Kelompok 4 Geo

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 4

MUH NURHIDAYAT
St. BUNGA FATIMAH
NUR IMAN NURDIN
FAHRUL MUZADIQ
St. HUMAIRA
ANDINI
ISMAIL
EKSOGEN

Tenaga eksogen merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi. “Luar
bumi” yang dimaksud di sini bukan berarti tata surya ya. Maksud dari
“luar bumi” adalah tenaga yang berasal dari atas permukaan bumi,
termasuk kegiatan manusia yang membentuk permukaan bumi. Ini bisa
berarti air, angin, organisme, sinar matahari, dan es.
PELAPUKAN
A. PENGERTIAN PELAPUKAN
Pelapukan adalah proses perusakan kulit bumi yang dapat disebabkan oleh
gaya eksogenik (berasal dari luar bumi) baik secara fisis, kimia, maupun
biologi. Proses perusakan yang terjadi dapat berupa alterasi (perubahan
komposisi material) dan fragsinasi (pemisahan kristal dari larutan magma)
batuan ataupun material lainnya diatas atau dekat permukaan bumi yang
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti cuaca dan iklim, perubahan suhu,
terpapar unsur kimia yang terlarut dalam air hujan, serta ulah manusia.
Proses pelapukan berpengaruh pada komposis tanah dan asal terbentuknya
batuan sedimen di dalam tanah. Selain itu, Proses pelapukan menyebabkan
material yang semula besar menjadi bagian bagian yang lebih kecil.
B. MACAM-MACAM PELAPUKAN
a. Pelapukan Fisika (Mekanis)

Pelapukan fisika merupakan proses pelapukan yang terjadi secara mekanik, maksudnya proses
penghancuran batuan menjadi bagian yang lebih kecil tanpa mengubah komponen susunan
kimia material tersebut.Adapun faktor yang mempengaruhi pelapukan fisika, meliputi:
1) Perubahan Suhu
Batuan dapat hancur karena adanya perbedaan suhu yang besar. Peristiwa ini terjadi terutama
pada daerah beriklim kontinental atau gurun. Suhu di daerah gurun pada siang hari dapat
mencapai 450C dan di malam hari dapat turun hingga -40C. Perbedaan suhu tersebut akan
membuat batu memuai dan menyusut. Jika hal demikian terjadi terus-menerus, maka batu
besar dapat retak dan pecah.
2) Berkurangnya tekanan
Hilangnya penutup pada batuan beku menyebabkan volumenya berkurang
sehingga lingkungannya berubah yang akan mengakibatkan perubahan tekanan
pada batuan. Oleh karena tekanan berubah, maka kemampuan memuai atau
menyusut akan berbeda-beda pula pada permukaan batuan, sehingga terjadilah
rekahan-rekahan sejajar yang menyebabkan pengelupasan batuan (ekfoliation).
Ekfoliasi diartikan sebagai proses pengelupasan batuan menjadi bentuk
lempeng lengkung karena bagian luar batuan lapuk oleh hidrasi atau hidrolisis.
3) Pembekuan Air (Frost Wedging)
Frost wedging merupakan proses membekunya air tanah atau air hujan dalam
pori-pori batuan. Kondisi ini menyebabkan pemuaian volume dan
menimbulkan tekanan pada lapisan batuan.Pelapukan mekanik ini umumya
terjadi di daerah pegunungan tinggi, atau daerah bermusim dingin. Penekanan
dari pertambahan volume ini paling efektif pada suhu antara -50C sampai -
150C. Proses pecahnya batuan karena mengalami beku celah disebut dengan
istilah kryoturbasi.
b. Pelapukan Kimia

Pelapukan kimia dikenal dengan istilah dekomposisi yaitu suatu proses


penghancuran batuan melalui mekanisme kimiawi yang melibatkan beberapa reaksi
penting antara unsur-unsur di atmosfer dan mineral-mineral pada kerak bumi. Dalam
proses ini, struktur dalam mineral yang semula terurai akan menjadi mineral-mineral
baru. Keadaan ini menyebabkan terjadinya perubahan besar terhadap komposisi kimia
dan sifat fisik batuan.Pelapukan kimiawi lebih mudah ditemukan di daerah kapur. Hal
ini disebabkan air dapat masuk dengan mudah ke dalam batuan kapur yang mengandung
unsur-unsur kimia, sehingga kapur mengalami pelarutan. Kemudian air akan mengalir
melalui pori-pori kapur sehingga menimbulkan bentukan khas, meliputi:
(1) Dolina
Dolina merupakan puncak-puncak pegunungan kapur akibat terjadinya
erosi (pelarutan) atau runtuhan. Puncak itu adalah sisa pelarutan, sedangkan
lembah di antaranya adalah dolina-dolina yang mengalami peleburan.
(2) Gua dan sungai bawah tanah
Pelarutan mineral yang terdapat pada tiap batuan menyebabkan
terbentuknya gua dan sungai bawah tanah. Proses pembentukan ini diawali
dengan adanya celah atau retakan di dalam tanah kapur. Kemudian, adanya
pelarutan menyebabkan retakan itu membesar dan menjadi lubang-lubang
atau disebut dengan goa. Jika lubang-lubang itu saling berhubungan satu
sama lain, tebentuklah terowongan yang disebut sungai bawah tanah.
(3) Stalaktit dan Stalagmit
Stalaktit merupakan bagian yang menggantung pada langit-langit goa
berbentuk kerucut kapur. Sedangkan staglamit merupakan bagian yang
berdiri mengerucut ke atas dari dasar goa.
c. Pelapukan Biologi

Pelapukan biologi dikenal juga dengan istilah pelapukan organis. Pelapukan biologis
disebabkan oleh makhluk hidup yang memecah batu baik secara fisik maupun kimia. Makhluk
hidup pelaku pelapukan biologi meliputi bakteri, tumbuh-tumbuhan, hewan, ataupun manusia.

Secara umum, faktor yang mempengaruhi terjadinya pelapukan biologi di Indonesia, meliputi:
1) Keadaan struktur batuan
Proses vulkanis dan tektonik merupakan cara dominan terbentuknya batuan di Indonesia.
Struktur batuan memiliki banyak pori dan rongga sehingga memudahkan air masuk.
Akumulasi volume air dapat mendesak sehingga terbentuk pecahan ataupun retakan.
2) Keadaan Iklim
Indonesia merupakan daerah tropis yang memiliki intensitas sinar matahari,
curah hujan, dan tingkat kelembaban yang tinggi. Sehubungan dengan hal
itu, faktor tersebut mendukung dalam memecahkan batuan. Sinar matahari
memuaikan, kelembaban yang menyusutkan, sedangkan air akan mengisi
pori-pori dan retakan yang diakibatkan oleh penyusutan dan pemuaian.
3) Keadaan vegetasi
Indonesia memiliki lahan hutan dan pertanian yang luas. Pembusukan
dedaunan dan ranting akan menghasilkan asam humus yang sangat
berperan dalam mempercepat proses pelapukan kimiawi.
C. DAMPAK PELAPUKAN
Proses pelapukan dapat menyebabkan dampek berikut ini:
a. Dampak Positif
1. Aktivitas pelapukan dapat menghasilkan bentuk muka bumi yang indah dan
menjadi objek wisata, contoh: Grand Canyon di Amerika Serikat.
2. Pelapukan di daerah kapur dapat membentuk gua-gua yang mempunyai stalaktit
dan stalagmit yang dapat menjadi tujuan wisata, contoh: Goa Maharani di
Lamongan, Goa Jatijajar dan Goa Petruk di Kebumen.
b. Dampak Negatif
1. Proses pelapukan dapat menjadi tenaga destruktif, yakni merusak batu-batuan
termasuk bangunan-bangunan, terutama pada bagian dinding dindingnya sehingga
sangat merugikan manusia.
2. Pelapukan juga dapat merusak batu-batu candi.
D. CARA MENGATASI PELAPUKAN
Pelapukan paling sering terjadi ialah pada kayu dan bebatuan. Adapun upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah pelapukan pada material tersebut dapat berupa:
a. Pelapukan pada Kayu
Pencegahan untuk memperlambat pelapukan pada kayu, meliputi:
-Kayu dikeringkan dengan alat khusus (dioven) untuk menurunkan kadar air;
-Kayu dilapisi cat atau pernis untuk mengurangi penyerapan air;
-Kayu ditempatkan di ruangan yang tidak lembab; dan
-Kayu diberi zat anti rayap.
b. Pelapukan pada Batuan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk memperlambat proses pelapukan pada
benda yang terbuat dari batuan ialah menghindari kontak langsung dengan alam terbuka.
Panas matahari dan perubahan cuaca yang tak menentu dapat mengakibatkan benda yang
terbuat dari batu cepat lapuk dan pecah. Selain itu lumut yang tumbuh pada benda yang
terbuat dari bebatuan juga dapat menyebakan pelapukan, seperti halnya lumut yang
tumbuh pada candi. Tindakan pembersihan lumut yang ada pada dinding-dinding candi
akan memperlambat pelapukan serta dapat mempertahankan keindahan candi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai