PBI No.10/11/PBI /2008 menyebutkan
karakteristik SWBI :
1. Satuan unit sebesar satu juta rupiah.penitipan
sekurangnya Rp 500 juta.
2. Jangka waktu 1 bulan paling lama 12 bulan.
3. Diterbitkan tanpa warkat atau scripless.
4. Dapat diagunkan kepada BI.
5. Tidak dapat diperdagangkan.
Surat Berharga Pasar Uang
Menurut pasal 1 SK Dir BI no.17/57/kep/Dir
tanggal28 januari 1989 menyebutkan bahwa surat
berharga pasar uang adalah surat surat berharga
jangka pendek yang dapat diperjual belikan secara
diskonto dengan Bank Indonesia atau dengan lembaga
keuangan yang ditunjuk oleh Bank Indonesia dan
selanjutnya pasal 2 menyebutkan bahwa jenis-jenis
SBPU ditetapkan oleh BI.
SBPU harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
perundang – undangan yang berlaku yaitu :
1. Pasal 174 KUHD untuk surat sanggup dan pasal 100
KUHD untuk surat cek.
2. Pada warkat SBPU dicantumkan Bank atau LKBB yang
ditunjuk sebagai tempat pembayaran.
3. Mencantumkan persyartan “tanpa protes non
pembayaran” untuk surat sanggup pasal 176 KUHD dan
“tanpa protes non akseptasi” untuk surat wesel pasal 145
KUHD.

SBPU adalah juga sebgai alat kebijakan moneter didalam


mengendalikan pertumbuhan dan peredaran uang kartal
dalam sistim pembayaran dengan mengefektifkan
pelaksanaan operasi pasar terbuka.
Menurut angka 5.1 SEBI no.17/6/UPUM tanggal 28
januari 1985 kriteria yang harus ada dalam perdagangan
SBPU yang berupa surat sanggup sesuai pasal 174 KUHD
adalah:
1. Klausula sanggup dan kata kata surat sanggup dalam
teksnya dalam bahasa Indonesia.
2. Janji tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang
tertentu.
3. Penetapan hari bayar.
4. Penetapan tempat pembayaran.
5. Nama pihak yang harus menerima pembyaran atau
penggantinya.
6. Tempat dan tanggal surat sanggup ditanda tangani.
7. Tanda tangan penerbit.
Menurut angka 5.2 SEBI no.17/6/UPUM tanggal 28
januari 1985 bahwauntuk surat wese sesuai pasal 100
KUHD adalah :
1. Nama surat wesel yang ditulis dalam teksnya .
2. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah
uang tertentu.
3. Nama pihak yang wajib membayar.
4. Penetapan hari bayar.
5. Penetapan tempat pembayaran.
6. Nama pihak yang akan menerima pembayaran atau
pengantinya.
7. Tanda tangan penarik.
Sertifikat deposito

Menurut pasal 1 angka 8 undang-undang perbankan no.


10 tahun 1998 adalah simpanan dalam bentuk deposito
yang sertifikat bukti penyimpananya dapat dipindah
tangankan, sedangkan menurut SK direksi BI no. 21/46
kep/Dir tanggal 27 oktober 1988 adalah surat berharga
atas tunjuk dalam rupiah yang merupakan surat
pengakuan utang dari bank dan LKBB yang dapat
diperjualbelikan dalam pasar uang.
Menurut Djoni S Gazali tahun 2010 kriteria sertifikat
deposito adalah:
1. Surat atas tunjuk atau atas pembawa yang dapat
diperdagangkan.
2. Merupakan instrument pasar uang antar bank.
3. Bunga dapat dibayar dimuka (diskonto) atau dapat
dibayar dibelakang.
4. Jangka waktu antara 1 sampai 12 bulan.
5. Dapat dijadikan jaminan kredit.
6. Nilai nominal RP 1.000. 000.00.
Bank Indonesia tidak mengatur mengenai
operasional dari sertifikat deposito oleh karenanya
perlu keseragaman untuk isi, dan redaksi sertifikat
deposito tersebut agar memenuhi persyaratan :
1. Mutu kertas sertifikat deposito sekurang-
kurangnya sama dengan kertas surat cek.
2. Mencetak sertifikat deposito harus diperhatikan
segi keamanannya seperti tanda air.
3. Pada halaman depan terdapat :
a. Kata-kata sertifikat deposito dan dapat diperdagangkan.
b. Nomor seri dan nomor urut.
c. Nama dan tempat kedudukan penerbit.
d. Nilai nominal dalam rupaiah.
e. Tanggal dan tempat penerbitan.
f. Tingkat suku bunga atau diskonto.
g. Pernyataan penerbit untuk membayar sejumlah uang
rupiah pada tanggal dan tempat.
h. Tanda tangan penerbit yang berwenang.
4. Pada halaman belakang klausula dicantumkan
bahwa :
a. Penerbit menjamin sertifikat deposito dengan seluruh
harta maupun piutangnya.
b. Sertifikat deposito dapat diperjualbelikan dan dipindah
tangankan.
c. Pelunasan dilakukan pada tanggal jatuh tempo atau
sesudahnya.
Surat Utang Negara
Menurut pasal 1 angka 1 undang-undang no.24 tahun 2002
tanggal 22 oktober menybutkan SUN adalah surat berharga yang
berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh
Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.

Pasal 11 tahun 2002 menetapkan,bahwa setiap SUN


mencantumkan sekurang-kurangnya:
1.Nilai nominal
2.Tanggal jatuh tempo
3.Tanggal pembayaran bunga,tanggal pembayaran bunga hanya
berlaku pada SUN dengan kupon
4.Tingat bunga (kupon),tingkat bunga hanya berlaku pada SUN
dengan kupon.
5.Frekuensi pembayaran bunga,tingkat bunga hanya berlaku
pada SUN dengan kupon
6.Cara perhitungan pembayaran bunga,cara perhitungan
pembayran bunga hanya berlaku pada SUN dengan kupon
7. Ketentuan tentang hak untuk membeli kembali SUN sebelum
jatuh tempo,dan
8.Ketentuan tentang pengalihan kepemilikan.
Menurut pasal 2 ayat 1 SUN diterbitkan dalam
bentuk warkat atau tanpa warkat dan pasal 3
menyatakan bahaw SUN terdiri dari; surat
perbendaharaan negara dan obligasi negara.
Tujuan penerbitan SUN
1. Membiayai defisit APBN.
2. Menutup kekurangan arus kas jangka pendek
akibat tidak match penerimaan dan
pengeluaran
3. Mengelola portopolio utang negara
Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa SUN diterbitkan dalam
bentuk warkat dan tanpa warkat dan pasal 3 menjelaskan bahwa
SUN tersebut terdiri dari :
1. Surat perbendaharaan negara berjangka waktu 12 bulan
dengan bunga secara diskonto.
2. Obligasi Negara berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan
kupon atau pembayaran bunga secara diskonto.
SUN diterbitkan dengan tujuan :
1. Untuk membiayai deficit APBN.
2. Menutup kekurangan kas jangka pendek.
3. Mengelola portofolio utang Negara.

PBI no10/13/PBI/2008 menyebutkan fungsi Bank Indonesia


dalam lelang dan penatausahaan surat berharga Negara adalah
memberikan masukan dalam rangka penerbitan SUN termasuk
penyususnan ketentuan dan persyaratan penerbitan.
SUN bertindak sebagai agen lelang dalam penerbitan SUN
dipasar perdana dan menatausahakan SUN.
-Surat Perbendaharaan Negara
1.Diterbitkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat(scripless)
2.Diterbitkan dalam bentuk yang diperdagangkan atau dalam
bentuk yang tidak diperdagangkan di pasar sekunder.
3.Diterbitkan dengan jangka waktu sampai dengan 12 bulan dan
pembayaran bunga secara diskonto
-Obligasi Negara
1.Diterbitkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat (scripless)
2.Diterbitkan dalam bentuk yang diperdagangkan atau dalam
bentuk yang tidak diperdagangkan dipasarsekunder
3.Diterbitkan dengan jangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon
mengambang(variable rate)kupon tetap (fixed Rate),dan atau pembayaran
bunga secara diskonto.
Publikasi Surat Utang Negara
Pasal 12 peraturan pemerintah nomor 76 tahun 2005,menetapkan
bahwa menteri wajib secara berkala mempublikasikan informasi
mengenai pengelolaan SUN,yang antara lain meliputi;
A. Kebijakan pengelolaan utang dan rencana penerbitan SUN yang
meliputi perkiraan jumlah dan jadwal waktu penerbitan
B. Jumlah SUN yang beredar berserta komposisinya,termasuk jenis
valuta,struktur jatuh tempo dan tingkat bunga
C. Perkiraan dan realisasi pembayaran bunga dan pokok SUN
D.Jumlah dan jenis SUN yang telah dibeli kembali dan atau telah
dipertukarkan sebelum jatuh tempo
Ketentuan Pidana
-Pasal 19 ayat 1 undang-undang nomor 24 tahun 2002
menetapkan,setiap orang yang meniru SUN atau memalsukan
SUN dengan maksud memperdagangkan atau dengan sengaja
memperdagangkan SUN tiruan atau SUN palsu,dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 5 tahun,dan paling lama 10 tahun
dan denda paling sedikit sepuluh miliar rupiah dan paling
banyak dua puluh miliar rupiah.
-Pasal 19 ayat 2 menetapkan setiap orang yang dengan sengaja
menerbitkan SUN tidak berdasarkan undang-undang ini,
dipidana dengan hukuman penjara paling singkat sepuluh tahun
dan paling lama dua puluh tahun dan denda paling sedikit dua
puluh miliar dan paling banyak empat puluh miliar rupiah.
TERIMAKASIH...

Anda mungkin juga menyukai