Laporan Kasus Appendisitis - Dr. Rahmalia Reisa

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 65

Laporan kasus

APPENDISITIS
Disusun oleh :
dr. Rahmalia Reisa

Pendamping :
dr. Amelia Nasrin
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PROGAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TELUK KUANTAN
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
PROVINSI RIAU
2024
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Kegawatdaruratan bedah paling umum pada anak-anak dan dewasa muda dengan nyeri perut.

Appendisitis

(Peradangan pada apendiks vermiformis)

 Obstruksi lumen apendiks oleh faecalith, stasis faecal, hiperplasia limfoid atau caecal neoplasma dan
berbagai infeksi oleh patogen.
PENDAHULUAN
Kementerian Kesehatan
World Health
Republik Indonesia
Organization (WHO)
(KEMENKES RI)
Insiden Appendisitis  Appendisitis  Peringkat 10 besar penyakit tidak
 Tahun 2010  7,62% menular penyebab rawat inap di rumah sakit
 Tahun 2013  8,22% tahun 2009 dan 2010.
 Insiden Appendisitis pada orang  Penyebab kematian hampir 70% didunia.
dengan asupan makanan yang tinggi  Prevalensi tertinggi terjadi pada usia 20-30 tahun.
akan serat
PENDAHULUAN

 Timbulnya gejala Appendisitis menuju perforasi terjadi begitu cepat


 20% kasus appendiks terjadi 48 jam, bahkan 36 jam
 Diagnosis Appendisitis  Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang

Appendisitis
Keterlambatan dalam mendiagnosis Appendisitis perforasi

Komplikasi

pembentukan abses, sepsis, dan adhesi intra-abdominal


BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn.SG
 Usia : 17 tahun
 Pendidikan : SMA
 Alamat : Benai
 No MR : 149132
 Masuk RS : 10 Maret 2024
ANAMNESIS

 Keluhan utama

Nyeri perut kanan bawah memberat sejak 1 hari SMRS


 Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Teluk Kuantan dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari SMRS,
memberat sejak 1 hari ini. Awalnya pasien mengeluhkan nyeri ulu hati lalu timbul nyeri di perut kanan
bawah. Nyeri dikatakan tidak membaik dengan pengobatan dan memberat jika pasien bergerak. Mual (+),
Muntah (-) Demam (+) 1 hari yang lalu, hilang timbul. Nafsu makan dan minum menurun (+), batuk (-),
riwayat diurut (-), flatus (+), BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien terakhir makan dan minum pukul
13.00 WIB.
ANAMNESIS
Riwayat Sosial
Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit
ekonomi dan
Dahulu Keluarga
kebiasaan
 Riwayat merokok (+) sejak SMP
 Riwayat tekanan darah tinggi (-)  Riwayat tekanan darah tinggi (-)
menghabiskan 1 bungkus rokok
 diabetes melitus (-)  Diabetes melitus (-) dalam sehari.
 riwayat sakit maagh (-)  Penyakit jantung (-)

 penyakit jantung (-)  cacat bawaan (-)

 kelainan darah (-)


 alergi (-)
 keganasan (-)
PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : Tampak sakit sedang


 Kesadaran : Composmentis kooperatif
Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 123/79 mmHg
 Nadi : 104 x/m
 Pernapasan : 20 x/m
 Suhu : 36.70 C
 SpO2 : 97% room air
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
 Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+), wajah tampak ikterik
 Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
 Paru : gerak dinding dada simetris, suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
 Abdomen : BU (+) normal, defans muscular (-) Nyeri tekan epigastrium (+)
 Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik

Status Lokalis
Regio abdomen :
 Nyeri tekan Mc. Burney (+)  Psoas sign (+)
 Nyeri tekan lepas (+)  Obturator sign (+)
 Rovsing Sign (+)
DIAGNOSIS KERJA

 Abdomninal pain ec Susp Appendisitis akut


USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Darah perifer lengkap


 Rontgen thorax
 Abdomen akut
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah Lengkap (21 Desember 2023, pukul 20.11 WIB)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Darah lengkap Hitung Jenis
Hemoglobin 14.5 g/dL 14-18 g/dL Basofil 0,1% 0-1%
Leukosit 12.52 x 103/uL () 5.00-10.00 x103/uL Eosinofil 0,3% () 1-3%
Trombosit 186 x 103/uL 150-400 x103/uL Neutrofil segmen 90,6% () 50-70%
Eritrosit 5.28 x106/uL 4.50-5.00 x106/uL Limfosit 3,5% () 20-40%
Hematokrit 42,5% 40-48% Monosit 5,5% 2-8%
MCV 80,5 fL 82.0-92.0 fL
MCH 27,5 pg 27.0-31.0 pg Neutrofil Limfosit Ratio 25,89 () < 3.13

MCHC 34,1 g/dL 32.0-36.0g/dL


HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kimia klinik
Imunologi
HBsAg Negatif Non reaktif
HIV Non Reaktif Negatif
AHCV Negatif
27 Des 23
Hemostasis
APTT 37,20 dtk 29,20-39,40
Prombine Time 9,80 dtk 08.00- 13.00
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgan Thorax (21 Desember 2023)
X - foto thorax AP
 Jaringan lunak sekitar dalam batas
normal
 Tulang-tulang intak
 Kedua sinus kostofrenikus lancip,
diafragma kanan lebih tinggi dibanding
kiri
 Cor: kesan normal dengan cardiothoracic
ratio < 0,5
 Trakea midline
 Corakan bronkovaskular normal
Kesan: tidak tampak kelainan
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgan Abdomen

Foto polos Abdomen :


 Identitas sesuai
 Udara usus terdistribusi hingga ke distal
 Tampak dilatasi loop usus
 Psoas line simetris dan peritoneal fat line
baik
 Tulang intak
Kesan: fecal material prominent (+)
ALVARADO SCORE

Feature Points 
Migration of pain from central area 1 
to RLQ

Anorexia or Acetonuria 1 
Nausea with vomiting 1 -
Total : 8
Tenderness in RLQ 2  ( kemungkinan tinggi
Rebound tenderness 1  appendicitis )
Elevated temperature ≥ 38oC 1 -
Leukocytosis (>10.400/mm3) 2 
Shifted WBC count (>75% 1 
neutrophils)

Total possible points 10 9


DIAGNOSIS

 Abdominal pain ec Susp Appendisitis akut


TATALAKSANA
Konsul dr. Ryan, Sp.B  Rawat :
- IVFD RL 1500cc/24 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp (IGD)
- Inj. ceftriaxone 2gr/24 jam
- Inj. ranitidin 50 mg/12 jam
PROGNOSIS

 Quo ad vitam : dubia ad bonam


 Quo ad sanationam : dubia ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
FOLLOW UP

Tanggal Subjektif Objektif Assessment Plan


10/03/2024 Nyeri perut kanan bawah (+), Kesadaran: CM Susp. Appendisitis - Pasien dipindah ruangan ke bedah
Mual (-), Muntah (-), Demam (-), TD : 107/86 mmHg akut - IVFD RL 20 tpm
- Inj. ceftriaxone 2gr/24 jam
RR : 20 x/m
- Inj. ranitidin 50 mg/12 jam
HR : 75 x/m - Infus metronidazole 3x500 mg
T : 36,6 C - R/ OK tgl 10/03/2024 pukul 22.00 WIB
VAS : 5-6 - Konsul anestesi Rencana OK  ACC dr. Hasbi
Sp.An
Abdomen : BU (+)N,Defans muscular (-), NTE
(+)

- Nyeri tekan Mc. Burney (+)


- Nyeri tekan lepas (+)
- Rovsing Sign (+)
- Psoas sign (+)
- Obturator sign (+)
FOLLOW UP

10/03/2024 Post LE Kesadaran: CM Post Laparotomi - Sementara puasa


22.00 WIB TD : 105/65 mmHg
Pusing (+), Mual appendiktomy - IVFD RL 500 cc/8jam
(+), Nyeri luka HR : 90 x/m - Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam
Op RR : 20 x/m - Inj. Ketorolac 3x30 mg
T : 36,5 C - Inj. Ranitidin 2x50 mg
VAS : 5-6 - Infus metronidazole
- Abdomen : Soepel, Luka 3x500 mg
operasi tertutup verban
- Drain : warna kuning
kemerahan
FOLLOW UP

11/03/2024 Pusing (+), Mual Kesadaran: CM Post Laparotomy - IVFD RL:D5 2:1
(+), Muntah (-), TD : 120/74 mmHg appendiktomy a.i - Inj. Ceftriaxone 2x1gr
BAB (-), Flatus HR : 96 x/m appendicitis perforasi - Inf. Metronidazole
jarang, Nyeri luka RR : 20 x/m POD I 3x500mg
operasi T : 36,5 C - Inj. Ranitidine 2x50mg
VAS : 5-6 - Inj. Ketorolac 3x30mg
Abdomen : Distensi (-), BU - Inj. Asam tranexamat
(+), Luka operasi tertutup 3x500mg
verban - Pasang ngt alir
Drain : produktif serous - Sementara puasa
hemoragik
FOLLOW UP
12/03/2024 Nyeri luka operasi Kesadaran: CM Post Laparotomy - IVFD RL:D5 2:1
berkurang, Mual TD : 116/74 mmHg appendiktomy a.i - Inj. Ceftriaxone 2x1gr
(+), muntah (-), HR : 96 x/m appendicitis perforasi - Inf. Metronidazole 3x500mg
BAB (-), Flatus RR : 20 x/m POD II - Inj. Ranitidine 2x50mg
(+), demam (-) T : 36,5 C - Inj. Ketorolac 3x30mg
VAS : 5-6 - Inj. Asam tranexamat
Abdomen : Distensi (-), 3x500mg
BU (+),Luka operasi - NGT alir terpasang
tertutup verban - Diet MC 4x100cc
Drain : warna kuning
kemerahan
FOLLOW UP

13/02/2024 Nyeri luka operasi Kesadaran: CM Post Laparotomy - IVFD RL 500cc/8jam


berkurang, Mual TD : 124/85 mmHg appendiktomy a.i - Inj. Ceftriaxone 2x1gr
(-), muntah (-), HR : 88 x/m appendicitis perforasi - Inf. Metronidazole 3x500mg
BAB (-), Flatus RR : 20 x/m POD III - Inj. Ranitidine 2x50mg
(+), demam (-) T : 36,5 C - Infus paracetamol 3x500mg
VAS : 5-6 - NGT alir terpasang
Abdomen : Distensi (-), BU - Diet ML bubur
(+),Luka operasi tertutup - Perawatan luka
verban
Drain : warna kuning
kemerahan
FOLLOW UP

14/03/2024 Nyeri luka operasi Kesadaran: CM Post Laparotomy - IVFD RL 500cc/8jam


berkurang, Mual (-), TD : 118/65 mmHg appendiktomy a.i - Inj. Ceftriaxone 2x1gr
muntah (-), BAB (-), HR : 67 x/m appendicitis perforasi - Inf. Metronidazole 3x500mg
Flatus (+), demam RR : 20 x/m - Inj. Ranitidine 2x50mg
POD IV
(-) - Infus paracetamol 3x500mg
T : 36,5 C
VAS : 5-6 - NGT alir terpasang
Abdomen : Soepel, BU - Diet ML bubur
(+),Luka operasi tertutup - Mobilisasi duduk – berdiri
verban - Perawatan luka
Drain : warna kuning - Aff drain, aff kateter
kemerahan sebanyak 10cc
FOLLOW UP

15/03/2024 Nyeri luka operasi Kesadaran: CM Post Laparotomy - IVFD RL 500cc/8jam


berkurang, Mual (-), TD : 116/71 mmHg appendiktomy a.i - Inj. Ceftriaxone 2x1gr
muntah (-), BAB (-), HR : 87 x/m appendicitis perforasi - Inf. Metronidazole 3x500mg
Flatus (+), demam RR : 20 x/m - Inj. Ranitidine 2x50mg
POD V
(-) - Infus paracetamol 3x500mg
T : 36,5 C
VAS :3-4 - diet bubur nasi
Abdomen : Soepel, BU - banyak gerak dan banyak
(+),Luka operasi tertutup minum air putih
verban - BLPL kontrol poli bedah
FOLLOW UP

 Terapi pulang :

 Cefixime tab 2x100 mg

 Metronidazole tab 3x500 mg

 Paracetamol 3x500mg

 Vit bcomp 1x1

 Edukasi ke pasien untuk banyak gerak dan banyak minum air putih
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
ANATOMI

Posisi appendiks Vaskularisasi appendiks


• Trunkus mesenterik superior  arteri ileocolica
 arteri appendikularis
• Vena apendiseal cabang dari vena ileocoli 
vena mesentrik superior  sirkulasi portal.

Persarafan appendiks
• Parasimpatis : cabang N.vagus dari pleksus
mesenterika superior yang mengikuti
A.mesenterika superior dan A.appendikularis.

• Simpatis : berjalan bersama Serabut saraf


aferen yang mengantarkan rasa nyeri viseral
pada apendiks  medula spinalis setinggi
vertebra thoracica X.
DEFINISI APPENDISITIS

 Peradangan dari apendiks vermiformis


 Penyebab abdomen akut yang paling sering.
 semua umur,laki-laki : perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia antara 10-30 tahun.
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI

Faktor sumbatan
• Infeksi (90%)
• Hiperplasia jaringan limfoid submucosa (60%)
• Karena stasis fekal (35%) Bakteri Aerob dan Bakteri Anaerob
• Benda asing (4%) Fakultatif
• Sumbatan oleh parasit dan cacing (1%) Batang Gram (-) Batang Gram (-)

Faktor bakteri Eschericia coli Bacteroides fragilis


Pseudomonas aeruginosa Bacteroides sp.
• Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer
Klebsiella sp. Fusobacterium sp.
pada Appendisitis akut.
Coccus Gr (+) Batang Gram (-)
• Terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara
Streptococcus anginosus Clostridium sp.
Bacteriodes fragilis dan E.coli, Splanchicus, Lacto-
bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus. Streptococcus sp. Coccus Gram (+)
• Kuman yang menyebabkan perforasi adalah kuman Enteococcus sp. Peptostreptococcus sp.
anaerob sebesar 96% dan aerob <10%.
ETIOLOGI
• Konstipasi : tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya
sumbatan fungsional apendiks & pertumbuhan kuman flora
Faktor konstipasi dan kolon
pemakaian laksatif • Penggunaan laksatif : merubah suasana flora usus & merangsang
peristaltik  perforasi dan peritonitis

• malformasi yang herediter dari organ, appendiks yang terlalu


Kecenderungan organ dan panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya 
Appendisitis
kebiasaan • Makanan diet rendah serat  fekalith  obstruksi lumen.

• Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makan


Faktor ras dan diet sehari-hari
KLASIFIKASI
1. Appendisitis akut Peradangan terjadi di mukosa dan sub mukosa
 Appendisitis akut sederhana ( Cataral Appendicitis) disebabkan obstruksi, mukosa appendiks jadi
menebal, edema, dan kemerahan.

Terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks


 Appendisitis akut purulent (Supurative Appendicitis) dan menimbulkan thrombosis, terjadi iskemik dan
edema pada appendiks

Tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah


 Appendisitis akut gangrenosa arteri mulai terganggu sehingga terjadi infark dan
gangren.

Proses radang appendiks yang dibatasi oleh


2. Appendisitis infiltrate omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum
 gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu
dengan yang lainnya.
KLASIFIKASI

Massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus),


3. Appendisitis abses biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum,
retrocaecal, sucaecal, dan pelvic.

Pecahnya appendiks yang sudah gangren yang


4. Appendisitis perforasi menyebabkan pus masuk kedalam rongga perut
sehingga terjadi peritonitis.

Lanjutan Appendisitis akut supuratif sebagai


5. Appendisitis kronis proses radang yang persisten akibat infeksi
mikroorganisme dengan virulensi rendah,
khususnya obstruksi parsial terhadap lumen.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

 Nyeri abdominal
 Mual-muntah biasanya pada fase awal
 Nafsu makan menurun (anoreksia)
 Obstipasi dan diare pada anak-anak.
 Demam
DIAGNOSIS

a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Inspeksi
palpasi
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan fisik khusus
a. Mc. Burney’s

1. Mc. Burney, 2.Lanz’s, 3.Munro’s


DIAGNOSIS
 Pemeriksaan fisik khusus
b. Rovsing sign
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan fisik khusus
c. Obturator sign
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan fisik khusus
d. Psoas sign
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan fisik khusus
e. Blumberg sign
 dikatakan + bila pasien mengeluhkan nyeri ketika dilakukan lepas tekan pada sepertiga lateral garis imaginer
antara umbilicus dengan spina iliaca anterior superior.
f. Tenhorn sign
 Teknik ini dikatakan positif apabila pasien mengeluhkan nyeri di RLQ ketika pemeriksa menarik testis pasien ke
arah kaudal
g. Dunphy sign
 Teknik ini dikatakan positif apabila pasien megeluhkan nyeri RLQ saat pasien batuk.
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan fisik khusus
h. Rectal toucher
 Nyeri bila daerah infeksi bisa dicapai dengan jari telunjuk. Nyeri tekan arah jam 9-12 ketika dilakukan colok
dubur, mengindikasikan adanya appendisitis.

1. Rongga peritoneum 2. Peritoneum parietal 3. Sekum 4. Apendiks (Appendisitis akut)


DIAGNOSIS
c. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah : Leukositosis (10.000 — 18.000/mm3) yang didominasi >75% oleh sel Polimorfonuklear
(PMN), netrofil (shift to the left) menentukan apakah seorang pasien mengalami proses inflamasi yang
mengindikasikan adanya infeksi yang sedang berlangsung.
 Pemeriksaan urin : Melihat adanya eritrosit, leukosit, dan bakteri dalam urin. menyingkirkan diagnosis banding
seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal
 C-reaktif protein : Reaktan fase akut terhadap infeksi bakteria yang dibentuk di hepar. Jarang digunakan karena
tidak spesifik. Spesifitasnya hanya mencapai 50-87% dan hasil dari CRP tidak dapat membedakan tipe dari infeksi
bakteri.
DIAGNOSIS
c. Pemeriksaan penunjang
 Foto polos abdomen
 jarang membantu diagnosis Appendisitis acuta
 Pada Appendisitis acuta kadang dapat terlihat gambaran abnormal udara dalam usus, hal ini merupakan temuan
yang tidak spesifik.
 Adanya fecalith jarang terlihat pada foto polos, tapi bila ditemukan sangat mendukung diagnosis.
DIAGNOSIS
c. Pemeriksaan penunjang
 USG Abdomen
 Minimal invasiv dan mudah digunakan
 Penilaian appendiks meliputi, hipertrofi dinding appendiks, gangguan struktur lapisan appendiks, ada atau tidak
dinding yang rusak, cairan purulen dan fecalit didalam lumen appendiks.
 Gambaran akumulasi cairan disekitar apendiks menunjukkan proses pembentukan abses skunder akibat perforasi.

Ultrasonogram pada potongan longitudinal Appendicitis


DIAGNOSIS
c. Pemeriksaan penunjang
 CT Scan
 Temuannya lebih objektif dan tidak terpengaruh oleh adanya gas usus.
 Diagnosis Appendisitis oleh CT tergantung pada hipertrofi dinding apendiks, pembesaran apendiks, pembentukan
abses periappendiceal, adanya fecalith, peningkatan kepadatan jaringan adiposa periappendiceal, dan atau
keberadaan asites di kantong Douglas.

Appendicitis perforate dengan abscess dan Penebalan Appendiks (panah) dengan appendicolith
kumpulan cairan di pelvis
ALVARADO SCORE
Keterangan Skor  1-4 : Bukan Appendisitis
Keluhan Mual atau muntah 1
 5-7 : Kemungkinana Appendisitis
 8-10 : Kemungkinan tinggi Appendisitis.
Nyeri berpindah tempat ke perut 1
kanan bawah
Anorexia 1
Pemeriksaan Nyeri perut kanan bawah 2
Nyeri lepas 1
Peningkatan suhu (>37,3oC atau 1
 skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di
rumah sakit
>99,1oF)  skor >6 maka tindakan bedah sebaiknya
Laboratorium Leukositosis >10.000 2 dilakukan.
Leukositosis dengan shift to the 1
left (>75% neutrophils)
Total 10
DIAGNOSIS BANDING
 Gastroenteritis
 Limfadenitis Mesenterika
 Kelainan ovulasi
 Infeksi panggul, salpingitis akut
 Kehamilan diluar kandungan
 Urolitiasis pielum/ ureter kanan
PENATALAKSANAAN

 Pada Appendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali appendisitis gangrenosa.
 Penundaan tindakan bedah dengan pemberian antibiotik dapat menyebabkan abses dan perforasi apendiks.
 Appendisitis perforata perlu dilakukan perbaikan keadaan umum dengan pemberian cairan infus, pemberian
antibiotik, mengobati gejala klinis dengan terapi simptomatis, dan pemasangan pipa nasogastrik perlu dilakukan
sebelum tindakan bedah yaitu tindakan laparatomi eksplorasi

1. Operatif : Open Appendectomy, Laparoscopic Appendectomy


2. Medikamentosa
Profilaksis perioperative : dosis tunggal sefalosporin Cefoxitim, amoxicillin + asam klavulanat, piperasilin, atau
klindamisin / gentamisin, metronidazole
Peritonitis, berikan antibiotik spektrum luas + metronidazole selama 5-10 hari.
PENATALAKSANAAN

3. Perawatan pasca bedah


 diberikan infus  2 — 3 liter cairan Ringer Laktat dan Dekstrosa.
 Appendisitis tanpa perforasi : antibiotik diberikan hanya 1 x 24 jam.
 Appendisitis dengan perforasi : antibiotik diberikan hingga jika gejala klinis infeksi reda dan laboratorium normal.
 Mobilisasi secepatnya setelah penderita sadar.
 Pemberian makan peroral di mulai dengan memberikan minum sedikit-sedikit (50 cc) tiap jam apabila sudah ada
aktifitas usus yaitu adanya flatus dan bising usus.
 Jika dengan pemberian minum bebas penderita tidak kembung maka pemberian makanan peroral dimulai.
 Jahitan diangkat pada hari kelima sampai hari ke tujuh pasca bedah.
KOMPLIKASI

 Yang paling sering ditemukan adalah perforasi


 Perlengketan, obstruksi usus, abses abdomen/pelvis

Komplikasi post operasi


 Fistel berfaeces Appendisitis gangrenosa, maupun fistel tak berfaeces, karena benda asing, tuberculosis,
Aktinomikosis.
 Hernia cicatricalis.
 Ileus
 Perdarahan dari traktus digestivus: kebanyakan terjadi 24–27 jam setelah Appendectomy, kadang–kadang setelah
10–14 hari.
PROGNOSIS
 Mortalitas adalah 0,1% jika Appendisitis akut tidak pecah, dan 15% jika pecah.
 Prognosis membaik dengan diagnosis dini sebelum perforasi terjadi dan dengan antibiotik yang adekuat.
 Morbiditas meningkat seiring dengan perforasi dan usia tua.
BAB IV
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN

Tn. SG ,usia 17 th, diagnosis :


Abdomninal pain ec susp. Anamnesis, PF, PP
Appendisitis akut

• Nyeri perut kanan bawah


• Awalnya nyeri dirasakan di ulu hati nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar
• demam (+) 1 hari yang lalu, umbilicus  nyeri kuadran kanan bawah
• mual dan muntah sejak 2 hari yang lalu. abdomen yang makin progresif  nyeri akan
• Nafsu makan dan minum pasien berpindah ketitik mcBurney.
dikatakan menurun.

disertai mual dan nafsu makan


menurun
PEMBAHASAN

Pemeriksaan fisik
• T : 36,7 demam dengan temperature
Suhu lebih tinggi  perforasi
• Abdomen : BU (+) normal, defans 37,5-38,5oC.
muscular (-) Nyeri tekan epigastrium (+)
• Pemeriksaan khusus :
Nyeri tekan Mc. Burney (+)
• nyeri yang terbatas pada regio
Nyeri tekan lepas (+)
iliac kanan, disertai nyeri lepas.
Rovsing Sign (+)
• Nyeri tekan dititik McBurney
Psoas sign (+)
Obturator sign (+)

Follow up :
• Abdomen : defans muscular (+) defans muscular & nyeri tekan pada
• Pemeriksaan khusus : seluruh regio abdomen,  rangsangan
Nyeri tekan Mc. Burney (+) peritoneum parietal (m. rectus
Nyeri tekan lepas (+),Rovsing Sign (-), abdominis).
Psoas sign (-), Obturator sign (-)
PEMBAHASAN

80-85% orang dewasa dengan Appendisitis.


• leukosit :12.52 x 103 /ul
• neutrophil segmen 90,6 %
peningkatan leukosit di >10.500/mm3.
• neutrophil limfosit 25,89%,
Neutrophilia > dari 75%

ditemukan pada 78% pasien dengan


appendisitis

• Rontgen Abdomen : fecal material Diagnosis appendisitis akut &


prominent (+) menyingkirkan diagnosa banding
PEMBAHASAN
Keterangan Skor
Keluhan Mual atau muntah 0
Nyeri berpindah tempat ke perut 1
kanan bawah
Anorexia 1
Alvarado score 8 Pemeriksaan Nyeri perut kanan bawah 2
(kemungkinan tinggi Nyeri lepas 1
appendicitis )
Peningkatan suhu (>37,3oC atau 0
>99,1oF)
Laboratorium Leukositosis >10.000 2
Leukositosis dengan shift to the 1
left (>75% neutrophils)
Total 9
PEMBAHASAN

Appendisitis  appendektomi
• Tindakan bedah : laparatomi eksplorasi
Perforasi appendicitis  laparatomi
eksplorasi

Tergantung pada mikrobio dan pola


Antibiotik resistensi setempat
• Inj. Ceftriaxon 1x2gr
• Infus metronidazole 3x500 mg mengatasi kuman aerob maupun anaerob.
PEMBAHASAN

pasien yang mengalami mual,muntah dan


nyeri pada sebelum dan sesudah operasi

Ranitidin  antagonis reseptor histamine H2


• Inj. Ranitidin 2x50mg yang berperan dalam sekresi lambung
• Inj. Ondansetron 3x4mg
• Inj. Ketorolac 3x30 mg
Ondansetron  antiemetik, meredakan
mual muntah

Ketorolac  analgetik, meredakan nyeri


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai